• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penelitian dan Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015: 409) mencakup sepuluh langkah. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 6 langkah dari model pengembangan tersebut. Langkah-langkah tersebut terdiri dari menemukan potensi dan masalah, mengumpulkan data atau mengumpulkan informasi, mendesain produk, validasi desain, perbaikan desain atau revisi desain dan uji coba produk. Prosedur pengembangan dan penelitian yang digunakan oleh peneliti, dapat dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan peneliti Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Uji Coba Produk Revisi Desain Validasi Desain

Pemaparan keenam prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Potensi dan Masalah

Prosedur pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menemukan potensi dan masalah. Telah disebutkan di atas bahwa potensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Dalam penelitian ini, potensi yang ditemukan adalah kemampuan membaca siswa pada tahap permulaan. Kemampuan membaca siswa pada tahap membaca permulaan akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Jika kemampuan membaca permulaan tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai (Zuchdi, 1996: 50). Keterampilan membaca permulaan yang dimiliki oleh siswa SD kelas I, akan menjadi bekal untuk mengikuti pembelajaran pada tingkat selanjutnya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi (Abdurrahman, 2001: 200). Potensi dalam penelitian ini ditemukan melalui kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

Masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya terjadi, antara teori dengan praktik, antara perencanaan/kebijakan dengan pelaksanaan, antara acuan dengan pelaksanaan. Masalah merupakan penyimpangan antara apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Masalah merupakan segala sesuatu yang menyebabkan orang ingin menelitinya (Sugiyono, 2016: 79). Permasalahan yang ada dalam

41

penelitian ini yaitu masih ada siswa SD kelas I yang kesulitan dalam belajar membaca pada tahap permulaan. Dengan kata lain, masih ada siswa kelas SD kelas I yang belum memiliki keterampilan membaca permulaan. Siswa yang belum memiliki keterampilan membaca permulaan akan terhambat dalam belajar membaca pada tahap selanjutnya.

Permasalah dalam penelitian ini ditemukan melalui proses wawancara serta observasi. Pada tanggal 22 Februari 2017 peneliti melakukan observasi di SD Negeri Perumnas Condongcatur. Hasil observasi menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kesulitan dalam membaca. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang berlangsung. Ketika guru meminta siwa untuk membaca, tidak semua siswa ikut terlibat membaca. Ada juga siswa yang tertinggal ketika sedang membaca bersama. Hal tersebut dikarenakan siswa masih mengeja kata demi kata. Ada juga siswa yang terlihat kurang tertarik untuk membaca.

2. Pengumpulan Data

Prosedur kedua dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data atau mengumpulkan informasi. Selain melakukan observasi untuk menemukan masalah, peneliti melakukan wawancara pada guru kelas I SD Negeri Perumnas Condongcatur, pada tanggal 23 Februari 2017. Wawancara dilakukan untuk mencari informasi terkait siswa yang mengalami kesulitan membaca pada tahap membaca permulaan. Hasil wawancara dengan guru SD kelas I menyatakan bahwa masih ada siswa SD kelas I yang kesulitan membaca. Penyebabnya beranekaragam, ada yang belum bisa mengeja

dengan lancar, ada yang belum dapat membaca kalimat yang panjang, ada juga yang tidak tertarik untuk belajar membaca.

Pada tanggal 23 Februari 2017, peneliti melakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa beberapa hal yang menjadi penyebab siswa belum terampil dalam membaca adalah siswa masih kurang terampil dalam mengeja kata serta belum lancar dalam membaca kalimat. Tulisan yang terlalu banyak dalam buku bacaan membuat siswa kurang tertarik untuk membaca. Siswa cepat merasa bosan dan tidak suka membaca bacaan yang panjang dengan banyak tulisan di dalamnya.

3. Desain Produk

Prosedur ketiga dalam penelitian ini adalah desain produk. Setelah menemukan potensi dan masalah serta mengumpulkan data-data di lapangan, peneliti membuat desain produk. Peneliti membuat desain produk yang disesuaikan dengan kebutuhan guru dan kebutuhan siswa di lapangan. Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti juga mengandung karakteristik alat peraga Montessori. Karakteristik tersebut yaitu, menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Karakteristik alat peraga yang menarik, membuat siswa tertarik untuk menggunakan alat peraga. Karakteristik alat peraga yang bergradasi, membuat siswa dapat menggunakan lebih dari satu indera dalam menggunakan alat peraga serta dapat mempelajari lebih dari satu materi yaitu belajar membaca kata dan membaca kalimat sederhana.

43

Karakteristik alat peraga yang auto-correction, membuat siswa dapat menyadari sendiri kesalahannya ketika sedang menggunakan alat peraga. Siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar ketika menggunakan alat peraga, tanpa harus dibimbing oleh guru. Karakteristik alat peraga yang auto-education membuat alat peraga dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Siswa dapat menggunakan alat peraga secara mandiri tanpa harus dibimbing oleh guru. Karakteristik alat peraga yang kontekstual membuat siswa mudah memahami hal yang dipelajari karena hal-hal yang ada dalam alat peraga berkaitan dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.

4. Validasi Desain Produk

Prosedur keempat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validasi desain. Produk yang sudah didesain oleh peneliti dinilai oleh para ahli yang ahli di bidangnya masing-masing. Tujuan dilakukannya penillaian terhadap desain produk adalah untuk mengetahui kualitas alat peraga sehingga layak untuk digunakan dan diujicobakan. Pada penelitian ini, ahli yang melakukan penilaian terhadap desain produk adalah ahli bahasa, ahli Montessori, dan guru SD kelas I. Setelah dilakukan penilaian terhadap desain produk maka peneliti dapat mengetahui kelemahan serta kelebihan produk yang telah dibuat.

5. Revisi Desain

Prosedur kelima dalam penelitian ini adalah perbaikan desain atau revisi desain. Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli, peneliti mengetahui kelemahan yang terdapat dalam desain produk. Peneliti melakukan perbaikan desain sesuai dengan saran dan komentar dari para ahli. Perbaikan desain bertujuan untuk menyempurakan produk yang sudah dibuat agar menjadi layak untuk diujicobakan.

6. Uji Coba Produk

Prosedur keenam dalam penelitian ini adalah uji coba produk. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Produk yang sudah didesain, divalidasi dan diperbaiki kemudian diujicobakan secara terbatas di lapangan. Maksud dari terbatas adalah produk hanya diujicobakan kepada beberapa siswa saja. Alat peraga buku latihan membaca permulaan berbasis metode Montessori diujicobakan pada lima siswa SD kelas I. Lima siswa ini terdiri dari dua siswa perempuan dan tiga siswa laki-laki. Kelima siswa ini merupakan siswa-siswi yang direkomendasikan oleh guru SD kelas I.

45

Langkah proseur penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Dokumen terkait