• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

6. Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik Kasar

Keterampilan motorik tidak dapat berkembang melalui kematangan saja tetapi keterampilan juga harus dipelajari (Siti Aisyah, dkk, 2008: 4.43). Ada beberapa hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesiapan belajar. Menurut Hurlock (1978: 157) keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang orang yang belum siap untuk belajar. Hal ini sejalan dengan Siti Aisyah, dkk (2008: 4.43) yang menyatakan bahwa seorang anak yang telah memiliki kesiapan belajar dalam mempelajari keterampilan motorik kasar akan lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan belajar. Namun, kesiapan belajar masing-masing anak tidaklah sama. Sehingga pendidik diharapkan untuk tidak membanding- bandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam hal keberhasilannya melakukan suatu aktivitas motorik kasar.

b. Kesempatan belajar. Menurut Hurlock (1978: 157) kesempatan belajar tidak didapatkan oleh anak dikarenakan lingkungan tidak menyediakan kesempatan untuk belajar bagi anak atau karena orangtua takut anak akan melukai dirinya jika melakukan keterampilan motorik. Sehingga pendidik sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan motorik dengan cara menyediakan sarana prasarana yang mendukung.

c. Kesempatan berpraktik. Menurut Hurlock (1978: 157) berilah kesempatan kepada anak untuk melakukan praktik dalam menguasai suatu keterampilan

30

motorik kasar dan perhatikanlah kualitas praktiknya daripada kuantitasnya. Dimana jika anak hanya diberikan kesempatan untuk melakukan dengan intensitas yang sangat kecil maka kemungkinannya anak akan melakukan kesalahan lebih besar.

d. Model yang baik dan adanya bimbingan. Agar memiliki keterampilan motorik yang baik dapat dilakukan dengan melihat dan meniru model yang baik pula (Hurlock, 2008:157). Jika pendidik memberikan contoh yang tidak baik besar kemungkinan anak akan meniru hal tersebut sampai anak itu besar. Sehingga pendidik perlu melakukan koreksi atau pembenaran terhadap apa yang dicontohkan sebelumnya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.45) bimbingan diperlukan untuk memperbaiki suatu kesalahan agar kesalahan tersebut tidak terlanjur dipelajari dan akan menjadi lebih sulit untuk diperbaiki.

e. Motivasi. Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Menurut Hurlock (1978: 157) sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari suatu kegiatan, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari teman sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. Sehingga menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.45) sebagai pendidik harus menyediakan keterampilan mulai dari yng mudah ke yang sukar, dari sederhana ke kompleks agar anak dapat menyesuaikan dan tidak membuat anak putus asa.

f. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu. Menurut Hurlock (1978: 157) setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu,

31

sehingga perlu dipelajari secara individu. Sehingga sebagai pendidik harus memberikan kesempatan bagi semua anak untuk dapat melakukan keterampilan motorik tersebut.

g. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu per satu. Suatu keterampilan yang menggunakan kumpulan otot yang sama, maka akan membuat anak bingung dalam mempelajarinya (Hurlock, 1978: 157). Sehingga agar tidak menimbulkan kebingungan pada anak, saat mempelajari keterampilan harus dilakukan dengan cara satu demi satu.

Dari pendapat di atas diketahui bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik kasar, antara lain: kesiapan dan kesempatan belajar motorik kasar, adanya model dalam mempelajari motorik kasar, dan adanya motivasi baik dari dalam maupun luar diri anak dalam mempelajari keterampilan motorik kasar. Selain itu perkembangan motorik kasar anak yang satu berbeda dengan anak yang lainnya. Menjadikan tingkat perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya juga berbeda. Pada penelitian ini anak membahas mengenai tingkat perkembangan motorik kasar anak usia dini pada kelompok B (5 sampai 6 tahun).

B. Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini pada Kelompok B

Setiap anak memiliki tingkat pencapaian perkembangan motorik kasar yang berbeda dengan anak lainnya. Sehingga setiap anak tidak sama perkembangan motorik kasarnya, walaupun pada usia yang sama. Tingkat

32

pencapaian perkembangan motorik kasar anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014 yaitu:

1. Anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2. Anak mampu melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam.

3. Anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan. 4. Terampil mengunakan tangan kanan dan kiri.

5. Anak mampu melakukan kegiatan kebersihan diri.

Menurut Martini Jamaris (2006: 14) anak usia taman kanak-kanak telah dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar sebagai berikut: (a) mengendarai sepeda roda tiga dan roa dua; (b) berlari dan berhenti, berlari dengan sempurna; (c) menaiki dan memanjat tanpa gimnastik; (d) melompat dengan satu kaki dan dua kaki; (e) meloncat jauh; (f) berdiri secara seimbang dengan satu kaki; (g) dapat mengikuti irama musik; (h) berjalan di atas selembar papan dengan keseimbangan yang baik. Sedangkan menurut Santrock (2002: 225) perkembangan motorik pada usia 5 tahun anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Seperti ditunjukkan oleh anak usia 5 tahun yang percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek dan berlari kencang serta senang berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya.

Menurut Caughlin (Sumantri, 2005: 104-106) ciri-ciri perkembangan motorik kasar anak usia dini berdasarkan kronologis usia 5 (lima) tahun sampai 6 (enam) tahun, dimana pada kronologis usia 5 (lima) tahun antara lain: (a) berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik; (b) berjalan di atas papan keseimbangan ke depan, ke belakang, dan ke samping; (c) melompat ke belakang dengan dua

33

kali berturut-turut; (d) melompat dengan salah satu kaki; (e) mengambil salah satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola; (f) melempar bola dengan memutar badan dan melangkah depan; (g) mengayun tanpa bantuan; (h) menangkap dengan mantap. Sedangkan untuk usia 6 (enam) tahun anak usia dini telah dapat melakukan seperti: (a) melompati tali setinggi lututnya tanpa menyentuh; (b) menunjukkan dua keterampilan rumit dalam meguasai bola yaitu memantulkan, melambungkan atau menangkap, memukul bola dengan raket. Ciri- ciri kemampuan motorik kasar yang telah dikemukakan oleh Caughlin menandakan bahwa seiring bertambahnya usia anak, maka keterampilan motorik kasar yang dikuasai oleh anak semakin mengalami peningkataan atau lebih bervariasi. Peningkatan tersebut tentunya karena adanya kematangan dan pengalaman anak yang diperoleh dari terus menerus mengulang-ulangi gerakan motorik kasar.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2009: 34) pada fase gerak atau motorik anak usia 5 (lima) tahun diindikasikan dengan beberapa fenomena yaitu anak lebih banyak menggunakan dua tangan daripada dua lengan dalam memegang bola kecil, melompat dengan mengangkat kedua kaki, memanjat tangga dan pohon, serta anak dapat bergerak dengan lincah di tempat-tempat yang sempit. Sedangkan menurut Bambang Sujiono (2005: 1.13) perkembangan motorik anak usia 5 (lima) sampai 6 (enam) tahun, antara lain: berlari dan langsung menendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, berjalan di atas papan titian, berjalan dengan berbagai variasi, melambungkan bola dengan satu tangan dan menangkapnya dengan dua tangan, berjalan pada

34

garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan di pinggul, menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengayuhkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan. Selain itu menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 7.9-11.11) perkembangan motorik kasar dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan motorik kasar yang dilihat dari unsur motorik, antara lain mencium lutut, meliuk-liukan tubuh, memutar-mutar badan, berdiri pada salah satu kaki, mendorong dinding atau teman, memanjat tali atau tiang, mengantung dan mengangkat tubuh, berlari bolak balik, berlari zig-zag berjalan dia atas papan titian.

Dari berbagai perkembangan motorik kasar di atas, dapat diketahui bahwa bahwa perkembangan motorik kasar anak usia dini pada usia 5 (lima) tahun sampai 6 (enam) tahun antara lain: berdiri di atas satu kaki, berjalan di atas papan titian, berlari bolak balik, berlari zig-zag, berjinjit, mencium lutut, mendorong teman (dorong-dorongan) atau tembok, melempar bola dan menangkap bola, menendang bola dan memukul bola, melompat dengan mengangkat kedua kaki, memanjat tangga dan pohon, bergelantungan, dan lain sebagainya. Namun dari berbagai perkembangan motorik kasar tersebut peneliti hanya mengambil beberapa saja dan lebih mengacu pada perkembangan motorik kasar menurut Bambang Sujiono, dkk (2005) yaitu berdiri di atas satu kaki dengan berbagai variasi, berjalan di atas garis lurus dengan berbagai variasi, berlari bolak balik, mencium lutut, mendorong teman (dorong-dorongan) atau tembok, menangkap bola, dan menendang. Dari kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kegiatan berdiri, berjalan, berlari, menendang, menangkap, mencium lutut dan

35

mendorong. Adapun penjelasan singkat dari beberapa kegiatan motorik kasar anak usia 5-6 tahun, antara lain:

1. Berdiri

Berdiri merupakan salah satu gerakan dasar yang dilakukan oleh anak. Berdiri juga merupakan salah satu latihan dasar dari melatih keseimbangan (Bambang Sujono, dkk, 2005: 11.11). Melatih keseimbangan dengan berdiri dapat dilakukan dengan berdiri pada satu kaki, membentuk kapal terbang, dan lain sebagainya. Pada penelitian peneliti menggunakan berdiri di atas satu kaki dengan berbagai variasi. Kegiatan berdiri di atas satu kaki dapat dilakukan dengan cara berdiri di atas satu kaki dan kaki yang lain diagkat ke depan atau telapak kakinya diletakkan pada lutut bagian dalam, kedua tangan dipinggang, dan mata dipejamkan, kemudian berganti kaki yang satunya (Bambang Sujiono, 2005: 11.11).

2. Berjalan

Berjalan menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 4.5) berjalan merupakan perpindahan berat badan dari satu kaki ke kaki yang lain dengan salah satu kaki tetap bertumpu pada tempatnya sepanjang kegiatan berlangsung dan akan bergerak bergatian antara fase bertumpu dan fase mengayun. Perkembangan motorik kasar dalam berjalan berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi (Endang Rini Sukamti, 2011: 18). Kekuatan kaki digunakan untuk mendukung berat badan tubuh, keseimbangan digunakan saat memindahkan titik berat badan ke kaki depan yang melangkah, dan koordinasi antar kaki dengan tangan sangat diperlukan. Ketiga hal tersebut menunjang

36

perkembangan anak dalam melakukan berbagai variasi gerkan berjalan. Perkembangan motorik kasar anak usia 5 sampai 6 tahun dalam berjalan dapat dilakukan dengan cara berjalan pada garis yang sudah ditentukan, berjalan jinjit, berjalan dengan merentangkan tangan, bersilang di dada dan mata tertutup (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.13; 3.18).

3. Berlari

Berlari merupakan kelanjutan perkembangan dari gerakan berjalan (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 6.4). Perbedaannya dengan berjalan yaitu terletak pada irama ayunan langkah yang lebih cepat dan ada saatnya melayang. Perkembangan motorik kasar dalam berlari berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi (Endang Rini Sukamti, 2011: 18). Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menahan berat badan dan saat melangkahkan kaki. Koordinasi yang baik diperlukan untuk perpindahan dari satu langkah berikutnya. Perkembangan berlari untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan cara berlari di tempat, berlari ke depan, ke samping, serta dapat dilakukan dengan variasi gerakan lari. Dalam gerakan lari yang terarah dapat melatih kecepatan bereaksi, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, daya tahan, dan sebagainya. Untuk melatih kelincahan diusahakan agar anak dapat mengubah arahnya dengan tiba-tiba tanpa mengubah kecepatannya (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 5.11). Perkembangan motorik kasar anak usia 5 sampai 6 tahun dalam berlari dapat dilakukan dengan cara berlari dan langsung menendang bola, berlari bolak balik, berlari sambil berbelok, dan lain sebagainya (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.13;11.5).

37 4. Menendang

Menendang sama halnya dengan menyepak. Menendang menurut Endang Rini Sukamti (2011: 21) dapat dilakukan anak setelah anak mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya dalam posisi berdiri di atas satu kaki sementara satu kaki lainnya diangkat dan diayunkan ke depan. Perkembangan gerakan menendang pada anak usia dini berkembang sejalan dengan meningkatnya kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Kekuatan kaki diperlukan saat melakukan gerakan menyepak atau menendang. Keseimbangan diperlukan untuk menjaga posisi berdiri saat ingin menendang bola. Koordinasi seperti koordinasi mata dan kaki diperlukan saat anak mendapat operan bola dan saat menendang bola.

5. Menangkap

Menangkap pada awalnya menurut Bambang Sujiono (2005: 5.19) merupakan gerakan yang dilakukan dengan cara menghentikan suatu benda yang menggulir di lantai atau yang ada di dekatnya. Kemudian dilanjut ketahap berikutnya yaitu menangkap benda yang dilambungkan. Menangkap benda yang dilambungkan pada mulanya anak usia dini hanya menjulurkan tangannya lurus ke depan dengan telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Pada anak usia 5 sampai 6 tahun menurut Endang Rini Sukamti (2011: 23) gerakan menangkap sudah semakin baik, tetapi untuk lebih dapat menguasainya dengan baik lagi dapat dicapai ketika usia kurang lebih 8 tahun. Perkembangan menangkap bola ini dapat meningkatkan kekuatan tangan dan koordinasi mata dan tangan.

38 6. Mencium lutut

Mencium lutut menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.10) merupakan salah satu kegiatan motorik kasar yang dapat melatih kelentukan bagi anak usia TK. Mencium lutut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mencium lutut dengan duduk selonjor, mencium lutut dengan duduk kaki terbuka, mencium lutut dengan sikap lari gawang, dan lain sebagainya. Cara melakukan mencium lutut dari sikap duduk berselonjor menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.10) dimulai dari duduk selonjor, kedua kaki rapat lurus ke depan, kedua lengan sejajar bahu lurus ke depan. Kemudian bungkuk-bungkukkan badan ke depan berulang- ulang hingga hidung mencium lutut dan jari-jari tangan dan kedua telapak tangan menyentuh jari-jari kaku atau memegang pergelangan kaki. Sedangkan cara mencium lutut dengan duduk kaki terbuka hampir sama hanya kaki agak dibuka.

7. Mendorong

Mendorong atau pushing merupakan usaha pengerahan kekuatan dalam melawan suatu objek atau orang, di mana dalam mendorong itu akan menyingkirkan objek dari badan atau malah mendorong badan menjauhi objek (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 4.40). Kegiatan mendorong ini merupakan salah satu cara untuk melatih kekuatan (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 11.3) serta salah satu cara dalam pembentukan otot lengan, bahu, dan kaki (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 6.9). Kegiatan mendorong dapat dilakukan dengan cara mendorong benda mati ataupun hidup seperti mendorong tembok, kayu, mendorong teman. Cara melakukan gerakan mendorong teman (dorong-dorongan) menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 6.9) dapat dilakukan dengan cara berdiri berhadapan, kedua

39

lengan saling berpegangan pada pundak temannya, dan kaki kanan masing-masing anak melangkah ke belakang kira-kira 30 cm. Lakukan setelah ada tanda atau aba- aba dan dilakukan 2-8 kali. Setelah itu lakukan dengan kedua lengan lurus masing-masing kedua telapak tangan saling menempel dan dilakukan 2x8 kali.

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tingkat perkembangan motorik kasar anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang mengacu pada Bambang Sujiono, dkk (2005) dalam hal melatih kelentukan, keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan, serta koordinasi pada perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun. Adapun setiap aktivitas motorik yang melatih kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan, antar lain: (a) melatih kelentukan aktivitas gerak motorik kasar yang akan dipraktikkan dengan mencium lutut, (b) melatih keseimbangan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan berjalan di atas garis lurus dan berdiri di atas satu kaki, (c) melatih kelincahan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan lari bolak- balik memindahkan bola, (d) melatih koordinasi aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan menangkap bola dan menendang bola, (e) melatih kekuatan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan dorong mendorong teman.