• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH

A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor

Seorang lektor atau pembaca Sabda yang profesional, tidak cukup hanya bisa membaca. Namun ada beberapa hal yang perlu disadari dan dimiliki oleh seorang lektor yaitu:

a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah.

Untuk menjadi seorang lektor bukan suatu paksaan, tetapi terlahir dari niat yang sungguh-sungguh dan secara sadar. Adanya dorongan batin dan kesadaran untuk melaksanakan tugas yaitu sebagai pembaca Sabda Allah. Sabda yang dibacakan merupakan Sabda kebenaran dan petunjuk/tuntunan untuk berbuat baik. Seperti yang diungkapkan oleh St. Paulus (2 Tim 3:16-17), yaitu:

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Sabda Allah yang dibacakan berguna untuk membuka hati umat beriman untuk memperoleh petunjuk dan kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah.

Maka menjadi lektor harus siap dengan tugasnya yang merupakan kehendak dari Allah sendiri.

Kesadaran bahwa Sabda yang disampaikan adalah Sabda kebenaran, maka seorang lektor juga perlu dibina dan dilatih secara terus-menerus secara terarah, agar pengetahuan, keterampilan dan penghayatan sungguh bisa diandalkan untuk mampu menyampaikan kebenaran dengan baik (Leba & John, 1994:11). Maka untuk menjadi seorang penyampai Sabda yang baik dan profesional seorang lektor harus mendapat tiga macam pembinaan yaitu:

1) Pembinaan Biblis

Pembinaan Biblis sangat membantu seorang lektor agar dapat mengerti bacaan menurut konteksnya dan menangkap inti berita wahyu dalam terang iman. Hendaknya pembinaan dilakukan secara terus-menerus, namun yang dibutuhkan lebih dari pembinaan agar lektor mampu mengerti isi bacaan yang disampaikan. Dalam pembinaan, ada banyak hal mendasar yang perlu disampaikan dan diketahui oleh seorang lektor yaitu:

a) Pemahaman dasar mengenai Kitab Suci yang meliputi:

¾ Arti, maksud dan peranan Kitab Suci dalam kehidupan Gereja. ¾ Konsep tentang wahyu dan iman.

c) Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (terutama Kisah Para Rasul, Surat-surat dan Kitab Wahyu) selain Injil supaya disampaikan secara lebih mendalam.

d) Pedoman membaca Kitab Suci.

Dari beberapa hal pokok di atas sangatlah perlu disampaikan kepada lektor sebagai modal awal untuk menjadi penyampai Sabda. Dari proses pembinaan tersebut ada hal yang mau dicapai antara lain: lektor dapat membedakan bab dan ayat, menyebutkan nama dan jenis buku dengan tepat. Tetapi yang lebih terpenting adalah bahwa lektor mengerti isi bacaan dan mengimani apa yang dibaca. Untuk bisa mengimani dan mengerti apa yang dibaca maka lektor perlu membuka diri dan hati terhadap Sabda dalam Kitab Suci. (Pareira, 1991:55-56.)

Seorang lektor bukanlah seseorang yang dituntut untuk menjadi alhi Kitab Suci. Tetapi perlu disadari bahwa tugas lektor adalah tugas yang mulia, artinya lektor dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dianggap remeh dan ringan. Perlu ada pembinaan cukup dan terus-menerus agar Sabda yang disampaikan menjadi Sabda yang berdaya guna; didengar melalui telinga, direnungkan di dalam hati dan dihayati dalam kehidupan. Sabda yang disampaikan dapat membantu umat untuk bertemu dengan Tuhan yang menyelamatkan sehingga tujuan dari perayaan liturgi dapat tercapai.

2) Pembinaan Liturgis

Pembinaan liturgis ini dimaksudkan agar memberikan sekedar kemampuan kepada pada lektor untuk memahami makna dan tata susunan liturgi Sabda serta dasar-dasar hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. Maka ada beberapa hal pokok yang perlu disampaikan dan diketahui oleh lektor yaitu:

a) Pengertian liturgi Sabda. b) Peranan Sabda dalam liturgi.

c) Hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. d) Peranan lektor dalam liturgi.

e) Susunan tata cara liturgi

f) Penanggalan Liturgi,Warna Liturgi, dan Tahun Liturgi g) Sikap-sikap Liturgi.

Beberapa materi pokok pembinaan di atas sangat membantu seorang lektor untuk mengerti dan memahami liturgi, sehingga mampu menempatkan diri sebagai lektor yang merupakan petugas integral yang membantu kelancaran dan tujuan perayaan liturgi.

3) Pembinaan Teknis.

Pembinaan teknis bertujuan meningkatkan seni membaca para lektor di hadapan umat, baik tanpa maupun dengan bantuan pengeras suara (Bdk. Pareira, 1991:55-60). Ada banyak macam pembinaan teknis antara lain:

b) Latihan kecepatan (intonasi). c) Latihan pernafasan.

d) Latihan pemakaian suara e) Penampilan.

f) Latihan penggunaan mike.

Ketiga jenis pembinaan di atas merupakan hal yang sangat mendasar, yang harus diberikan kepada lektor untuk meningkatkan kualitas lektor sebagai yang diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan agar umat beriman mendengarkan, percaya dan melaksanakannya.

b. Lektor Bagian Integral Liturgi.

Seorang penyampai Sabda Allah harus dilantik oleh Gereja setempat. Pelantikan dilakukan oleh Uskup atau Romo yang berwenang dan disaksikan oleh umat (Martasudjita, 1999:48-49). Dengan dilantik lektor menjadi petugas penting dan mulia dalam perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah.

Lektor memiliki tugas mulia yaitu penyampai Sabda Allah. Oleh karena itu, lektor tidak dapat berdiri sendiri atau melepaskan diri, menurut selera sendiri, terpisah dari seluruh rangkaian upacaya liturgi Ekaristi. Lektor selaku pribadi dalam tugas juga menyatu dengan petugas lain dalam liturgi. Ia wajib mematuhi aturan yang ada dan berlaku secara umum dalam liturgi.

c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya.

Sebagai Penyampai Sabda Allah, lektor memiliki tanggungjawab moral religus yang serius, lahir dan batin. Maka lektor wajib memperhatikan diri dan menatanya secara layak untuk melaksanakan tugas dan kewajiban utamanya. Ia memperhatikan penampilan dan busana yang layak, sopan serta rapi. Ia juga harus berlatih terus menerus untuk mempersiapkan diri menjadi penyampai Sabda yang baik. Walaupun lektor terhimpun di dalam komunitas, namun dalam pelaksanaan tugas yang sudah dijadwalkan, lektor wajib melaksanakannya dengan baik. Apabila lektor berhalangan, maka cepat-cepat untuk mencari penganti. Dan apabila ia tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam konunitas hendaknya dikomunikasikan karena alasan yang bertanggungjawab. Dengan demikian lektor mampu mempertanggungjawabkan diri secara pribadi terhadap tugas dan kewajibannya di dalam komunitas terutama tugasnya sebagai Penyampai Sabda Allah.

d. Lektor membaca Kitab Suci.

Tugas lektor adalah menyampaikan Sabda kepada umat beriman dalam perayaan liturgi. Agar warta Sabda Kitab Suci bisa sampai kepada umat beriman, maka perlu dibacakan kepada umat yang berkumpul (Waskito, 1981:34). Lektor bukan hanya seorang petugas yang membacakan Kitab Suci, tetapi terlebih bahwa seorang lektor adalah penyampai warta Kitab Suci dalam perayaan liturgi. Membaca Kitab Suci artinya bahwa seorang lektor tidak sekedar mengucapkan tulisan, juga

tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Maka seorang lektor sebelum bertugas perlu melakukan tiga langkah persiapan, yaitu:

1) Lektor Membaca Secara Fisik.

Kata membaca di sini diartikan sebagai membaca secara fisik atau perkenalan terhadap bentuk visual dan fisik Kitab Suci. Ini berlaku lebih-lebih bagi lektor junior, tetapi bukan berarti tidak berlaku untuk yang senior. Lektor junior perlu dibekali untuk dapat melihat, mengamati dan mencermati bentuk fisik, struktur dan isi Kitab Suci. Lektor juga bisa membedakan antara Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru serta Kitab Suci Katolik dan bukan Katolik. Dengan demikian seorang lektor akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama di dalam mempersiapkan diri sebelum bertugas. Lektor bisa menyiapkan sendiri bacaan yang akan digunakan berdasarkan kalender Liturgi. (Roesdianto, 2005: 47).

2) Lektor Membaca dalam Hati.

Di sini lektor tidak hanya mengamati bentuk fisik, tetapi juga mulai menelaah isinya. Inilah yang dikatakan dengan membaca di dalam hati. Selaras dengan sikap mendalami, dalam langkah kedua ini sudah masuk ke dalam proses pendalaman materi bacaan Sabda Allah. Dalam proses pendalaman ini lektor perlu penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan iman dan kerinduan hati, lektor menerima hikmat dari Tuhan. Proses pendalaman ini meliputi: menggali, menganalisis, menafsir, mengimajinasi, merasakan, mengindra dan menghayati bacaan tersebut.

Lektor bisa dibantu dengan cara menuliskan kembali teks yang menjadi bahan bacaan. Dalam proses ini juga lektor perlu ada tuntunan pertanyaan yang dapat membantu sebagai berikut (Bdk. Roesdianto, 2005:52-53):

a) Dari mana bacaan itu diambil? b) Apa jenis karya sastranya? c) Apa tema pokoknya?

d) Bagaimana latar belakang situasi dan inti isinya? e) Apa yang dapat kita bayangkan?

f) Bagaimana struktur kalimatnya, berapa jumlah kalimat seluruhnya dan apa kata kunci dari kalimat tersebut?

g) Apa yang ingin disampaikan dengan kutipan ini?

h) Apa pola penyampaian materi bacaan (PPMB) tersebut?

Semua pertanyaan penuntun di atas sifatnya adalah membantu, maka lektor tidak perlu merasa kecewa atau merasa diri gagal bila tidak bisa menemukan jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas, tetapi biarkanlah hal itu terjadi. Tidak ada seorangpun yang mampu menyelami maksud dan rencana Tuhan dengan sempurna. “Manusia pertama tidak mengetahuinya dengan sempurna, dan yang terakhir pun tidak sampai menyelaminya pula” (Sir 24:28). Karena sesuatu yang tidak kita mengerti saat ini kerapkali terjadi di dalam pengalaman hidup kita (Pareira, 2006:23 – 24).

3) Lektor Membaca Bersuara.

Langkah ketiga ini adalah langkah di mana lektor membaca Sabda dengan suara atau bisa disebut lektor membaca lisan (oral). Pada langkah ini lektor memberi perhatian pada kalimat dan kata-kata. Hal ini sangat membantu dalam pengucapan kata-kata; cepat lambat dan keras lembut. Tujuan dari langkah ini adalah:

a) Meneliti ketepatan ucapan suara/mulut kita atas huruf/kata tulisan yang kita baca, benar atau keliru.

b) Melancarkan pengucapan dan pelafalan kata-kata. c) Mengukur intensitas (power) atau kelantangan suara. d) Mencermati kejelasan artikulasi ucapan dan pengejaan.

e) Mencermati perbendaharaan warna dan nada suara/ucapan atas huruf dan kata-kata.

Ketiga langkah di atas akan sangat membantu seorang lektor di dalam mempersiapkan bacaan yang akan digunakan untuk bertugas. Melalui proses ketiga langkah tersebut, seorang lektor akan terbantu untuk menjiwai seluruh isi bacaan, karena lektor tidak membaca sabda lektor, tetapi Sabda Allah.

e. Lektor dalam Komunitas.

Para lektor terhimpun dalam suatu wadah yang disebut sebagai komunitas. Komunitas terbentuk karena setiap orang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Komunitas merupakan tempat di mana kita hidup, tumbuh, dan

berkembang (Martasudjita, 2001:11). Supaya menjadi hidup, tumbuh dan berkembang perlu adanya semangat dan Roh yang mempersatukan setiap anggota.

Komunitas lektor merupakan komunitas Kristiani yang membantu dalam tugas pelayanan Sabda. Komunitas Kristiani yang ideal adalah komunitas yang disatukan dan dihidupi oleh iman akan Yesus berkat pencurahan Roh Kudus. Maka apa yang dilakukan adalah: bertekun dalam pengajaran para rasul (Martasudjita, 2001:40). Begitu pula komunitas lektor, harus selalu dihidupi oleh Sabda agar semakin dipersatukan di dalam iman akan Yesus, melalui kegiatan-kegiatan seperti pendalaman Kitab Suci, pertemuan rutin setiap bulan, dll. Dengan demikian seluruh anggota komunitas semakin dipersatukan dan diperkembangkan imannya akan Yesus.

Dokumen terkait