• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Ekspor Ke Kawasan Asia dan Afrika

Sub Produk Nilai Ekspor Sub Produk ke Afrika (US$ Juta)

4.2. Hambatan Ekspor Ke Kawasan Asia dan Afrika

Meski sedang dilanda krisis politik, prospek ekspor ke pasar Timur Tengah dan Afrika masih terbuka lebar. Namun demikian ada beberapa faktor yang menghambat peningkatan pangsa ekspor ke Afrika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perusahaan tersebut secara umum dapat kami simpulkan bahwa perusahaan yang disurvey jarang bahkan ada yang belum pernah ekspor ke Afrika sedangkan ke negara non tradisonal Asia masih sangat sedikit. Faktor umum yang menjadi penyebab kurangnya ekspor ke kawasan tersebut adalah kurangnya pasokan bahan baku, kurangnya permintaan dari negara-negara di kawasan tersebut dan jauhnya lokasi tujuan ekspor yang dimaksud.

36

Hasil turun lapang ke Manado:

1. Perusahaan yang bergerak di bidang ekspor hasil perikanan dan produk olahan (PT Celebes MinaPratama) di Bitungmerasakan bahan baku ikan olahan masih kurang karena pada bulan-bulan tertentu terjadi kekurangan bahan baku di lapangan (sekitar 4-5 bulan dalam 1 tahun). Bahan baku tersebut, antara lain ikan cakalang, 100% berasal dari domestik yaitu dari perairan Sulawesi dan Maluku. Produk perusahaan adalah Ikan Kayu dan Serutan Ikan Kayu. Ekspor produk perusahaan ikan kayu ditujukan terutama ke Jepang (80%) dan sisanya ke RRT (10%) dan korea (5%), sementara untuk Serutan Ikan Kayu ditujukan untuk memenuhi pasar domestik yaitu restoran-restoran Jepang yang terutama berada di Jakarta. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dari segi produksi selain ketersediaan bahan baku adalah biaya bahan baku yang makin mahal, biaya listrik dan BBM yang makin mahal, dan pungutan yang dilakukan oleh oknum Pemda.

2. Hal ini menyebabkan responden merasa perbaikan infrastruktur dan utilitas (gas, listrik dan air) dan ketersediaan transportasi serta meminimumkan pungli adalah hal-hal prioritas yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas. Negara pesaing utama ekspor ikan kayu adalah Thailand, RRT, Vietnam dan Philipina. Namun, responden menyatakan yang menjadi faktor keunggulan dari negara lain dibandingkan ekspor kita hanyalah dari harga yang bersaing. Responden menyatakan permasalahan lain yang dihadapi oleh perusahaan untuk pemasarannya adalah menurunnya daya beli dan depresiasi nilai tukar rupiah. Sampai saat ini perusahaan belum melakukan pengembangan pasar ke wilayah Afrika dan Asia selain Jepang, RRT dan Korea karena pengembangan pasar dilakukan oleh perusahaan pusat di Jepang.

3. Perusaahan yang merupakan eksportir hasil perkebunan dan produk olahan yang telah disurvei adalah PT. Agro Makmur Raya (penghasil CCNO, RBD Palm Stearin, RBD Palm Oil dan Copra Expeller), PT Minyak Nabati Sulawesi (penghasil CCNO, RBD Palm Stearin, RBD Palm Oil dan Copra Expeller) dan PT Indoprima (pengekspor biji pala dan bunga pala). PT Agro

37 Makmur Raya (group Musi Mas) dan PT Minyak Nabati Sulawesi (group Wilmar Internasional) tidak mengalami masalah dengan pemasaran dan selama ini ekspor utama ditujukan sebagian besar ke Rotterdam, Netherland, sedangkan ekspor copra expeller merupakan permintaan khusus dari India. Selain itu, group Wilmar Internasional mempunyai cabang perusahaan di Ghana untuk memasok kebutuhan Afrika namun bahan bakunya diperoleh dari produk kelapa sawit setempat. Sementara itu, PT Indoprima, sebagai perusahaan pengekspor biji pala dan bunga pala, hanya melakukan spesialisasi ekspor ke Jepang. Secara umum ketiga perusahaan tersebut memperoleh informasi pasar dengan cara searching mandiri melalui internet. Secara umum permasalahan pemasaran yang dihadapi oleh perusahaan adalah harga jual produk yang bersaing dan fluktuasi depresiasi nilai tukar rupiah.

4. PT Tropica Cocoprima dan PT Royal Coconut adalah perusahaan yang telah disurvei yang termasuk dalam lingkup makanan olahan, dalam hal ini kelapa parut / tepung kelapa. PT Royal Coconut telah melakukan ekspor ke Afrika Selatan, walaupun pangsanya masih 20%, dari total ekspor namun ekspor ke Afsel sudah terlaksana dengan rutin. Informasi mengenai buyer di Afrika Selatan pertama kali diperoleh dari internet. PT Tropica Cocoprima juga menyatakan banyak memperoleh informasi mengenai buyer di luar negeri dari internet. Pasokan bahan baku saat ini masih cukup dan semua dipasok dari Sulawesi Utara. Selama ini kapal ekspor tidak ada yang langsung dari Manado ke negara tujuan, melainkan harus melalui Tanjung Priok,Jakarta dulu dan itu memakan waktu antara 5-10 hari. Untuk itu pemerintah perlu mendukung dan memfasilitasi adanya pelabuhan ekspor di Manado/Bitung sehingga memudahkan eksportir Sulawesi Utara untuk melakukan ekspor secara langsung.

Hasil turun lapang ke Makassar:

1. PT Chen Woo Fishery, perusahaan yang bergerak di bidang ekspor hasil perikanan dan produk olahannya di Makassar, menghasilkan produk daging ikan tuna dengan bahan baku berupa ikan tuna yang diperoleh langsung dari nelayan dan berasal dari wilayah perairan Sulawesi, Kalimantan, Ternate, dan

38 Papua. Ketersediaan bahan baku dari dalam negeri tidak terlalu menjadi hambatan meskipun tergantung pada keadaan cuaca dan angin. Ekspor produk perusahaan ikan tuna ditujukan terutama ke Amerika (80%) dan sisanya ke Eropa (20%).

2. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dari segi produksi adalah biaya bahan baku, tenaga kerja, listrik, dan BBM yang makin mahal, peraturan Pemda yang cukup memberatkan, pungutan oleh oknum Pemda, serta keterbatasan dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Hal ini menyebabkan responden merasa hal-hal yang diprioritaskan untuk diperbaiki adalah infrastruktur dan utilitas (gas, listrik dan air), ketersediaan transportasi, perbaikan kebijakan ketenagakerjaan, serta insentif pajak. Negara pesaing utama ekspor daging ikan tuna adalah Thailand dan India. Namun, responden menyatakan yang menjadi faktor keunggulan dari negara lain dibandingkan ekspor kita hanyalah dari harga dan kualitas yang bersaing.

3. Responden menyatakan permasalahan lain yang dihadapi oleh perusahaan untuk pemasarannya adalah mitra dagang luar negeri yang sulit dicari, kontinuitas pengiriman barang, peraturan ekspor-impor, dan kebijakan UMR. Selain Amerika dan Eropa, perusahan pernah mengekspor produk daging ikan tuna ke Negara Rusia dan Mauritius. Ekspor ke Negara Rusia dan Mauritius hanya akan dilakukan bila terjadi permintaan dan surplus produk. Responden lebih mengutamakan ekspor ke Amerika dan Eropa karena sudah melakukan kontrak jangka panjang sekaligus untuk memelihara pasar yang sudah ada.

4. Perusaahan yang merupakan eksportir hasil perkebunan dan produk olahan yang telah disurvei adalah PT Tanah Mas Celebes Indah (biji kakao), PT Comextra Majora (pengusaha biji kakao dan mete), PT Nedcommodities Makmur Jaya (pengusaha biji kakao), CV Sari Hasil Utama (pengusaha biji kopi), PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi (pengusaha Cocoa Liquor). Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut 100 persen berasal dari dalam negeri. Faktor penghambat utama perusahaan-perusahaan tersebut dalam proses produksi adalah masih kurangnya pasokan bahan baku, ditambah lagi faktor cuaca saat ini yang kurang mendukung.

39 5. PT Tanah Mas Celebes Indah mengekspor biji kakao ke Malaysia (80%), Amerika (10%), dan RRT (10%). Negara pesaing utama perusahaan tersebut adalah Nigeria dan Pantai Gading dimana kualitas biji kakao dari negara tersebut lebih baik. Faktor penghambat lain dalam rangka ekspor adalah kebijakan ekspor dari pemerintah yang membuat harga kakao dari Indonesia sulit bersaing dengan negara lain serta persaingan dengan eksportir lokal. PT Tanah Mas Celebes Indah belum berminat melakukan perluasan pasar karena masih kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar yang sudah ada selain itu resiko pengiriman barang dan pengembalian modal lebih kecil.

6. PT Comextra Majora mengekspor biji kakao ke Amerika, Malaysia, dan Singapura serta mengekspor mete ke Jepang, Korea, dan Taiwan. Menurut PT Comextra Majora, keterbatasan bahan baku dalam negeri menghambat proses produksi mereka karena mete gelondongan banyak dibeli secara langsung oleh eksportir India sehingga kebijakan bea keluar dapat menguntungkan industri pengolahan kakao. Saat ini, PT Comextra Majora hanya beroperasi 30% karena kekurangan pasokan bahan baku. Jika pabrik dapat beroperasi lebih dari 60 persen, PT Comextra Majora merencanakan akan melakukan pengembangan pasar. PT Comextra Majora sudah mengikuti audit HACCP, ISO 22000, dan ketahanan pangan sehingga kualitas produknya sudah diakui oleh pasar. Perbaikan infrastruktur jalan adalah hal yang perlu diprioritasakan untuk mengatasi permasalahan ekspor.

7. PT Nedcommodities Makmur Jaya menghasilkan biji kakao yang dimiliki Belanda. Faktor penghambat PT Nedcommodities Makmur Jaya dalam proses produksi adalah kurangnya pasokan bahan baku karena faktor cuaca dan banyak kebun kakao yang berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit. PT Nedcommodities Makmur Jaya mengekspor biji kakao ke Malaysia (100%). PT Nedcommodities Makmur Jaya mengimpor karung goni dari Bangladesh untuk pengiriman produk. Permasalahan PT Nedcommodities Makmur Jaya dalam mengekspor biji kakao adalah daya saing kualitas dengan negara pesaing, infrastruktur jalan yang kurang baik, dan pemberian fasilitas penurunan tarif untuk impor.

40 8. CV. Sari Hasil Utama mengekspor biji kopi ke Belgia. Faktor penghambat CV Sari Hasil Utama dalam proses produksi dan pemasaran antara lain kurangnya pasokan bahan baku, daya saing kualitas, dan fluktuasi nilai tukar rupiah. 9. PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi adalah perusahaan pengusaha cocoa

liquor dengan kepemilikan 50 persen dimiliki dalam negeri dan 50 persen dimiliki asing. PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi mengekspor cocoa liquor ke Jerman. Kenaikan harga BBM, infrastruktur jalan, dan persaingan harga merupakan faktor penghambat PT. Unicom Kakao Makmur Sulawesi dalam proses produksi dan pemasaran. responden merasa hal-hal yang diprioritaskan untuk diperbaiki adalah infrastruktur dan utilitas (gas, listrik dan air), ketersediaan transportasi, meminimumkan pungli, perbaikan kebijakan ketenagakerjaan, serta insentif pajak.

Hasil turun lapang ke Samarinda:

Secara umum dari beberapa stakeholders yang di survei didapat beberapa informasi sebagai berikut: a). Ketersediaan bahan baku sebagian besar berasal dari pasar domestik; b). Tenaga kerja cukup tersedia; c). Hasil produksi sebagian besar lebih dari 75% untuk ekspor; d).Produk belum terdiversifikasi dimana produk masih dalam bentuk bahan baku atau barang setengah jadi; e). Negara tujuan ekspor juga belum terdiversifikasi dan masih tergantung permintaan dari beberapa negara seperti Jepang, USA, Eropa, RR Tiongkok, Malaysia, Thailand dan negara tradisional lainnya; f). Infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan yang masih terbatas, saat ini sebagian besar masih mengandalkan lalu lintas sungai; g). BBM masih dibatasi sehingga seringkali menjadi kendala dalam produksi dan transportasi; h) Energi Listrik terbatas dan masih sering terjadi pemadaman; i). Penguasaan teknologi masih terbatas; j). Promosi dan pengembangan pasar dilakukan dengan pameran, internet, dan media elektronik lainnya ; k). Perizinan ekspor impor yang sering berubah-ubah menjadi kendala saat proses ekspor impor.

41

BAB V

POTENSI PASAR DAN PRODUK EKSPOR