• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Maria Nia Daniati

NIM: 021124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU

YOGYAKARTA

Oleh: Maria Nia Daniati

NIM: 021124023

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(3)

iii

YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Maria Nia Daniati

NIM: 021124023

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 26 September 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. ... Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK. M. Pd ... Anggota : 1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. ... 2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK. ... 3. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. ...

Yogyakarta, 26 September 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,

(4)

iv

para pembina iman, pastor paroki dan teman-teman komunitas lektor

di Paroki Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta.

kekasih, sahabat, dan teman-teman seperjuangan

juga kepada mama, bapak dan kelima saudaraku

(5)

v

(6)

vi

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 September 2007

Penulis

(7)

vii

ini adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembina iman dalam mengembangkan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Selain itu, memberikan inspirasi bagi anggota komunitas lektor agar semakin menghayati tugas pelayanan dan peranannya sebagai penyampai Sabda Allah dalam perayaan liturgi.

Judul skripsi ini bertitik tolak dari realita yang menunjukkan suatu masalah. Di satu pihak anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru sebagai penyampai Sabda dalam perayaan liturgi. Tetapi di lain pihak mereka belum memiliki kebiasaan membaca dan mendengarkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan realita tersebut maka persoalan mendasar yang digeluti dalam skripsi ini adalah bagaimana mengajak mereka agar memiliki kebiasaan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka semakin menghayati tugasnya sebagai penyampai Sabda dalam perayaan liturgi.

Permasalahan tersebut diolah dalam lima bab dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis yang memanfaatkan studi pustaka, observasi dan wawancara. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bertitik tolak dari Bab I, Bab II berjudul “peranan lektor sebagai penyampai Sabda Allah bagi umat beriman”. Bab ini menguraikan lektor sebagai penyampai Sabda Allah, peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab Suci bagi umat beriman. Sedangkan, pada Bab III, penulis membicarakan mengenai komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini membahas tentang gambaran umum komunitas lektor dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Kemudian Bab IV, penulis memaparkan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Bab ini membahas mengenai gambaran umum katekese, upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese, model katekese dan usulan program katekese. Dan Bab V adalah penutup, penulis mengambil kesimpulan dan saran.

(8)

viii

the biblical catechesis of the lectors’ community of St. Anthony parish, Yogyakarta. Besides that, the thesis wants to give some inspiration to the members of the lectors’ community how to fulfill their ministry and function as witness of the Word of God in the liturgical celebration.

The title of the thesis based on the reality of the life of the community, which shows that there is a problem. On the one side as members of the lectors’ community they deliver to the Word of God in liturgy; on the other hand they are not used to read and listen to the Bible in their daily life. On the basis of this concrete situasion, the main problem discussed in this thesis is the question, how to get them to develop a habit of reading, meditating and living the Holy Scripture in their daily life, so that they experience their ministry as a witness to the Word of God.

(9)

ix

Kristus serta Roh Kudus atas berkat dan kasih setiaNya yang berlimpah kepada penulis, sehingga dari awal perencanaan, penulisan hingga terselesainya penyusunan skripsi dengan judul “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA.” Skripsi ini diajukan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mengembangkan katekese di komunitas lektor.

Selama dalam proses penulisan skripsi ini, dari awal hingga selesai, penulis banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dan membangun dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., sebagai dosen yang telah membimbing,

mengarahkan, dan mengoreksi penyusunan skrispsi ini.

2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK., selaku dosen wali sekaligus panitia penguji. 3. Dra. M. Yulia Supriyati, M.Pd., sebagai dosen pembimbing dalam penelitian

sekaligus sebagai penguji.

4. Dr. C.B. Putranta, SJ., sebagai dosen yang pernah membimbing, mengarahkan dan mengkoreksi skripsi ini.

(10)

x dukungan moral dan material.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002, untuk segala persahabatan dan kebersamaan yang penuh suka dan duka.

9. Kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, perhatian dan doanya.

10.Teman-teman komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru atas pengalaman dan dukungannya.

11.Akhirnya kepada siapa saja yang tidak sempat penulis sebutkan namanya di sini satu per satu yang telah membantu dan berbagi pengalaman hidup dengan penulis selama menjalani masa studi. Dan tidak lupa penulis menghaturkan maaf kepada semua saja atas segala kekhilafan dan kelemahan penulis baik lewat tutur kata, sikap maupun tindakan.

Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis membuka diri atas segala kritik yang membangun dari pembaca.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau gagasan bagi semua pembaca dan khususnya pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

Yogyakarta, 13 September 2007

Penulis,

(11)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH BAGI UMAT BERIMAN... 8

A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah. ... 8

1. Pengertian Lektor ... 8

2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja ... 9

3. Spiritualitas Lektor... 11

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor ... 12

(12)

xii

B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor ... 20

C. Peranan Kitab Suci Bagi Umat Beriman ... 22

1. Pengertian Kitab Suci... 22

2. Kitab Suci Dalam Kehidupan Umat Beriman... 26

a. Kitab Suci Ditulis Oleh dan Untuk Umat Beriman... 27

b. Kitab Suci Sebagai Inspirasi Hidup Umat Beriman... 29

c. Kitab Suci Sebagai Norma Iman Gereja ... 31

BAB III KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU MEMAKNAI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.. ... 34

A. Gambaran Umum Komunitas Lektor... 34

1. Sejarah Singkat Komunitas Lektor ... 35

2. Kedudukan dan Tugas Anggota Komunitas Lektor ... 36

3. Situasi Komunitas Lektor ... 37

a. Keanggotaan Komunitas ... 37

b. Kepengurusan Komunitas ... 38

c. Kegiatan-kegiatan Komunitas ... 39

B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Lektor Di Paroki St. Antonius Kotabaru... 40

1. Metodologi Penelitian... 41

2. Hasil Penelitian ... 44

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

(13)

xiii

1. Pengertian Katekese... 65

a. Pengertian Menurut Catechesi Tradendae... 66

b. Pengertian Katekese Menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia (PKKI II) ... 67

2. Tujuan Katekese ... 71

a. Tujuan Katekese Menurut Catechesi Tradendae... 71

b. Tujuan Katekese Menurut PKKI II ... 72

B. Upaya Menggali Makna Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor Melalui Katekese ... 73

C. Arah Dasar Katekese ... 74

D. Model Katekese... 77

1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese 78 2. Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis... 80

a. Praxis... 81

b. Christian... 81

c. Shared... 82

3. Langkah-langkah Shared Christian Praxis... 83

a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Faktual... 83

b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual ... 84

c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau... 84

d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antar Praksis dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani... 85

(14)

xiv

b. Pemikiran Dasar. ... 90

c. Pengembangan Langkah-langkah... 91

BAB V. PENUTUP... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 105

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Panduan Pertanyaan Wawancara... (2)

Lampiran 3: Hasil Wawancara... (3)

Lampiran 4: Matriks Program Katekese ... (34)

Lampiran 5: Lagu-lagu untuk Katekese... (36)

(15)

xv Alkitab. LAI: Jakarta. Halaman vi.

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja. CT : Catechesi Tradendae DV : Dei Verbum

C. Singkatan lain.

Art. : Artikel Bdk. : Bandingkan dll : dan lain-lain

GKS : Gedung Karya Sosial KKN : Kuliah Kerja Nyata

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia NO : Nomor

PI : Pendalaman Iman

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PKL : Praktek Kerja Lapangan

PPMB : Pola Penyampaian Materi Bacaan S1 : Strata satu

S2 : Strata dua sbb. : sebagai berikut

SCP : Shared Cristian Praxsis Sdri : Saudari

(16)

xvi St. : Santo

Tembul : Temu Bulanan Lektor TV : Televisi

(17)

1 A. Latar Belakang.

Gereja terus-menerus menghimbau umatnya untuk membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Himbauan ini selalu kita dengar melalui kotbah setiap minggu di gereja, dalam pertemuan-pertemuan di lingkungan maupun dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Himbauan ini juga disampaikan dalam Dokumen Konsili Vatikan II khususnya Dei Verbum artikel 25:

Konsili Suci mendesak dengan amat sangat dan secara istimewa agar semua orang beriman, terutama para biarawan-biarawati, acap kali membaca Kitab-Kitab ilahi dan memperoleh ‘keunggulan pengetahuan Yesus Kristus’ (Fil.3,8). Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus. Maka hendaknya mereka dengan suka menghadap Kitab Suci sendiri, entah melalui lembaga-lembaga sendiri, entah melalui Liturgi Suci yang penuh dengan sabda-sabda ilahi, entah dengan bacaan saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang baik untuk itu atau dengan bantuan lain, yang dengan persetujuan dan usaha para gembala Gereja dewasa ini di mana-mana tersebar dengan baik-baik.

(18)

memberi terang untuk memecahkan segala persoalan. Dengan membaca Kitab Suci umat beriman semakin memiliki iman yang dewasa dan mendalam.

Tetapi kenyataan berbicara lain, walaupun himbauan untuk membaca Kitab Suci terus-menerus didengungkan, kiranya masih banyak umat Katolik yang belum pernah membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Seringkali penulis mendengar komentar dari umat bahwa Kitab Suci adalah buku yang berat, susah dipahami dan dimengerti. Selain itu ada juga umat yang mempertanyakan, apakah Kitab Suci masih relevan bagi kehidupan saat ini? Munculnya berbagai anggapan umat terhadap Kitab Suci ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat umat untuk membaca Kitab Suci. Memang ironis bahwa Kitab Suci adalah buku iman Katolik, tetapi umat katolik sendiri bersikap acuh tak acuh terhadap firman Tuhan itu. Padahal hampir setiap keluarga Katolik memiliki Kitab Suci. Namun Kitab Suci tersebut jarang digunakan, hanya menjadi benda pajangan yang jarang tersentuh atau terbaca.

(19)

sikap dan mencari solusi untuk menghadapi kenyataan umat yang demikian. Salah satu usaha Gereja adalah dengan diadakannya katekese yang bertujuan membangkitkan dan memperkuat iman umat kepada Tuhan. Gereja juga mempunyai cita-cita agar pembinaan dan penghayatan iman dimulai sejak dini dan ditujukan kepada semua umat beriman. Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae artikel 19, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan Katekese:

Katekese masih harus berusaha bukan saja untuk memantapkan serta mengajarkan iman, tetapi juga untuk tiada hentinya membangkitkan iman dengan bantuan rahmat, untuk membuka hati para peserta, untuk mempertobatkan, serta menimbulkan sikap penyerahan diri seutuhnya kepada Yesus Kristus.

Hal ini berarti bahwa katekese perlu dilakukan secara terus-menerus agar iman senantiasa dibaharui. Maka setiap komunitas Gereja bertanggung jawab untuk kelangsungan kehidupan iman Gereja. Untuk itu umat beriman tetap membutuhkan pembinaan iman sepanjang hidup dan tidak pernah akan selesai.

(20)

dan gaya lektor dalam membaca Kitab Suci. Isi Kitab Suci kurang jelas didengar oleh umat; umat merasa terganggu dengan gaya dan cara membaca seperti presenter TV atau radio. Adanya beberapa teguran dan komentar terhadap lektor ini menunjukkan bahwa kurang ada kesadaran akan tanggungjawab, kurang persiapan membaca, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci.

Padahal, idealnya seorang lektor diharapkan tidak sekedar membaca, melainkan membacakan (bisa didengar oleh umat) dan menyampaikan (memberikan) Sabda Allah kepada umat, agar sabda Allah tidak hanya didengar tetapi dimengerti, dipahami dan diresapkan ke dalam hati sanubari dan akhirnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya dapat membacakan dan menyampaikan sabda Allah dengan baik seorang lektor perlu latihan terus menerus. Latihan ini menyangkut latihan teknik membaca, merenungkan dan menghayati isi Kitab Suci, sebagaimana diungkapkan oleh Roesdianto (2005:45) sebagai berikut:

Lektor tak pernah lepas atau berhenti membaca dan memahami ayat-ayat Kitab Suci setiap hari, sehingga jiwanya selalu disejukkan, disegarkan dan dihidupkan oleh Kitab Suci. Dengan demikian, setiap hari lektor selalu disukmai Kitab Suci.

(21)

diperbaharui, berkembang dan senantiasa dijiwai oleh Kitab Suci baik di dalam tugas maupun dalam kehidupannya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis merasa terpanggil untuk mengangkatnya dalam sebuah skripsi. Untuk skripsi ini penulis mengambil judul: “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa peranan Kitab Suci bagi seorang lektor?

2. Bagaimana seorang lektor memaknai Kitab Suci di dalam hidupnya sehari-hari? 3. Bagaimana mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan anggota

komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru?

C. Tujuan Penulisan.

1. Membahas dan memaparkan peranan Kitab Suci bagi anggota komunitas Lektor. 2. Mengetahui bagaimana seorang lektor mampu memaknai Kitab Suci dalam

kehidupan sehari-hari.

(22)

4. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan.

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru dalam mengembangkan katekese Kitab Suci di komunitas lektor.

2. Memberikan inspirasi bagi anggota komunitas lektor dalam menghayati tugas pelayanan dan peranannya sebagai penyampai Sabda Allah.

3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam merencanakan, meneliti dan membuat program penelitian tentang Katekese Kitab Suci di komunitas lektor.

E. Metode Penulisan.

(23)

F. Sistematika Penulisan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima Bab. Adapun pokok-pokok ke-5 Bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini meliputi; latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Di dalam Bab II, penulis membahas tentang peranan lektor sebagai penyampai Sabda Allah bagi umat beriman. Dalam pemaparannya penulis membagi menjadi tiga sub pokok bahasan yaitu lektor sebagai penyampai Sabda Allah, peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab Suci bagi umat beriman.

Pada Bab III, penulis akan mengkaji mengenai komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pemaparannya, penulis membagi menjadi dua sub pokok bahasan yaitu gambaran umum komunitas lektor dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru.

Sedangkan Bab IV, penulis akan membicarakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor. Pembahasan tentang katekese ini akan dipaparkan dalam lima sub pokok bahasan yaitu gambaran umum katekese, upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese, model katekese dan usulan program katekese.

(24)

8 A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah. 1. Pengertian lektor.

Kata lektor berasal dari bahasa Latin lectio yang artinya pembacaan. Maka lektor artinya pembaca atau yang membacakan. Selain itu kata lectio diartikan sebagai bacaan. Pengertian lektor dalam arti khusus adalah seorang pria yang diberkati dan dilantik oleh uskup untuk membacakan Sabda Tuhan memang menunjuk pada petugas membaca Kitab Suci selain bacaan Injil dalam perayaan liturgi. Sedangkan pengertian lektor secara umum lebih menunjuk kepada pengertian lektor yang biasa dikenal oleh umat dan sangat akrab di mata umat. Pengertian lektor ini adalah seorang pria maupun wanita yang bertugas untuk membacakan Kitab Suci (selain Injil), doa umat dan pengumuman di gereja (Roesdianto, 2005: 19). Dengan demikian, baik dalam arti khusus maupun umum pengertian lektor tetap menunjuk kepada petugas untuk membacakan Kitab Suci selain Injil. Namun dalam tulisan ini, penulis secara khusus akan membahas pada pengertian lektor secara umum.

(25)

umat untuk bisa bertemu dengan Allah. Umat mampu bertemu dengan Allah yang menyelamatkan dalam perayaan liturgi, hal ini berarti bahwa tujuan dari perayaan liturgi tercapai. Maka jelas bahwa tugas seorang lektor adalah membacakan dan menyampaikan Sabda agar umat bisa mendengarkan, menerungkan dan menghayati Sabda dalam kehidupannya. Menurut Waskito (1981: 5) lektor atau pembaca adalah seorang petugas penting dalam perayaan liturgi.

Dari ungkapan di atas jelas bahwa lektor mempunyai kedudukan di dalam Gereja. Lektor membaca Kitab Suci artinya lektor adalah seorang pewarta Sabda. Maka menjadi salah seorang pewarta Sabda lektor secara khusus dan secara resmi dilantik oleh Gereja. Dengan dilantik berarti lektor mempunyai keluhuran martabat yaitu sebagai penyambung lidah Allah karena melalui diri dan mulutnya Allah sendiri berbicara dan menyapa umatNya. Maka seorang lektor perlu mendapat berbagai macam pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan (Martasudjita, 1999:48-49).

2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja.

(26)

di mana lektor sebagai orang yang percaya kepada Allah, telah dibabtis dan menjadi pengikut Yesus memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai orang beriman yaitu dengan meneruskan tugas pewartaan. Walaupun tugas pewartaan merupakan tugas umum Gereja, namun kehadiran lektor sebagai pembaca Sabda bagi Gereja dirasa sangat perlu.

Dengan melihat kebutuhan Gereja; untuk membantu pewartaan Sabda, mendorong Gereja untuk membentuk Ministeria (pelayanan) untuk melayani seluruh jemaat dan masyarakat. Salah satu tugas pelayanan tersebut adalah pewartaan Sabda oleh lektor di paroki-paroki, guna pewartaan Sabda Allah yang lebih ‘profesional’. Tugas pelayanan lektor dibentuk untuk mengaktifkan dan menghidupkan kembali ministeria kaum awam (Leba & John, 1994:10-11).

(27)

3. Spiritualitas Lektor.

Menjadi lektor merupakan tugas mulia. Lektor menjadi bagian integral dalam perayaan Liturgi. Dalam perayaan liturgi lektor hadir sebagai perwakilan Allah yang mewartakan Sabda. Menjadi lektor bukanlah tugas yang dilakukan hanya dengan sekedar membacakan Kitab Suci. Tetapi lektor benar-benar dapat membantu umat untuk merasakan dan mengalami Sabda itu sendiri. Umat yang mendengarkan pembacaan Kitab Suci dapat merasakan kehalusan dan kekuatan Kitab Suci di dalam hatinya (Pareira, kutipan dari OLM no. 55, editor KWI, 1991:55).

(28)

mengabdi kepada pimpinan liturgi yaitu pastor yang memimpin perayaan liturgi. Mengabdi bukan hanya melaksanakan apa saja yang ditugaskan, tetapi dengan kesadaran penuh seorang lektor melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya yaitu penyambung lidah dan perwakilan diri Allah yang nyata hadir dalam SabdaNya (Diktat pembekalan lektor Gereja St. Antonius Kotabaru, 2005:7).

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor.

Seorang lektor atau pembaca Sabda yang profesional, tidak cukup hanya bisa membaca. Namun ada beberapa hal yang perlu disadari dan dimiliki oleh seorang lektor yaitu:

a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah.

Untuk menjadi seorang lektor bukan suatu paksaan, tetapi terlahir dari niat yang sungguh-sungguh dan secara sadar. Adanya dorongan batin dan kesadaran untuk melaksanakan tugas yaitu sebagai pembaca Sabda Allah. Sabda yang dibacakan merupakan Sabda kebenaran dan petunjuk/tuntunan untuk berbuat baik. Seperti yang diungkapkan oleh St. Paulus (2 Tim 3:16-17), yaitu:

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

(29)

Maka menjadi lektor harus siap dengan tugasnya yang merupakan kehendak dari Allah sendiri.

Kesadaran bahwa Sabda yang disampaikan adalah Sabda kebenaran, maka seorang lektor juga perlu dibina dan dilatih secara terus-menerus secara terarah, agar pengetahuan, keterampilan dan penghayatan sungguh bisa diandalkan untuk mampu menyampaikan kebenaran dengan baik (Leba & John, 1994:11). Maka untuk menjadi seorang penyampai Sabda yang baik dan profesional seorang lektor harus mendapat tiga macam pembinaan yaitu:

1) Pembinaan Biblis

Pembinaan Biblis sangat membantu seorang lektor agar dapat mengerti bacaan menurut konteksnya dan menangkap inti berita wahyu dalam terang iman. Hendaknya pembinaan dilakukan secara terus-menerus, namun yang dibutuhkan lebih dari pembinaan agar lektor mampu mengerti isi bacaan yang disampaikan. Dalam pembinaan, ada banyak hal mendasar yang perlu disampaikan dan diketahui oleh seorang lektor yaitu:

a) Pemahaman dasar mengenai Kitab Suci yang meliputi:

¾ Arti, maksud dan peranan Kitab Suci dalam kehidupan Gereja. ¾ Konsep tentang wahyu dan iman.

(30)

c) Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (terutama Kisah Para Rasul, Surat-surat dan Kitab Wahyu) selain Injil supaya disampaikan secara lebih mendalam.

d) Pedoman membaca Kitab Suci.

Dari beberapa hal pokok di atas sangatlah perlu disampaikan kepada lektor sebagai modal awal untuk menjadi penyampai Sabda. Dari proses pembinaan tersebut ada hal yang mau dicapai antara lain: lektor dapat membedakan bab dan ayat, menyebutkan nama dan jenis buku dengan tepat. Tetapi yang lebih terpenting adalah bahwa lektor mengerti isi bacaan dan mengimani apa yang dibaca. Untuk bisa mengimani dan mengerti apa yang dibaca maka lektor perlu membuka diri dan hati terhadap Sabda dalam Kitab Suci. (Pareira, 1991:55-56.)

(31)

2) Pembinaan Liturgis

Pembinaan liturgis ini dimaksudkan agar memberikan sekedar kemampuan kepada pada lektor untuk memahami makna dan tata susunan liturgi Sabda serta dasar-dasar hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. Maka ada beberapa hal pokok yang perlu disampaikan dan diketahui oleh lektor yaitu:

a) Pengertian liturgi Sabda. b) Peranan Sabda dalam liturgi.

c) Hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. d) Peranan lektor dalam liturgi.

e) Susunan tata cara liturgi

f) Penanggalan Liturgi,Warna Liturgi, dan Tahun Liturgi g) Sikap-sikap Liturgi.

Beberapa materi pokok pembinaan di atas sangat membantu seorang lektor untuk mengerti dan memahami liturgi, sehingga mampu menempatkan diri sebagai lektor yang merupakan petugas integral yang membantu kelancaran dan tujuan perayaan liturgi.

3) Pembinaan Teknis.

Pembinaan teknis bertujuan meningkatkan seni membaca para lektor di hadapan umat, baik tanpa maupun dengan bantuan pengeras suara (Bdk. Pareira, 1991:55-60). Ada banyak macam pembinaan teknis antara lain:

(32)

b) Latihan kecepatan (intonasi). c) Latihan pernafasan.

d) Latihan pemakaian suara e) Penampilan.

f) Latihan penggunaan mike.

Ketiga jenis pembinaan di atas merupakan hal yang sangat mendasar, yang harus diberikan kepada lektor untuk meningkatkan kualitas lektor sebagai yang diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan agar umat beriman mendengarkan, percaya dan melaksanakannya.

b. Lektor Bagian Integral Liturgi.

Seorang penyampai Sabda Allah harus dilantik oleh Gereja setempat. Pelantikan dilakukan oleh Uskup atau Romo yang berwenang dan disaksikan oleh umat (Martasudjita, 1999:48-49). Dengan dilantik lektor menjadi petugas penting dan mulia dalam perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah.

(33)

c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya.

Sebagai Penyampai Sabda Allah, lektor memiliki tanggungjawab moral religus yang serius, lahir dan batin. Maka lektor wajib memperhatikan diri dan menatanya secara layak untuk melaksanakan tugas dan kewajiban utamanya. Ia memperhatikan penampilan dan busana yang layak, sopan serta rapi. Ia juga harus berlatih terus menerus untuk mempersiapkan diri menjadi penyampai Sabda yang baik. Walaupun lektor terhimpun di dalam komunitas, namun dalam pelaksanaan tugas yang sudah dijadwalkan, lektor wajib melaksanakannya dengan baik. Apabila lektor berhalangan, maka cepat-cepat untuk mencari penganti. Dan apabila ia tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam konunitas hendaknya dikomunikasikan karena alasan yang bertanggungjawab. Dengan demikian lektor mampu mempertanggungjawabkan diri secara pribadi terhadap tugas dan kewajibannya di dalam komunitas terutama tugasnya sebagai Penyampai Sabda Allah.

d. Lektor membaca Kitab Suci.

(34)

tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Maka seorang lektor sebelum bertugas perlu melakukan tiga langkah persiapan, yaitu:

1) Lektor Membaca Secara Fisik.

Kata membaca di sini diartikan sebagai membaca secara fisik atau perkenalan terhadap bentuk visual dan fisik Kitab Suci. Ini berlaku lebih-lebih bagi lektor junior, tetapi bukan berarti tidak berlaku untuk yang senior. Lektor junior perlu dibekali untuk dapat melihat, mengamati dan mencermati bentuk fisik, struktur dan isi Kitab Suci. Lektor juga bisa membedakan antara Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru serta Kitab Suci Katolik dan bukan Katolik. Dengan demikian seorang lektor akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama di dalam mempersiapkan diri sebelum bertugas. Lektor bisa menyiapkan sendiri bacaan yang akan digunakan berdasarkan kalender Liturgi. (Roesdianto, 2005: 47).

2) Lektor Membaca dalam Hati.

(35)

Lektor bisa dibantu dengan cara menuliskan kembali teks yang menjadi bahan bacaan. Dalam proses ini juga lektor perlu ada tuntunan pertanyaan yang dapat membantu sebagai berikut (Bdk. Roesdianto, 2005:52-53):

a) Dari mana bacaan itu diambil? b) Apa jenis karya sastranya? c) Apa tema pokoknya?

d) Bagaimana latar belakang situasi dan inti isinya? e) Apa yang dapat kita bayangkan?

f) Bagaimana struktur kalimatnya, berapa jumlah kalimat seluruhnya dan apa kata kunci dari kalimat tersebut?

g) Apa yang ingin disampaikan dengan kutipan ini?

h) Apa pola penyampaian materi bacaan (PPMB) tersebut?

(36)

3) Lektor Membaca Bersuara.

Langkah ketiga ini adalah langkah di mana lektor membaca Sabda dengan suara atau bisa disebut lektor membaca lisan (oral). Pada langkah ini lektor memberi perhatian pada kalimat dan kata-kata. Hal ini sangat membantu dalam pengucapan kata-kata; cepat lambat dan keras lembut. Tujuan dari langkah ini adalah:

a) Meneliti ketepatan ucapan suara/mulut kita atas huruf/kata tulisan yang kita baca, benar atau keliru.

b) Melancarkan pengucapan dan pelafalan kata-kata. c) Mengukur intensitas (power) atau kelantangan suara. d) Mencermati kejelasan artikulasi ucapan dan pengejaan.

e) Mencermati perbendaharaan warna dan nada suara/ucapan atas huruf dan kata-kata.

Ketiga langkah di atas akan sangat membantu seorang lektor di dalam mempersiapkan bacaan yang akan digunakan untuk bertugas. Melalui proses ketiga langkah tersebut, seorang lektor akan terbantu untuk menjiwai seluruh isi bacaan, karena lektor tidak membaca sabda lektor, tetapi Sabda Allah.

e. Lektor dalam Komunitas.

(37)

berkembang (Martasudjita, 2001:11). Supaya menjadi hidup, tumbuh dan berkembang perlu adanya semangat dan Roh yang mempersatukan setiap anggota.

Komunitas lektor merupakan komunitas Kristiani yang membantu dalam tugas pelayanan Sabda. Komunitas Kristiani yang ideal adalah komunitas yang disatukan dan dihidupi oleh iman akan Yesus berkat pencurahan Roh Kudus. Maka apa yang dilakukan adalah: bertekun dalam pengajaran para rasul (Martasudjita, 2001:40). Begitu pula komunitas lektor, harus selalu dihidupi oleh Sabda agar semakin dipersatukan di dalam iman akan Yesus, melalui kegiatan-kegiatan seperti pendalaman Kitab Suci, pertemuan rutin setiap bulan, dll. Dengan demikian seluruh anggota komunitas semakin dipersatukan dan diperkembangkan imannya akan Yesus.

B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor.

(38)

selalu dihidupi, disemangati dan didorong untuk selalu hidup dalam pengharapan iman. Kitab Suci menjadi santapan jiwa yang memberikan kekuatan.

Seorang lektor seharusnya menjadikan Kitab Suci makanan jiwa dan menjadi santapan dalam hidupnya. Lektor bukanlah orang yang anti dan asing terhadap Kitab Suci. Maka setiap lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan Sabda Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan mengaktualkan Sabda seorang lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala menghadapi persoalan dan diberi pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan tugas pewartaan.

Dari Kitab Suci diperoleh inspirasi, tuntunan dan arahan hidup untuk semakin menumbuhkan iman kepercayaan kepada Tuhan. Lektor tidak pernah lepas atau berhenti untuk membaca, merenungkan dan menjiwai Kitab Suci, sehingga jiwanya selalu disejukkan, disegarkan dan dihidupkan oleh Sabda Kitab Suci. Dengan demikian, setiap hari seorang lektor selalu dijiwai Kitab Suci (Roesdianto, 2005:45).

C. Peranan Kitab Suci Bagi Umat Beriman. 1. Pengertian Kitab Suci.

(39)

Suci sangat jelas dikemukakan oleh Suharyo dalam bukunya Membaca Kitab Suci, Paham-Paham Dasar (1991: 17), sebagai berikut:

Kitab Suci adalah kesaksian iman Israel (Perjanjian Lama) dan Gereja dengan mengingat paham Kristen tentang wahyu. Wahyu bukan Kitab Suci tetapi pribadi Allah sendiri yang nyata kepada kita dalam diri Yesus Kristus. Dengan mengatakan Kitab Suci adalah wahyu Allah berarti Kitab Suci bukanlah sebuah buku yang turun dari langit tetapi adalah pribadi Allah yang berkenan menyatakan diriNya melalui pengalaman hidup beriman umat Israel dan Gereja Perdana. Pengertian Kitab Suci juga secara jelas didefinisikan oleh Leks (1996:10), dalam bukunya Mengenal ABC Kitab Suci adalah:

Sekumpulan buku yang oleh Gereja diyakini telah terinspirasikan oleh Allah dan dijadikan kanon (daftar resmi), sehingga di dalamnya tercakup Wahyu Ilahi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang berperan sebagai patokan iman dan kelakuan Kristen, sedangkan keseluruhannya merupakan kesaksian iman umat Allah Perjanjian Lama dan Gereja Para Rasul.

Keyakinan Gereja bahwa Kitab Suci bukanlah buku yang diturunkan dari langit atau dari surga berarti Kitab Suci adalah sekumpulan buku yang terbuat di dunia ini dalam proses yang lama, yang sekarang diyakini sebagai Kitab Suci dan mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Proses terjadinya Kitab Suci dimulai sekitar tahun 1250 sebelum Masehi dan berakhir sekitar tahun 50-70 masehi Keyakinan ini sangat jelas membedakan pengertian Kitab Suci umat Kristiani dengan Kitab Suci agama lain.

(40)

Israel dan Gereja Perdana. Allah yang menghendaki terjadinya Kitab Suci dengan mempergunakan para pengarang Kitab Suci (Banawiratma,1986: 30-32).

Kitab Suci ditulis oleh orang-orang beriman yang mampu mengartikan sejarah panjang bangsa Israel. Para Penulis mendapat dorongan dari Allah melalui Roh KudusNya; “Roh kebenaran akan Ku-utus kepadamu: Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Ungkapan ini diimani oleh Gereja sampai saat ini. Selain manusia, Kitab Suci juga memiliki pengarangnya yang utama yaitu Roh Kudus yang adalah Roh kebenaran yang mampu menghantarkan manusia kepada keselamatan. Kitab Suci juga diyakini Gereja telah terinspirasikan Allah dalam RohNya. Allah memberi diriNya sendiri kepada manusia dalam diri Yesus dan dalam diri Roh-Nya yang kudus (Leks, 1983:43). Ini berarti bahwa Allah turut campur tangan dalam terciptanya Kitab Suci. Allah terlibat secara aktif dalam keseluruhan proses terjadinya Kitab Suci mulai dari Kitab Suci Perjanjian Lama sampai Kitab Suci Perjanjian Baru.

(41)

turun-temurun, secara lisan kepada anak cucu mereka. Akhirnya, cerita-cerita yang ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar Ilham Roh Kudus itu dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah Kitab Suci resmi bagi Gereja Katolik yaitu, Kitab Suci Perjanjian Lama.

Tindakan penyelamatan Allah yang terakhir, yakni peristiwa Yesus Kristus (wafat dan kebangkitanNya) dikabarkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Sejarah Kitab Suci Perjanjian Baru terjadi bermula dari murid-murid Yesus. Murid-murid Yesus menyebarkan cerita tentang Yesus secara lisan. Cerita berisikan pengalaman para murid bersama dengan Yesus baik sebelum Yesus wafat maupun setelah Yesus bangkit. Dengan bercerita para murid Yesus menjadi saksi iman pertama tentang Yesus. Kisah Para Rasul secara tidak langsung berisikan tulisan tentang permulaan dan penyebaran Gereja (DV.Art.20).

(42)

karangan-karangan berupa isi keseluruhan Kitab Suci Perjanjian Baru. Perjanjian Baru merupakan kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus, Yesus yang sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Kitab Suci Perjanjian Lama tumbuh dalam sejarah panjang umat Israel. Menjelang jaman Perjanjian Baru pertumbuhan itupun selesai (Groenen, 1980:10).

Pada akhirnya Gereja membuat daftar resmi kitab-kitab, mengakui dan meyakininya sebagai Kitab Suci yang resmi. Daftar kitab-kitab yang telah dibukukan telah melalui proses kanonisasi yaitu di mana seluruh Gereja di bawah bimbingan hierarki terlibat untuk melihat dan membedakan buku-buku yang betul-betul sebagai buku yang isinya mengungkapkan iman Gereja. Dengan ditetapkan kanon Kitab Suci diharapkan umat bisa mengetahui mana buku-buku yang digunakan oleh Gereja sebagai pedoman pokok iman orang Kristiani (Jacobs, 1993:31-32). Gereja meyakini kitab-kitab tersebut sebagai Sabda Allah mengingat keyakinan Gereja akan karya Roh Kudus menaungi para pengarang. Sampai saat ini Kitab Suci yang diakui oleh Gereja Katolik sebagai Kitab Suci yang resmi berjumlah 73 kitab yang terdiri dari 46 Kitab Suci Perjanjian Lama dan 27 Kitab Suci Perjanjian Baru (Leks, 1983:19-21).

2. Kitab Suci dalam Kehidupan Umat Beriman.

(43)

pengalamannya dan menyadari bahwa Allah hadir menyatakan diriNya, dalam peristiwa sejarah tersebut. Pernyataan diri Allah ini merupakan kehadiran Allah sebagai Penyelamat umat manusia.

Dalam sejarahnya yaitu sebelum Konsili Vatikan II, Kitab Suci berperan dan hanya menjadi milik para pemimpin umat. Kitab Suci dijadikan mahkota ilmu pengetahuan, sumber argumentasi dan berbagai dalil untuk membenarkan sejumlah gagasan (Leks, 1983:10). Ironis bahwa Kitab Suci yang ditulis oleh umat, digunakan untuk pembinaan iman umat dan demi perkembangan iman umat dipisahkan dari kehidupan umat. Peristiwa ini akhirnya memuncak pada jaman Reformasi. Konsili Vatikan II mampu memberi cara pandang baru bagi pemimpin Gereja terhadap Kitab Suci. Gereja berubah haluan, Kitab Suci “dikembalikan” kepada umat. Kitab Suci dijadikan sumber utama untuk mempersatukan kembali hubungan antar Gereja. Kitab Suci adalah kitab untuk mempertemukan umat agar mengenal Allah yang adalah kasih dan penyelamat manusia.

a. Kitab Suci Ditulis oleh dan untuk Umat Beriman.

(44)

disatukan dalam Roh Kudus untuk menuliskan hasil refleksi iman kepercayaan umat Israel (Leks, 1993:17).

Kitab Suci selain ditulis oleh orang-orang beriman juga ditujukan untuk umat beriman tertentu. Kitab Suci Perjanjian Lama ditulis untuk umat beriman yang beragama Yahudi. Sedangkan Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis untuk umat beriman Kristen yang percaya akan Yesus Kristus yang sebagian besar berasal dari umat non Yahudi (Leks, 1993:18). Gereja Perdana dan Gereja selanjutnya menerima Kitab Suci Perjanjian Lama sebagai buku suci juga. Hal ini dikarenakan bahwa Gereja melihat dirinya sebagai kelanjutan dan perkembangan dari umat Allah yang terwujud dalam bangsa Israel yang sebagian besar beragama Yahudi. Gereja menyadari bahwa sejarah keselamatan yang telah dimulai oleh Allah pada bangsa Israel berkembang terus dan telah mencapai kepenuhannya dalam Gereja segala bangsa, karena kesatuan Allah dengan manusia menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus (Jacobs, 1993:16-17). Perbedaan Latar belakang umat beriman yang menjadi sasaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dapat dilihat dari masing-masing isinya. Kitab Suci Perjanjian Lama mengenangkan pengalaman umat Israel yang telah terjadi di masa lampau, untuk membina iman-kepercayaan umat pada masa berikutnya (Groenen, 1980:71-72). Hal yang sama terjadi dalam Kitab Suci Perjanjian Baru adalah untuk membina iman umat. Tujuan ditulisnya Kitab Suci adalah untuk menjaga kesatuan dan keutuhan iman umat selanjutnya.

(45)

Suci dijadikan sebagai bahan untuk membina iman umat. Kitab Suci menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan jemaat Kristiani. Warta Kitab Suci mampu meneguhkan dan menguatkan jemaat, agar semakin setia dan bersemangat untuk menghayati imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Kitab Suci hadir demi membangun dan memperkembangkan iman umat agar menjadi semakin mendalam dan dewasa.

b. Kitab Suci Sebagai Inspirasi Hidup Umat Beriman.

Allah menginspirasikan diriNya melalui Sabda yang tertuang di dalam Kitab Suci. Hal ini sama artinya dengan Kitab Suci diinspirasikan oleh Allah. Allah memilih para pengarang dan mempergunakannya sesuai kemampuan mereka untuk menuliskan semua SabdaNya (DV.no.11). Maka Sabda Kitab Suci dipercaya dan diyakini sebagai Sabda Allah yang hidup, karena diri Allah sendiri yang dihadirkan di dalam Sabda. Sabda Allah adalah Sabda yang memberikan daya kekuatan, daya dorong dan pengharapan bagi umat manusia. “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63b).

(46)

umat Israel (Kel. 14). Nabi Musa adalah wujud kehadiran diri Allah yang menyatakan diriNya dalam tindakan penyelamatan.

Selain itu di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru juga ditampilkan seorang tokoh yang diinspirasikan oleh Allah yaitu Rasul Paulus. Dalam 2 Tim. 3: 16-17 dikatakan:

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Rasul Paulus menuliskan surat kepada Timotius untuk meyakinkan supaya Timotius menuruti dan meneruskan ajaran Yesus, yang dipercayakanNya kepada Rasul Paulus. Kepercayaan Rasul Paulus kepada Allah yang menyelamatkan ditegaskan dan diteruskannya dalam surat kepada umat di Roma “Aku mempunyai keyakinan yang kukuh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16).

(47)

dan kekecewaan, permohonan, pujian dan syukur kepada Allah. Namun di balik kekesalan dan kekecewaan umat tetap menaruh harapan kepada Allah.

Dalam hidup manusia mengalami banyak pencobaan dan tantangan. Maka Gereja menganjurkan supaya umat beriman selalu membaca, merenungi dan menghayati Kitab Suci. Karena umat beriman dapat menemukan petunjuk dan bimbingan hanya dengan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Kitab Suci menjadi sumber inspirasi bagi umat beriman. Sumber inspirasi berarti bahwa Kitab Suci menjadi petunjuk dan bimbingan dari Allah bagi umat beriman. Melalui Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia. Manusia diharapkan untuk mendengarkan bicara Allah. Dengan mendengarkan Sabda Allah umat beriman mampu menemukan inspirasi untuk menghubungkan pengalamannnya dengan Sabda Kitab Suci. Melalui SabdaNya umat beriman menemukan kehendak Allah bagi hidupnya. Sabda Allah menjadi sumber inspirasi baru untuk menghayati imannya dalam situasi hidup sehari-hari (Heryatno Wono Wulung, 1999:3).

c. Kitab Suci Sebagai Norma Iman Gereja.

Kitab Suci merupakan kitab iman, sangat dijunjung tinggi dan dihormati oleh Gereja. Gereja yang dimaksudkan di sini adalah umat beriman. Jacobs dalam terjemahan, introduksi, komentar dokumen Konsili Vatikan II konstitusi dogmatis Dei Verbum artikel 21, mengatakan:

(48)

kepada umat beriman. Kitab-kitab itu bersama Tradisi suci selalu dipandang sebagai norma imannya yang tertinggi. Sebab kitab-kitab itu diilhami oleh Allah dan sekali untuk selamanya telah dituliskan, serta tanpa perubahan manapun menyampaikan Sabda Allah sendiri, lagi pula memperdengarkan suara Roh Kudus dalam Sabda Para Nabi dan Para Rasul. Jadi semua pewartaan dalam Gereja seperti juga dalam agama Kristiani sendiri harus dipupuk dan diatur oleh Kitab Suci.

(49)

Kitab Suci juga dipandang sebagai ungkapan tradisi yang mewariskan iman Kristen. Kekhususan iman Kristen adalah iman akan Allah yang mengutus Yesus Kristus PutraNya untuk menyelamatkan umat manusia. Iman Kristen diwariskan oleh Para Rasul yang mula-mula diwartakan secara lisan dan kemudian dituliskan menjadi sebuah Kitab Suci. (Groenen, dan Leks, 1986:68).

(50)

34

Pada Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum komunitas lektor yang akan menguraikan tentang sejarah singkat komunitas lektor, kedudukan dan tugas anggota komunitas lektor dan situasi komunitas lektor. Kemudian untuk memperoleh data-data tentang gambaran peranan Kitab Suci dalam kehidupan di komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta, penulis mengadakan penelitian dengan metode survai dan menggunakan instrumen penelitian wawancara/interview kepada anggota komunitas lektor yang menjadi responden yang akan diteliti. Dari data-data hasil wawancara tersebut akan direduksi untuk memperoleh tema-tema. Selanjutnya, penulis melakukan pengelompokan data untuk menemukan arti dari data-data, melakukan verivikasi dan mengambil kesimpulan.

A. Gambaran Umum Komunitas Lektor.

Pada bagian gambaran umum komunitas lektor akan diuraikan tentang sejarah singkat komunitas lektor, kedudukan komunitas lektor dalam kepengurusan Dewan Paroki, dan situasi komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

(51)

1. Sejarah Singkat Komunitas Lektor.

Sejarah komunitas lektor berjalan seiring dengan sejarah Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Gereja di Paroki St. Antonius Kotabaru mulai berdiri pada tahun 1926. Pada saat itu gereja merupakan kapel yang digunakan untuk para Frater SJ (Societas Jesu) yang sedang belajar tahap awal dari rangkaian pendidikan calon imam SJ. Selanjutnya berkembang pengaruh misi, umat Katolik semakin bertambah jumlahnya, maka kapel mulai dibuka untuk umat khususnya orang Jawa. Namun dalam perayaan Ekaristi umat awam belum dilibatkan dalam tugas pelayanan Gereja. Semua pelaksanaan tata perayaan Ekaristi dipimpin oleh imam. Situasi gereja di atas berjalan dari tahun 1926 sampai dengan tahun 1966. Maka dapat dipastikan bahwa pada pada waktu itu komunitas lektor belum ada. (75 th Perjalanan Menjadi Gereja Bagi Semua, Gereja St. Antonius Kotabaru, 2001:12).

(52)

dibentuk komunitas Lektor yang pada waktu itu beranggotakan umat perwakilan dari lingkungan masing-masing. Komunitas lektor baru memiliki susunan kepengurusan pada tahun 1981 (Diktat pembekalan Lektor 2007:5).

Gereja St. Antonius semakin berkembang mulai membuka diri untuk semua umat yang datang. Terutama semakin banyak umat yang melibatkan diri dalam tugas pelayanan, baik orang tua maupun orang muda. Maka sejak tahun 1990 komunitas lektor mulai menerapkan sistem seleksi bagi penerimaan anggota yang baru. Hal ini dilaksanakan untuk memenuhi kriteria seorang lektor di gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Dan sampai saat ini komunitas lektor masih menerapkan sistem seleksi bagi penerimaan anggota yang baru.

2. Kedudukan dan Tugas Anggota Komunitas Lektor.

Komunitas Lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru secara administratif berada dalam kelompok Kategorial di bawah naungan Tim Kerja Bidang Liturgi Dewan Paroki. Keberadaan komunitas Lektor dirasa sangat membantu kelancaran Perayaan Liturgi. Maka keberadaan komunitas lektor sungguh mendapat perhatian yang positif dari paroki. Artinya bahwa baik Pastor Paroki dan umat mendukung sepenuhnya semua kegiatan yang ada dalam komunitas lektor.

(53)

terutama untuk tugas-tugas perayaan Hari Raya Besar seperti Paskah yaitu untuk membawakan tugas Narasi Kisah Sengsara.

3. Situasi Komunitas Lektor.

Untuk bagian situasi komunitas lektor ini akan dibahas tentang, keanggotaan komunitas, kepengurusan komunitas dan kegiatan-kegiatan komunitas.

a. Keanggotaan Komunitas.

Berdasarkan data sensus anggota per 8 Oktober 2006, ada 31 anggota lektor yang ada dalam komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Pada tanggal 28 Januari 2007 komunitas lektor mengadakan pemilihan anggota baru, terpilih sebanyak 21 anggota lektor baru pada tanggal 8 Februari 2007. Maka jumlah anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru sebanyak 52 orang. Namun dari jumlah tersebut, tidak semua anggota terlibat aktif dalam pelayanan di Gereja maupun dalam kegiatan komunitas. Hal ini dikarenakan ada beberapa anggota yang mengundurkan diri tanpa keterangan yang jelas, ada pula yang telah selesai studi dan kembali ke daerah asal atau bekerja. Selain itu ada juga yang cuti sementara untuk keperluan studi, misalnya KKN (Kuliah Kerja Nyata), PKL (Praktek Kerja Lapangan) dan keperluan lainnya.

(54)

kecil dari kota Yogyakarta. Pada umumnya mereka sedang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi, ada juga yang sedang menuntut ilmu di SMU/SMK dan bahkan ada yang sudah berkerja.

b. Kepengurusan Komunitas.

Komunitas lektor mempunyai struktur kepengurusan yang dibentuk melalui pemilihan bersama. Kepenguruan dibentuk guna membantu tercapainya tujuan bersama. Adapun susunan kepengurusan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru periode 2006/2007 adalah sebagai berikut:

Ketua : Sdra. Florencius Sinaga

Wakil Ketua : Sdri. Dominika Anny Yanuarti Sekretaris : Sdri. Vincentia Putri Kusumastuti Bendahara : Sdri. Fransisca Ria Chandrasa

Seksi Pelatihan : Sdri.Viranty Chalidya Elfriesya Rafiqi Seksi Hubungan Masyarakat : Sdra. Stefanus Jimmy Juniartha Seksi Rohani : Sdri. Maria Nia Daniati FA. Seksi Dana Usaha : Sdra. Herman Yosef Paryono Seksi Buletin Lektor : Sdri. Elisabet Asri Widyaningsih Seksi Kesejahteraan Lektor : Sdri. Emilia Dwinasti Handayani Seksi Temu Bulanan Lektor : Sdra. Alex

(55)

c. Kegiatan-kegiatan Komunitas.

Ada banyak jenis kegiatan yang diadakan di komunitas lektor. Adapun jenis kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tembul (Temu Bulanan Lektor), kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan pada minggu kedua. Kegiatan Tembul dikoordinir oleh Sie. Tembul yaitu saudara Alex. Karena kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap bulan, maka wajib diikuti oleh semua anggota lektor sebagai prasyarat untuk mendapatkan penjadwalan tugas mingguan. Bagi anggota lektor yang tidak hadir/tidak memberi keterangan dalam Tembul tidak akan mendapat penjadwalan tugas mingguan dan hanya mendapat giliran tugas harian. Selain syarat di atas, kegiatan Tembul ini juga dijadikan sebagai sarana untuk mempererat kesatuan antar semua anggota lektor.

2) Sharing Kitab Suci, kegiatan ini dilaksanakan sebanyak dua kali dalam setiap bulan yaitu setiap Jumat Minggu kedua dan Jumat Minggu keempat. Sharing Kitab Suci ini merupakan sarana bagi anggota lektor untuk saling berbagi pengalaman hidup, saling meneguhkan dan menguatkan satu dengan yang lain. Selain itu wawasan terhadap pemahaman Kitab Suci juga bertambah. Untuk Sharing Kitab Suci dikoordinir oleh Sie. Rohani yaitu Maria Nia Daniati FA. yang bekerjasama dengan Rm. Albertus Nugroho Widiyono, SJ.

(56)

masing-masing koordinator kelompok latihan. Sedangkan pelatihan untuk semua lektor biasanya dilakukan menjelang perayaan hari besar yaitu Natal dan Paskah. Untuk kegiatan pelatihan ini dikoordinir oleh Sie. Pelatihan yaitu Sdri.Viranty Chalidya Elfriesya Rafiqi.

4) Pertemuan pengurus, dilaksanakan satu bulan sekali atau lebih guna membahas program kerja yang akan dilaksanakan oleh masing-masing seksi. Selain itu juga untuk mengevaluasi kerja seksi yang telah dilaksanakan. Pertemuan ini dikoordinir oleh ketua lektor yaitu Sdra. Florencius Sinaga.

5) Kegiatan-kegiatan lain misalnya ziarah, rekoleksi, rekreasi dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini biasanya dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan situasi dan kebutuhan para anggota lektor.

B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

(57)

1. Metodologi Penelitian. a. Tujuan Penelitian.

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan:

1) Mengetahui situasi kehidupan anggota lektor yang mendukung upaya Katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari bagi komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

2) Mengetahui peranan Kitab Suci dalam kehidupan anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

3) Mengetahui manfaat Sharing Kitab Suci dalam kehidupan lektor.

4) Usaha mendorong lektor supaya menghidupi Kitab Suci di dalam kehidupan.

b. Metode Penelitian.

(58)

c. Instrumen Penelitian.

Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan interview atau wawancara sebagai instrumen. Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk mendapatkan informasi langsung dari sumbernya lewat gejala-gejala yang terjadi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara (lihat lampiran 2). Wawancara bersifat bebas terpimpin kepada perseorangan yaitu pewawancara berhadapan langsung dengan responden untuk mengajukan pertanyaan dari daftar pertanyaan selain itu pewawancara juga melakukan tanya jawab bebas kepada responden untuk memperoleh informasi yang mendukung tujuan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi tentang arti data yang didapat dari hasil wawancara.

d. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan di gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 8 – 22 Mei 2007, dengan mewawancarai responden secara langsung.

e. Responden Penelitian.

(59)

diambil dengan teknik Purposive Sampling (penentuan sampel secara sengaja), yaitu anggota sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi (Hermawan Wasito, 1995:59). Anggota lektor yang akan diambil sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa mereka yang minimal 4 (empat) kali pernah terlibat dalam kegiatan Sharing Kitab Suci di komunitas. Dasar pertimbangan selanjutnya adalah berdasarkan hasil pengamatan penulis selama bergabung di komunitas lektor, bahwa merekalah yang cukup terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada dalam komunitas dengan kata lain yang termasuk dalam sifat atau gejala yang akan diteliti oleh penulis.

f. Teknik Pengolahan Data.

(60)

g. Variabel Penelitian.

Variabel adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai faktor yang berperan dalam gejala yang diteliti. Variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah situasi kehidupan lektor yang mendukung upaya katekese tentang Kitab Suci, peranan Kitab Suci dalam kehidupan, pengaruh Sharing Kitab Suci terhadap kehidupan lektor dan usaha untuk mendekatkan lektor dengan Kitab Suci. Dari beberapa Variabel tersebut akan dijabarkan lagi dengan beberapa item-item pertanyaan (lampiran 2) sebagai panduan wawancara terhadap responden.

Tabel 1 : Variabel Yang Diungkap

No. Aspek yang akan diungkap Item Jumlah

Item 1 Situasi kehidupan lektor yang

mendukung upaya katekese tentang Kitab Suci.

1,2,3,4 4

2 Peranan Kitab Suci dalam kehidupan 5,6,7 3 3 Manfaat Sharing Kitab Suci dalam

kehidupan lektor.

8 1 4 Usaha mendorong lektor supaya

menghidupi Kitab Suci

9,10 2

2. Hasil Penelitian.

(61)

a. Situasi Kehidupan Lektor yang Mendukung Upaya Katekese Tentang Kitab Suci. Tabel 2 : Jenjang Pendidikan Terakhir (N=15)

No. Soal

Pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

SMU 5 33,3

SPG 1 6,7

Akademi 1 6,7

Strata Satu (S1) 7 46,7

1

Strata Dua (S2) 1 6,7

Tabel 3 : Motivasi Menjadi Lektor (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan

Jumlah %

1 2 3 4

Merasa tertarik ketika melihat lektor membaca dengan baik.

1 6,7

Melayani Tuhan 5 33,3

Ingin tahu tentang Kitab Suci 6 40

Ingin berbagi pengalaman 3 20

Mencari teman 1 6,7

Diajak oleh teman 1 6,7

Agar kehidupan iman terjaga dan semakin tumbuh 2 13,3 Mencari landasan hukum dengan menjadi anggota

Gereja St. Antonius Kotabaru, sebagai pijakan untuk mewakili pertemuan kaum muda se-kevikepan.

1 6,7

Menguji kemampuan public Speaking 1 6,7 Ingin terlibat dalam kegiatan Gereja 1 6,7 2

Tambah percaya diri 1 6,7

Tabel 4 : Keterlibatan lektor dalam kegiatan komunitas (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan

Jumlah %

1 2 3 4

Terlibat aktif 13 86,7

3

(62)

Tabel 5 : Kapan saja membaca dan mendengarkan Kitab Suci (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan

Jumlah %

1 2 3 4

Perayaan Ekaristi 15 100

Mendapat tugas kuliah 1 6,7

Ada hasrat, gelisah dan gundah 7 46,7

Sebelum tidur, bangun pagi 1 6,7

Saat-saat santai 1 6,7

Setiap hari 4 26,7

4

Tugas lektor 15 100

(63)

b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan.

Tabel 6: Arti Kitab Suci bagi kehidupan (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan

Jumlah %

1 2 3 4

Kitab iman yang mampu meneguhkan pengalaman 3 20 Penuntun hidup menuju keselamatan 4 26,7 Obat kerinduan dan sarana untuk menemukan

jawaban-jawaban

2 13,3 Tuntunan di saat mengalami kejatuhan 1 6,7

Berisi inti pokok ajaran Yesus 1 6,7

Makanan jiwa yang menuntun pada keselamatan 2 13,3 5

Firman Tuhan sebagai pedoman hidup 2 13,3

Tabel 7 : Tokoh idola dan Ayat favorit dalam Kitab Suci (N=15)

No.

Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

6 Punya tokoh idola 15 100

Punya ayat favorit 11 73

Tidak punya ayat favorit 4 27

Tabel 8 : Apa perlunya Kitab Suci dibacakan dalam Perayaan Liturgi (N=15)

No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

Iman tumbuh melalui pendengaran 3 20

Agar umat mengerti dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya

3 20 Supaya umat semakin mengenal Allah 1 6,7 Membantu umat untuk mengerti bacaan 2 13,3 Untuk menuntun hidup agar umat mengikutiNya 2 13,3 Penghantar renungan dan membantu umat

mengerti tema

1 6,7

Sebuah pewartaan 2 13,3

7

(64)

Tabel 6,7 dan 8 di atas menunjukkan peranan Kitab Suci dalam kehidupan. Item soal no. 5 menunjukkan arti Kitab Suci bagi kehidupan responden. Mereka memberi jawaban yang bervariasi berdasarkan pengalaman masing-masing. Namun kebanyakan dari mereka menjawab bahwa Kitab Suci sebagai penuntun hidup menuju pada keselamatan (26,7%). Item soal no. 6 menunjukkan tokoh idola dan ayat yang mengesankan dalam Kitab Suci bagi responden. Terhadap pernyataan tersebut, semuanya menjawab punya tokoh idola dalam Kitab Suci (100%) dan sebagian besar punya ayat yang mengesankan dalam Kitab Suci (73%). Item soal no. 7 menunjukkan sejauh mana pemahaman responden terhadap pertanyaan ‘mengapa Kitab Suci dibacakan dalam perayaan liturgi?’. Terdapat jawaban yang sangat bervariasi dari responden. Jawaban terbanyak dari responden adalah seperti ‘Iman tumbuh melalui pendengaran’ (20%) dan ‘Agar umat mengerti dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya’(20%).

c. Manfaat Sharing Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.

Tabel 9 : Manfaat Sharing Kitab Suci (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

Tambah wawasan dan dapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci

8 53,3 Bisa belajar dari pengalaman orang lain 2 13,3 Belajar membuka diri, menghargai orang lain,dan

mendapat sumber inspirasi

2 13,3 8

Semakin dikuatkan dan tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam iman

(65)

No.

Soal Pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

Semakin mengenal Yesus 1 6,7

Termotivasi untuk mengetahui Kitab Suci 1 6,7 Diberi tempat untuk berbagi pengalaman, dan

memperkaya pengalaman

1 6,7

Tabel 9 di atas menunjukkan manfaat Sharing Kitab Suci dalam kehidupan lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Mereka semua menjawab bahwa kegiatan Sharing Kitab Suci yang pernah diikuti banyak memberikan manfaat bagi kehidupan. Manfaat terbanyak yang terungkap oleh responden adalah tambah wawasan dan dapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci (53,3%) dan semakin dikuatkan dan tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam iman (46,7%).

d. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci.

Tabel 10 : Kegiatan pendalaman Kitab Suci yang pernah diikuti (N=15) No.

Soal Pernyataan-pernyataan

Jumlah %

1 2 3 4

Kursus Kitab Suci di Paroki 3 20

Pendalaman Iman 3 20

Pembekalan awal masuk komunitas lektor 15 100 9

(66)

Tabel 11 : Kegiatan-kegiatan Pendalaman Kitab Suci bagi lektor dan bentuk kegiatan (N=15)

No.

Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %

1 2 3 4

Perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci

15 100 10

Bentuknya:

Sharing Kitab Suci

Kegiatan di Bulan Kitab Suci Nasional Kelompok Kitab Suci

15 3 1

100 20 6,7

Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan usaha mendorong lektor supaya menghidupi Kitab Suci. Tabel 10 item soal no. 9 menunjukkan kegiatan pendalaman Kitab Suci yang pernah diikuti oleh responden. Dari item tersebut semua responden menjawab pernah mengikuti kegiatan pembekalan awal masuk komunitas lektor (100%) dan kegiatan Sharing Kitab Suci (100%). Sedangkan tabel 11 item soal no. 10 menunjukkan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci dan bentuk kegiatan. Semua responden menjawab perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor (100%). Bentuk kegiatan pendalaman Kitab Suci semua responden mengusulkan Sharing Kitab Suci supaya tetap dilaksanakan (100%).

3. Pembahasan Hasil Penelitian.

(67)

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa sebagian besar responden menyandang gelar Sarjana Strata Satu (S1) (46,7%). Sedangkan jenjang pendidikan terbanyak kedua dari responden adalah jenjang SMU (33,3%) dan mereka sekarang sedang menempuh pendidikan di berbagai macam Perguruan Tinggi yang ada di kota Yogyakarta. Kemudian jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden lainnya adalah SPG (6,7%), pendidikan Akademik (6,7%) dan Sarjana Strata Dua (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa para responden adalah orang-orang yang berpendidikan.

Sebagai informasi tambahan, melalui wawancara, penulis juga menemukan bahwa sebagian besar responden pernah menempuh pendidikan di sekolah swasta Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mendapat pelajaran agama secara formal. Namun ada juga sebagian kecil responden pernah menempuh pendidikan di sekolah Negri, dan salah satu hasil wawancara responden mengatakan “Selama bersekolah di sekolah Negri tetap dapat pelajaran agama tapi standar-standar saja.” Selain itu ada juga responden yang mengaku tidak mendapat pelajaran agama Katolik ketika bersekolah di sekolah Negri, hal tersebut dikarenakan tidak adanya tenaga guru agama Katolik di sekolah yang bersangkutan. Tetapi pelajaran agama non formal responden dapatkan melalui sekolah minggu, Pendalaman Iman (PI), rekoleksi dan retret.

(68)

karena berkaitan dengan penentuan metode yang sesuai dengan situasi responden jika akan dilakukan pembinaan lanjut melalui katekese.

Gereja memang sangat menganjurkan supaya sejak dini, semua umat Katolik sudah mendapat pelajaran agama untuk memperoleh ‘keunggulan pengetahuan Yesus Kristus’ (Dei Verbum artikel 25). Pelajaran agama dapat diperoleh melalui pembinaan yang berkelanjutan artinya tidak berhenti hanya melalui lembaga pendidikan formal saja. Maka Gereja juga perlu membuka peluang bagi kaum muda untuk mengembangkan iman dengan ikut terlibat dalam kegiatan Gereja. Hal ini telah dilakukan oleh Gereja di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Komunitas diharapkan mampu menjadi sarana untuk bertumbuh kembangnya iman kaum muda yang terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah komunitas lektor yang banyak menampung kaum muda untuk menjadi pelayan umat sebagai pembaca Kitab Suci.

(69)

komunitas lektor dan juga berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, bahwa sebagian besar responden bisa terlibat aktif dalam komunitas (86,7%) dan sebagian kecil responden tidak terlibat aktif (13,3%). Situasi tersebut menggambarkan bahwa responden masih memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas dan tanggungjawabnya.

Sebagai pembaca Kitab Suci, seorang lektor harus, mengerti dan memahami apa yang dibaca. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang asing bagi lektor. Maka setiap lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan Sabda Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan mengaktualkan Sabda, seorang lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala menghadapi persoalan dan diberi pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan tugas pewartaan.

(70)

kuliah. Di sisi lain menurut penulis, situasi tersebut merupakan pernyataan yang positif terhadap cara pandang responden terhadap Kitab Suci, bahwa mereka percaya Kitab Suci dapat memberikan inspirasi terhadap situasi hidup yang sedang mereka hadapi. Namun alangkah baiknya jika Sabda Kitab Suci selalu menjiwai seluruh pengalaman hidup setiap umatNya. Seperti pernyataan dari sebagian kecil responden yang menunjukkan rutinitas membaca Kitab Suci dapat dilakukan setiap hari dan bahkan dikatakan bahwa Kitab Suci merupakan makanan jiwa (26,7%). Bagi mereka membaca Kitab Suci setiap hari menjadi kebutuhan. Dengan membaca Kitab Suci mereka merasa lebih tenang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara, responden yang belum mempunyai kebiasaan untuk membaca Kitab Suci dalam keseharian, mengaku bahwa tidak memiliki cara-cara khusus untuk membaca Kitab Suci. Namun bagi responden yang mengaku membaca Kitab Suci setiap hari dan bahkan ada yang dilakukan setiap sebelum tidur dan bangun pagi, mereka memiliki cara-cara khusus seperti berdoa sebelum membaca, bermeditasi, membaca, merenungkan, dan mengambil makna bacaan bagi hidupnya.

(71)

dibandingkan sebelumnya. Maka situasi di atas menunjukkan, perlunya katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan kaum muda, khususnya anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar lebih mengenal, dekat dan mencintai SabdaNya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.

Mengartikan Kitab Suci dalam kehidupan berarti memberi makna Kitab Suci dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil wawancara, tabel 6 menunjukkan bahwa setiap responden memiliki pengertian masing-masing terhadap Kitab Suci. Pengertian terhadap Kitab Suci oleh responden sangat bervariasi. Namun menurut penulis pengertian Kitab Suci bagi masing-masing responden merupakan hasil permenungan berdasarkan pengalaman hidupnya bersama Kitab Suci. Seperti pernyataan : Kitab Suci adalah Kitab iman yang mampu meneguhkan pengalaman (20%), penuntun hidup menuju pada keselamatan (26,7%), pedoman hidup (13,3%), obat kerinduan (13,3%), dan makanan jiwa (13,3%). Semua pengertian Kitab Suci tersebut jelas mau mengatakan bahwa Kitab Suci memang menyentuh pengalaman hidup. Kitab Suci memberikan inspirasi terhadap persoalan hidup yang dialami, sehingga Kitab Suci mampu memberikan terang atasnya.

(72)

memahami apa yang dibaca sehingga akan sungguh menghayatinya. Hal ini diakui oleh sebagian besar responden dalam wawancara, salah satu pernyataannya adalah sebagai berikut: ”Sebagai lektor aku selalu melakukan persiapan sebelum bertugas yaitu latihan teknis dan berusaha memahami maksud bacaan, dan tidak sulit bagi aku untuk memahami karena sudah sering membaca Kitab Suci”. Apa yang dibacakan akan berpengaruh dalam kehidupan karena mampu menyentuh pengalaman hidup.

Melihat lebih jauh peran Kitab Suci dalam kehidupan lektor juga diungkapkan oleh responden melalui para tokoh idola dan ayat Kitab Suci yang mengesankan. Allah hadir dan menginspirasikan diriNya melalui para tokoh pilihanNya (nabi dan rasul) dan melalui SabdaNya yang tertulis dalam Kitab Suci. Teladan hidup para tokoh memberikan kekuatan tersendiri bagi yang mengaguminya. Tidak hanya rasa kagum tetapi juga mau meneladaninya pula, karena dirasa menyentuh pengalaman dan memberikan motivasi hidup. Melalui ayat-ayat Sabda Kitab Suci ditemukan ketenangan dan kedamaian batin, sehingga menjadikan ayat-ayat Kitab Suci tersebut sebagai sarana penyejuk di kala hati sedang galau, gelisah dan khawatir. Selain itu dalam ayat-ayat Kitab Suci terkandung suatu makna terdalam yang mampu menyentuh pengalaman hidup.

(73)

membawa dampak bagi kehidupan masing-masing responden. Seperti pernyataan dari salah seorang responden dalam wawancara sebagai berikut:

Tokoh idola adalah Yesus yang berani menanggung sengsara demi menebus dosa manusia,Yesus yang rendah hati dan Maha Rahim. Aku selalu ingin belajar dari Yesus yaitu bersikap rendah hati dan mau memaafkan musuh sekalipun, walaupun sulit.

Allah menginspirasikan diri dalam Sabda ayat-ayat Kitab Suci, berdasarkan hasil wawancara pada tabel 7 menunjukkan tidak semua responden memiliki ayat Kitab Suci yang mengesankan. Namun sebagian besar dari mereka memiliki ayat yang mengesankan (73%) dan sebagian kecil saja yang tidak memiliki ayat yang mengesankan (27%). Mereka yang memiliki ayat yang mengesankan pada umumnya merasakan memiliki pengalaman hidup amat dekat berkaitan dengan ayat Kitab Suci tersebut. Seperti terungkap dalam petikan hasil wawancara terhadap salah seorang responden yang mengatakan:

Kalau ayat Kitab Suci dari Pengkotbah,Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Makn

Gambar

Tabel 1 : Variabel Yang Diungkap
Tabel 3 : Motivasi Menjadi Lektor (N=15)
Tabel 5 :  Kapan saja membaca dan mendengarkan Kitab Suci (N=15)
Tabel 6: Arti Kitab Suci bagi kehidupan (N=15)
+4

Referensi

Dokumen terkait