• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Komunikasi interpersonal pada siswa tunarungu saat pembelajaran daring

C. Analisis dan Pembahasan

2. Hambatan Komunikasi interpersonal pada siswa tunarungu saat pembelajaran daring

pembelajaran yang memungkinkan komunikator dan komunikan dapat bertatap muka langsung sehingga memungkinkan terjadi nya komunikasi interperrsonal transaksional karena adanya pertukaran dialog secara berulang, namun daring disini adalah pembelajaran yang menggunakan adanya penggunaan media kedua dimana pada prosesnya lebih masuk kepada pola komunikasi sekunder seperti linier dan interaktif.

2. Hambatan Komunikasi interpersonal pada siswa tunarungu saat

Hambatan-hambatan dalam penyampaian pesan tentunya akan menyebabkan proses dalam komunikasi interpersonal tidak efektif.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain,

a. Keterbatasan dalam pemahaman bahasa oleh siswa.

Ciri khas dalam penggunaan bahasa anak tunarungu yaitu bahasa isyarat. Pada saat proses pembelajaran daring hambatan utama nya adalah penggunaan bahasa isyarat dimana kadang sinyal dan koneksi internet sebagai acuan utama tersampaikannya pesan dengan baik dan benar kepada siswa.

Anak tunarungu biasanya memiliki kekurangan pemahaman bahasa dikarenakan keterbatasannya. Hal ini merupakan kendala tersendiri dalam penyampaian materi pembelajaran terutama dalam pembelajaran daring. Untuk hal itu perlu adanya pembiasaan dan pemberian kosakata yang diterapkan oleh guru dan diperlukan adanya dukungan dari orang tua.

Bu Andini mengatakan bahwa apabila dalam pembelajaran tatap muka guru dengan mudah dapat memberikan pengajaran dengan matode pemberian ujaran kata sehingga siswa dapat memiliki kosakata baru, akan tetapi dalam kondisi daring pada saat ini metode ujaran kata sulit untuk dilakukan karena keterbatasan kemampuan dalam berinteraksi dengan antara guru dan siswa tunarungu dikarenakan pembelajaran jarak jauh.

Selain itu, Pesan yang berlebihan juga dapat dikatakan sebagai faktor penghambat komunikasi interpersonal, terlebih jika

siswa tunarungu. Guru dalam sekali pengucapannya tidak lebih dari 3 kata. Karena terlalu banyak kata akan menyulitkan siswa dalam proses penangkapan pesan.

b. Siswa Tidak Mood dalam Mengerjakan Tugas

Siswa tunarungu merupakan anak yang spesial. Siswa tunarungu merupakan salah siswa anak berkebutuhan khusus.

Mereka tidak bisa dipaksa dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam mengerjakan tugas. Mereka lebih sensitif dibandingkan siswa lain pada umumnya. Apabila mereka dipaksa melakukan sesuatu, mereka akan memberontak. Untuk itu, guru, orangtua dan orang-orang sekitar harus memahaminya.

Biasanya jika anak tunarungu tidak mood dalam mengerjakan tugas, guru memberikan nasihat dan motivasi terkait materi yang diberikan. Apabila masih belum mau mengerjakan, biasanya guru meminta bantuan terhadap orangtua agar dapat mengawasi serta membujuk anaknya agar mau mengerjakan tugas yang diberikan. Guru dan orang tua diharapkan bahu membahu membimbing anak tersebut agar mengikuti kelas pembelajaran.

c. Kesibukan Orang tua yang tidak bisa setiap saat mendampingi siswa belajar di rumah

Orang tua berperan sebagai pengganti guru pada saat pembelajaran daring agar dapat membimbing dan juga perantara antara guru dan anaknya dalam proses pembelajaran di rumah.

Pada kenyataannya orang tua terkadang memiliki pekerjaan yang

tidak bisa ditinggal. Bu Asridar salah satu wali murid mengatakan bahwa pada saat pembelajaran daring terkadang dirinya tidak bisa menemani anaknya belajar dikarenakan kesibukan pekerjaannya.

Kepentingan disini penulis artikan bahwa tidak menutup kemungkinan seorang anak tunarungu senantiasa membutuhkan bimbingan penuh dari orangtuanya terlebih pada saaat pembelajaran daring. Tapi masih ada saja siswa yang dalam proses pembelajarannya ditinggalkan begitu saja tanpa adanya pendampingan orangtua. Hal ini menyebabkan kurang fokusnya siswa dalam menerima materi dari guru.

d. Kurang Memadainya Fasilitas Yang Menunjang Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring haruslah menggunakan smartphone untuk perantara komunikasi antara guru dengan siswa. Akan tetapi belum semua siswa memiliki HP yang menunjang pembelajaran.

Ada yang masih menggunakannya secara bergantian dengan kakaknya yang masih sekolah, dan ada juga yang HP nya sering bermasalah atau bahkan rusak. Hal tersebut tentu membuat proses komunikasi antara guru dengan siswa terganggu.

e. Siswa Tidak Memiliki Paketan Internet.

Tidak setiap saat siswa memiliki paketan internet, kadang kalanya paketannya habis. Hal ini kemudian menjadi penghambat dalam pemberian materi. Biasanya anak tersebut menyusul dikemudian hari dan mengonfirmasi kepada guru kelas.

Hambatan seperti masuk kedalam Faktor Teknis,dimana pada saat proses pembelajaran daring jelas sangat kompleks.

Apaplagi pembelajaran media itu erat kaitannya dengan penggunaan koneksi internet yang stabil. Selain itu perangkat digital juga sangat dibutuhkan pada saat proses pembelajaran daring. Sehingga hamabatan akan menjadi lebih kompleks lagi apabila kedua hal utama tersebut tidak dapat dipenuhi.

Faktor teknis penghambat lainnya itu ada siswa yang sudah memiliki perangkat laptop namun kameranya rusak sehingga tidak dapat memunculkan wajahnya di layar.

Berdasarkan penjelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi tidaklah selalu berjalan baik, tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanannya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi interpersonal, karena komunikasi interpersonal adalah kunci utama dalam kesuksesan komunikasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalamnya.

Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam komunikasi karena semua hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat (Supraktiknya, 1995).

Dalam mengatasi hambatan - hambatan komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan cara meningkatkan umpan balik sehingga dengan cara ini dapat dipermudah untuk dapat mengetahui

apakah pesan atau informasinya sudah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.

140 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran daring, Aktivitas komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa adalah penerapan dari pola komunikasi Interpersonal Linier dan Interaktif.

Menurut (Wood, 2013) Pola Komunikasi Interpersonal terbagi menjadi 3, yaitu (1) Model Komunikasi Linier, (2) Model Komunikasi Interaktif (3) Model Komunikasi Transaksional. Namun dalam penerapannya, penggunaan model komunikasi interpersonal yang lebih dominan adalah model linier dan interaktif. Linier terjadi apabila siswa hanya menjadi pendengar ketika guru menyampaikan materi. Sedangkan Interaktif terjadi apabila siswa melakukan interaksi atau memberikan respon balik terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Siswa SLB juga dalam hal memberi respon saat pembelajaran daring cenderung pasif dan hanya dapat menjawab apa yang ditanya oleh guru saja tanpa menunjukkan adanya respon diluar itu. sehingga memungkinkan tidak terjadinya model komunikasi transaksional saat pembelajaran daring melalui aplikasi zoom dan whatsapp.

Dalam segala aktivitas komunikasi akan menemui beberapa hambatan yang menjadi faktor terhambatnya pesan itu tersampaikan dengan baik. Dalam proses pembelajaran daring ini, ada beberapa hal yang

menjadi faktor penghambat Komunikasi Interpersonal antara lain : (1) keterbatasan dalam pemahaman bahasa oleh siswa (2) siswa tidak mood dalam mengerjakan tugas (3) kesibukan orangtua yang tidak bisa setiap saat mendampingi siswa dirumah (4) kurang memadainya fasilitas yang meunjang pembelajaran daring (5) siswa tidak memiliki paketan internet.