• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kenaikan Harga BBM

1. Tenaga Kerja

Kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (Dumairy, 1996:74). Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja (Gilarso, 2004: 90). Batas usia kerja atau penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas (BPS, 2007: 57). Setiap orang yang sudah berusia 15 tahun keatas tergolong sebagai tenaga kerja. Peningkatan batas usia kerja dari 10 tahun keatas menjadi 15 tahun keatas dikarenakan konsekuensi program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang belum berada dalam batas usia kerja.

Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Dumairy, 1996:74). Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengagguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi (BPS, 2009: xiv).

2. Omzet Penjualan

Penjualan (selling) artinya proses menjual. Menjual (sale) adalah menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu (Nafarin. 2007: 96). Penjualan menggambarkan hasil dari penjualan barang/jasa kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu (Manullang, 2002:316). Agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena terlalu banyak memproduksi barang/jasa maka perusahaan harus memperkirakan besarnya penjualan atau dinamakan dengan ramalan jual. Ramalan jual adalah proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan di buat data yang pernah terjadi dan atau mungkin akan terjadi. Teknik membuat ramalan jualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduanya (Nafarin, 2007: 96-99).

Ramalan kualitatif dapat dilakukan dengan menekankan pertimbangan dan keahlian dari para tenaga penjualan. Berdasarkan survei informal dari pelanggan utama perusahaan yang dilakukan oleh bagian penjualan. Mengunakan pertimbanga eksekutif tingkat atas dalam perusahaan itu. Meminta pendapat para pakar, orang yang ahli dan berpengalaman dimintai pertimbangan untuk meramalkan jualan. Survei konsumen, dilakukan dengan meneliti konsumen.

Ramalan Kuantitatif dapat dilakukan dengan 4 metode. Yang pertama adalah analisis lini produk seperti keputusan sementara jalur produk baru yang akan diperkenalkan, jalur produk lama yang akan

dihapus dan inovasi terbaru. Metode distribusi probabilitas dengan cara menaksir variasi produk yang akan dijual lalu menentukan nilai probabilitas. Analisis tren dan regresi dengan menggunakan metode statistik

Omzet penjualan seimbang bila hasil dari penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau Break Even Point. Dapat diperoleh dimana total cost/biaya total sama dengan total revenue/peneriman total (TC=TR). Dalam keadan ini perusahaan tidak mengalami untung atau rugi. Bila perusahaan memperoleh penjualan lebih kecil jumlahnya dari biaya yang dikeluarkan untuk produksi berarti perusahaan mengalami kerugian (TC>TR). Sedangkan bila (TC<TR) maka yang terjadi adalah perusahaan mengalami untung. Kondisi seperti ini yang diinginkan setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya.

Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi

Rugi (TC>TR) BEP (TR=TC) Untung (TC<TR) TR TC RP Q Sumber: Gilarso, 2003: 136 0

3. Upah Pekerja

Upah adalah pembayaran kepada pemilik sumber daya tenaga kerja. Harga yang harus dibayar untuk penggunaan tenaga kerja pada kurun waktu tertentu (Gilarso, 2004: 415). Upah dibedakan menjadi dua pengertian yaitu upah nominal dan upah riil. Upah nominal/uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005: 351). Secara singkat upah nominal yaitu sejumlah uang yang diterima, sedangkan upah riil yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu (Gilarso, 2003: 211).

Sistem pengupahan adalah sistem yang menentukan bagaimana upah diatur dan diterapkan. Menurut Simanjuntak (1985: 110) sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan tiga fungsi upah yaitu: menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, dan menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja. Gilarso (2003: 215) menunjukkan lima hal yang menentukan tingkat upah yang berlaku dalam masyarakat yaitu tingkat harga, produktivitas

kerja, struktur ekonomi nasional, peraturan pemerintah, keadilan dan perikemanusiaan.

Tingkat harga dapat menentukan upah, ini terjadi apabila harga-harga kebutuhan hidup naik. Kaum buruh dan para pegawai akan menuntut agar gaji disesuaikan dan tingkat upah akan naik. Sebaliknya dengan naiknya gaji akan membuat harga menjadi semakin naik. Produktivitas kerja juga menentukan upah, bila produktifitas tenaga kerja rendah maka upah yang didapat juga rendah. Struktur ekonomi nasional juga mempengaruhi tingkat upah. Misalnya bila banyak pengangguran, buruh akan sulit menuntut kenaikan upah, orang terpaksa menerima upah yang rendah asalkan mendapat pekerjaan. Peraturan pemerintah dengan Undang-Undangnya mempengaruhi tingkat upah pula. Yang terakhir adalah keadilan dan perikemanusian, dimana bila karyawan telah bekerja dengan sebaik-baiknya dia berhak menerima upah yang sekurang-kurangnya cukup untuk hidup layak dengan keluarganya.

Tingkat upah para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah (Dumairy, 1996:84). Selain itu juga ada perbedaan penerimaan upah antara pekerja perempuan dan laki-laki. Pekerja perempuan menerima upah lebih rendah dari pekerja laki-laki.

4. Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) perusahaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sumarsono, 2007:151). Biaya yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya implisit (ongkos tersembunyi) adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (Sukirno, 2005: 208).

Didalam menganalisis biaya produksi dibedakan dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek adalah jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Sedangkan biaya jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan (Sukirno, 2005: 209). Pada periode perencanaan jangka panjang, semua input (faktor produksi) dapat diubah skalanya (variabel) dan semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Proses produksi dapat ditingkatkan kegiatannya dengan memperbesar produksinya dan

produsen dapat merubah baik biaya faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono, 2007:167-168).

Biaya produksi jangka pendek yang diperlukan dalam menghasilkan suatu produk dapat dibedakan menjadi dua bagian yang pertama biaya total dan jenis-jenis biaya total terdiri dari total cost, total fixed cost, total variabel cost, yang kedua biaya rata-rata dan marjinal terdiri dari average fixed cost, average variabel cost, average cost, dan marginal cost (Sukirno, 2005: 209-212).

Total cost/biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Biaya total suatu perusahaan dalam jangka pendek tergantung pada ukuran perusahaan dan pada tingkat output yang diproduksi. Total cost didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Total fixed cost/biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya ini adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Total variabel cost/biaya berubah rata-rata (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan apabila berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang yang di produksi biaya variabelnya semakin besar begitu juga sebaliknya.

Gambar II.2 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Berubah Total

Average fixed cost/biaya tetap rata-rata (AFC) adalah biaya tetap total (TFC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average variabel cost/biaya berubah rata-rata (AVC) adalah biaya berubah total (TVC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average cost/biaya total rata-rata (AC) adalah biaya yang dapat dihitung dengan biaya total (TC) di bagi sejumlah barang yang diproduksi (Q). Marginal cost/biaya marginal (MC) adalah tambahan biaya yang disebabkan karena tambahan satu unit produksi.

Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata,

dan Biaya Total Rata-rata

Biaya Produksi Jumlah Produksi TC TVC TFC TFC Sumber: Sukirno, 2005: 213 0 AC AFC Biaya Produksi Jumlah Produksi Sumber: Gilarso, 2003: 139 AVC= AC - AFC 0

5. Keuntungan

Keuntungan atau laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta, setelah segala biaya produksi diperhitungkan (Gilarso, 2003: 307).

Gambar II.4 Grafik Break-Even

Laba didapatkan dari peneriman total/Total Revenue(TR) dikurangi biaya total/Total cost(TC). Laba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu laba akuntan dan laba ekonom. Laba menurut para akuntan adalah kelebihan pendapatan terhadap beban. Laba menurut para ekonom, Adam Smith berpendapat bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumumsi tanpa mengganggu modal (Nafarin, 2007: 788)

Tiga cara meningkatkan laba adalah meningkatkan volume penjualan, menaikan harga penjualan, mengurangi biaya (Morin, 1986: 3). Meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan membuat suatu rencana yang unik, mengidentifikasi hal-hal apa saja

Rugi BEP Laba TR TC RP Q Sumber: Gilarso, 2003: 136 0

yang diperlukan pelanggan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat iklan dan memberikan keuntungan nyata pada pelanggan. Dapat dilengkapi juga denga cara mengadakan penelitian mendasar untuk meningkatkan penjualan.

Cara yang kedua dapat dilakukan dengan menaikan harga penjualan. Keuntungannya menaikan harga penjualan adalah peneriman yang lebih cepat, kenaikan harga merupakan cara tercepat untuk meningkatkan laba. Bila penjualan tidak menurun, maka penambahan laba terjadi setelah perubahan harga mulai berlaku. dan waktu dan usaha yang diperlukan lebih sedikit. Dibandingkan dengan waktu meningkatkan volume penjualan/ mengurangi biaya.

Sedangkan cara yang ketiga adalah mengurangi biaya. Mengurangi biaya merupakan cara yang lebih cepat untuk meningkatkan laba daripada mengejar kenaikan volume penjualan. Langkah penurunan biaya biasanya tidak menimbulkan tanggapan dari para pesaing. Namun kesulitan dalam menurunkan biaya adalah mencapai dan mempertahankan komitmen para karyawan. Karena terkadang selama ini manajer dan staf tidak memperhatikan penghematan sumber daya perusahaan. Dapat juga dilakukan dengan mengadakan perbaikan-perbaikan produktivitas yang meliputi hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran.

Dokumen terkait