• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS

B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Lektor Di Paroki

3. Pembahasan Hasil Penelitian

1 100 20 6,7

Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan usaha mendorong lektor supaya menghidupi Kitab Suci. Tabel 10 item soal no. 9 menunjukkan kegiatan pendalaman Kitab Suci yang pernah diikuti oleh responden. Dari item tersebut semua responden menjawab pernah mengikuti kegiatan pembekalan awal masuk komunitas lektor (100%) dan kegiatan Sharing Kitab Suci (100%). Sedangkan tabel 11 item soal no. 10 menunjukkan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci dan bentuk kegiatan. Semua responden menjawab perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor (100%). Bentuk kegiatan pendalaman Kitab Suci semua responden mengusulkan Sharing Kitab Suci supaya tetap dilaksanakan (100%).

3. Pembahasan Hasil Penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa sebagian besar responden menyandang gelar Sarjana Strata Satu (S1) (46,7%). Sedangkan jenjang pendidikan terbanyak kedua dari responden adalah jenjang SMU (33,3%) dan mereka sekarang sedang menempuh pendidikan di berbagai macam Perguruan Tinggi yang ada di kota Yogyakarta. Kemudian jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden lainnya adalah SPG (6,7%), pendidikan Akademik (6,7%) dan Sarjana Strata Dua (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa para responden adalah orang-orang yang berpendidikan.

Sebagai informasi tambahan, melalui wawancara, penulis juga menemukan bahwa sebagian besar responden pernah menempuh pendidikan di sekolah swasta Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mendapat pelajaran agama secara formal. Namun ada juga sebagian kecil responden pernah menempuh pendidikan di sekolah Negri, dan salah satu hasil wawancara responden mengatakan “Selama bersekolah di sekolah Negri tetap dapat pelajaran agama tapi standar-standar saja.” Selain itu ada juga responden yang mengaku tidak mendapat pelajaran agama Katolik ketika bersekolah di sekolah Negri, hal tersebut dikarenakan tidak adanya tenaga guru agama Katolik di sekolah yang bersangkutan. Tetapi pelajaran agama non formal responden dapatkan melalui sekolah minggu, Pendalaman Iman (PI), rekoleksi dan retret.

Jenjang pendidikan responden perlu untuk diketahui guna melihat gambaran situasi responden. Latar belakang pendidikan tersebut menentukan cara perpikir, cara pandang dan cara bersikap seseorang. Hal ini menjadi penting diperhatikan

karena berkaitan dengan penentuan metode yang sesuai dengan situasi responden jika akan dilakukan pembinaan lanjut melalui katekese.

Gereja memang sangat menganjurkan supaya sejak dini, semua umat Katolik sudah mendapat pelajaran agama untuk memperoleh ‘keunggulan pengetahuan Yesus Kristus’ (Dei Verbum artikel 25). Pelajaran agama dapat diperoleh melalui pembinaan yang berkelanjutan artinya tidak berhenti hanya melalui lembaga pendidikan formal saja. Maka Gereja juga perlu membuka peluang bagi kaum muda untuk mengembangkan iman dengan ikut terlibat dalam kegiatan Gereja. Hal ini telah dilakukan oleh Gereja di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Komunitas diharapkan mampu menjadi sarana untuk bertumbuh kembangnya iman kaum muda yang terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah komunitas lektor yang banyak menampung kaum muda untuk menjadi pelayan umat sebagai pembaca Kitab Suci.

Menjadi seorang pembaca Kitab Suci seharusnya didorong oleh semangat dan motivasi yang kuat untuk menjadi pelayan umat yaitu mau mengenal, dekat dan mencintai sabdaNya sehingga mampu bertumbuh kembang dalam iman. Motivasi tersebut terungkap dalam jawaban responden pada tabel 3, yaitu ingin tahu tentang Kitab Suci (40%), melayani Tuhan (33,3%), ingin terlibat dalam kehidupan menggereja (6,7%), dan agar kehidupan iman terjaga dan semakin tumbuh (13,3%). Agar motivasi tersebut menjadi lebih murni perlu adanya komitmen yang kuat dari setiap orang yang tergabung dalam suatu komunitas. Orang yang memiliki komitmen yang kuat tentunya akan bertanggung jawab terhadap tugas dan komunitasnya. Hal ini terlihat dari pengamatan penulis selama bergabung dalam

komunitas lektor dan juga berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, bahwa sebagian besar responden bisa terlibat aktif dalam komunitas (86,7%) dan sebagian kecil responden tidak terlibat aktif (13,3%). Situasi tersebut menggambarkan bahwa responden masih memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas dan tanggungjawabnya.

Sebagai pembaca Kitab Suci, seorang lektor harus, mengerti dan memahami apa yang dibaca. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang asing bagi lektor. Maka setiap lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan Sabda Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan mengaktualkan Sabda, seorang lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala menghadapi persoalan dan diberi pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan tugas pewartaan.

Kedekatan lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru dengan Kitab Suci tergambarkan pada beberapa pernyataan responden pada tabel 5, yang menunjukkan bahwa, membaca dan mendengarkan Kitab Suci pada saat bertugas sebagai lektor dan ketika mengikuti perayaan Ekaristi di gereja (100%). Hal ini memang sudah bisa dipastikan mengingat semua responden adalah anggota lektor. Selain itu, ada beberapa responden mengatakan membaca Kitab Suci pada saat ada hasrat, gelisah, dan gundah (46,7%), mendapat tugas kuliah (6,7%), dan saat-saat santai (6,7%). Situasi ini menunjukkan bahwa membaca Kitab Suci belum menjadi suatu kebiasaan. Membiasakan diri untuk membaca Kitab Suci adalah sesuatu yang sulit sehingga seringkali harus memaksakan diri dan itupun kalau lagi ingat. Kitab Suci dibaca hanya ketika sedang dibutuhkan yaitu pada saat gelisah, gundah, dan mendapat tugas

kuliah. Di sisi lain menurut penulis, situasi tersebut merupakan pernyataan yang positif terhadap cara pandang responden terhadap Kitab Suci, bahwa mereka percaya Kitab Suci dapat memberikan inspirasi terhadap situasi hidup yang sedang mereka hadapi. Namun alangkah baiknya jika Sabda Kitab Suci selalu menjiwai seluruh pengalaman hidup setiap umatNya. Seperti pernyataan dari sebagian kecil responden yang menunjukkan rutinitas membaca Kitab Suci dapat dilakukan setiap hari dan bahkan dikatakan bahwa Kitab Suci merupakan makanan jiwa (26,7%). Bagi mereka membaca Kitab Suci setiap hari menjadi kebutuhan. Dengan membaca Kitab Suci mereka merasa lebih tenang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara, responden yang belum mempunyai kebiasaan untuk membaca Kitab Suci dalam keseharian, mengaku bahwa tidak memiliki cara-cara khusus untuk membaca Kitab Suci. Namun bagi responden yang mengaku membaca Kitab Suci setiap hari dan bahkan ada yang dilakukan setiap sebelum tidur dan bangun pagi, mereka memiliki cara-cara khusus seperti berdoa sebelum membaca, bermeditasi, membaca, merenungkan, dan mengambil makna bacaan bagi hidupnya.

Memang tidak mudah untuk mengajak kaum muda khususnya sebagian besar responden untuk membiasakan diri akrab dengan Kitab Suci, apalagi menjadikan Kitab Suci sebagai suatu kebutuhan sehari-hari. Kaum muda memiliki cara tersendiri untuk bisa dekat dengan Kitab Suci seperti yang terungkap di atas, dekat dengan Kitab Suci berarti ada kebutuhan saat itu. Namun hal yang baik bahwa dengan menjadi lektor responden mengaku lebih sering membaca Kitab Suci

dibandingkan sebelumnya. Maka situasi di atas menunjukkan, perlunya katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan kaum muda, khususnya anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar lebih mengenal, dekat dan mencintai SabdaNya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.

Mengartikan Kitab Suci dalam kehidupan berarti memberi makna Kitab Suci dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil wawancara, tabel 6 menunjukkan bahwa setiap responden memiliki pengertian masing-masing terhadap Kitab Suci. Pengertian terhadap Kitab Suci oleh responden sangat bervariasi. Namun menurut penulis pengertian Kitab Suci bagi masing-masing responden merupakan hasil permenungan berdasarkan pengalaman hidupnya bersama Kitab Suci. Seperti pernyataan : Kitab Suci adalah Kitab iman yang mampu meneguhkan pengalaman (20%), penuntun hidup menuju pada keselamatan (26,7%), pedoman hidup (13,3%), obat kerinduan (13,3%), dan makanan jiwa (13,3%). Semua pengertian Kitab Suci tersebut jelas mau mengatakan bahwa Kitab Suci memang menyentuh pengalaman hidup. Kitab Suci memberikan inspirasi terhadap persoalan hidup yang dialami, sehingga Kitab Suci mampu memberikan terang atasnya.

Supaya Kitab Suci semakin berperan dalam kehidupan responden sebagai lektor yaitu penyampai Sabda Allah, maka dalam bertugas lektor tidak hanya membaca tetapi mampu membacakan Sabda kepada umat. Artinya sebelum bertugas lektor harus melakukan persiapan teknik membaca dan terlebih bahwa lektor

memahami apa yang dibaca sehingga akan sungguh menghayatinya. Hal ini diakui oleh sebagian besar responden dalam wawancara, salah satu pernyataannya adalah sebagai berikut: ”Sebagai lektor aku selalu melakukan persiapan sebelum bertugas yaitu latihan teknis dan berusaha memahami maksud bacaan, dan tidak sulit bagi aku untuk memahami karena sudah sering membaca Kitab Suci”. Apa yang dibacakan akan berpengaruh dalam kehidupan karena mampu menyentuh pengalaman hidup.

Melihat lebih jauh peran Kitab Suci dalam kehidupan lektor juga diungkapkan oleh responden melalui para tokoh idola dan ayat Kitab Suci yang mengesankan. Allah hadir dan menginspirasikan diriNya melalui para tokoh pilihanNya (nabi dan rasul) dan melalui SabdaNya yang tertulis dalam Kitab Suci. Teladan hidup para tokoh memberikan kekuatan tersendiri bagi yang mengaguminya. Tidak hanya rasa kagum tetapi juga mau meneladaninya pula, karena dirasa menyentuh pengalaman dan memberikan motivasi hidup. Melalui ayat-ayat Sabda Kitab Suci ditemukan ketenangan dan kedamaian batin, sehingga menjadikan ayat-ayat Kitab Suci tersebut sebagai sarana penyejuk di kala hati sedang galau, gelisah dan khawatir. Selain itu dalam ayat-ayat Kitab Suci terkandung suatu makna terdalam yang mampu menyentuh pengalaman hidup.

Allah menginspirasikan diri melalui para tokoh juga diakui oleh semua responden seperti pada tabel 7, yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai tokoh idola dalam Kitab Suci (100%). Setiap responden memiliki tokoh idola masing-masing. Pengalaman hidup maupun teladan hidup dari sang tokoh idola mampu

membawa dampak bagi kehidupan masing-masing responden. Seperti pernyataan dari salah seorang responden dalam wawancara sebagai berikut:

Tokoh idola adalah Yesus yang berani menanggung sengsara demi menebus dosa manusia,Yesus yang rendah hati dan Maha Rahim. Aku selalu ingin belajar dari Yesus yaitu bersikap rendah hati dan mau memaafkan musuh sekalipun, walaupun sulit.

Allah menginspirasikan diri dalam Sabda ayat-ayat Kitab Suci, berdasarkan hasil wawancara pada tabel 7 menunjukkan tidak semua responden memiliki ayat Kitab Suci yang mengesankan. Namun sebagian besar dari mereka memiliki ayat yang mengesankan (73%) dan sebagian kecil saja yang tidak memiliki ayat yang mengesankan (27%). Mereka yang memiliki ayat yang mengesankan pada umumnya merasakan memiliki pengalaman hidup amat dekat berkaitan dengan ayat Kitab Suci tersebut. Seperti terungkap dalam petikan hasil wawancara terhadap salah seorang responden yang mengatakan:

Kalau ayat Kitab Suci dari Pengkotbah,Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Maknanya bagiku adalah bahwa seringkali kita punya rencana-rencana yang tidak berjalan baik sesuai dengan apa yang kita harapkan. Artinya rencana tersebut tidak baik di mata Tuhan dan Tuhan punya sesuatu yang lain yang lebih baik hanya mungkin tidak pada saat ini.

Sebuah kutipan ayat Kitab Suci mampu memberikan makna bagi kehidupan. Namun bagi responden yang tidak memiliki ayat khusus yang mengesankan berpendapat bahwa semua ayat Kitab Suci baik bagi kehidupan. Menurut mereka, ayat Kitab Suci mengesankan atau tidak adalah tergantung dari situasi hati pembaca itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden berikut:

Kalau ayat Kitab Suci saya tidak punya ayat khusus karena ayat Kitab Suci mengesan dan tidaknya tergantung situasi hidup saya, misalkan pada saat

sedih menemukan ayat yang bisa menghibur maka itulah ayat yang mengesankan.

Jelas bahwa Sabda Kitab Suci memiliki arti penting bagi kehidupan setiap responden dalam menghadapi setiap persoalan hidup.

Kesadaran akan pentingnya makna Sabda Kitab Suci dalam hidup mendorong setiap orang untuk mau mewartakannya kepada rekan-rekannya. Hal inilah yang dilakukan oleh lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Maka, penting bagi seorang lektor sebagai penyampai Sabda Allah, memahami perannya dalam perayaan liturgi. Lektor adalah seorang petugas liturgi yang membacakan Kitab Suci selain Injil. Lektor juga seorang petugas liturgi yang berarti petugas penting dan mulia dalam perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah. Menyampaikan Sabda Allah berarti menjadi perwakilan dan kepanjangan lidah Allah untuk menyampaikan warta Gembira kepada umat beriman. Melalui Sabda yang disampaikan dimaksudkan agar umat mengalami kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehingga semakin mengimaniNya dan memperoleh keselamatan kekal.

Berdasarkan situasi yang dialami penulis ketika melakukan wawancara dengan responden, terhadap pertanyaan ‘mengapa Kitab Suci dibacakan dalam perayaan liturgi?’ terlihat sebagian responden masih ragu-ragu dalam menjawab. Seperti dalam petikan pernyataan berikut ini: “Supaya mengingatkan umat selain itu saya tidak tahu.” Menurut penulis, jawaban tersebut mencerminkan bahwa ada sebagian responden yang belum memahami secara benar perannya dalam perayaan liturgi dalam menyampaikan Sabda Allah. Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan

responden yang mengatakan bahwa “Kitab Suci dibacakan dalam perayaan liturgi karena merupakan salah satu susunan liturgi.” Belum tepatnya pemahaman sebagian responden akan pemahaman terhadap tugasnya sebagai seorang lektor bisa saja dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap arti liturgi. Maka pembekalan liturgi bagi seorang lektor merupakan hal yang sangat penting untuk membantu lektor memahami perannya dalam perayaan liturgi.

Di sisi lain, pernyataan dari sebagian responden pada tabel 8, menunjukkan bahwa mereka dapat memahami perannya sebagai seorang lektor dalam perayaan liturgi (walaupun pernyataan tersebut diungkapkan oleh responden dengan agak ragu-ragu). Beberapa Responden mengatakan bahwa pembacaan Kitab Suci dalam perayaan liturgi membantu umat untuk mengerti bacaan (13,3%), supaya umat semakin mengenal Allah (6,7%), umat mengerti dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya (20%), menuntun hidup agar umat mengikutiNya (13,3%) dan iman dapat tumbuh melalui pendengaran (20%). Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman responden terhadap perannya sudah cukup baik. Maka supaya pemahanan terhadap peran lektor dalam perayaan liturgi menjadi semakin baik, setiap responden khususnya semua lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru perlu mendapat pembinaan tentang liturgi. Agar dengan mengerti perannya, lektor dapat semakin menghayati tugasnya untuk melayani bukan untuk tampil. Dengan menghayati makna dari tugasnya berarti lektor juga menghayati Sabda dalam Kitab Suci. Maka peranan Kitab Suci sungguh tampak dan nyata dalam tugas seorang lektor.

c. Manfaat Sharing Kitab Suci Dalam Lektor.

Dalam kutipan hasil wawancara (lampiran), semua responden mengatakan bahwa dari kegiatan Sharing Kitab Suci yang pernah diikuti mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan. Walaupun banyak dari responden yang mengaku bahwa, tidak setiap kegiatan Sharing Kitab Suci bisa ikut, tetapi dari beberapa tema Sharing Kitab Suci yang pernah diikuti banyak memberikan manfaat. Seperti pada pernyataan responden pada tabel 9 berikut: bisa belajar dari pengalaman orang lain (13,3%), semakin dikuatkan dan tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam iman (46,7%), belajar membuka diri, menghargai orang lain, dan mendapat sumber inspirasi (13,3%), diberi tempat untuk berbagi pengalaman dan memperkaya pengalaman (6,7%). Selain itu diakui oleh kebanyakan responden, Sharing Kitab Suci juga memberikan manfaat bagi responden khususnya sebagai lektor yaitu bertambahnya wawasan dan mendapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci sehingga semakin banyak referensi pemahaman Kitab Suci yang didapatkan (53,3%).

Kegiatan Sharing Kitab Suci merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mendekatkan semua anggota lektor dengan Kitab Suci. Lektor tidak hanya membaca Kitab Suci ketika mendapat giliran tugas, tetapi lebih dari itu bahwa lektor menghidupi Kitab Suci. Artinya apa yang Allah Sabdakan juga diupayakan agar mewarnai seluruh pengalaman kehidupan. Maka, melalui Sharing Kitab Suci lektor diajak untuk masuk ke dalam teks yang dibacakan, belajar memahami teks yang ada sehingga mampu menjiwai isinya karena dengan membaca berarti kita menjadi

pemeran dalam teks. Dengan demikian lektor belajar memahami suatu bacaan, sehingga terlatih dan mampu menyampaikan dengan baik kepada umat.

d. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci.

Hasil wawancara pada tabel 10, menunjukkan bahwa semua responden menjawab pernah mengikuti pembekalan tentang Kitab Suci pada awal masuk menjadi anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru (100%). Selain itu, semua responden juga menjawab pernah mengikuti kegiatan Sharing Kitab Suci (100%). Kedua kegiatan tersebut diakui sangat membantu mereka untuk mengetahui gambaran tentang Kitab Suci. Ada pula sebagian kecil responden pernah mengikuti kursus Kitab Suci yang diselenggarakan di Paroki St. Antonius Kotabaru (20%) dan Pendalaman Iman (PI) yang diadakan di lingkungan masing-masing (20%). Namun bukan berarti cukup bagi mereka untuk bisa mengenal Kitab Suci. Mereka mengakui sangat perlu adanya pembinaan lanjutan bagi lektor supaya membantu mereka untuk lebih dekat, mengenal dan mencintai Kitab Suci. Bahkan banyak dari responden yang mengusulkan supaya dibuat bentuk kegiatan-kegiatan yang menarik, agar lektor semakin tertarik untuk mendalami Kitab Suci. Adapun usulan bentuk-bentuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: Sharing Kitab Suci (100%), Kegiatan di Bulan Kitab Suci Nasional, dan Kelompok Kitab Suci. Namun terlebih dari semua bentuk kegiatan di atas responden juga berharap agar masing-masing pribadi untuk mau belajar memakai, membaca dan merenungkan Kitab Suci. Karena bagaimana mungkin orang menyerukan namaNya kalau dia tidak percaya, bagaimana mungkin

orang bisa percaya kalau tidak mengenalNya dan bagaimana mungkin orang mengenalNya kalau tidak mencari tahu tentang Dia melalui Kitab Suci dengan mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan.

Dokumen terkait