POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN SISWA SLB-B RAISYA PURI BEKASI SAAT PEMBELAJARAN DARING DI MASA
PANDEMI COVID-19
SKRIPSI
Oleh:
YUSLIMATU SABRINA
18.12.1.1.029
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA 2022
i
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN SISWA SLB-B RAISYA PURI BEKASI SAAT PEMBELAJARAN DARING DI MASA
PANDEMI COVID-19
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Oleh:
YUSLIMATU SABRINA
18.12.1.1.029
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA 2022
ii
NOTA PEMBIMBING
ENY SUSILOWATI, S.Sos., M.Si
DOSEN PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
NOTA PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sdr. Yuslimatu Sabrina Lamp : 5 Ekslempar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi saudara:
Nama : Yuslimatu Sabrina NIM : 181211029
Judul : Pola Komunikasi Interpersonal Guru Dan Siswa SLB-B Raisya Puri Bekasi Saat Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19.
Dengan ini kami menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk diajukan pada Sidang Munaqosyah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 25 Maret 2022 Pembimbing,
Eny Susilowati, S.Sos., M.Si NIP. 197204282000032002
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yuslimatu Sabrina
NIM : 181211029
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Ushuluddin dan Dakwah
Menyatakan bahwa penelitian skripsi berjudul “POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN SISWA SLB-B RAISYA PURI BEKASI SAAT PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19” adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruhnya skripsi ini bukan asli karya saya sendiri atau adanya plagiat murni, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surakarta, 24 Maret 2022 Yang membuat pernyataan,
Yuslimatu Sabrina NIM. 181211029
iv
HALAMAN PENGESAHAN
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN SISWA SLB-B RAISYA PURI BEKASI SAAT PEMBELAJARAN DARING DI MASA
PANDEMI COVID-19
Disusun oleh:
Yuslimatu Sabrina NIM. 181211029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Pada …….
Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelas Sarjana Sosial (S.Sos)
Surakarta, …….
Penguji Utama,
Fathan, S.Sos., M.Si
NIP.19690208 199903 1 001 Penguji/Ketua Sidang
Eny Susilowati, S.Sos., M.Si.
NIP. 19720428 200003 2 002
Penguji/Sekretaris Sidang
Agus Sriyanto, M.Si
NIP. 19710619 200912 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Dr. Islah.M.Ag.
NIP. 19730522 200312 1 001
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan hidayah, sehingga penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Walaupun jauh dari kata sempurna, namun penulis bangga telah mencapai pada titik ini, yang akhirnya skripsi ini bisa selesai diwaktu yang tepat.
Seseorang terdekatku pernah berkata, jika mempunyai sebuah tujuan, maka buatlah batas waktu untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga hal inilah yang membuat penulis memacu dirinya sampai batas maksimal sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, diwaktu yang tepat.
Skripsi atau Tugas akhir ini saya persembahkan untuk:
1. Abi dan Umi, Ikhsan Setyadi dan Rinny Puspitaningdyah terimakasih atas doa, semangat, motivasi, pengorbanan, nasehat serta kasih sayang yang tidak pernah henti sampai saat ini.
2. Adikku Tazkia Khoirunnisa, Shalsa Febri Hasanah, dan Sabitha Ahya Hanifah terimakasih telah menjadi penyemangat dalam mengerjakan tugas akhir ini.
3. Dosen pembimbingku, bu Eny Susilowati,S.Sos M.Si yang telah sabar membimbing serta memberi masukan dan saran selama ini, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Teman seperjuanganku, Anisya Huwaida Ihsani, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini juga memberikan semangat pantang menyerah hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk Andhika Ramadhani. Terimakasih untuk waktu, ruang dan raga nya senantiasa membantu penulis, memberikan doa, nasehat, masukan dan semangatnya selama ini.
vi
HALAMAN MOTTO
Jangan Mengambil Keputusan Ketika Sedang Marah, Dan Jangan Membuat Janji Ketika Sedang Bahagia.
- Ali Bin Abi Thalib
vii ABSTRAK
YUSLIMATU SABRINA, NIM 18.12.11.029. Pola Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Sekolah Luar Biasa B Raisya Puri Bekasi saat Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Skripsi. Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta 2022.
Sekolah Luar Biasa B adalah sekolah yang dikhususkan bagi peserta didik yang Mengalami gangguan pendengaran sehingga membutuhkan pengajaran khusus dan berbeda dari sistem pembelajaran di sekolah biasa. Penerapan pembelajaran daring juga diikuti oleh SLB-B Raisya Puri Bekasi. Pelaksanaan sistem daring itu sendiri antara lain pemanfaatan aplikasi pembelajaran seperti zoom dan whatsapp. Selain kendala fisik, kendala teknologi juga menjadi penghambat siswa SLB dalam proses pembelajaran sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pola komunikasi interpersonal guru dan siswa SLB saat pembelajaran daring dan juga untuk mengetahui apa saja hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa SLB saat pembelajaran daring.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi lapangan yang dilakukan di SLB-B Raisya Puri Bekasi. Wawancara dilakukan secara offline dan online dengan teknik wawancara yang terstruktur. Dokumentasi berupa foto kegiatan saat pembelajaran daring. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, kemudian disajikan dan ditarik kesimpulan. Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian berdasarkan data dan informan, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya penerapan pola komunikasi interpersonal linier dan interaktif.
Dikatakan linier apabila saat pembelajaran daring siswa hanya menyimak dan mendengarkan. Dikatakan interaktif apabila adanya umpan-balik dari siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Hambatan yang terjadi saat pembelajaran daring antara lain : (1) keterbatasan dalam pemahaman bahasa oleh siswa (2) siswa tidak mood dalam mengerjakan tugas (3) kesibukan orangtua yang tidak bisa setiap saat mendampingi siswa dirumah (4) kurang memadainya fasilitas yang meunjang pembelajaran daring (5) siswa tidak memiliki paketan internet.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Guru, Siswa, Pembelajaran Daring
viii ABSTRACT
YUSLIMATU SABRINA, NIM 18.12.11.029. Interpersonal Communication Patterns for Teachers and Students of Special School B Raisya Puri Bekasi during Online Learning during the Covid-19 Pandemic Period. Essay. Islamic Communication and Broadcasting Study Program, Faculty of Ushuluddin and Da'wah, Raden Mas Said State Islamic University Surakarta 2022.
Special School B is a school that is devoted to students who have hearing impairments so that they require special teaching and are different from the learning system in ordinary schools. The application of online learning was also followed by Raisya Puri Bekasi SLB-B. The implementation of the online system itself includes the use of learning applications such as zoom and whatsapp. In addition to physical constraints, technological constraints are also an obstacle for special school students in the learning process so that researchers are interested in conducting this research. The purpose of this study is to describe how the interpersonal communication patterns of teachers and special special students students during online learning and also to find out what are the interpersonal communication barriers that occur between teachers and special school students during online learning.
The research method used is descriptive qualitative. Data obtained from observation, interviews and documentation. Field observations carried out at SLB- B Raisya Puri Bekasi. Interviews were conducted offline and online with structured interview techniques. Documentation in the form of photos of activities during online learning. The data analysis technique uses data reduction, then it is presented and conclusions are drawn. The validity of the data in this study used a source triangulation technique.
The results of research based on data and informants, in this study indicate that there is an application of linear and interactive interpersonal communication patterns. It is said to be linear if during online learning students only listen and listen. It is said to be interactive if there is feedback from students on what is conveyed by the teacher. Barriers that occur during online learning include: (1) limitations in understanding language by students (2) students not in the mood to do assignments (3) busy parents who cannot always accompany students at home (4) inadequate facilities that support online learning (5) students do not have internet packages.
Keywords: Interpersonal Communication, Teachers, Students, Online Learning
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Interpersonal Guru Dan Siswa SLB-B Raisya Puri Saat Pembelajaran Daring”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Jurusan Dakwah dan Komunikasi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pelaksanaan dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd selaku Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta.
2. Dr. Islah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta.
3. Abraham Zakky Zulhazmi, M.A. Hum Selaku Koordinator Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.
4. Eny Susilowati, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa mendukung dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu, memberi motivasi kepada penulis selama menempuh kuliah, nasehat serta pelayanan yang terbaik sampai selesainya skripsi ini.
5. Fathan S.Sos M.Si selaku Dosen Penguji Utama, Agus Sriyanto, M.Si Selaku Dosen Penguji 1, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, maupun dukungan kepada penulis, memberikan kritik/saran untuk perbaikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pelayanan terkait prosedur seminar hingga munaqosyah ini.
7. Sri Hartati,S.Pd selaku kepala sekolah SLB-B Raisya Puri Bekasi yang telah memberikan ijin untuk penelitian di sekolah tersebut.
x
8. Andini permatasari,S.Psi selaku wali kelas II SDLB Raisya Puri Bekasi yang telah membantu banyak dalam memberikan informasi dan meluangkan waktunya untuk penelitian mengenai proses pembelajaran daring di sekolah tersebut.
9. Nisha Virlyati, S.Pd selaku wali kelas III SDLB Raisya Puri Bekasi yang juga bersedia berbagi informasi dan pengalamannya sebagai data penguat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Aretha Gianina, S.Pd selaku wali kelas IV SDLB Raisya Puri Bekasi yang juga bersedia memberikan infromasi dan meluangkan waktunya untuk penelitian mengenai aktivitas selama pembelaaran daring.
11. Segenap walimurid kelas II-IV SDLB Raisya Puri Bekasi yang juga berkenan memberikan informasi pendukung dalam proses penelitian ini.
12. Kedua orang tua saya, umi Rinny Puspitaningdyah dan Abi Ikhsan Setyadi yang selalu memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti untuk saya demi terselesaikannya skripsi ini.
13. Kepada Teman saya, Anisya Huwaida yang senantiasa memberikan support dan dukungan yang luar biasa selama peneliti mengerjakan skripsi ini, terimakasih juga semangat berjuang bersama dengan hastag
#kitasalingkitabisa.
14. Kepada Andhika Ramadhani yang tak pernah lelah menemani penulis dan banyak membantu penulis serta memberikan dukungan dan semangat sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dan semua pihak yang telah terlibat dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan, bimbingan, dan dukungan semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan pahala yang melimpah. Aamiin.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi khalayak luas.
Surakarta, 24 Maret 2022
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Teori ... 10
1. Komunikasi ... 10
2. Komunikasi Verbal ... 12
3. Komunikasi Non Verbal ... 14
4. Komunikasi Interpersonal ... 15
5. Pola Komunikasi Interpersonal ... 30
6. Sekolah Luar Biasa B Raisya Puri Bekasi ... 41
7. Siswa Tuna Rungu ... 46
8. Pembelajaran Daring di SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 52
xii
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 54
C. Kerangka Berpikir ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Pendekatan Penelitian ... 59
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 60
C. Sumber dan Objek Penelitian ... 61
D. Sumber Data ... 62
E. Teknik Pengumpulan Data ... 62
F. Teknik Keabsahan Data ... 65
G. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A. Fakta Temuan Penelitian ... 71
1. Sejarah Singkat SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 71
2. Profil SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 73
3. Visi Misi dan Tujuan SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 75
4. Sarana dan Prasarana SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 76
5. Keadaan Guru SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 77
6. Keadaan dan Karakteristik Siswa SLB-B Raisya Puri Bekasi . 79 7. Kurikulum SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 82
B. Sajian Data ... 83
1. Siswa SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 83
2. Konsep Pembelajaran Daring di SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 3. Aktivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Daring melalui Aplikasi Zoom dan WhatsApp VideoCall ... 95
4. Aktivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa Selama Pembelajaran Daring Home Visit ... 109
5. Hambatan saat Pembelajaran Daring ... 112
C. Analisis dan Pembahasan ... 122
1. Pola Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa selama Pembelajaran Daring ... 122
xiii
2. Hambatan Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa selama
Pembelajaran Daring ... 128
BAB V PENUTUP ... 134
A. Kesimpulan ... 134
B. Keterbatasan Penelitian ... 135
C. Saran ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 142
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 144
LAMPIRAN ... 145
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Timeline Waktu Penelitian ... 61
Tabel 2. Profil SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 74
Tabel 3. Daftar Guru SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 80
Tabel 4. Data Siswa SLB ajaran 2021/2022 ... 82
Tabel 5. Jumlah Rombongan Belajar siswa SLB ajaran 2021/2022 ... 82
Tabel 6. Karakteristik siswa kelas II-IV di SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 84
Tabel 7. Data Informan Penelitian ... 91
Tabel 8. Jadwal Daring di SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 99
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bahasa isyarat angka dan huruf bagi anak ABK ... 30
Gambar 2. Model Komunikasi Linier ... 32
Gambar 3. Model Komunikasi Interaktif ... 34
Gambar 4. Model Komunikasi Transaksional ... 36
Gambar 5. Bagan Kerangka Berpikir ... 58
Gambar 6. Triangulasi Sumber ... 67
Gambar 7. Balon Percakapan Guru dan Siswa ... 100
Gambar 8. Skema Pola Komunikasi Linier ... 126
Gambar 9. Skema Pola Komunikasi Interaktif ... 127
Gambar 10. Bangunan Sekolah SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 168
Gambar 11. Logo SLB-B Raisya Puri Bekasi ... 168
Gambar 12. Aktivitas Pembelajaran Daring melalui aplikasi Zoom ... 169
Gambar 13. Aktivitas Pembelajaran Daring Home Visit ... 171
Gambar 14. Aktivitas Pembelajaran Daring melalui aplikasi WhatsApp ... 173
Gambar 15. Responsif Siswa saat Pengumpulan tugas secara online ... 175
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara Kepala Sekolah SLB-B Raisya Puri ... 140
Lampiran 2. Transkip Wawancara Guru Kelas II SLB-B Raisya Puri ... 145
Lampiran 3. Transkip Wawancara Guru Kelas III SLB-B Raisya Puri ... 149
Lampiran 4. Transkip Wawancara Guru Kelas IV SLB-B Raisya Puri ... 152
Lampiran 5. Transkip Wawancara Wali Murid Kelas II-IV ... 154
Lampiran 6. Skema Pembelajaran Daring Kelas II-IV SLB-B Raisya Puri .... 157
Lampiran 7. Surat Izin Pra Penelitian ... 167
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian... 168
Lampiran 9. Surat Balasan Izin Pra Penelitian ... 169
Lampiran 10. Surat Balasan Izin Penelitian ... 170
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ... 171
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia sedang dihadapkan dengan situasi dan kondisi berbahaya di mana kejadian seperti ini dapat dikatakan pandemi karena hampir dialami oleh beberapa negara termasuk Indonesia. Kondisi saat seluruh negara berperang bersama melawan sebuah penyakit atau virus mematikan. Akhir tahun 2019 menjadi waktu pertama kalinya penyakit ini muncul di salah satu negara maju hingga akhirnya virus ini dengan melesat tersebar ke seluruh dunia. Gejala umum yang sering ditemui pada penyakit-penyakit yang sudah ada menjadi tolak ukur terpaparnya virus ini. Ciri serta indikasi umumnya antara lain batuk, panas (demam), serta sesak nafas. Masa penetasan virus ini dalam tubuh kurang lebih 6 hari hingga 14 hari. Sampai saat ini, akumulasi permasalahan kasus covid meningkat setiap harinya. Dilansir oleh World Health Organization (World Health Organization), informasi yang diperoleh sampai saat ini menggapai 228. 206. 384 terkonfirmasi posistif, 4. 687. 066 terkonfirmasi kematian, serta 216 negeri sudah dijelajahi oleh virus covid- 19 (WHO, 2021).
Adanya pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi berbagai zona, tak terkecuali zona pendidikan. Banyak negara yang kemudian mengambil kebijakan untuk menutup tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya perkumpulan massa, seperti sekolah dan perguruan tinggi demikian juga di
Indonesia. Pemerintah wajib melaksanakan aksi tutup paksa sekolah demi menyelamatkan hidup ataupun mengurangi penularan virus Covid-19. Berbagai peraturan sudah diberlakukan di Indonesia guna kurangi peningkatan angka positif covid-19 setiap harinya. Kebijakan itu antara lain, penerapan social maupun physical distancing, sampai pemberlakuan kebijakan yang lebih ketat yaitu terbitnya Program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tahun 2020 kemudian sampai yang terkini, ialah program PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat Jawa Bali pada tahun 2021.
Keberadaan Covid-19 sangat mempengaruhi pola pembelajaran di Indonesia selaras dengan Surat Edaran Kemdikbud No 15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran corona virus desease (covid-19), pemerintah sudah mempraktikkan sistem WFH (Work From Home) serta SFH (Study From Home) yaitu alihkan sistem pendidikan sekolah dari tatap muka ke daring kepada seluruh pelajar maupun pekerja bertujuan mengurangi kenaikan akumulasi kasus positif Covid-19.
Penerapan pembelajaran dari rumah juga diterapkan oleh sekolah- sekolah negeri maupun swasta termasuk sekolah umum formal dan sekolah luar biasa (SLB) yang ada di Bekasi sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Bekasi no.300/Kep.197-BPBD/IV/2020 dan diteruskan oleh Surat Edaran Bupati Kabupaten Bekasi nomor.300/ SE-43/POL.PP tentang penerapan PSBB yang di dalamnya mencakup penerapan pembelajaran daring sebagai tindak lanjut pencegahan covid di lingkungan Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten Bekasi hingga saat ini yang terbaru adalah Surat Edaran perpanjangan daring no.421/2566/disdik Kota Bekasi pada 26 maret 2021 tentang perpanjangan
belajar dari rumah pada masa darurat covid-19 di kota/Kabupaten Bekasi hingga yang terbaru adalah pemulihan masa darurat covid-19 di Bekasi dengan mengkolaborasikan pembelajaran daring dan tatap muka terbatas sesuai dengan Surat Edaran Kabupaten Bekasi nomor (SE no. 443.1/108/SET.COVID-19 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) terdapat 22 sekolah luar biasa (SLB) yang ada di Bekasi. Dimana masing-masing sekolah memberikan pelayanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Sekolah dengan kategori A memberikan pelayanan bagi siswa penderita tuna netra, sekolah dengan kategori B memberikan pelayanan bagi siswa pendertita tunarungu, sekolah dengan kategori C memberikan pelayanan bagi siswa penderita tuna grahita dan beberapa kategori lainnya yang dapat disesuaikan dengan jenis gangguan atau kecacatan masing-masing peserta didik. (Data Pokok Pendidikan, 2022).
Dari 22 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdapat di Bekasi, hanya ada 3 SLB yang hanya memberikan satu pelayanan khusus di jenis kecacatan tertentu, diantaranya tuna netra, tunarungu dan tuna grahita. SLB lainnya dapat melayani lebih dari satu jenis kecacatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Sekolah Luar Biasa tuna rungu dapat dikategorikan B sesuai dengan jenis kecacatannya. Di lingkungan Bekasi, terdapat 6 SLB yang memberikan pendidikan khusus penderita tunarungu, namun hanya ada 1 sekolah luar biasa yang hanya dikhususkan bagi peserta didik yang mengalami gangguan pada indera pendengaran. (Data Pokok Pendidikan, 2022).
Sekolah Luar Biasa (SLB) B Raisya Puri Bekasi adalah sekolah yang dikhususkan bagi anak penderita tuna rungu dalam memperoleh Pendidikan formal. Yayasan SLB-B Raisya puri memiliki jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. SLB yang berdiri sejak tahun 2013 ini memiliki 48 siswa yang masing-masing disesuaikan dengan kategori usianya.
Penerapan pembelajaran daring juga diikuti oleh SLB-B Raisya Puri Bekasi. Pelaksanaan sistem daring itu sendiri diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah masing-masing. Secara umum, Pembelajaran daring ialah pendidikan yang memanfaatkan jaringan internet dengan membutuhkan sokongan perangkat-perangkat mobile seperti smartphone, laptop, pc, tablet, yang bisa digunakan akses internet kapan saja serta di mana saja (Sadikin &
Hamidah, 2020). Dalam penerapannya, penggunaan media pembelajaran daring juga diperlukan kemampuan mengendalikan dan pengetahuan mengoperasikan media. Sejak adanya pembelajaran daring, guru maupun siswa dituntut untuk bisa mengakses beberapa aplikasi pendukung pembelajaran, seperti google meet, zoom, schology dll.
Kondisi seperti ini akan sangat menyulitkan siswa, dimana siswa itu sendiri adalah mereka yang untuk melakukan aktivitas keseharian normal saja membutuhkan bantuan orang lain, terlebih jika di sekolah luar biasa (SLB) yang notabene nya sangat membutuhkan peran orangtua dalam aktivitas belajar siswa. Orang tua siswa di SLB-B Raisya Puri Bekasi tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini bisa dilihat dari orangtua yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala teknologi informasi membatasi mereka dalam menggunakan
media daring. Begitu juga dengan siswa yang tidak biasa menggunakan barang- barang elektronik sehingga mengandalkan kemampuan orangtuanya dalam pemahaman penggunaan teknologi demi mendukung proses pembelajaran daring. Selain itu, cara pemahaman bahasa siswa tunarungu pun berbeda dengan cara pemahaman bahasa pada orang normal.
Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai peranan penting di dalam kehidupan masyarakat. Tanpa bahasa manusia akan sulit menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan penderita tunarungu adalah bahasa isyarat. Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual melalui Bahasa tubuh ataupun gerak bibir. Bahasa isyarat biasanya mengkombinasikan gerak tangan, lengan, bibir ataupun gerak tubuh dan ekspresi mimik wajah untuk mengungkapkan suatu informasi. Siswa tuna rungu biasanya berpacu pada kemampuan melihat dan memahami gerak tubuh dan mimik wajah lawan bicaranya. Mereka mengandalkan isyarat untuk memahami informasi yang diberikan. (Handayani, 2018).
Dalam penggunaan bahasa, pelaku komunikasi pasti mengalami hambatan-hambatan yang mengakibatkan aktivitas komunikasi terganggu.
Hambatan komunikasi seperti ini akan lebih kompleks lagi jika pembelajaran langsung dialihkan ke pembelajaran daring karena selain keterbatasan media, mereka juga keterbatasan kemampuan fisik. Hambatan tersebut antara lain, aplikasi-aplikasi yang mendukung pembelajaran daring membutuhkan jaringan internet yang kuat agar proses pembelajaran tetap lancar dan tidak terkendala video yang tiba-tiba berhenti atau suara yang putus-putus. jaringan internet yang
lambat menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif dan tidak tersampaikannya pesan secara utuh. Selain hambatan jaringan, pembelajaran daring juga menyulitkan orangtua siswa karena banyak dari mereka yang keterbatasan penggunaan bahasa isyarat sehingga sulit menyampaikan ulang apa yang disampaikan oleh guru.
Guru dalam hal ini dituntut lebih profesional dan proaktif dalam menyikapi dan mengembangkan bagaimana pola pemikiran siswa SLB untuk bisa tertarik dan mau memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran melalui komunikasi sekalipun pembelajaran harus dilakukan secara daring. Dengan adanya komunikasi, maka terciptalah sebuah kehidupan yang saling melengkapi satu sama lain, hal ini disebabkan karena dalam prosesnya ada arus balik langsung, sehingga siswa SLB dapat mengetahui apakah pesan yang disampikan itu dapat diterima baik atau tidak.
Dengan komunikasi interpersonal lah seorang guru bisa memotivasi muridnya dalam hal belajar sehingga diharapkan mampu menjadi senjata untuk membangkitkan motivasi siswa agar bisa menyesuaikan diri dengan teman dan lingkungannya. Hal ini menjadi penting ketika siswa tunarungu berada di dalam lingkungan masyarakat sosial agar tetap imbang dan bersiosialisasi selayaknya masyarakat normal lainnya.
Dikatakan berhasil atau tidaknya komunikasi interpersonal tersebut jika terdapat persamaan persepsi antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Sebabnya persepsi menjadi inti dari sebuah komunikasi, Kesamaan persepsi muncul ketika memberikan dampak yang sama pada kedua belah pihak. Selain
itu, dapat dikatakan efektif jika komunikasi interpersonal terjadi dan pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh penerima pesan.
Menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, terlebih jika didikannya adalah mereka yang dikhususkan. Situasi pandemi seperti saat ini menjadi masalah tambahan sekaligus baru bagi para pengajar karena guru dituntut untuk bisa bertahan dalam kondisi dan situasi apapun. Dalam artian komunikasi interpersonal guru akan menjadi lebih rumit. Keterbatasan waktu pada saat pembelajaran daring pun tidak seleluasa ketika dalam pembelajaran tatap muka langsung. Dengan harus memahami bahasa verbal secara terbatas dengan kondisi dan situasi yang juga serba terbatas. Sehingga akan lebih kompleks lagi masalah ditambah dalam pembelajaran daring akan ditemui hambatan- hambatan dalam proses penyampaian pesan guru dan siswa. (Sadikin &
Hamidah, 2020).
Dalam hal ini peneliti menjadikan siswa kelas II-IV SDLB Raisya Puri Bekasi sebagai subjek, selain karena memang tingkat SD adalah jenjang paling dasar tapi juga karena guru kelas II-IV SDLB selalu melakukan pembelajaran daring di sekolah dengan memanfaatkan fasilitas sekolah seperti komputer dan wifi. Sehingga hal itu akan memudahkan peneliti dalam hal pengamatan maupun wawancara langsung.
Ditinjau dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat dan mengkaji bagaimana “Pola Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Siswa SLB-B Raisya Puri Bekasi Saat Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat diajukan identifikasi masalahnya antara lain :
1. Penerapan pembelajaran daring di SLB-B Raisya Puri Bekasi.
2. Kurangnya kemampuan siswa dan orangtua dalam mengoperasikan gawai digital
3. Penggunaan Bahasa isyarat selama pembelajaran daring cukup mengalami kendala
4. Terbatasnya komunikasi interpersonal guru dan siswa saat proses pembelajaran daring
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang dikemukakan, maka dapat diajukan pembatasan masalahnya “Pola Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa kelas II-IV SLB-B Raisya Puri Bekasi saat pembalajaran daring”
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berikut :
1. Bagaimana pola komunikasi interpersonal guru dan siswa di SLB-B Raisya Puri Bekasi saat pembalajaran daring?
2. Apa saja hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi saat pembelajaran daring?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pola komunikasi interpersonal termasuk didalamnya komunikasi non-verbal yang digunakan antara guru dan siswa di SLB-B Raisya puri Bekasi selama pembelajaran daring.
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran daring.
F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Output dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada peneliti terkait pemasalahan yang diangkat. Dan dapat digunakan menjadi acuan atau tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengangkat penelitian dengan tema yang sama.
2. Secara Praktis a. Guru
Diharapkan guru mengetahui pola komunikasi interpersonal seperti apa yang cocok diterapkan pada siswa tunarungu saat pembelajaran daring dan mengetahui hambatan yang terjadi saat daring.
b. Siswa tunarungu
Diharapkan siswa tunarungu dapat menerima pembelajaran daring dengan dari guru selama pembelajaran daring.
c. Orang tua murid
Diharapkan orang tua mampu menemani dan mengawasi anaknya dalam proses belajar di rumah selama pembelajaran daring berlangsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Komunikasi
Suatu tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, & ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Artinya kalau dua orang terlibat dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama adanya kesamaan makna mengenai apa yang di percakapan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Sehingga komunikasi dapat dikatakan efektif jika keduanya mengerti bahasa yang digunakan sekaligus memahami makna yang tersampaikan. (Suranto, 2011).
2. Macam-Macam Komunikasi
Pada dasarnya, ada beberapa macam komunikasi antara lain:
a) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi jenis ini adalah aktivitas yang berlangsung pada diri sendiri dengan mengelola pesan atau informasi yang didapatnya.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri
seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem saraf (Sendjaja, 2008).
Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuK mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berfikir). Dalam proses berfikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator. (Susanto, 2002).
Proses mengolah informasi tersebut dibantu dengan panca indera.
Contoh berkhayal, merenung, melukis, atau bercerita dalam tulisan.
b) Komunikasi Interpersonal
Komunikasi ini mengandalkan adanya keberlangsungan dialog antar individu satu dan lain dengan beradu wajah yang dapat memungkinkan penangkapan reaksi komunikan secara langsung baik verbal maupun non-verbal.
Secara umum komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat. (Rumanti, 2002). Contoh: suami-istri, murid-guru, atasan- bawahan dan sebagainya.
c) Komunikasi Kelompok
Di mana dalam komunikasi jenis ini dibutuhkan keterlibatan banyak individu yang dapat menciptakan keharmonisan komunikasi dalam suatu kelompok (Mubarok, 2014).Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul bersama- sama dalam satu kelompok. (Effendy, 2005).
Komunikasi kelompok ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar dan tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung secara kontinue dan bisa dibedak an sumber dan penerima. Ketiga, pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. (Nuruddin, 2005).
Dalam penelitian ini, pola komunikasi antara guru dan siswa tunarungu termasuk komunikasi interpersonal. Guru menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal kepada siswa tunarungu untuk berkomunikasi dalam proses pembelajaran begitu juga pada saat proses pembelajaran daring saat ini.
3. Komunikasi Verbal
Komunikasi dengan memakai simbol atau istilah – kata baik ekspresi juga goresan pena. Sebuah proses komunikasi verbal, erat kaitannya dengan bahasa. Bagaimana simbol-simbol, atau dalam sehari- harinya dikenal sebagai kata-kata disusun oleh seseorang yang bertindak
sebagai komunikator dalam suatu proses komunikasi. Kemudian, kata- kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang dapat diutarakan, dan dimaknai oleh orang yang menerima pesan atau dalam istilah komunikasinya yaitu komunikan. Pesan tersebut nantinya disusun dan menjadi sebuah bahasan yang kemudian disampaikan kepada komunikan.
Dari penjelasan tersebut tentunya komunikasi verbal ini sangat erat kaitannya dengan bahasa. Dengan bahasa inilah sebuah pesan dirangkai oleh komunikator. Dan dengan bahasalah si komunikan mengerti apa yang dimaksud oleh komunikator. Tetapi, bahasa juga memiliki keterbatasan sebagai sebuah alat komunikasi. Inilah yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
Adapun kelebihan komunikasi verbal (berkaitan dengan mulut) dibandingkan bahasa isyarat yaitu :
a. Penyampaian pesan cenderung lebih cepat
b. Konteks bahasa lebih fleksibel, sehingga komunikan dan komunikator bebas berbahasa
c. Unsur Bahasa bervariasi
d. Penyampaian pesan secara verbal mengartikan pesan itu muncul dari dalam diri seorang komunikator, berbeda dengan penyampaian pesan melalui Gerakan/isyarat komunikan cenderung memperhatikan Gerakan dan tidak terfokus pada pemberi pesan. (Surya Dharma, 2008).
Selain kelebihan, ada juga kelemahan pada komunikasi lisan.
Kelemahan memakai metode komunikasi oral antara lain:
a. metode komunikasi seperti ini akan sangat menyulitkan bagi mereka yang mengalami masalah-masalah seperti,hambatan pendengaran dan hambatan penglihatan
b. terdapat beberapa konsonan kata yang memiliki bentuk pengucapan yang mirip bahkan sama, contoh :buku-kuku
c. kesulitan memperhatikan jeda panjangyang relatif jauh,
d. banyak istilah-kata pada gerak bentuk bibir sama sekali mempunyai makna yg tidak sama. (Rahmah, 2018)
4. Komunikasi Non Verbal
Penyampaian pesan menggunakan cara gerakan tubuh, perilaku tubuh, kontak mata ataupun aktualisasi diri muka dan sentuhan.
Komunikasi Non lisan ialah komunikasi tanpa mulut menggunakan memakai keseluruhan komponen diantaranya: (Rahmah, 2018)
a. aktualisasi diri wajah (mimik), b. gesti/motilitas (gestures) dan
c. isyarat yg dilakukan secara lumrah dan alami.
d. Bahasa isyarat diklaim datylogy (bahasa jari) atau finger spellling (abjad ejaan jari).
e. bahasa tubuh (body language) yaitu melalui seluruh ekspresi tubuh, aktualisasi diri mimik muka, pantomimik dan gestur yg dilakukan seorang secara wajar dan alami.
Seorang yang memiliki gangguan indera pendengaran khususnya berat, mereka akan mengalami kesulitan mengakses bunyi bahasa secara penuh lewat pendengarannya. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) artinya galat satu media yg dapat membantu komunikasi sesama anak gangguan indera pendengaran pada pada masyarakat yg lebih luas (nasional). SIBI ini berupa tatanan sistematis perihal seperangkat isyarat jari, tangan dan aneka macam gerak yang melambangkan kosakata Bahasa Indonesia.
(Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, 2022).
Gambar 1. bahasa isyarat angka dan huruf. Sumber : Kamus SIBI
5. Pengertian Komunikasi Interpersonal
“communication” yang dalam Bahasa latin nya adalah
“communicare” memilki pengertian sebagai proses bertukar pandangan dan pikiran dengan individu lain atau biasa disebut dengan komunikasi.
Komunikasi juga merupakan proses berbagi kepada seseorang, baik itu informasi, pesan dan perasaan. Komunikasi akan lebih intens jika didalamnya terjadi proses menatap lawan biacaranya secara langsung dan dilakukan pada dua individu yang saling memfokuskan diri dengan individu lain agar penyampaian pesan masuk dan dapat dipahami dengan jelas oleh penerima pesan. (Mulyana, 2011).
Berdasarkan pendapat Mc Croskey, maka komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka meskipun dimediasi oleh internet, sehingga memungkinkan seseorang dapat menangkap reaksi yang ditimbulkan baik secara verbal ataupun nonverbal.(Manalu, 2014).
Tanggapan lain juga disampaikan oleh Effendi, di mana komunikasi yang paling efektif adalah komunikasi yang terjadi secara langsung untuk dapat melihat bagaimana komunikan menangkap dan memberikan respon kepada komunikator. Komunikasi interpersonal menjadi lebih efektif karena dirasa paling mampu mempengaruhi seseorang dalam hal sikap dan perilaku. Komunikator dan komunikan dapat dengan langsung memberikan respon balik terhadap pesan yang disampaikan. Pada saat yang bersamaan pula, komunikasi itu dapat terlihat berhasil atau tidaknya.(Suranto, 2011).
Komunikasi interpersonal yakni proses dialog yang terjadi minimal dua orang dengan maksud menyampaikan informasi secara langsung.
Definisi yang dituturkan oleh Josep DeVito di mana komunikasi
interpersonal yaitu proses pengiriman dan penerimaan informasi individu satu dan yang lainnya atau terjadi dalam kelompok kecil dan mendapatkan respon balik di waktu bersamaan saat komunikasi itu sedang berlangsung.(Edi Harahap & Syarwani Ahmad, 2014).
Menurut Indriono Gitosudarmo Bersama dengan Agus Mulyono, bahwa Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dalam bentuk tatap muka, Interaksi interpersonal, dua arah, verbal dan nonverbal, dan keterlibatan informasi antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil (Suranto, 2011).
Kepahaman atas prinsip-prinsip utama terkandung dalam pemaknaan yang berbeda, pemahaman sederhana tentang komunikasi ini hubungan interpersonal adalah proses mengirim dan menerima pesan antara pengirim pesan (penelepon) dengan penerima (yang ditelepon) secara fisik langsung atau tidak langsung. Dikatakan bahwa komunikasi terjadi secara langsung Jika pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa keterbatasan media. Sedangkan komunikasi tidak langsung ditandai dengan adanya perantara media.
Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah suatu tahapan berkomunikasi dengan orang-orang sekitar dan saling berpengaruh.
Pesan dapat tersampaikan dengan dua cara, yakni lisan dan tulisan masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Keunggukan komunikasi lisan antara orang-orang adalah kecepatan, artinya Ketika pengirim menyampaikan pesannya kepada si penerima, pesan tersebut
dapat disampaikan langsung dalam bentuk presentasi lisan. Kecepatan penangkapan informasi dalam bentuk komunikasi lisan ini mengartikan bahwa waktu adalah masalah utama. Dalam komunikasi interpersonal secara tertulis, juga memiliki keungugulan antara lain Pesan bersifat permanen, sehingga penerima dapat membaca nya berulang kali dalam jangka waktu yang tak terbatas karena pesan yang dikirimkan bersifat tertulis.
Komunikasi tatap muka antar orang memungkinkan adanya tanggapan yang segera mungkin diketahui maknanya (reaksi spontan).
Ini berarti bahwa penerima pesan dapat melakukannya langsung dan dengan cepat membalas pesan yang diterima dari Sumber. Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari, yaitu terjadi Otomatis karena mendapat efek pengirim dan pesan secara instan menyampaikan pemahamannya dan kemudian memberikan umpan balik atau feedback tentang isi pesan agar isi pesan tersampaikan keduanya tidak lepas dari pembahasan yang sedang dibahas (Suranto, 2011).
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa ahli, didapatkan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai kedudukan penting dalam proses komunikasi yang terjadi secara langsung, di mana pada komunikasi ini terlihat bagaimana komunikator dapat dengan langsung menerima respon balik komunikan. Pada penelitian ini, komunikasi interpersonal juga sangat berperan dalam proses penyampaian pesan oleh guru kepada siswa tunarungu pada saat pembelajaran jarak jauh yang diharapkan guru dapat menerima respon
balik siswa tunarungu baik verbal maupun non verbal. Pada saat komunikasi langsung, guru dengan mudah mengetahui apakah penyaluran informasinya berjalan dengan baik atau tidak. Namun pada saat penyaluran informasii yang terbatas media, guru sulit menerka apakah komunikasi tersebut berjalan dengan baik atau tidak.
6. Ciri – Ciri Komunikasi Interpersonal
Berdasarkan beberapa definisi yang diberikan di atas, maka ciri-ciri komunikasi interpersonal dapat dilihat sebagai berikut: (Edi Harahap dan Syarwani Ahmad, 2014).
a. Komunikasi jenis ini bisa saja berlangsung dengan cepat dan tanpa tujuan. Artinya, interaksi manusia sering terjadi tanpa direncanakan, sehingga percakapan bisa terjadi dengan sangat cepat.
b. mempunyai dampak yang terduga dan tidak terduga.
c. Salah satu karakteristik komunikasi adalah berbagi informasi dan pertukaran antara pengirim dan penerima untuk menciptakan suasana percakapan.
d. Dibutuhkan kedekatan dan keakraban mendalam agar kedua belah pihak, baik komunikator dan komunikan siap menerima kejujuran pihak lain. Pada komunikasi interpersonal pula dibutuhkan keberanian membuka hati pada pihak lain.
e. Komunikasi interpersonal dan implementasinya lebih menonjol dalam sistem komunikasi spiritual daripada dalam komunikasi sosial, karena merupakan hubungan dekat atau akrab yang hanya
dimiliki dua individu atau lebih. Lebih dari tiga individu terlibat dalam ruang hampa, sebenarnya berbeda. Oleh karena itu, hal-hal yang mempengaruhi pikiran manusia mudah terungkap dalam komunikasi.
f. Komunikasi dikatakan efektif jika menghasilkan sesuatu.
g. Simbol-simbol yang digunakan pada proses komunikasi interpersonal menyesuaikan kebutuhan komunikasinya.
Ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Rogers adalah : (Suranto, 2011).
a. Pesan terjadi dua arah secara aktif b. Tingginya respon dari komunikan
c. Memberikan efek perubahan sikap dan perilaku d. Kemampuan memprediksi Tindakan seseorang e. Efek yang terjadi perubahan sikap.
7. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Edna Rogers Mendefinisikan bahwa proses komunikasi dapat membentuk struktur sosial melalui pendekatan hubungan kedua belah pihak dalam proses komunikasi interpersonal (antar pribadi).
Komunikasi interpersonal dikatakan sebagai sebuah proses dengan beberapa prinsip :
a. Komunikasi tidak dapat dihindari b. Komunikasi tidak dapat diganti
c. Komunikasi terdiri atas keterikatan komponen
d. Komunikasi sebagai proses adaptasi diri
e. Komunikasi menciptakan keseimbangan dan saling mengisi serta melengkapi
(Rakhmat, 2005) meyakini bahwa persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal adalah faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal.
a. Persepsi Interpersonal
Persepsi yang dilakukan oleh manusia dilingkungan nya adalah untuk memperoleh gambaran tentang orang lain yang ada di sekitarnya, melalui proses berpikir berdasarkan ciri fisik, kualitas, bahkan pada kepribadiannya.
Memberikan pemaknaan atau penafsiran terhadap pesan yang diterima melalui kemampuan inderawi. Dengan kata lain, persepsi interpersonal adalah proses pembentukan makna dalam diri terhadap pesan yang diterima baik dalam bentuk pesan verbal maupun non verbal.
b. Konsep Diri
Menurut William D. Brooks, mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our in teraction with other” yang artinya “persepsi fisik, dan psikologis dalam diri kita ditentukan berdasarkan seberapa banyak pengalaman dan bentuk interaksi sosial yang sudah kita lewati dengan orang lain. (Julia T.
Wood, 2013).
Konsep diri dipengaruhi oleh cara pandang seorang individu dengan membandingkan dirinya dengan orang lain. Semakin sering seorang individu bertemu dan mengenal orang lain, maka konsep dirinya akan terus berubah. Pengalaman di lingkungan sosial tersebut akan terus terjadi hingga akhir hayat manusia. Konsep diri tidak hanya sekedar pemahaman individu akan keadaan mentalnya seperti emosi, pikiran, dan perasaannya saja. Konsep diri juga mencakup pemahaman individu akan keadaan fisiknya. Dan individu menerima setiap kelebihan dan kekurangan yang ia miliki, dan ia bersyukur atas hal itu. (Julia T. Wood, 2013).
Konsep diri merupakan hal yang penting bagi seorang individu untuk menentukan sikapnya dalam berkehidupan sosial.
Ketika seorang individu dihadapkan dengan sebuah situasi, konsep diri akan mempengaruhi respon dari individu tersebut akan situasi yang dihadapi. Konsep diri juga akan mempengaruhi komunikasi dan hubungan interpersonal seorang individu dengan individu maupun kelompok lain. (Azeharie & Khotimah, 2015)
Ketika seorang individu memiliki konsep diri yang positif, maka komunikasi dan hubungan interpersonal yang terjalin juga akan positif. Begitupun sebaliknya, ketika seorang individu memiliki konsep diri yang negatif, hubungan dan komunikasi nterpersonal yang terjalin juga akan negatif atau kurang baik.
Dalam artian, konsep diri yakni penilaian dan cara pandang
terhadap diri kita sendiri. Penilaian dan pemaknaan diri ini boleh dalam bentuk persepsi psikologis, fisik maupun sosial. Jadi, konsep diri adalah Sesuatu yang kita pikirkan dan rasakan dengan diri kita sendiri.
Dan konsep diri ditandai dengan lima hal, yaitu : (Azeharie &
Khotimah, 2015).
1. Meyakini diri sendiri dalam hal self problem solving 2. Tidak merasa insecure dengan orang lain
3. Dapat menerima pujian dengan baik
4. Menerima pendapat dan masukan dari orang lain. Arena tiap individu punya perasaan, dsan perilaku yang berbeda
5. Siap melakuakn perubahan pada diri sendiri Ketika memang dirasa suatu hal tersebut perlu dan bisa dirubah
c. Atraksi Interpersonal
Atraksi asal kata nya dari bahasa Latin, "attrahere" yang merupakan ad; „menuju‟; trahere; „menarik‟. atraksi interpersonal ialah kesukaan pada orang lain, perilaku positif serta daya tarik seseorang. Komunikasi interpersonal dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1) Penafsiran pesan dan penilaian.
Cara pandangan kita terhadap orang lain. Sebagai makhluk biasa kita cenderung menilai seseorang dari dua sudut pandang, yakni positif dan negative. Seseorang menjadi terlihat baik dan sempurna Ketika kita melihatnya dari sudut positif, begitupun
sebaliknya. Jika kita melihatnya dari sudut negative, maka penilaian kita terhadapnya menjadi tidak baik.
2) Efektifitas komunikasi.
Efektif atau tidaknya proses komunikasi dapat kita lihat dari bagaimana tingkat responsive komunikan. Efektif bila komunikan cenderung memberi respon balik kearah yang lebih terbuka. Dan komunikasi dibangun diatas kesenangan dan kenyamanan komunikator dan komunikan. Tingkat responsive komunikan juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah komunikasi. Bila komunikan terlihat lebih tertekan dan cenderung ingin menyudahi komunikasi artinya komunikasi berjalan tidak efektif.
3) Hubungan Interpersonal
Dari pandangan psikologi komunikasi, hubungan antar pribadi juga menjadi faktor keterbukaan orang lain terhadap kita.
Dalam artian, semakin baik hubungan kita dengan orang lain maka akan semakin baik pula komunikasi interpersonal yang kita lakukan. Bisa dikatakan efektifitas komunikasi interpersonal juga dipengaruhioleh hubungan interpersonal itu sendiri. (Mubarok, 2014).
Dalam hubungan interpersonal terdapat 3 faktor yg dapat menciptakan hubungan antar indidu yang baik sehingga terciptanya komunikasi interpersonal yang baik pula yaitu:
(a) Kepercayaan
(b) suportifitas dan (c) keterbukaan
6. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Pada kegiatan komunikasi, pesan merupakan hal terpenting yg ingin disampaikan pengririm ke penerima, begitu pula dengan komunikasi manusia. Pesan itu sendiri terdiri atas simbol. Simbol-simbol terdiri berasal verbal dan non-verbal. Komunikasi lisan mengacu di komunikasi ekspresi atau tertulis, tetapi komunikasi non-verbal merupakan komunikasi yang memakai simbol, isyarat, sentuhan, emosi, pada proses komunikasi.
Penggunaan komunikasi interpersonal dapat dimanfaatkan sebagai suatu pencapaian tujuan. Diman tujuan dari komunikasi interpersonal itu sendiri, antara lain :
1) Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2) Berbagi cerita dan pengalaman
3) Menciptakan dan memelihara hubungan.
4) Menumbuhkan simpati dan motivasi 5) Menyampaikan informasi
6) Bergotong-royong dengan orang lain.(Widjaja, 2000)
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari komunikasi interpersonal bisa terjadi secara sadar dan terarah bisa juga diluar kesadaran individu.
keterampilan kita dalam komunikasi interpersonal.
7. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi interpersonal secara efektif, karena dalam komunikasi interpersonal sering terdapat hambatan-hambatan yang mengganggu jalannya komunikasi tersebut.
Hambatan-hambatan dalam penyampaian pesan tentunya akan menyebabkan proses dalam komunikasi interpersonal tidak efektif.
Menurut Suranto terdapat faktor-faktor penghambat komunikasi interpersonal pada umumnya, yaitu: (Suranto, 1987).
a. Kebisingan
b. Keadaan psikologi komunikan
c. Kekukrangan komunikator atau komunikan d. Kesalahan penilaian oleh komunikator
e. Kurangnya pengetahuan komunikator dan komunikan f. Bahasa
g. Ini pesan berlebihan h. Bersifat satu arah i. Faktor teknis
j. Kepentingan atau interest k. Prasangka
l. Cara penyajian yang verbalistik dan sebagainya.
Hambatan komunikasi interpersonal dalam komunikasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hambatan teknis, hambatan sematik, dan hambatan perilaku. Menurut Wursanto hambatan yang bersifat teknis
adalah hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
(Manalu, 2014).
a. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses komunikasi interpersonal,
b. Penguasaan teknik dan metode komunikasi interpersonal yang tidak sesuai,
c. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses komunikasi interpersonal),
Hambatan sematik adalah hambatan yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam proses komunikasi interpersonal. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk, seperti: (Manalu, 2014).
a. Pandangan yang bersifat apriori,
b. Prasangka yang didasarkan pada emosi, c. Suasana otoriter,
d. Ketidakmauan untuk berubah, e. sifat yang egosentris).
Menurut Suranto menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi interpersonal antara lain : Kredibilitas komunikator rendah, Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya, Kurang memahami karakteristik komunikan,
Prasangka buruk, Verbalitas Komunikasi satu arah, Tidak digunakan media yang tepat, Perbedaan bahasa (Suranto, 1987).
Berdasarkan penjelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi tidaklah selalu berjalan baik, tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanannya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi interpersonal, karena komunikasi interpersonal adalah kunci utama dalam kesuksesan komunikasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalamnya.
Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam komunikasi karena semua hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat (Supraktiknya, 1995).
8. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Komunikasi Interpersonal
Hambatan dalam komunikasi interpersonal tentunya menjadikan komunikasi interpersonal tidak berjalan lancar untuk itu diperlukan pula usaha untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi interpersonal tersebut. Suhartini mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi interpersonal, diantaranya:
(Indrayana & Sadikin, 2020).
a. Belajar dan berlatih.
b. Memperdalam hubungan kemanusiaan.
c. Menggunakan contoh-contoh konkrit cerita-cerita yang dapat diambil hikmahnya.
d. Memahami sistem sosial, baik komunikator maupun komunikan harus dapat memahami kondisi sosial lawan bicaranya.
e. Positif thinking, mencoba selalu berfikir positif.
f. Jarak fisik, semakin dekat dengan lawan bicara maka akan semakin baik.
g. Menggunakan bahasa yang dipahami oleh komunikator dan komunikan.
h. Menggunakan bahasa yang tepat.
i. Agar komunikasi berjalan lancar maka indera harus sehat.
j. Komnuikator harus menertibkan pembicaraan agar komunikasi menjadi tidak berlebihan.
k. Komunikasi disarankan menggunakan cara berkomunikasi dua arah agar dapat berhasil dengan baik.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (Edi Harahap dan Syarwani Ahmad, 2014).
a. Meningkatkan umpan balik.
b. Empati.
c. Pengulangan.
d. Menggunakan bahasa yang sederhana.
e. Penentuan waktu yang efektif.
f. Mendengarkan secara efektif.
g. Mengatur arus informasi.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan cara meningkatkan umpan balik sehingga dengan cara ini dapat dipermudah untuk dapat mengetahui apakah pesan atau informasinya sudah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.
Penyampaian pesan harus disesuikan dengan keadaan penerima dan pengulangan untuk menjamin bahwa pesan yang dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa yang sederhana, agar setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan. Penentuan waktu yang efektif dan mengatur arus informasi ini perlu diperhatikan agar pesan yang disampaikan penerima siap mendengarnya dan mendengarkan secara efektif sehingga komunikasi interpersonal antara bawahan dan atasan dapat berlangsung secara baik.
9. Pola Komunikasi Interpersonal
Menurut (Djramah, 2004), “ pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau model dari proses komunikasi antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang cepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.”
Pola komunikasi merupakan sebagai bentuk atau model dari proses komunikasi antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting dalam proses terjadinya hubungan antar komunikasi ataupun antar manusia.(Onong U
Effendi, 2008).
Dengan kata lain, pola komunikasi yang paling efektif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kategori pola komunikasi primer. Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan simbol sebagai atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu lambang verbal yang paling sering menggunakan bahasa lisan dan tulisan, dan lambang nonverbal yang biasanya menggunakan isyarat dengan anggota tubuh, selain itu gambar juga sebagai lambang komunikasi nonverbal dengan memadukan keduanya maka proses komunikasi dengan pola ini akan lebih efektif.
Pola komunikasi ini dikenal sebagai model klasik, karena model ini merupakan model pemula yang dikembangkan oleh Aristoteles.
Aristoteles hidup pada saat retorika sangat berkembang sebagai bentuk komunikasi di Yunani, terutama keterampilan orang membuat pidato pembelaan di muka pengadilan Oan spat-spat umum yang dihadiri oleh rakyat menjadikan pesan atau pendapat yang dia lontarkan menjadi dihargai orang banyak. Berdasarkan pengalaman itu Aristoteles mengembangkan idenya untuk merumuskan suatu model komunikasi yang didasarkan atas tiga unsur yaitu, komunikator, pesan, dan komunikan.(http://www.irmanfsp.com/2015/08/pola-pola-komunikasi, diposting pada tanggal 20 Agustus 2015).
Efektifitas sebuah komunikasi tidak hanya dengan bentuk- bentuk pola komunikasi saja, tetapi metode komunikasi juga sangat
menentukan komunikasi tersebut berjalan dengan baik atau tidaknya.
Dalam penelitian ini metode komunikasi yang digunakan adalah dengan metode redundan atau repetisi (pengulangan), Adolf Hitler menyatakan kebenaran adalah kebohongan yang diulang seribu kali. Bahwa ada pengaruh pengulangan atau repetisi sebuah pesan terhadap efektifitas tersampaikannya pesan tersebut. Dengan mengulang- ngulang pesan akan menarik pesan dan akan menarik perhatian lebih jauh akan
tertanam dalam pikiran bawah sadar.
(https://dokumen.tips/documents/macam-macam-metode-komunikasi.html, diposting pada tanggal 8 April 2016).
Pola komunikasi adalah penggambaran dalam bentuk pola yang mengaitkan adanya keterikatan atau hubungan komponen satu dengan yang lain dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan sehingga dapat dengan mudah dipahami. Dalam buku karya Julia T. Wood yang berjudul Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian menyebutkan beberapa pola atau model dari komunikasi interpersonal, diantaranya :
a) Model Komunikasi Linier
Model pertama dalam komunikasi interpersonal digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah, proses di mana seseorang bertindak terhadap orang lain.
Sumber
Informasi Pesan Pengirim
Pesan Sinyal Penerima
Pesan Pesan Tujuan
Sumber Gangguan
Pengirim
Pesan Pesan Penerima
Pesan
Gambar 2. Model Komunikasi Linier
Model linear awal ini memiliki kekurangan yang nyata. Hal tersebut digambarkan sebagai komunikasi satu arah-dari pengirim ke penerima pasif. Implikasinya adalah pendengar tidak pernah mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa yang dikatakan pembicara. Ini bukanlah komunikasi yang seharusnya. Sebagai respon dari komunikator, pendengar biasanya akan mengangguk, mengerutkan dahi, tersenyum, terlihat bosan atau tertarik, dan sebagainya. (Julia T. Wood, 2013).
Terdapat kekeliruan dalam model linear, yaitu menampilkan proses mendengar sebagai tahap setelah proses bicara. Pada kenyataanya, berbicara dan mendengar adalah dua proses yang terjadi secara bersamaan dan tumpang tindih. Dalam konteks pekerjaan, karyawan saling bertukar gagasan dan merespon apa yang disampaikan oleh rekannya.
Dalam situasi seperti ini, proses berbicara dan mendengarkan dapat terjadi dalam waktu bersamaan. Ketika berkomunikasi di dunia maya, begitu mengirimkan pesan, saat itu juga dapat menerima pesan balasan dari lawan bicara. Orang – orang dalam berkomunikasi sering kali mengirimkan dan menerima pesan, serta beradaptasi satu dengan yang lainnya (Julia T. Wood, 2013).
Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi (Dasrun Hidayat, 2012).
b) Model Komunikasi Interaktif
Menggambarkan komunikasi sebagai proses di mana pendengar memberikan umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan dan menerjemahkan pesan dalam konteks pribadinya. Semakin banyak pengalaman komunikator dalam berbagai kebudayaan, akan semakin baik pemahamannya terhadap orang lain.
(Julia T. Wood, 2013).
Gambar 3. Model Komunikasi Interaktif
Sumber Pesan Pesan
Menterjemahkan Pesan
Umpan Balik
Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagai proses dimana pendengar memberikan umpan balik sebagai respons terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan dan menerjemahkan pesan dalam konteks pengalaman pribadinya. semakin banyak pengalaman seorang komunikator dalam berbagai kebudayaan, akan semakin baik pemahamanya terhadap orang lain. (Julia T. Wood, 2013).
Ketika pengalaman berkomunikasi masih minim, kesalah pahaman sangat mungkin terjadi. Meski model interaktif adalah pengembangan dari model linear. Sistemnya masih memandang komunikasi sebagai urutan dimana ada orang yang berperan sebagai pengirim pesan dan ada pihak lain sebagai penerima pesan. Pada kenyataanya, orang yang terlibat dalam dalam proses komunikasi bisa bertindak sebagai pengirim sekaligus penerima pesan. (Julia T. Wood, 2013).
Model interaktif tidak mampu menangkap cara dan pergerakan alami komunikasi interpersonal yang berubah dari waktu ke waktu.
Contohnya, dua orang dapat berkomunikasi secara terbuka setelah sebelumnya saling bertukar e-mail lewat internet. Atau dua orang rekan kerja yang mampu berkomunikasi efektif setelah sama – sama tergabung dalam tim kerja perusahaan. (Azeharie & Khotimah, 2015).
c) Model Komunikasi Transaksional
Menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang selama proses interaksi. Salah satu ciri
dari model ini adalah penjelasan mengenai waktu yang menunjukan fakta bahwa pesan, gangguan, pengalaman senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Model ini menganggap bahwa gangguan muncul di seluruh proses komunikasi interpersonal. Pengalaman dari setiap komunikator dan pengalaman yang di bagikan dalam proses komunikasi berubah setiap waktu. (Julia T. Wood, 2013)
Gambar 4. Model Komunikasi Transaksional
Model transaksional menekankan pada pola komunikasi yang dinamis dan berbagai peran yang dijalankan selama proses interaksi.
Salah satu ciri dari model ini adalah penjelasan mengenai waktu yang menunjukkan fakta bahwa pesan, gangguan, dan pengalaman senantiasa berubah dari waktu ke waktu (Julia T. Wood, 2013).
Model transaksional menganggap bahwa gangguan muncul diseluruh proses komunikasi interpersonal. Pengalaman dari setiap
GANGGUAN Waktu 1
Waktu 2
Waktu 3
Komunikator A
Komunikator B
Bagian Pengalaman komunikator B
Bagian Pengalaman komunikator A
komunikator dan pengalaman yang dibagikan dalam proses komunikasi berubah setiap waktu. Ketika bertemu dengan orang baru dan menemukan pengalaman yang memperkaya perspektif, individu mengubah cara berinteraksi dengan orang lain.
Interaksi yang dilakukan intens dalam waktu cukup lama akan membuat hubungan personal menjadi semakin santai dan akrab.
Misalnya, orang – orang yang berteman di dunia maya terkadang memutuskan untuk melakukan kopi darat (bertemu) dengan berinteraksi langsung di dunia nyata. Pertemuan tersebut dapat berkembang menjadi persahabatan atau bahkan hubungan percintaan.
Dalam model transaksional juga terdapat penjelasan bahwa komunikasi terjadi dalam sistem yang mempengaruhi apa dan bagaimana seseorang dapat berkomunikasi serta apa makna yang tercipta dari proses tersebut. Sistem ini termasuk dalam lingkungan bersama (shared system) antara komunikator (kampus, kota, tempat kerja, agama, komunitas sosial, atau kebudayaan) dan lingkungan personal (keluarga, komunitas agama, dan sahabat karib).
Model komunikasi transaksional tidak melihat seseorang berperan sebagai komunikator atau komunikan. Kedua pihak yang berkomunikasi berada dalam posisi yang setara dan saling bertukar peran secara bersamaan. Artinya, selama proses komunikasi, anda bisa menjadi pihak yang mengirimkan pesan (dengan berbicara atau menggunakan kepala), menerima pesan, atau melakukan keduanya