• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH,

BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH

KENAIKAN HARGA BBM 2008

Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Veronica Andriati NIM: 051324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH,

BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH

KENAIKAN HARGA BBM 2008

Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Veronica Andriati NIM: 051324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan

setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap

orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan

(Matius 7: 8)

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membantu aku dikala aku sedih dan bimbang.

Bapak dan Ibuku yang selalu mendukung aku dikala senang dan susah, dan adikku yang aku sayangi.

(6)

HALAMAN MOTO

Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya dibawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya diatas kaki dian, supaya semua orang yang masuk kedalam rumah dapat melihat cahayanya (Lukas 8:16).

Kunci menuju sukses: cerdas, jujur, bijak melakukan instrospeksi diri dan berdoa. Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi (Orison Swett Maden)

(7)
(8)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(9)

ABSTRAK

PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008

Studi Kasus: Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Veronica Andriati 051324029

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, upah tenaga kerja, biaya produksi dan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 21 industri bakpia, dan seluruhnya digunakan dalam sampel. Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pemilik industri bakpia di Kecamatan Ngaglik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun tenaga kerja mengalami penurunan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (2) tidak terdapat perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun omzet penjualan mengalami kenaikan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (3) tidak terdapat perbedaan upah pekerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun upah pekerja mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; (4) tidak terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun, biaya produksi mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM; dan (5) tidak terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, namun keuntungan mengalami peningkatan jika diihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM.

(10)

ABSTRACT

DIFFERENCES BETWEEN TOTAL OF LABORS, TURNOVER, SALARY, COST, AND UMKM PROFIT IN YOGYAKARTA SPECIAL

REGION

PRE AND POST THE INCREASE OF FUEL PRICE IN 2008

Case Study: Bakpia Industry, Ngaglik Subdistrict Sleman Regency Yogyakarta Special Region

Veronica Andriati 051324029

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

This research intended to know whether there any difference between the total of labors, sales turnover, labors salary, production cost, and profit pre and post the increase of fuel price.

This research was comparative study of which test the difference pre and post the increase of fuel price. Population in this research was 21 bakpi industries, and all were used as sample. In sample drawing, the author used primary data as main data and secondary data as supporting data. Primary data was gained through interview with bakpia industry owner in Ngaglik Subdistrict. The data gained was then analyzed by using t-test.

The result of this research shows that: (1) there is no difference between total of labors pre and post the increase of fuel price, however labors decreased when it is seen from the average increase of fuel price; (2) there is no difference between sales difference pre and post the increase of fuel price, however sales turnover increased if it is seen from the average post the increase fuel price; (3) there is no difference between the salary of labors pre and post the increase of fuel price, however the labors increased if it is seen from the average post the increase of fuel price; (4) there is no difference of production cost pre and post the increase of fuel price; there is not difference on profit pre and post the increase of fuel price, however the profit increase if it is seen from the average post the increase of fuel price.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ”PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008: STUDI KASUS INDUSTRI BAKPIA KECAMATAN NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA” Studi Kasus Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim. M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Indra Darmawan, S. E., M. Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.

5. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan banyak membantu selama penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, yang telah memberikan segala dukungan,

nasehat, dan masukannya.

7. Bapak Y. M. V. Mudayen, S.pd., yang memberikan segala dukungan, nasehat, masukannya.

8. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., yang memberikan atas segala dukungan, nasehat, dan masukannya.

9. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun mengerjakan skripsi.

10. Mba Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama perkuliahan.

11. Bapak dan Ibu pemilik industri bakpia di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, trima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Mba Emmy (P2KPM), trima kasih telah membatu dengan baik penyediaan data jumlah industri.

(13)

13. Bapakku Almatius Paiman trimakasih atas doa, kepercayaan, serta kasih sayang serta segala hal yang telah diberikan pada penulis. Dan penulis berharap akan selalu dapat membahagiakan Bapak setiap waktu.

14. Ibuku Atalia Murtiyati trimakasih telah melahirkan, memberikan kasih sayang, memberi semangat, dan doa, tanpa Ibu penulis tidak akan berhasil seperti ini. Penulis juga berharap dapat membahagiakan Ibu setiap waktu. 15. Untuk adikku Lukas Daryadi yang telah mendukung penulis, sekolahnya

yang semangat ya.

16. Untuk Simbah putri dan Simbah-simbah ku yang telah ada di Surga, trima kasih atas kasih sayang kalian dan doa penulis akan selalu ada untuk Simbah.

17. Sodara-sodaraku (Mba Endang, Maria, Ria, Echa, Le Nana, Le Miko, Mba Ririn) yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah dan mengerjakan skripsi trima kasih semuanya.

18. Teman-teman kos gatotkaca 8 (Mba Endar yang selalu menemani aku, Mba Elis yang membuat suasana jadi bermakna, Lani yang mengajari penulis bahasa inggris, Mba Niken yang membantu mengirimkan pulsa, dan teman- teman kos lain Vita, Desi, Mba Rosa) trima kasih tanpa kalian kos jadi sepi dan pastinya penulis akan kangen suasana kos. Dan semoga mesti kita berpisah dapat bertemu kembali.

19. Teman-teman ku PE angkatan 2005 (Lezty, Lia, Ika, Dwik, Lely, Nian, Rinda, Nia, Katrina, Yosepin, Ita, Prima, Tina, Mery, Kiki, Ig, Anton, Jo2,

(14)

Rinto, Darwis, Ari, Hendrikus), harus tetep semangat ya...hari esok yang indah menanti kalian.

Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga selalu mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan .

Yogyakarta, 26 Agustus 2009

Veronica Andriati

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiv

DAFTAR TABEL...xvii

DAFTAR GAMBAR...xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Batasan Masalah...4

C. Rumusan Masalah...4

D. Tujuan Penelitian...5

E. Manfaat Penelitian ……...…...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kecil...7

(16)

B. Kenaikan Harga BBM...11

C. BBM Sebagai Input Vital Produksi...13

D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kenaikan Harga BBM...15

E. Hasil Penelitian Terdahulu...25

F. Kerangka Berpikir...25

G. Hipotesis Penelitian...27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...29

B. Tempat dan Waktu Penelitian...30

C. Subjek dan Objek Penelitian...30

D. Populasi dan Sampel...31

E. Variabel Penelitian...32

F. Teknik Pengambilan Sampel...34

G. Teknik Pengumpulan Data...34

H. Teknik Analisis Data...37

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Lokasi Umum Penelitian...49

B. Keadan Demografi...50

C. Sarana dan Prasarana...54

D. Organisasi Kecamatan Ngaglik...61

E. Peran Pemerintah Daerah Sleman pada UMKM...61

F. Gambaran Industri Bakpia...62

G. Deskripsi Responden...72

(17)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data……….………..74

B. Pembahasan...87 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...97 B. Saran...99 C. Keterbatasan...100 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Bagan Arus Kenaikan Harga BBM

Tabel III.1 Populasi Industri Bakpia Di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman 2007

Tabel III.2 Kisi-kisi Wawancara Yang Dipergunakan

Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Agama Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Usia Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Mata

Pencaharian

Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel IV.5 Sarana Transportansi di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.6 Sarana Komunikasi di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.8 Sarana Pengairan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.9 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.10 Sarana Kesehatan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.11 Sarana Peribadatan di Kecamatan Ngaglik Tabel IV.12 Sarana Pariwisata di Kecamatan Ngaglik

Tabel IV.13 Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Ngaglik Tabel IV.14 Data Responden Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik

Tabel V.1 Statistik Deskriptif Jumlah Tenaga Kerja Tabel V.2 Paired Sampel Test Jumlah Tenaga Kerja

(19)

Tabel V.3 Statistik Deskriptif Omzet Penjualan Tabel V.4 Paired Sampel Test Omzet Penjualan Tabel V.5 Statistik Deskriptif Upah Tenaga Kerja Tabel V.6 Paired Sampel Test Upah Tenaga Kerja Tabel V.7 Statistik Deskriptif Biaya Produksi Tabel V.8 Paired Sampel Test Biaya Produksi Tabel V.9 Statistik Deskriptif Keuntungan Tabel V.10 Paired Sampel Test Keuntungan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi

Gambar II.2 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Berubah Total

Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata, dan Biaya Total Rata-rata

Gambar II.4 Grafik Break-Even

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Naiknya harga minyak dunia berdampak pada Indonesia. Pemerintah harus menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengikuti harga minyak dunia walaupun nantinya mengakibatkan pro dan kontra. 24 Mei 2008 pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, harga premium menjadi Rp 6.000/liter, solar menjadi Rp 5500/liter, dan minyak tanah menjadi Rp 2500/liter. Pada setiap kenaikan harga BBM, pemerintah memberikan alasan yang berbeda-beda seperti beban anggaran akibat krisis (1998), penyelundupan BBM (2000 dan 2001), tingginya harga minyak dunia (2003 dan 2005), dan pada tahun 2008 pemerintah menaikan harga BBM dengan alasan pemerataan atau realokasi subsidi dari orang kaya ke orang miskin (Abimanyu, 2008).

Kenaikan harga BBM dapat mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menurun. Karena, naiknya harga BBM mempengaruhi segala bidang ekonomi. Masyarakat suka atau tidak suka akan menerima dampak dari kenaikan harga BBM. Di sektor industri, kenaikan harga BBM berpengaruh pada proses produksi yang menggunakan BBM. Proses produksi terpengaruh karena harga bahan baku yang bertambah akibat biaya transportsi yang

(22)

meningkat, selain itu biaya untuk distribusi hasil produksi juga meningkat.

Salah satu industri yang terkena dampak kenaikan harga BBM tahun 2008 adalah industri yang tergolong dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data BPS tahun 2007 di Indonesia jumlah UMKM periode 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 9,19 persen. Tentunya hal ini sangat menguntungkan karena UMKM dapat menciptakan PDB nasional menurut harga berlaku tahun 2006 sebesar 53,28 persen lebih besar jika dibandingkan dengan usaha besar yang sebesar 46,72 persen. UMKM juga memberikan kontribusi total nilai ekspor nasional tahun 2006 sebesar 15,7 persen. Selain itu juga pada tahun 2006 dapat menyerap tenaga kerja sebesar 96,18 persen dari total penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Kusumo, 2008: 5-10).

Di Yogyakarta sendiri banyak terdapat jenis industri kecil dari industri kerajinan perak, gerabah, batik sampai industri pengolahan makanan. BPS Provinsi DIY (2008: 310) menyatakan bahwa jumlah industri kecil di DIY tahun 2007 adalah 4.804 unit dengan jumlah tenaga yang terserap sebanyak 49.614 pekerja. Industri pengolahan makanan memberikan 29,75 persen terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai output yang dihasilkan oleh industri makanan dan minuman 62,30 persen dari seluruh output yang terbentuk (BPS Provinsi DIY, 2008: 310).

(23)

tangga. Industri ini mempunyai aset bersih kurang dari 200 juta, dan mempunyai pekerja antara 1-19 orang, sehingga untuk memperluas usahanya sangat sulit. Belum lagi mereka harus menghadapi kenaikan harga BBM yang berimbas pada naiknya harga bahan baku dan biaya pemasaran. Mereka menghadapi masalah besar untuk mempertahankan usahanya. Kenaikan harga-harga bahan baku membuat produsen terpaksa menaikan harga jual produknya. Masalah yang selanjutnya akan timbul adalah terjadi penurunan jumlah pendapatan. Sungguh sangat memprihatinkan disatu sisi UMKM memberikan manfat yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan. Namun, disisi lain mengalami banyak tantangan dari perubahan perekonomian seperti kenaikan harga BBM yang meningkatkan biaya produksi.

(24)

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul ”PERBEDAAN JUMLAH TENAGA KERJA, OMZET, UPAH, BIAYA, DAN KEUNTUNGAN UMKM DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM 2008 : STUDI KASUS INDUSTRI BAKPIA KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.

B. Batasan Masalah

Kenaikan harga BBM mempengaruhi banyak sektor seperti, biaya angkutan umum yang meningkat, harga makanan meningkat, harga minuman meningkat, biaya sekolah naik dan meningkatnya inflasi. Karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis maka dalam penelitian ini perbedaan setelah 1(satu) tahun kenaikan BBM hanya dibatasi terhadap jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya dan keuntungan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

(25)

2. Apakah terdapat perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

3. Apakah terdapat perbedaan upah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

4. Apakah terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

5. Apakah terdapat perbedaan keuntungan perusahaan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan kenaikan harga BBM setelah 1 (satu) tahun terhadap jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, upah pekerja, biaya, dan keuntungan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

(26)

2. Pemerintah

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dan bahan evaluasi untuk mengembangkan industri rumah tangga baru. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah bila ingin menaikan harga BBM dimasa yang akan datang, sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan selanjutnya.

3. Peneliti Selanjutnya

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Kecil

Pengusaha kecil banyak kita temukan dimana-mana. Pedagang kaki lima dan pedagang asongan bahkan pengusaha yang berada di pasar juga termasuk pengusaha kecil. Kriteria usaha kecil sangat luas, dapat terlihat dari UU Usaha kecil No 5 Tahun 1995 (Iwantoro, 2002: 4). Kriteria usaha kecil dapat kita lihat dengan Undang-Undang Usaha Kecil Nomor 5 Tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria:

1. Memiliki kekayaan (aset) bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omzet) paling banyak Rp 1 miliar. 3. Milik warga negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau usaha berbadan hukum, termasuk koperasi.

Menurut Zimmerer dan Norman (2005: 11-13) potensi kelemahan bisnis kecil adalah pendapatan yang tidak pasti, resiko kehilangan seluruh investasi, waktu kerja lama dan memerlukan kerja keras, mutu hidup

(28)

yang rendah sampai bisnis mapan, ketegangan mental yang tinggi, tanggung jawab penuh, mudah muncul sikap keputus-asaan. Pendapatan wirausahawan tidak pasti, ini dikarenakan perusahan kecil pada masa awal usahanya sangat sulit memperoleh pendapatan besar. Akibatnya adalah para pemilik membayar beban-beban yang harus dibayarkan dan sisanya adalah pendapatannya. Risiko kegagalan pada bisnis kecil juga sangat tinggi, risiko ini dapat diatasi dengan selalu belajar dari pengalaman. Sehingga seseorang yang mendirikan usaha harus siap rugi dan siap untung.

(29)

Menurut Susilo (2008: 137) faktor penentu kinerja atau ketahanan usaha kecil pada masa krisis adalah faktor permintan pasar, kenaikan harga input dan kelangkan barang input. Faktor permintan pasar akan menentukan ketahan industri kecil karena bila permintan pasar tetap atau bahkan mengalami peningkatan permintan pada saat terjadi krisis maka usaha kecil tersebut dapat bertahan. Kenaikan harga input dan kelangkan barang input juga dapat mempengaruhi ketahanan usaha kecil. Keadan krisis tetapi bahan baku masih tersedia dengan harga yang relatif tetap maka dapat mempertahankan bahkan meningkatkan usaha kecil ditengah kondisi krisis ekonomi.

Dilihat dari pengolahannya produk pangan dapat digolongkan atas produk primer, sekunder, dan tersier (Iwantoro, 2002: 72). Produk primer adalah produk tanpa pengolahan seperti beras, jagung, singkong, ikan, sayur dan lainnya. Produk sekunder adalah produk setengah jadi seperti tepung, susu, tempe, tahu, minyak sayur, dan lainnya. Produk tersier adalah produk jadi seperti roti, biskuit, makanan dalam kaleng, dan makanan jadi restoran.

(30)

Pada data tersebut dapat disimpulkan bahwa industri makanan jadi menunjukkan perkembangan permintaan yang pesat. Sehingga pada masa mendatang industri ini mempunyai prospek yang bagus.

Berdasarkan data BPS tahun 2007 perkembangan jumlah usaha kecil dan rumah tangga tahun 2005 terdapat 2.916.025 unit pada tahun 2006 menjadi 3.184.109 unit. Sehingga pada tahun 2006 jumlah usaha kecil menengah mengalami peningkatan sebesar 9,19 persen. Manfaat dari berdirinya usaha-usaha kecil ini tentunya sangat banyak yaitu dapat mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(31)

B. Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga BBM pada tahun 2000 sampai 2008 terjadi banyak isu yang beredar, sehingga mengakibatkan kenaikan harga minyak. Tahun 2005 naiknya harga minyak karena berkurangnya pasokan. Tahun 2006 harga minyak meningkat karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Iran dan Nigeria. Terdapat isu Iran menguji coba nuklir dan menghambat pasokan dari Nigeria. Tahun 2007 kenaikan BBM karena banyaknya tekanan di Timur Tengah ditambah dengan kekhawatiran kekurangan suplai.

Sedangkan pada kenaikan harga BBM pada tahun 2008 dikarenakan spekulan dan adanya anggapan dimana dunia sulit memenuhi kebutuhan minyak (Sidik, 2008). Para investor khawatir atas ketersediaan pasokan minyak dan menganggap saham minyak sangat menguntungkan. Maka hal ini diikuti para spekulan yang memandang hal ini akan menguntungkan pula. Sehingga dengan ketersediaan saham yang terbatas, sementara yang membutuhkan banyak. Maka harga dibidang energipun meningkat dan dianggap menguntungkan.

(32)

menaikkan harga karena menyesuaikan harga. Kenaikan BBM 24 Mei 2008 merupakan kenaikan kedua selama pemerintahan SBY-JK. Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, premium dari Rp 4.500/liter menjadi Rp 6.000/liter, solar dari Rp 4300/liter menjadi Rp 5500/liter, minyak tanah dari Rp 2000/liter menjadi Rp 2500/liter. Kenaikkan harga BBM pada tahun 2008 ini pemerintah memberikan alasan pemerataan atau relokasi subsidi dari orang kaya ke orang miskin. Karena ketika pemerintah menaikan harga BBM, pemerintah juga memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) (Business News, 26 Mei 2008).

Tabel II.1 Bagan Arus Kenaikan Harga BBM

Kenaikan harga BBM merupakan langkah yang rasional karena beban APBN yang semakin parah. Suman (2008) menunjukkan anggaran APBN yang digunakan untuk subsidi listrik, bahan bakar, dan subsidi

Kenaikan harga BBM Harga bahan pokok meningkat dan biaya transportasi naik Faktor fundamental (supply-demand) dan non fundamental (geopolitik, dll) Keterangan:

: menyebabkan

: mengakibatkan

(33)

pangan adalah 32%. Maka diharapkan dengan naiknya harga BBM dapat mengurangi beban anggaran akibat subsidi. Karena subsisi yang selama ini pemerintah keluarkan tidak dinikmati oleh masyarakat menengah kebawah. Subsidi tersebut dinikmati oleh masyarakat menengah keatas. Mereka membeli bahan bakar subsidi seperti solar atau premium untuk bahan bakar mobil.

Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya transportasi naik dan harga bahan pokok pun meningkat. Kenaikan harga BBM sangat memberatkan industri kecil. Kenaikan harga BBM dapat mengganggu kegiatan produksi. Mereka harus pintar untuk mengatasi segala masalah akibat fluktuasi harga minyak dunia yang akan mempengaruhi harga minyak dalam negeri. Perusahaan dapat mengatasinya dengan menekan ongkos produksi seperti penggantian sumber energi dari minyak menjadi gas alam. Mengurangi penggunaan alat-alat yang menggunakan listrik yang tidak digunakan. Selain itu juga dibutuhkan peran pemerintah untuk membantu industri kecil untuk berkembang disaat perekonomian yang tidak stabil dengan memberikan kemudahan kredit.

C. BBM Sebagai Input Vital Produksi

Input (masukan) adalah faktor produksi atau sumber-sumber daya

(resources) barang dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan barang

(34)

faktor-faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi, karena bila ditambah maka output atau hasil produksi tertentu akan bertambah juga.

Kegiatan produksi pada awalnya menggunakan tenaga manusia, namun setelah revolusi industri, tenaga manusia diganti dengan mesin-mesin. Pada awalnya penggunaan mesin tersebut menggunakan genset dan pada akhirnya mesin-mesin tersebut menggunakan minyak. Banyak perusahaan yang beralih menggunakan minyak karena minyak lebih murah dan praktis. Maka semenjak itu konsumsi minyak bertambah.

Dilihat dari sisi pemakai BBM, sektor Industri merupakan pemakai BBM ketiga setelah transportasi dan rumah tangga (Hidayat, 2005). Namun BBM adalah energi yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selama tahun 1990-2000 tingkat konsumsi BBM sektor industri terhadap total konsumsi BBM dalam negeri rata-rata sebesar 21% setiap tahunnya.

(35)

D. Hal-Hal Yang Dipengaruhi Kenaikan Harga BBM

1. Tenaga Kerja

Kerja manusia (labor) dalam ilmu ekonomi diartikan segala usaha manusia, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 2004: 89). Garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (Dumairy, 1996:74). Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja (Gilarso, 2004: 90). Batas usia kerja atau penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas (BPS, 2007: 57). Setiap orang yang sudah berusia 15 tahun keatas tergolong sebagai tenaga kerja. Peningkatan batas usia kerja dari 10 tahun keatas menjadi 15 tahun keatas dikarenakan konsekuensi program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang belum berada dalam batas usia kerja.

(36)

2. Omzet Penjualan

Penjualan (selling) artinya proses menjual. Menjual (sale) adalah menyerahkan sesuatu kepada pembeli dengan harga tertentu (Nafarin. 2007: 96). Penjualan menggambarkan hasil dari penjualan barang/jasa kepada pembeli atau langganan selama satu periode tertentu (Manullang, 2002:316). Agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena terlalu banyak memproduksi barang/jasa maka perusahaan harus memperkirakan besarnya penjualan atau dinamakan dengan ramalan jual. Ramalan jual adalah proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan di buat data yang pernah terjadi dan atau mungkin akan terjadi. Teknik membuat ramalan jualan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduanya (Nafarin, 2007: 96-99).

Ramalan kualitatif dapat dilakukan dengan menekankan pertimbangan dan keahlian dari para tenaga penjualan. Berdasarkan survei informal dari pelanggan utama perusahaan yang dilakukan oleh bagian penjualan. Mengunakan pertimbanga eksekutif tingkat atas dalam perusahaan itu. Meminta pendapat para pakar, orang yang ahli dan berpengalaman dimintai pertimbangan untuk meramalkan jualan. Survei konsumen, dilakukan dengan meneliti konsumen.

(37)

dihapus dan inovasi terbaru. Metode distribusi probabilitas dengan cara menaksir variasi produk yang akan dijual lalu menentukan nilai probabilitas. Analisis tren dan regresi dengan menggunakan metode statistik

Omzet penjualan seimbang bila hasil dari penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi atau Break Even Point. Dapat diperoleh dimana total cost/biaya total sama dengan total revenue/peneriman total (TC=TR). Dalam keadan ini perusahaan tidak

mengalami untung atau rugi. Bila perusahaan memperoleh penjualan lebih kecil jumlahnya dari biaya yang dikeluarkan untuk produksi berarti perusahaan mengalami kerugian (TC>TR). Sedangkan bila (TC<TR) maka yang terjadi adalah perusahaan mengalami untung. Kondisi seperti ini yang diinginkan setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya.

Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi

Rugi (TC>TR)

BEP (TR=TC)

Untung (TC<TR) TR

TC RP

Q Sumber: Gilarso, 2003: 136

(38)

3. Upah Pekerja

Upah adalah pembayaran kepada pemilik sumber daya tenaga kerja. Harga yang harus dibayar untuk penggunaan tenaga kerja pada kurun waktu tertentu (Gilarso, 2004: 415). Upah dibedakan menjadi dua pengertian yaitu upah nominal dan upah riil. Upah nominal/uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2005: 351). Secara singkat upah nominal yaitu sejumlah uang yang diterima, sedangkan upah riil yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu (Gilarso, 2003: 211).

(39)

kerja, struktur ekonomi nasional, peraturan pemerintah, keadilan dan perikemanusiaan.

Tingkat harga dapat menentukan upah, ini terjadi apabila harga-harga kebutuhan hidup naik. Kaum buruh dan para pegawai akan menuntut agar gaji disesuaikan dan tingkat upah akan naik. Sebaliknya dengan naiknya gaji akan membuat harga menjadi semakin naik. Produktivitas kerja juga menentukan upah, bila produktifitas tenaga kerja rendah maka upah yang didapat juga rendah. Struktur ekonomi nasional juga mempengaruhi tingkat upah. Misalnya bila banyak pengangguran, buruh akan sulit menuntut kenaikan upah, orang terpaksa menerima upah yang rendah asalkan mendapat pekerjaan. Peraturan pemerintah dengan Undang-Undangnya mempengaruhi tingkat upah pula. Yang terakhir adalah keadilan dan perikemanusian, dimana bila karyawan telah bekerja dengan sebaik-baiknya dia berhak menerima upah yang sekurang-kurangnya cukup untuk hidup layak dengan keluarganya.

(40)

4. Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) perusahaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut (Sumarsono, 2007:151). Biaya yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya implisit (ongkos tersembunyi) adalah taksiran pengeluaran terhadap

faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (Sukirno, 2005: 208).

(41)

produsen dapat merubah baik biaya faktor produksi variabel maupun biaya produksi tetapnya (Sumarsono, 2007:167-168).

Biaya produksi jangka pendek yang diperlukan dalam menghasilkan suatu produk dapat dibedakan menjadi dua bagian yang pertama biaya total dan jenis-jenis biaya total terdiri dari total cost, total fixed cost, total variabel cost, yang kedua biaya rata-rata dan marjinal terdiri dari average fixed cost, average variabel cost, average

cost, dan marginal cost (Sukirno, 2005: 209-212).

Total cost/biaya total (TC) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Biaya total suatu perusahaan dalam jangka pendek tergantung pada ukuran perusahaan dan pada tingkat output yang diproduksi. Total cost didapat dari menjumlahkan biaya

tetap dan biaya variabel. Total fixed cost/biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya ini adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Total variabel cost/biaya berubah rata-rata (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan

(42)

Gambar II.2 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Berubah Total

Average fixed cost/biaya tetap rata-rata (AFC) adalah biaya tetap

total (TFC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average variabel cost/biaya berubah rata-rata (AVC) adalah biaya

berubah total (TVC) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi (Q). Average cost/biaya total rata-rata (AC) adalah biaya yang dapat dihitung dengan biaya total (TC) di bagi sejumlah barang yang diproduksi (Q). Marginal cost/biaya marginal (MC) adalah tambahan biaya yang disebabkan karena tambahan satu unit produksi.

Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata,

dan Biaya Total Rata-rata

Biaya Produksi

Jumlah Produksi TC

TVC

TFC TFC

Sumber: Sukirno, 2005: 213 0

AC

AFC Biaya

Produksi

Jumlah Produksi Sumber: Gilarso, 2003: 139

AVC= AC - AFC

(43)

5. Keuntungan

Keuntungan atau laba adalah pendapatan sisa yang diterima oleh pengusaha sebagai balas karya terhadap kemampuan berwiraswasta, setelah segala biaya produksi diperhitungkan (Gilarso, 2003: 307).

Gambar II.4 Grafik Break-Even

Laba didapatkan dari peneriman total/Total Revenue(TR) dikurangi biaya total/Total cost(TC). Laba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu laba akuntan dan laba ekonom. Laba menurut para akuntan adalah kelebihan pendapatan terhadap beban. Laba menurut para ekonom, Adam Smith berpendapat bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumumsi tanpa mengganggu modal (Nafarin, 2007: 788)

Tiga cara meningkatkan laba adalah meningkatkan volume penjualan, menaikan harga penjualan, mengurangi biaya (Morin, 1986: 3). Meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan membuat suatu rencana yang unik, mengidentifikasi hal-hal apa saja

Rugi

BEP

Laba TR

TC RP

Q Sumber: Gilarso, 2003: 136

(44)

yang diperlukan pelanggan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat iklan dan memberikan keuntungan nyata pada pelanggan. Dapat dilengkapi juga denga cara mengadakan penelitian mendasar untuk meningkatkan penjualan.

Cara yang kedua dapat dilakukan dengan menaikan harga penjualan. Keuntungannya menaikan harga penjualan adalah peneriman yang lebih cepat, kenaikan harga merupakan cara tercepat untuk meningkatkan laba. Bila penjualan tidak menurun, maka penambahan laba terjadi setelah perubahan harga mulai berlaku. dan waktu dan usaha yang diperlukan lebih sedikit. Dibandingkan dengan waktu meningkatkan volume penjualan/ mengurangi biaya.

(45)

E. Hasil penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Riana Damayanti pada 2006 dengan judul ”Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Nilai Penjualan, Keuntungan, Biaya Produksi, dan Tenaga Kerja” Studi Kasus Sentra Industri Kerajinan Bambu Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menguji perbandingan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah pada 1 Oktober 2005. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 22 industri kerajinan bambu. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara, data dianalisis dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitiannya adalah nilai penjualan, keuntungan, biaya produksi dan penyerapan tenaga kerja jika dilihat dari perhitungan uji t, diperoleh hasil yaitu tidak terdapat perbedaan yang berarti sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Namun, bila dilihat dari rata-rata sesudah kenaikan harga BBM maka penjualan, keuntungan, biaya produksi, dan penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan.

F. Kerangka Berpikir

(46)

adalah mengurangi tenaga kerja tetap. Sebagai gantinya bila omzet penjualan meningkat maka dapat mempekerjakan dengan upah per hari. Keuntungan bagi produsen adalah beban yang dikeluarkan untuk memberi upah pekerja dapat sesuai dengan omzet penjualan. Namun kerugiannya adalah bagi tenaga kerja yang tidak tetap, dimana pendapatan mereka tidak menentu. Dengan demikian biaya yang harus dikeluarkan dapat berkurang, akibat menurunnya omzet penjualan dan bertambahnya biaya untuk produksi. Omzet industri yang menurun, bila tidak mengurangi jumlah tenaga kerja maka dimungkinkan akan mengalami kebangkrutan. Perusahaan harus mengorbankan beberapa tenaga kerja untuk mempertahankan perusahaan dan kesejahteraan tenaga kerja lainnya.

Kenaikan harga BBM juga dapat berakibat terhadap menurunnya omzet penjualan. Karena konsumen mengurangi jumlah konsumsinya. Supaya mereka tidak mengurangi konsumsinya terhadap barang/jasa maka yang harus dilakukan adalah membuat inovasi-inovasi baru. Supaya konsumen tidak tertarik pada barang/jasa perusahan lain. Dapat dilakukan dengan membuat kemasan ekonomis, membuat kemasan kecil sehingga dapat dijangkau masyarakat.

(47)

tidak meningkat (bila harga penjualan tetap). Atau juga bila perusahaan menaikan harga dan penjualan menurun.

Besarnya pengaruh kenaikan BBM terhadap biaya produksi tergantung besarnya komponen energi dalam ongkos produksi. Karena industri yang menggunakan energi yang banyak akan menambah ongkos produksi. Sehingga perusahaan harus dapat melakukan efisiensi pengeluaran ongkos untuk energi. Mengurangi pos-pos anggaran yang kurang penting juga dapat dilakukan supaya biaya produksi dapat dikendalikan dan menghindari kerugian.

Bila konsumsi masyarakat berkurang maka keuntungan yang akan diperoleh perusahaan pun akan berkurang. Maka bila hal ini terjadi maka perusahaan harus melakukan penghematan energi, dan biaya yang digunakan untuk biaya energi digunakan untuk meningkatkan kualitas produk barang/jasa. Sehingga konsumen tetap setia membeli produk barang/jasa.

G. Hipotesis penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(48)

2. Ada perbedaan omzet penjualan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada industri bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Ada perbedaan upah pekerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada industri bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Ada perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada industri bakpia Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Ex Post Facto, dalam bahasa Latin berarti ”dari sesudah fakta”. Menunjukkan

bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel-bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami (Furchan, 1982: 382). Ex Post Facto memulai dengan dua kelompok yang berbeda kemudian berusaha menetapkan sebab-sebab dari perbedan ini. Ex Post Facto adalah penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah

terjadinya suatu fakta atau peristiwa (Indriantoro, 2002: 27). Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang timbul dan menelusuri kembali fakta yang secara masuk akal sebagai faktor-faktor penyebab.

Penelitian ini dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap sebagai akibat dari faktor-faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki kebelakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang terjadi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yang mempengaruhi beberapa faktor yaitu jumlah tenaga kerja, omzet penjualan, upah pekerja, biaya produksi, dan keuntungan.

(50)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini berada di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan sebagai berikut: 1. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik merupakan industri kecil

menengah yang rentan terhadap kondisi perekonomian yang tidak stabil seperti kenaikan harga BBM.

2. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Karena, industri ini dapat berkembang padahal tidak dekat dengan obyek wisata belanja namun orang-orang mengetahui ada industri bakpia di Kecamatan Ngaglik.

3. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik banyak menyerap tenaga kerja dari desa setempat dan desa sekitar.

4. Belum diketahui sejauh mana pengaruh kenaikan harga BBM terhadap jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya, dan keuntungan.

Waktu penelitian ini adalah bulan April-Juni 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah indusrti bakpia di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik dipilih karena:

(51)

b. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik mempunyai potensi yang tinggi dan dapat dikembangkan menjadi sentra industri dan menjadi salah satu tempat wisata belanja.

c. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik telah menyerap banyak tenaga kerja dari desa sekitar perusahan.

d. Industri bakpia di Kecamatan Ngaglik membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dan juga pendapatan daerah setempat.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah perbedaan jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya, dan keuntungan sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 115). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah industri bakpia di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah 23 tempat.

(52)

Tabel III.1 Populasi Industri Bakpia di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Tahun 2009

E. Variabel Penelitian

1. Variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya pekerja yang digunakan untuk membantu proses produksi.

b. Omzet adalah banyaknya barang yang terjual dikalikan dengan harga jual.

c. Upah adalah balas jasa yang diberikan pada tenaga kerja sebagai pembayaran atas tenaga mereka yang digunakan dalam proses produksi.

d. Biaya

1) Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahan tidak berproduksi.

No Nama Kelurahan Jumlah industri bakpia

1. Minomartani 20

2. Sardonoharjo 1

3. Sariharjo 2

Jumlah 23

(53)

2) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan apabila berproduksi, besar kecilnya tergantung dari jumlah yang akan diproduksi.

3) Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya total dapat diketahui dengan cara menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel.

4) Keuntungan adalah pendapatan yang diterima hasil dari selisih antara penerimaan total dan biaya total.

2. Pengukuran

a. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini diukur dengan jumlah tanpa range.

b. Omzet

Omzet dalam penelitian ini diukur dengan diukur nilai rupiah tanpa range.

c. Upah

Upah dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range. d. Biaya

1) Biaya tetap dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

(54)

3) Biaya total dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

e. Keuntungan

Keuntungan dalam penelitian ini diukur dengan nilai rupiah tanpa range.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang 30 orang (Sugiyono, 2005: 61).

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (Indriantoro, 2002: 146). Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Jumlah tenaga kerja b. Omzet

c. Upah

(55)

e. Keuntungan

f. Sejarah Industri Bakpia Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara terstruktur.

Tabel III.2 Kisi-kisi Wawancara Yang Dipergunakan

No Variabel Indikator

A Identitas responden Berisi nama perusahaan, nama pemilik perusahaan, alamat perusahaan, lama berusaha di bidang industri bakpia, usaha di bidang industri bakpia sebagai pekerjan pokok/sampingan, asal mula usaha, modal awal.

Jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

Upah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

B Jumlah tenaga kerja, jumlah upah, dan jumlah jam kerja dalam satu hari.

Jumlah jam kerja dalam satu hari sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Harga sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Jumlah produksi sebelum dan sesudah kenaikan kenaikan harga BBM C Omzet penjualan

(56)

kenaikan harga BBM

Biaya Tetap (biaya upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya sewa, biaya promosi, biaya beban bunga, biaya staples, biaya alat tulis) sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Biaya Variabel (biaya upah tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya pembelian dus, biaya pengiriman, biaya lain-lain) sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

D Biaya produksi

Biaya Total sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

E Pertanyaan tambahan

Asal bahan baku, alat transportasi yang di gunakan untuk membawa bahan baku, daerah jangkauan pemasaran, sistem pemasaran yang diterapkan, alat trasportasi yang digunakan untuk memasarkan produk, asal tenaga kerja, peralatan utama dalam pembuatan bakpia.

2. Data Sekunder

(57)

dicatat oleh pihak lain (Indriantoro, 2002: 147). Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

a. Jumlah industri kecil dan menengah b. Gambaran umum wilayah

c. Peta lokasi

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis 1-5 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja, omzet, upah, biaya, dan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM adalah analisis uji t. Uji ini dipilih karena pada penelitian ini diperoleh data rasio. Selain itu, penelitian ini juga termasuk studi perbandingan (comparative study) yang menguji perilaku sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.

Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis dengan uji t adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji hipotesis 1 tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap jumlah tenaga kerja. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode uji beda mean. Jumlah tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM akan diuji dengan menggunakan uji t. Maka persamaan:

n

x

X 1 1 1

= dan

n

x

X

2 2

(58)

Keterangan:

1

X : rata-rata jumlah tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM

x

1 :total jumlah tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

2

X :rata-rata jumlah tenaga kerja sesudah kenaikan harga BBM

x

2 : total jumlah tenaga kerja sesudah kenaikan harga BBM

n

2 :jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM Rumus t hitung:

Keterangan:

1

X : rata-rata jumlah tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata jumlah tenaga kerja sesudah kenaikan harga BBM

s

12 : varians jumlah tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM

s

22 : varians jumlah sesudah kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel tenaga kerja sebelum kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM
(59)

Sedangkan untuk

s

2(varians) dicari dengan rumus di bawah ini:

Keterangan:

s

2 : varians jumlah tenaga kerja

x

1 : jumlah tenaga kerja

1

X : rata-rata jumlah tenaga kerja n : jumlah sampel

2. Untuk menguji hipotesis 2 tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap omzet. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode uji beda mean. Omzet rata-rata sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM akan diuji dengan menggunakan uji t. Maka persamaan :

n

x

X 1 1 1

= dan

n

x

X 2 2 2

= Keterangan: 1

X : rata-rata omzet sebelum kenaikan harga BBM

x

1 : total omzet sebelum kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata omzet sesudah kenaikan harga BBM

(

)

2
(60)

x

2 : total omzet sesudah kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM Rumus t hitung:

Keterangan:

1

X : rata-rata omzet sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata omzet sesudah kenaikan harga BBM

s

12 : varians omzet sebelum kenaikan harga BBM

s

22 : varians omzet sesudah kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM

Sedangkan untuk

s

2(varians) dicari dengan rumus di bawah ini:

Keterangan:

s

2 : varians omzet

x

1 : jumlah omzet

(

)

2
(61)

1

X : rata-rata omzet n : jumlah sampel

3. Untuk menguji hipotesis 3 tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap upah. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode uji beda mean. Upah rata-rata sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM akan diuji dengan menggunakan uji t. Maka persamaan :

n

x

X 1 1 1

= dan

n

x

X 2 2 2

= Keterangan: 1

X : rata-rata upah sebelum kenaikan harga BBM

x

1 : total upah sebelum kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata upah sesudah kenaikan harga BBM

x

2 : total upah sesudah kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM Rumus t hitung:

Keterangan:

1

X : rata-rata upah sebelum kenaikan harga BBM

(62)

2

X : rata-rata upah sesudah kenaikan harga BBM

s

12 : varians upah sebelum kenaikan harga BBM

s

22 : varians upah sesudah kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM

Sedangkan untuk

s

2(varians) dicari dengan rumus di bawah ini:

Keterangan:

s

2 : varians upah

x

1 : jumlah upah

1

X : rata-rata upah n : jumlah sampel

4. Untuk menguji hipotesis 4 tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap biaya produksi. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode uji beda mean. Biaya produksi rata-rata sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM akan diuji dengan menggunakan uji t. Maka persamaan :

n

x

X 1 1 1

= dan

n

x

X 2 2 2

=

(

)

2
(63)

Keterangan:

1

X : rata-rata biaya produksi sebelum kenaikan harga BBM

x

1 : total biaya produksi sebelum kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata biaya produksi sesudah kenaikan harga BBM

x

2 : total biaya produksi sesudah kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM Rumus t hitung:

Keterangan:

1

X : rata-rata biaya produksi sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata biaya produksi sesudah kenaikan harga BBM

s

12 : varians biaya produksi sebelum kenaikan harga BBM

s

22 : varians biaya produksi sesudah kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM
(64)

Sedangkan untuk

s

2(varians) dicari dengan rumus di bawah ini:

Keterangan:

s

2 : varians biaya produksi

x

1 : biaya produksi

1

X : rata-rata biaya produksi n : jumlah sampel

5. Untuk menguji hipotesis 5 tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap keuntungan. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode uji beda mean. Hasil keuntungan rata-rata sebelum kenaikan harga BBM dan sesudah kenaikan harga BBM akan diuji dengan menggunakan uji t. Maka persamaan :

n

x

X 1 1 1

= dan

n

x

X 2 2 2

= Keterangan: 1

X : rata-rata keuntungan sebelum kenaikan harga BBM

x

1 : total keuntungan sebelum kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata keuntungan sesudah kenaikan harga BBM

(

)

2
(65)

x

2 : total keuntungan sesudah kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM Rumus t hitung:

Keterangan:

1

X : rata-rata keuntungan sebelum kenaikan harga BBM

2

X : rata-rata keuntungan sesudah kenaikan harga BBM

s

12 : varians keuntungan sebelum kenaikan harga BBM

s

22 : varians keuntungan sesudah kenaikan harga BBM

n

1 : jumlah sampel sebelum kenaikan harga BBM

n

2 : jumlah sampel sesudah kenaikan harga BBM

Sedangkan untuk

s

2(varians) dicari dengan rumus di bawah ini:

Keterangan:

s

2 : varians keuntungan

x

1 : jumlah keuntungan
(66)

1

X : rata-rata keuntungan n : jumlah sampel

Setelah nilai t ditemukan, kemudian dilakukan pengujian untuk masing-masing hipotesis. Sebelum menguji hipotesis tersebut, terlebih dahulu dirumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari masing-masing variabel yaitu:

a. Jumlah tenaga kerja

µ

µ

1 2

: =

Ho

µ

µ

1 2

: ≠

Ha

Ho: tidak terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Ha: terdapat perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

b. Omzet

µ

µ

1 2

: =

Ho

µ

µ

1 2

: ≠

Ha

Ho: tidak terdapat perbedaan omzet sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

(67)

c. Upah

µ

µ

1 2

: =

Ho

µ

µ

1 2

: ≠

Ha

Ho: tidak terdapat perbedaan upah sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Ha: terdapat perbedaan upah sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

d. Biaya produksi

µ

µ

1 2

: =

Ho

µ

µ

1 2

: ≠

Ha

Ho: tidak terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

Ha: terdapat perbedaan biaya produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

e. Keuntungan

µ

µ

1 2

: =

Ho

µ

µ

1 2

: ≠

Ha

Ho: tidak terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM

(68)

Setelah hipotesis dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian masing-masing hipotesis. Pengujian masing-masing hipotesis dalam penelitian ini menggunakan taraf nyata 5 %. Dengan taraf nyata 5 %, maka kriteria untuk masing-masing hipotesis adalah:

1) Tolak Ho jika statistik hitung

( )

t

hitung > statistik tabel

( )

t

tabel .

2) Terima Ho jika statistik hitung

( )

t

hitung < statistik tabel

( )

t

tabel .
(69)

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Keadaan Lokasi Umum Penelitian

Kecamatan Ngaglik berada di sebelah Timur dari Ibukota Kabupaten Sleman. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 6 Km. Lokasi Ibukota Kecamatan Ngaglik berada di 7.7240’ LS dan 110.40096’ BT. Kecamatan Ngaglik mempunyai luas wilayah 3.852 Ha. Alamat Kantor Kecamatan Ngaglik di Jl. Kaliurang Kilometer 9, Gondangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Kecamatan Ngaglik terdiri dari 6 (enam) desa yaitu Minomartani, Sariharjo, Sardonoharjo, Sinduharjo, Sukoharjo, dan Donoharjo. Batas wilayah Kecamatan Ngaglik:

1. Utara : Kecamatan Pakem, 2. Timur : Kecamatan Ngemplak, 3. Selatan :Kecamatan Depok dan Mlati 4. Barat :Kecamatan Mlati dan Sleman.

Ibukota kecamatan berada pada ketinggian 300 meter diatas permukan laut. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Ngaglik adalah

C

o

34 dengan suhu terendah 27 C. Jumlah curah hujan terbanyak adalah o 89 hari. Bentang wilayah di Kecamatan Ngaglik berupa tanah yang datar dan berombak.

(70)

B. Keadan Demografi

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Ngaglik pada tahun 2008 adalah 78.488 orang, dengan 23.967 jumlah kepala keluarga. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ada 39.270 orang laki-laki dan 39.218 orang perempuan.

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama atau Penghayatan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama yang banyak dianut oleh masyarakat Kecamatan Ngaglik adalah Islam. Meskipun demikian selain agama Islam warga masyarakatnya juga ada yang beragama Katolik, Protestan, Hindu, Budha. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan agama atau penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditunjukan dengan tabel berikut:

Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Agama

No Keterangan Jumlah

a. Islam 72.752 orang

b. Katolik 3.281 orang

c. Protestan 1.167 orang

d. Hindu 128 orang

e. Budha 43 orang

f. Lain-lain 44 orang

Jumlah 77.415 orang

(71)

3. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Jumlah penduduk menurut usia di Kecamatan Ngaglik dapat dibagi berdasarkan kelompok usia perkembangan, kelompok usia pendidikan, kelompok usia tenaga kerja. Kelompok usia perkembangan pembagian umurnya menjadi 7 (tujuh) kelompok, sebagian besar berada pada kelompok usia 25-55 tahun yaitu sejumlah 25.420 orang. Kelompok usia pendidikan dibagi menjadi 9 (sembilan) kelompok, kelompok usia 40 tahun keatas paling besar jumlah penduduknya yaitu 20.098 orang. Kelompok usia berdasarkan tenaga kerja dibagi menjadi 5 (lima) kelompok. Berdasarkan tenaga kerja paling besar berada pada usia produktif atau usia kerja yaitu usia 16-59 tahun sebesar 44.325 orang. Jumlah penduduk menurut usia secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Usia

No Keterangan Jumlah

a. Kelompok usia perkembangan: 0 - 6 tahun

7 - 12 tahun 13 - 18 tahun 19 - 24 tahun 25 - 55 tahun 56 - 79 tahun 80 tahun keatas

7.734 orang 8.219 orang 8.959 orang 10.443 orang 25.420 orang 7.510 orang 2.397 orang b. Kelompok usia pendidikan:

0 - 4 tahun 5 - 9 tahun 10 - 14 tahun 15 - 19 tahun 20 - 24 tahun

(72)

25 - 29 tahun 30 - 34 tahun 35 - 39 tahun 40 tahun keatas

5.965 orang 5.481 orang 4.661 orang 20.098 orang c. Kelompok usia tenaga kerja:

0 - 4 tahun 5 - 6 tahun 7 - 15 tahun 16 - 59 tahun 60 tahun keatas

4.418 orang 2.158 orang 10.139 orang 44.325 orang 11.727 orang Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Penduduk di Kecamatan Ngaglik berbeda-beda. Penduduk Kecamatan Ngaglik terbesar yang pertama mata pencaharian sebagai petani yang mempunyai sawah sendiri dan penghasilannya tidak tergantung dari orang lain sebanyak 39.912 orang. -Mata pencaharian terbesar yang kedua yaitu sebagai peternak. Ternak yang paling banyak adalah ternak ayam buras ada 13.405 orang. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Mata Pencaharian

No Keterangan Jumlah

a. Petani:

1) Petani pemilik tanah 2) Petani penggarap tanah 3) Petani penggarap/penyekap 4) Buruh tani

39.912 orang 2.745 orang 2004 orang 1505 orang

b. Pengusaha sedang/ besar 3 orang

(73)

d. Buruh bangunan 4.040 orang

e. Buruh pertambangan 2.466 orang

f. Pedagang 402 orang

g. Pengangkutan 413 orang

h. Pegawai negeri 270 orang

i. ABRI 326 orang

j. Pensiunan (PNS/ ABRI) 1.687 orang

k. Peternak: 1) Sapi perah 2) Sapi potong 3) Kerbau 4) Kuda 5) Kambing 6) Domba 7) Babi 8) Ayam buras 9) Ayam ras petelur 10) Ayam ras pedaging 11) Itik

12) Angsa 13) Mentok 14) Burung puyuh 15) Burung merpati 16) Kelinci

17) Ikan konsumsi 18) Ikan hias 19) Lain-lain 40 orang 112 orang 27 orang 25 orang 659 orang 470 orang 11 orang 13.405 orang 17 orang 11 orang 19 orang 8 orang 5 orang 10 orang 14 orang 26 orang 12 orang 42 orang 72 orang Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(74)

sudah sadar terhadap pentingnya pendidikan. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan secara lengkap sebagai berikut:

Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaglik Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Keterangan Jumlah (orang)

a. Belum sekolah 5433

b. Tidak tamat sekolah 912

c. Tamat SD/ Sederajat 10707

d. Tamat SLTP/ Sederajat 15225

e. Tamat SLTA/ Sederajat 11604

f. Tamat Akademi/ Sederaja: 22.898

g. Tamat Perguruan Tinggi/ Sederajat: 1) S1

2) S2 3) S3

2387 82 33 Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

C. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi sangat penting untuk kelancaran kegiatan perekonomian. Dengan tansportasi yang baik maka hubungan antar desa dapat berjalan dengan lancar, tidak ada desa yang terisolasi karena terdapat sarana jalan, jembatan dan alat trasportasi yang memadai. Di kecamatan Ngaglik 100% menggunakan sarana jalur darat, 47% jalan aspal, 11% jalan diperkeras, dan 42% jalan tanah.

(75)

Kecamatan Ngaglik juga mempunyai sarana jalan seperti sarana jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten kota, jala desa. Terdapat pula jembatan beton/ batu/ bata sejumlah 17 (tujuh belas) buah, dan jembatan besi 3 buah.

Tabel IV.5 Sarana Transportasi di Kecamatan Ngaglik

No Sarana dan Prasarana Keterangan a. Lalu lintas darat melalui:

1) Jalan aspal 2) Jalan diperkeras 3) Jalan tanah

90 Km 22 Km 80 Km b. Sarana umum yang dapat digunakan oleh

penduduk kecamatan: 1) Sepeda

2) Bus 3) Truk

4) Sepeda motor

5890 buah 32 buah 80 buah 10398 buah c. Sarana Jalan

1) Jalan negara 2) Jalan provinsi 3) Jalan kabupaten kota 4) Jalan desa

0,75 Km 8,05 Km 39,85 Km 238,05 Km d. Jembatan:

1) Jembatan beton/ batu/ bata 2) Jembatan besi

17 buah 3 buah Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

(76)

stasiun relay yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi paling banyak dimiliki adalah telepon perorangan sebanyak 5.628 buah, artinya sebagian besar masyarakat di Kecamatan Ngaglik sudah mempunyai telepon. Dengan jumlah telepon yang semakin meningkat maka dapat digunakan untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana komunikasi di Kecamatan Ngaglik secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel IV.6 Sarana Komunikasi di Kecamatan Ngaglik

No Sarana Keterangan

a. Jumah telepon umum 4 buah

b. Kantor pos/ pos pembantu 3 buah

c. Pemancar 21 buah

d. Radio telepon 6 buah

e. Instansi 18 buah

f. Telepon perorangan 5.628 buah

g. Radio penduduk 13.221 buah

h. Stasiun relay 8 buah

Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

2. Sarana Pendidikan

(77)

sarana pendidikan yaitu Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) , Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Perguruan Tinggi/ Akademi, Sekolah Luar Biasa (SLB), dan pendidikan jalur luar sekolah. Sarana pendidikan di Kecamatan Ngaglik secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel IV.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Ngaglik

No Sarana Keterangan

a. Taman kanak-kanak 46 TK

b. Sekolah Dasar (SD) 39 Sekolah

c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 9 Sekolah d. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 4 Sekolah

e. Sekolah Menengah Kejuruan 2 Sekolah

f. Sekolah Luar Biasa 3 Sekolah

g. Perguruan Tinggi/ Akademi 4 Universitas h. Pendidikan Jalur Luar Sekolah 6 Lembaga Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

3. Sarana Pengairan

(78)

sekunder. Secara lengkap sarana pengairan di Kecamatan Ngaglik sebagai berikut:

Tabel IV.8 Sarana Pengairan di Kecamatan Ngaglik

No Sarana Keterangan

a. Dam 16 buah

b. Pompa air 2 buah

c. Sungai 8 buah

d. Saluran irigasi primer dan sekunder 14 buah Sumber: Data Monografi Kecamatan Ngaglik, tahun 2008

4. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian adalah sarana yang digunakan untuk mendukung perekonomian. Saran tersebut seperti koperasi, pasar umum, toko, kios, warung, bank, lumbung desa, dan rumah potong hewan. Secara lengkap sarana perekonomian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel IV.9 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngaglik

No Sarana Keterangan

a. Koperasi:

1) Koperasi Simpan Pinjam 2) Koperasi Unit Desa 3) BKK

4) BPKD

5) Badan-badan kredit

37 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

b. Jumlah pasar umum 3 buah

c. Jumlah toko 186 buah

d. Jumlah kios 19 buah

e. Jumlah warung 611 buah

f. Jumlah bank 4 buah

g. Jumlah lumbung desa 9 buah

h. Rumah potong hewan 1 buah

(79)

Gambar

Tabel V.3 Statistik Deskriptif Omzet Penjualan
Gambar II. 1   Untung, BEP, Rugi
Gambar II. 1 Untung, BEP, Rugi
Gambar II.3 Biaya Tetap Rata-rata, Biaya Berubah Rata-rata,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PADANG.. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: fraksi etil asetat kulit pisang raja ( Musa paradisiacal Sapientum ) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil karakterisasi dari karbon aktif tempurung buah nipah termasuk karbon aktif dengan nilai uji kadar air, kadar abu dan

1) Berdasarkan teori dan hasil penelitian, pegawai yang ingin memperoleh pengembangan karir khususnya di Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar, sebaiknya

Industri Agro Azahra pada tahun-tahun sebelumnya hanya mempunyai satu jenis kemasan produk bawang goreng. Namun, dikarenakan permintaan terhadap produk bawang goreng semakin

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di mana peneliti berusaha untuk merancang penilaian kinerja pada SMA Negeri 1 Lawang dengan

Pembelajaran untuk materi nilai tempat sampai dengan bilangan 500 dengan menggunakan desain pembelajaran berdasarkan konteks yang sesuai dengan pengetahuan siswa

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), pendapatan dalam usaha tani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk