• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: DYSSA NOVITA NIM: DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: DYSSA NOVITA NIM: DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)UPAYA BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN KREDIT YANG DIAKIBATKAN OLEH PANDEMI COVID-19 (STUDI PADA PT. BPR ADITAMA ARTA BEKASI). SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas dan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: DYSSA NOVITA NIM: 170200458. DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021. Universitas Sumatera Utara.

(2) Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) iv. KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, telah memberikan kesehatan, kekuatan, hikmat, serta kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Upaya Bank Perkreditan Rakyat dalam Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Kredit yang diakibatkan oleh Pandemi COVID-19 (Studi pada PT. BPR Aditama Arta Bekasi)”. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa, maupun isinya. Oleh karena itu, penulis sangat berharap menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki skripsi ini. Skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan, semangat, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara; 2. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 3. Dr. Agusmida, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(5) iiv. 5. Dr. Mohammad Eka Putra, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 6. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 7. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 8. Bapak Mulhadi, S.H., M.Hum., selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan; 9. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memberikan banyak masukan, bimbingan, untuk penyempurnaan skripsi ini, serta dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 10. Ibu Dr. Yefrizawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memberikan banyak masukan, bimbingan, untuk penyempurnaan skripsi ini, serta dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 11. Kepada Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terkhusus kepada Prof. Dr. Budiman Gintimg, SH., M.Hum. atas segala ilmu yang diberikan selama ini; 12. Seluruh Staff Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu pengurusan administrasi yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan; 13. Kepada Bapak Teruna Jaya Tarigan selaku Dewan Direksi PT. BPR. Universitas Sumatera Utara.

(6) iiiv. Aditama Arta, Bapak Harmanista Sebayang selaku Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Ibu Monalisa Purba selaku Kepala Bagian Operasional PT. BPR Aditama Arta, beserta Staff PT. BPR Aditama Arta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PT. BPR Aditama Arta dan selalu membantu penulis dalam menyiapkan data maupun dokumen yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai; 14. Kepada Syifa, Caca, Shinta, Sabet, Dendi, Petra, Rifqi, dan Alfandri yang telah menemani penulis selama perkuliahan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 15. Kepada keluarga Antek-Antek yaitu kak Hera, kak Chatrine, Gabriela Gexia, dan Gabriella Sablina yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 16. Kepada keluarga Dugong yaitu Sitan, Rivo, Tyara, Tsuraya, Dinda, Patil, Tamtam yang selalu meyemangati penulis dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 17. Kepada keluarga CKR Jilid 2 yaitu Agry, Hana, Vania, Vega, Imel, Grace, Iren yang selalu menyemangati penulis melalui hiburan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 18. Kepada Theresia dan Renatha yang mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 19. Kepada keluarga Delegasi Anti Money Laundering V (AML V) yaitu Bang Reinhard, Kak Elva, Kak Irna, Kak Dina, Kak Sheryn, Kak Utin, Bang Edwin, Bang Dodi, Bang David, Bang Frans, Kak Penita, Bang. Universitas Sumatera Utara.

(7) ivv. Samjo, Kak Inka, Kak Yossie, Bang Kunjan, dan Syah yang mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini; 20. Kepada teman baik penulis yaitu Paulus Filippo yang mendoakan dan memotivasi penulis dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai; 21. Semua pihak yang bersedia membantu dan menyemangati, serta menghibur penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, Papa terkasih Budiman Sitepu dan Mama terkasih Elsa Tarigan yang tidak pernah berhenti berdoa dan memberikan kasih sayang yang luar biasa serta memberikan dukungan, motivasi, serta masukan yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kepada adik penulis tersayang Gerry Anantha Sitepu dan Okvy Reh Jorena Sitepu yang memberikan dukungan doa, semangat, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini serta sepupu penulis Stevy Anggreani, Margaretha Tarigan, dan Vania Sembiring yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga kepada bibi, kila, pak uda, pak tengah, pak tua, mama, mami penulis yang telah memotivasi serta selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Demikianlah skripsi ini dibuat penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dalam mengembangkan pengetahuan seputar hukum keperdataan. Semoga ilmu yang Penulis terima di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dapat berguna bagi bangsa dan negara. Medan,. Januari 2021. Dyssa. Universitas Sumatera Utara.

(8) ABSTRAK Dyssa Novita *) Tan Kamello **) Yefrizawati ***) Pelaksanaan kegiatan kredit di bidang perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat diikat dengan sebuah perjanjian kredit sehingga lahirlah hubungan hukum dan kepastian hukum bagi para pihak yang mengikatkan diri kepada perjanjian kredit tersebut. Melalui perjanjian kredit, para pihak yang mengikatkan diri melahirkan prestasi yang harus dilaksanakan sesuai dengan yang diperjanjikan dan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Apabila para pihak terdapat yang tidak melakukan prestasi, terlambat melakukan prestasinya, atau melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan sesuai dengan hal yang telah disepakati bersama maka pihak yang melanggar tersebut dapat dinyatakan melakukan wanprestasi. Permasalahan yang dianalisis adalah mengenai mekanisme pemberian kredit, faktor penyebab terjadinya wanprestasi, dan upaya penyelesaian wanprestasi selama pandemi COVID-19. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis empiris dimana penelitian ini mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder baik bahan hukum sekunder maupun tersier dengan teknik pengumpulan data penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta yaitu permohonan kredit, analisis kredit, rekomendasi kredit, pemberian persetujuan kredit, dan pencairan kredit. Faktor penyebab terjadinya wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta yaitu turunnya nilai usaha dan perubahan kebijakan dari pemerintah setempat. Apabila debitur melakukan wanprestasi, upaya yang dapat dilakukan oleh PT. BPR Aditama Arta yaitu upaya penyelamatan dan upaya penyelesaian kredit. Saat pandemi COVID19 berlangsung, pihak kreditur melakukan upaya penyelamatan terhadap kredit debitur. Upaya tersebut yaitu restrukturisasi kredit seperti penjadwalan kembali, persyaratan kembali, dan penataan kembali. Untuk menentukan jenis upaya penyelamatan yang cocok untuk debitur, kreditur akan melakukan analisa kembali setelah debitur mengajukan permohonan restrukturisasi.. Kata Kunci : Perjanjian, Kredit, Wanprestasi *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***) Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. v Universitas Sumatera Utara.

(9) vi. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i. ABSTRAK ………………………………………………………………... v. DAFTAR ISI ……………………………………………………………... vi. DAFTAR TABEL ………………………………………………………... viii. BAB I :. BAB II :. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1. A. Latar Belakang ……………………………………….......... 1. B. Permasalahan …………………………………………….... 6. C. Tujuan Penulisan …………………………………………... 6. D. Manfaat Penulisan …………………………………………. 7. E. Tinjauan Pustaka …………………………………………... 7. F. Metode Penelitian …………………………………………. 11. G. Keaslian Penulisan ……………………………………….... 15. H. Sistematika Penulisan ……………………………………... 18. MEKANISME PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BPR ADITAMA ARTA ………………………………………….. 21. A. Perjanjian Kredit …………………………………............... 21. 1. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit ……................. 21. 2. Jenis-Jenis Kredit Bank ………………………………... 28. 3. Subjek dan Objek Perjanjian Kredit ……………..…...... 33. 4. Prinsip-prinsip Perjanjian Kredit ………………..……... 35. 5. Berakhirnya Perjanjian Kredit …………………………. 40. B. Perjanjian kredit pada PT. BPR Aditama Arta …................. 46. 1. Syarat Pemberian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta ... 46. Universitas Sumatera Utara.

(10) vii. BAB III :. BAB IV :. BAB V :. 2. Prosedur Pemberian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta ………………………………….............................. 48. 3. Pemberian Kredit Sebelum dan pada saat Pandemi COVID-19 …................................................................... 55. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA WANPRESTASI PADA PT. BPR ADITAMA ARTA …. 58. A. Wanprestasi ………………………………………………... 58. 1. Pengertian Wanprestasi ……………………………..... 58. 2. Bentuk-Bentuk Wanprestasi …………………................. 60. 3. Akibat Hukum bagi pihak yang Tidak melaksanakan Prestasi ……………………….......................................... 62. B. Penyebab terjadi Wanprestasi Perjanjian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta …………………………………………. 70. C. Akibat Hukum bagi Nasabah/Debitur yang Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta …….. 74. UPAYA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIAKIBATKAN PANDEMI COVID-19 PADA PT. BPR ADITAMA ARTA …………………………………………………….... 80. A. Wanprestasi Akibat Terjadinya COVID-19 ………………. 80. B. Hambatan dalam Perjanjian Kredit ………………………….. 83. C. Kendala yang dihadapi PT. BPR Aditama Arta dalam Perjanjian kredit selama Pandemi COVID-19 ………………. 85. D. Upaya penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit…………………………………..................................... 86. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….. 99. A. Kesimpulan ………………………………………………….. 99. B. Saran ………………………………………………................ 100. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 101. viii Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis kredit pada PT. BPR Aditama Arta …………………………. 54. Tabel 2. Jumlah kredit yang disalurkan PT. BPR Aditama Arta saat. 55. Pandemi COVID-19 ………………………………………………………... Tabel 3. Bentuk Wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta ………………... 72. Tabel 4. Faktor penyebab terjadinya wanprestasi pada PT. BPR Aditama 75 Arta ………………………………………………………………………… Tabel 5. Jumlah surat peringatan yang diterima debitur PT. BPR Aditama 89 Arta ………………………………………………………………………… Tabel 6. Kualitas kredit sebelum di restrukturisasi pada PT. BPR Aditama 94 Arta ………………………………………………………………………… Tabel 7. Jenis Restrukturisasi pada PT. BPR Aditama Arta ………………... 96. viii. Universitas Sumatera Utara.

(12) BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Bank bila dilihat dari segi fungsinya dibagi menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.1 Dan Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2 BPR memiliki peran yang sangat besar dalam menggerakan roda perekonomian terutama bagi masyarakat menengah ke bawah yang ada di daerah. Berawal dari keinginan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat pelepas utang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi, lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan.3 Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, BPR menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat jumlah, dan Tepat sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti kebutuhan nasabah. Selain itu peran BPR 1. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 3 Julius R. Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h. 299 2. 1 Universitas Sumatera Utara.

(13) 2. juga untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lain yang serupa; dan memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit Konsumsi.4 PT. Bank Perkreditan Rakyat Aditama Arta5 merupakan salah satu lembaga keuangan yang diakui oleh pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan usaha dibidang pelayanan jasa perbankan. Salah satu produk pada PT. BPR Aditama Arta ialah kredit. Fungsi kredit yang diberikan oleh PT. BPR Aditama Arta yaitu untuk membantu masyarakat khususnya usaha menengah kecil dan mikro (UMKM), karyawan swasta, pegawai negeri sipil (PNS), jasa-jasa dan profesi lainnya, BPR Aditama Arta melayani kredit dengan syarat mudah, proses cepat, dan suku bunga yang kompetitif dengan jaminan Tanah/Bangunan (Sertifikat), Kendaraan Bermotor (BPKB) atau Deposit/Tabungan di BPR Aditama Arta. Jangka waktu kredit sampai dengan 3 (tiga) tahun atau 36 bulan. Bank di dalam memberikan kreditnya berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu yang disepakati dengan pemberian bunga. Perjanjian pinjammeminjam6 di dunia perbankan lazim dinamakan perjanjian kredit.. 4. Ibid., h. 300 BPR Aditama Arta berkedudukan kantor pusat di Jalan Pemuda No. 7F Kelurahan Kranji, Kecamatan Bekasi Barat, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat, namun untuk kantor cabang baru memiliki 1 (satu) kantor cabang yang beralamat di Ruko Cahaya Anugerah No. 6 Jl. KH. Noer Ali Inspeksi Kalimalang Setia Darma Tambun Selatan-Bekasi. 6 Menurut Pasal 1754 KUHPerdata pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. 5. Universitas Sumatera Utara.

(14) 3. Perjanjian menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata didefinisikan sebagai berikut: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memberikan batasan perjanjian adalah sebagai suatu perbuatan hukum diaman seorang atau lebih mengikatkan diri seorang lain atau lebih lainnya.7 Maksudnya bahwa suatu perjanjian adalah suatu recht handeling yang artinya suatu perbuatan dimana orangorang bersangkutan ditujukan agar timbul akibat hukum. Dengan demikian, suatu perjanjian adalah hubungan timbal balik atau bilateral antar para pihak yang mengikatkan diri didalamnya, disamping memperoleh hak-hak dari perjanjian tersebut juga menerima kewajibankewajiban sebagai bentuk konsekuensi atas hak-hak yang diperolehnya.8 Pengertian kredit telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yakni :9 “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Hal yang harus diperhatikan dalam memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya atau masyarakat pihak perbankan dalam menyalurkan kredit yaitu memperhatikan Five C, suatu istilah yang sering dipergunakan pihak perbankan dalam menyalurkan kreditnya, yaitu: Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy. Hal ini dilakukan 7. Evi Ariyani, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 1 Ratna Artha Windari, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 1 9 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 8. Universitas Sumatera Utara.

(15) 4. agar dalam perjanjian kredit ini tidak terjadi masalah (kredit macet), sehingga perbankan harus berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya.10 Pengertian kredit macet adalah suatu keadaan dimana seseorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank beserta bunganya dan tidak tepat waktu apa yang telah diperjanjikan. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut dengan wanprestasi atau ingkar janji. Dalam kredit macet ada tiga macam yang tergolong wanprestasi:11 1. Debitur sama sekali tidak membayar angsuran kredit dan bunganya. 2. Debitur hanya membayar sebagian angsuran kredit beserta bunganya. 3. Debitur membayar lunas kredit beserta bunganya tetapi lewat waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Tidak mudah untuk mengatakan bahwa seseorang lalai atau alpa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang dijanjikan.12 Keadaan dimana dalam suatu perjanjian tidak ditetapkan batas waktu untuk melaksanakan prestasi, maka kreditur harus lebih dahulu menagih pelaksanaan prestasi tersebut. Dengan itu, kreditur harus memperingatkan atau menegur debitur agar ia melaksanakan prestasi tersebut, teguran ini disebut dengan sommatie (somasi). Somasi minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau melalui Pengadilan. Ketika somasi itu 10. Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 28 Ibid. 12 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2004), h. 45 11. Universitas Sumatera Utara.

(16) 5. tidak diindahkan debitur, maka kreditur berhak menyatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi dan kreditur dapat diberlakukan sanksi. Terjadinya wanprestasi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:13 1. Nasabah menyalahgunakan kredit 2. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya 3. Nasabah beritikad tidak baik Sebagai pihak yang menghadapi masalah, bank memiliki kebebasan untuk menentukan lembaga mana yang akan dipilih untuk penyelesaian wanprestasi. dengan. nasabahnya.. Mekanisme. penyelesaian. kasus. wanprestasi terdapat 2 (dua) macam yaitu melalui jalur litigasi dan non litigasi. Menurut Siswanto Sutojo dalam menangani wanprestasi, pimpinan bank harus tetap berpegang pada pedoman pokok penanganan kredit bermasalah, yaitu usaha penyelamatan kredit secara maksimal. Upaya penyelamatan kredit tersebut dapat dilakukan dengan restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit dapat melalui penjadwalan kembali, persyaratan kembali, dan penataan kembali.14 Bulan Maret pada tahun 2020, Indonesia dilanda wabah pandemi Corona Virus Disease that was discovered in 2019 (COVID-19) sehingga mengakibatkan tekanan di sejumlah sektor perekonomian. Salah satunya ialah pada bidang perbankan seperti PT. BPR Aditama Arta yang terkena imbas akibat dari COVID-19. Salah satu permasalahan yang dihadapi BPR 13. Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h.. 269-270 14. Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 118. Universitas Sumatera Utara.

(17) 6. ialah berkaitan tentang risiko peningkatan wanprestasi, yaitu kondisi dimana debitur mengalami kesulitan dalam membayar pinjamannya. Berdasarkan data kasus yang diperoleh dari Kepala Bagian Operasional, Monalisa Purba, pada bulan Maret sampai bulan Oktober tahun 2020, terdapat 35 debitur melakukan wanprestasi yang diakibatkan oleh COVID19 pada PT. BPR Aditama Arta. Oleh karena itu, hal tersebut yang menjadi pertimbangan untuk membahas tentang “Upaya Bank Perkreditan Rakyat. dalam. Penyelesaian. Wanprestasi. Perjanjian. Kredit. yang. diakibatkan oleh Pandemi COVID-19 (Studi pada PT. BPR Aditama Arta Bekasi)”.. B.. Permasalahan Berdasarkan uraian penjelasan pada latar belakang di atas, maka akan dirumuskan permasalahan yakni sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta? 2. Bagaimana faktor penyebab terjadinya Wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta? 3. Bagaimana upaya PT. BPR Aditama Arta dalam menyelesaikan wanprestasi terhadap perjanjian kredit salama Pandemi COVID-19?. C.. Tujuan Penulisan Berdasarkan judul serta perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan skripsi tersebut adalah : 1. Untuk mengetahui mekanisme pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta.. Universitas Sumatera Utara.

(18) 7. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta. 3. Untuk mengetahui upaya PT. BPR Aditama Arta dalam menyelesaikan wanprestasi terhadap perjanjian kredit salama Pandemi COVID-19.. D.. Manfaat Penulisan Dengan melakukan penelitian tersebut, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Secara Teoretis, memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum untuk para akademisi terutama mengenai perjanjian kredit. Selain itu, penelitian juga bermanfaat karena kelak dapat diuji di dalam penelitian-penelitian yang lebih lanjut. Hal ini dapat menjadi referensi atau menambah wawasan kepada pembaca yang ingin mempelajari hal yang berkaitan perjanjian kredit terutama di bidang hukum perdata. 2. Secara Praktis, memberikan manfaat terhadap kreditur dan debitur yang membutuhkan dalam pelaksanaan perjanjian kredit. Kemudian, hasil-hasil penelitian. dapat. dipakai. sebagai. bahan. pertimbangan. dalam. menerapkan asas-asas perjanjian kredit sebagai efektivikasi dari kebijaksanaan hukum.15. E.. Tinjauan Pustaka Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut. 15. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress), 1986), h. 107. Universitas Sumatera Utara.

(19) 8. sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.16 Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang.” ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait dalam perikatan/perjanjian yang secara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Tan Kamello, perikatan merupakan hubungan hukum antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu mempunyai hak dengan pihak lain dan pihak yang lain menunaikan prestasi dalam lapang hukum harta kekayaan.17 Pihak yang melakukan perikatan ialah kreditur atau si berpiutang adalah pihak yang menuntut sesuatu dan debitur atau si berutang ialah pihak yang memenuhi tuntutan. Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian menerbitkan suatu perikatan. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian atau persetujuan) itu adalah sama artinya.18 Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian 16. Subekti, Op.cit., h. 1 Tan Kamello, Kuliah Online Hukum Perdata, tanggal 18 Mei 2021 18 Subekti, Op.cit., h. 1 17. Universitas Sumatera Utara.

(20) 9. 3. Mengenai suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Dua syarat yang pertama dapat dikatakan sebagai syarat-syarat subyektif karena mengenai orang-orangnya atau subyek yang mengadakan perjanjian dan dua syarat yang terakhir dikatakan sebagai syarat obyektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Dilihat dari macamnya hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian dibagi tiga macam, yaitu: 1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang; 2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu; 3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Perjanjian kredit merupakan turunan dari perjanjian utang-piutang, perjanjian utang-piutang itu sendiri merupakan turunan dari perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Bab XIII Pasal 1754 hingga Pasal 1769 KUH Perdata.19 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dasar hukum dari suatu kredit ialah : 1. Adanya kesepakatan antara debitur dengan kreditur yang disebut. 19. Iswi Hariyani dkk., Op.cit., h. 72. Universitas Sumatera Utara.

(21) 10. perjanjian kredit 2. Adanya pihak yaitu kreditur dan debitur 3. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang 4. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang 5. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran kredit.20 Pasal 1238 KUHPerdata21 menjelaskan bahwa Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Dalam pasal ini terdapat dua keadaan yang dapat membawa akibat lalai pada suatu perjanjian yaitu pertama perjanjian yang tidak menentukan adanya tenggang waktu pelunasan sehingga diperlukan peringatan tertulis sebagai peringatan untuk menyatakan bahwa debitur cidera janji, sehingga jika peringatan tersebut tidak diindahkan maka si berhutang telah berada dalam keadaan wanprestasi. Kedua perjanjian yang telah menentukan atau mencantumkan tenggang waktu pelunasan, sehingga dengan tidak dilunasinya hutang sebagaimana batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian, maka debitur dengan sendirinya telah berada dalam keadaan wanprestasi. Sehingga untuk dapat melakukan tuntutan terhadap Debitur yang wanprestasi sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata, tentunya harus terlebih dahulu pihak kreditur. 20. Faisal Santiago, Op.cit., h. 27-28 Menurut SEMA No. 3 Tahun 1963, Pasal 1238 KUHPerdata dicabut tetapi selalu digunakan sebagai pedoman 21. Universitas Sumatera Utara.

(22) 11. melakukan somasi atau peringatan untuk sampai pada pernyataan debitur wanprestasi.22. F.. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penelitian skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang terhubung dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian Yuridis Empiris, yaitu jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat. Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.23 2. Lokasi penelitian. 22. Frans Wempie Supit Pangemanan, Implementasi Pasal 1238 KUH Perdata Terhadap Penentuan Debitor yang Cidera Janji dalam Perjanjian Kredit, Lex Et Societatis. Vol. VII No. 4, April 2019, h. 121 23 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 15. Universitas Sumatera Utara.

(23) 12. Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Aditama Arta yang berkedudukan hukum di kantor pusat Jalan Pemuda No. 7F Kelurahan Kranji, Kecamatan Bekasi Barat, Kotamadya Bekasi, Propinsi Jawa Barat. 3. Sumber Data Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke lapangan melalui wawancara dengan bagian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta dan melakukan pengisian kuesioner yang dibagikan kepada debitur yang melakukan wanprestasi. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut: a) Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan b) Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik. c) Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan indeks kumulatif, dan sebagainya yang dapat dipergunakan. Universitas Sumatera Utara.

(24) 13. untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 4. Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah 277 orang nasabah PT. BPR Aditama Arta. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah nasabah PT. BPR Aditama Arta Bekasi yang berjumlah 35 orang. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik non random sampling, karena tidak semua unsur dari populasi mempuyai kesempatan yang sama untuk menjadi wakil dari populasi. Jenis sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penelitian dengan menggunakan pertimbangan dalam menentukan sampel berdasarkan pengetahuan yang cukup serta ciri-ciri tertentu yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Kriteria sampel yang diambil yaitu debitur PT. BPR Aditama Arta yang melakukan wanprestasi dari bulan Maret 2020 sampai bulan Oktober 2020 dan terdampak penyebaran COVID-19. 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Metode penelitian ini, memperoleh data dari berbagai bahan bacaan, baik itu dari literatur-literatur, buku-buku, peraturan-peraturan maupun juga dari bahan perkuliahan yang berkaitan dengan skripsi ini. b.. Field Research (Penelitian Lapangan). Universitas Sumatera Utara.

(25) 14. Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan dengan melakukan wawancara (interview) dengan Kepala bagian Kredit pada PT. BPR Aditama Arta. 6. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah studi dokumen, pedoman wawancara dan memberikan kuesioner. Studi dokumen merupakan merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik. Pedoman wawancara merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan pengumpulan data saat melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini berisi seputar pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan skrpsi. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 7. Analisis data Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka. biasanya. penyajian. data. dilakukan. sekaligus. dengan. analisanya.24 Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan cara penguraian, menghubungkan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan menghubungkan dengan pendapat pakar hukum, dan hasil yang diperoleh dari analisis ini 24. Soerjono Soekanto, Op.cit., h. 69. Universitas Sumatera Utara.

(26) 15. berbentuk deskripsi.25 Dalam penarikan kesimpulan pada skripsi ini dilakukan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang konkret dihadapi.26. G.. Keaslian penulisan Judul dari penulisan skripsi ini adalah mengenai Upaya Bank Perkreditan Rakyat dalam Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Kredit yang diakibatkan oleh Pandemi COVID-19 (Studi pada PT. BPR Aditama Arta Bekasi). Setelah diperiksa di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan adanya judul yang sama dengan skripsi ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa isi penulisan ini adalah asli, dan dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa benar karya ilmiah ini dibuat sendiri dengan melihat dasardasar yang baik melalui berbagai macam literatur maupun pengumpulan data-data yang dihimpun dari berbagai sumber, seperti buku-buku, kemudian juga melalui media elektronik seperti internet dan media cetak, sekaligus hasil dari pemikiran sendiri dan bukan berasal dari karya tulis ilmiah orang lain. Ada beberapa skripsi yang membahas mengenai Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Kredit, antara lain : a) Sariani (2002) dengan judul Penyelesaian Perjanjian Kredit Akibat Wanprestasi pada Bank Pembangunan Daerah Riau. Adapun rumusan. 25. H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :Sinar Grafika, 2009), h. 107 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada 2007), h. 71 26. Universitas Sumatera Utara.

(27) 16. masalahnya ialah: 1. Bagaimana fungsi pemberian kredit oleh bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998. 2. Bagaimana prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Daerah Riau. 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kredit macet pada Bank Pembangunan Daerah Riau. 4. Bagaimanakah. wanprestasi. dalam. perjanjian. kredit. serta. bagaimana alternatif penyelesaiannya pada Bank Pembangunan Daerah Riau. b) M.Syahfitra (2016) dengan judul Tinjauan Yuridis Wanprestasi Pada Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah dan Penyelesaiannya pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) TBK Cabang Medan. Adapun rumusan masalahnya ialah: 1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan. 2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan. 3. Bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan.. Universitas Sumatera Utara.

(28) 17. c) Nasrani (2005) dengan judul Tinjauan Hukum Mengenai Penyelesaian Wanprestasi yang Timbul pada Perjanjian Kredit Bank (Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat Bumiasih NBP 20). Adapun rumusan masalahnya ialah : 1. Bagaimana prosedur dan kebijaksanaan pemberian kredit, yang dilakukan oleh pihak Bank Perkreditan Rakyat Bumiasih NBP 20 terhadap nasabah atau debitur. 2. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pihak perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat Bumiasih NBP 20 yang menyebabkan debitur tidak melaksanakan kewajiban yaitu memenuhi prestasi atau melakukan tindakan wanprestasi dalam perjanjian kredit. 3. Bagaimana. konsekuensi. terhadap. jaminan. akibat. adanya. wanprestasi dalam perjanjian kredit bank pada Bank Perkreditan Rakyat Bumiasik NBP 20. 4. Bagaimana cara penyelesaian yang dilakukan oleh pihak bank terhadap debitur yang melakukan tindakan wanprestasi sehingga kreditnya yang dinyatakan macet, yang setidaknya tidak perlu merugikan pihak bank dan pihak nasabah atau debitur, karena mengingat tujuan pemberian kredit adalah untuk menolong pengusaha terutama yang berekonomi lemah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik. d) Putri Husna SM (2015) dengan judul Tinjauan Yuridis Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit yang Mengakibatkan Kredit. Universitas Sumatera Utara.

(29) 18. Macet (Studi pada PT. Bank SUMUT Cabang Medan). Adapun rumusan masalahnya ialah : 1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam perjanjian kredit di Bank SUMUT. 2. Apakah akibat terjadinya wanprestasi debitur terhadap Bank SUMUT dan upaya untuk menghindarinya. 3. Apakah upaya yang dilakukan Bank SUMUT untuk mengatasi kredit macet. e) Gerhad Sihombing (2013) dengan judul Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di Koperasi Credit Union Seia Sekata Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang. Adapun rumusan masalahnya ialah : 1. Bagaimana Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan. 2. Bagaimana Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di Credit Union Seia Sekata Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.. H.. Sistematika Penulisan Bab I pada skripsi mengenai pendahuluan. Pada bab ini memuat latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II pada skripsi mengenai mekanisme pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta. Pada bab ini terdapat dua sub bab yaitu perjanjian. Universitas Sumatera Utara.

(30) 19. kredit dan perjanjian kredit pada PT. BPR Aditaam Arta. Pada sub bab perjanjian kredit termuat pengertian kredit dan perjanjian kredit, jenisjenis kredit bank, subjek dan objek perjanjian kredit, prinsip-prinsip perjanjian kredit, berakhirnya perjanjian kredit. Pada sub bab perjanjian kredit pada PT. BPR Aditama Arta termuat syarat pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta, prosedur pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta, dan pemberian kredit pada Pandemi COVID-19. Bab III pada skripsi mengenai faktor penyebab terjadinya wanpresasi pada PT. BPR Aditama Arta. Pada bab ini terdapat tiga sub bab yaitu wanprestasi, penyebab terjadinya wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta, dan akibat hukum bagi pihak yang wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta. Pada sub bab mengenai wanprestasi membahas pengertian wanprestasi, bentuk-bentuk wanprestasi, akibat hukum bagi pihak yang tidak melaksanakan prestasi. Pada sub bab mengenai Penyebab terjadi wanprestasi pada PT. BPR Aditama Arta membahas faktor internal dan faktor eksternal. Bab IV pada skripsi mengenai upaya penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit yang diakibatkan Pandemi COVID-19 pada PT. BPR Aditama Arta. Pada bab ini terdapat empat sub bab yaitu wanprestasi saat Pandemi COVID-19, hambatan dalam perjanjian kredit, kendala yang dihadapi PT. BPR AditamaArta dalam perjanjian kredit saat Pandemi COVID-19, dan upaya penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit.. Universitas Sumatera Utara.

(31) 20. Bab V pada skripsi mengenai kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup, dalam bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran berkaitan dengan pembahasan yang dibahas.. Universitas Sumatera Utara.

(32) BAB II MEKANISME PEMBERIAN KREDIT BANK PADA PT. BPR ADITAMA ARTA A. Perjanjian Kredit 1. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Pengertian Kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “Kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran.27 Pengertian kredit tersebut ketika dihubungkan dengan tugas bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah (debitur) karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.28 Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (atau penundaan pembayaran).29 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, definisi kredit ialah:30 “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Dari pengertian kredit tersebut, maka didapatkan elemen-elemen kredit, sebagai berikut: 27. Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersiil, (Yogyakarta: BPFEYOGYAKARTA, 1990), h. 9 28 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 152 29 H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Andi, 2000), h. 1 30 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 21 Universitas Sumatera Utara.

(33) 22. 1. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang. 2. Penyedia/pemberi pinjaman uang khusus terjadi di dunia perbankan 3. Berdasarkan. perjanjian. pinjam-meminjam. sebagai. acuan. dari. perjanjian kredit 4. Dalam jangka waktu tertentu 5. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai sejumlah bunga atau imbalan. Bagi Bank Syariah atau Bank Muamalat, pengembalian utang disertai imbalan atau adanya pembagian keuntungan tetapi bukan bunga. Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang.31 Pemberian kredit dari bank kepada nasabah harus didasari Perjanjian Kredit antara kedua pihak. Perjanjian Kredit harus dibuat dengan memperhatikan semua aspek seperti mematuhi syarat-syarat sahnya perjanjian. Tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya perjanjian, maka Perjanjian kredit tersebut “dapat dibatalkan” dan atau dapat dinyatakan “batal demi hukum”.32 Syarat bagi subjek yang mengadakan perjanjian. 31. H. Budi Untung, Op.cit., h. 1 Iswi Hariyani, Perjanjian Kredit & Penyelesaian Piutang Macet, (Surabaya: Give Me Colours, 2017), h. 61 32. Universitas Sumatera Utara.

(34) 23. diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata atau dinamakan syarat subjektif dalam syarat sahnya suatu perjanjian. Tidak terpenuhinya syarat subjektif membuat perjanjian tersebut dapat dibatalkan yang berarti salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Adapun syarat subjektif tersebut ialah: a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak.33 Pengertian kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.34 Beberapa cara terjadinya kesepakatan/terjadinya penawaran dan penerimaan adalah: a) Dengan cara tertulis; b) Dengan cara lisan; c) Dengan simbol-simbol tertentu; bahkan d) Dengan berdiam diri. Secara garis besar terjadinya kesepakatan dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis, yang mana kesepakatan yang terjadi secara tidak tertulis tersebut dapat berupa kesepakatan lisan, simbol-simbol tertentu, atau diam-diam.35 Seseorang yang melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan baik dengan akta di bawah tangan maupun dengan akta autentik. Akta dibawah tangan merupakan akta yang dibuat oleh para 33. Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 14 34 Salim H. S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyususnan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 33 35 Ahmadi Miru, Op.cit., h. 14. Universitas Sumatera Utara.

(35) 24. pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang membuat akta seperti notaris, PPAT, atau pejabat lain yang diberi wewenang untuk itu. Pengertian akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang.36 b. Kecakapan bertindak Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah. dewasa.. KUHPerdata. memberikan. batasan. usia. yang. menyatakan bahwa mereka yang belum dewasa adalah yang belum mencapai usia dua puluh satu tahun dan belumlah kawin (Pasal 330). Seorang anak yang sudah menikah namun kemudian pernikahannya dibubarkan sebelum ia berusia 21 tahun maka ia tetap dianggap telah dewasa.37 Sementara itu, dalam Pasal 1330 BW, ditentukan bahwa tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah:38 a) Orang-orang yang belum dewasa b) mereka yang ditaruh di bawah pengampuan c) Istri. (Pasal. 1330. KUH. Perdata).. Akan. tetapi. dalam. perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 UU Nomor 1 Tahun 1974 jo. SEMA No. 3 Tahun 1963. 36. Ibid., h. 15 Salim H. S., Op.cit., h. 33 38 Ibid., h. 34 37. Universitas Sumatera Utara.

(36) 25. Syarat bagi objek yang diperjanjikan diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata atau dinamakan syarat objektif dalam syarat sahnya suatu perjanjian. Syarat objektif yang tidak terpenuhi berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum yang berarti dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.39 Syarat objektif, yakni: a. Suatu hal tertentu Hal tertentu ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu. Suatu hal tertentu yang dimaksud Pasal 1320 KUH Perdata adalah kewajiban debitur dan hak kreditor. Ini berarti bahwa hal tertentu itu adalah apa yang diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua belah pihak.40 Menurut J Satrio, Objek perjanjian adalah isi dari prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Prestasi tersebut merupakan. suatu. perilaku. (handeling). tertentu,. bisa. berupa. memberikan sesuatu, melakukan atau tidak melakukan sesuatu.41 Untuk menentukan barang yang menjadi objek perjanjian, dapat dipergunakan berbagai cara seperti: menghitung, menimbang, mengukur, atau menakar. Sementara itu untuk menentukan jasa, harus ditentukan apa yang harus dilakukan oleh salah satu pihak. Untuk menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu juga harus dijelaskan dalam kontrak seperti “berjanji untuk tidak. 39. Salim H. S., Op.cit., h. 34-35 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam prespektif Perbandingan, (Yogyakarta : FH UII Press, 2013), h. 186 41 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1995), h. 32 40. Universitas Sumatera Utara.

(37) 26. saling. membuat. pagar. pembatas. antara. dua. rumah. yang. bertetangga.”42 b. Sebab yang halal Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian orzaan (causa yang halal). Di dalam Pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Perjanjian Kredit tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk perjanjian bernama di luar KUHPerdata.43 Dalam UU Perbankan tidak mengatur secara khusus tentang perjanjian kredit. Untuk mengetahui tentang bagaimana bentuk perjanjian kredit kiranya perlu menengok kembali apa yang dimaksud dengan kredit dalam Pasal 1 angka 11 UU Perbankan.44 Dari ketentuan ini dapat diketahui bahwa istilah kredit memiliki arti yang khusus, yaitu meminjamkan “uang”, UU Perbankan menunjuk “perjanjian pinjam-meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit. Perjanjian pinjam-meminjam itu diatur dalam KUH Perdata Pasal 1754.45 Pasal 1754 KUH Perdata mengatakan bahwa: “Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barangbarang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”. 42. Ahmadi Miru, Op.cit., h. 30 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta 2009), h. 96 44 Gatot Supramono, Op.cit., h. 172 45 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h. 138 43. Universitas Sumatera Utara.

(38) 27. Kredit erat hubungannya dengan perjanjian karena kredit yang diberikan bank kepada nasabahnya didasarkan atas perjanjian yang telah disepakati bersama. Perjanjian kredit termasuk perjanjian pinjam meminjam uang antara bank dengan nasabahnya yang diikuti dengan pemberian bunga.46 Perjanjian pinjam-meminjam menurut KUH Perdata juga mengandung makna yang luas, yaitu objeknya adalah benda yang menghabis juga dipakai (verbruiklening), termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam ini pihak yang menerima pinjaman menjadi pemilik uang yang dipinjam dan dikemudian hari dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan.47 Perjanjian kredit termasuk perjanjian khusus karena pihak yang melakukan perjanjian adalah terbatas pada bank dengan nasabahnya dan objek yang diperjanjikan selalu berupa uang. Sebagai perjanjian khusus, sampai sekarang perjanjian kredit belum ada pengaturannya dalam sebuah undang-undang. Hal ini bukan sebagai penghalang atau hambatan untuk membuat perjanjian tersebut karena hukum perjanjian bersifat terbuka dan semua orang orang bebas membuat perjanjian apa saja sesuai dengan asas kebebasan berkontrak.48 Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipal) yang bersifat riel. Sebagai perjanjian prinsipal, maka perjanjian jaminan adalah asesornya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riel ialah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan uang oleh Bank kepada nasabah. Perbankan 46. Gatot Supramono, Op.cit, h. 172 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit., h. 139 48 Gatot Supramono, Op.cit., h. 173 47. Universitas Sumatera Utara.

(39) 28. haruslah jeli untuk meneliti momentum terjadinya perjanjian kredit dan terjadinya perjanjian jaminan. Idealnya ialah momentum itu jatuh bersamaan, akan tetapi di dalam kenyataanya terjadi pada momentum yang berbeda-beda. Keadaan ini dapat menimbulkan kerugian bagi Bank bagi penyedia kredit.49. 2. Jenis-Jenis Kredit Bank Bank merupakan lembaga keuangan depositori atau sering juga disebut depository intermediary. Lembaga keuangan depositori merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposits) misalnya giro, tabungan atau deposit berjangka yang diterima penabung atau unit surplus.50 Secara Yuridis berdasarkan UU Perbankan Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.51 Bank bila dilihat dari segi fungsinya dibagi menjadi dua yaitu Bank Umum dan BPR. Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.52 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha. 49. Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit., h. 111 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hal. 5 51 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit. 52 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 50. Universitas Sumatera Utara.

(40) 29. secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.53 Dalam praktik perbankan kredit-kredit yang pernah diberikan kepada nasabah-nasabahnya dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain :54 1) Segi Jangka Waktu Dilihat dari segi jangka waktunya terdapat tiga macam kredit, yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang. Pengertian tentang lamanya pemakaian suatu kredit ditentukan oleh kebutuhan dan kemampuan nasabah untuk memakai dan mengembalikannya pada suatu tertentu. a. Kredit jangka pendek Pengertian kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu paling lama satu tahun. Dalam kredit ini juga termasuk untuk bidang tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. b. Kredit jangka menengah Kredit jangka menengah adalah kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kecuali kredit dipergunakan untuk tanaman musiman tersebut. c. Kredit jangka panjang Kredit jangka panjang adalah kredit yang mempunyai jangka waktu melebihi kredit jangka menengah, yaitu lebih dari tiga tahun. 2) Segi Kegunaan 53 54. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Gatot Supramono, Op.cit., h. 154-156. Universitas Sumatera Utara.

(41) 30. Berdasarkan segi kegunaanya atau peruntukannya maka kredit dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain: a. Kredit investasi Kredit investasi dapat diartikan dengan penanaman modal. Dengan mendasarkan pengertian tersebut, maka kredit investasi adalah kredit yang diberikan bank kepada nasabah untuk kepentingan penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun rehabilitasi perusahaan. b. Kredit modal kerja Pengertian kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk kepentingan. kelancaran. modal. kerja. nasabah.. Kredit. ini. mempunyai sasaran untuk membiayai biaya operasional usaha nasabah. c. Kredit profesi Kredit profesi adalah kredit yang diberikan bank kepada nasabah semata-mata untuk kepentingan profesinya. Meskipun namanya kredit profesi, namun sebenarnya kredit tersebut tidak berbeda dengan kredit investasi. Perbedaannya hanya terletak pada kedudukan atau status nasabah. 3) Segi pemakaian Ditinjau dari segi pemakaiannya kredit dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu kreditur konsumtif dan kreditur produktif. a. Kredit konsumtif. Universitas Sumatera Utara.

(42) 31. Dilihat dari arti kata konsumtif adalah sesuatu yang digunakan sampai habis. Pada kredit konsumtif, dana yang diberikan oleh bank digunakan untuk membeli kebutuhan hidup rumah tangga sehari-hari. Semua barang-barang yang dibeli dari kredit itu tujuannya untuk dipakai sampai habis oleh nasabah. b. Kredit produktif Kredit produktif pembiayaan bank ditunjukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktivitasnya dapat meningkat. Bentuk kredit produktif dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja, karena kedua kredit tersebut diberikan kepada nasabah untuk meningkatkan produktivitas usahanya. 4) Segi sektor yang dibiayai Ada beberapa macam kredit yang dapat diberikan kepada nasabah ditinjau dari sektor yang dibiayai oleh bank, sebagai berikut: a. Kredit perdagangan b. Kredit pemborong c. Kredit pertanian d. Kredit peternakan e. Kredit perhotelan f. Kredit percetakan g. Kredit pengangkutan h. Kredit perindustrian 5) Segi Jaminan55. 55. H. Budi Untung, Op.cit., h. 7-8. Universitas Sumatera Utara.

(43) 32. Dari segi jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi: a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blangko (unsecured loan) Kredit ini menurut Undang-undang Perbankan Tahun 1992 mungkin saja bisa direalisasikan karena UU Perbankan Tahun 1992 tidak secara ketat menentukan bahwa pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. b. Kredit dengan jaminan (secured loan) Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan pihak kreditur mendapat jaminan bahwa debitur dapat melunasi hutangnya. Di dalam memberikan kredit, bank menanggung risiko sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asasasas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut maka diperlukan jaminan. Adapun jaminannya dapat berupa jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan. 6) Segi kualitas kredit56 Kredit yang disalurkan ke masyarakat berarti pihak bank telah melakukan kebijakan perputaran piutang dalam jumlah tertentu dan siap untuk melakukan penarikan piutang tersebut dengan ditambah keuntungan dalam bentuk interest (bunga) yang akan diterimanya setiap bulan. Tentunya dari perputaran piutang tersebut akan terlihat mana debitur yang lancar membayar cicilan dengan bunganya dengan tepat waktu setiap bulannya dan mana debitur yang tidak tepat waktu. 56. Irham Fahmi, Manajemen Perkreditan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 11. Universitas Sumatera Utara.

(44) 33. atau masuk dalam kategori bermasalah. Sehingga ada dua jenis kredit berdasarkan kualitas secara umum yaitu: a. Kredit performing Performing credit atau kredit performing ini dikategorikan pada dua kualitas yang harus mendapatkan perhatian khusus b. Kredit nonperforming Nonperforming credit ini adalah kredit yang dikategorikan dalam tiga kualitas yaitu pertama kredit dengan kualitas yang kurang lancar, kedua kredit dengan kualitas yang diragukan dan ketiga kredit macet atau yang biasa disebut dengan bad debt.. 3. Subjek dan Objek Perjanjian Kredit Pengertian subjek perjanjian ialah pihak-pihak yang terkait dengan suatu perjanjian. KUHPerdata membedakan tiga golongan yang tersangkut pada perjanjian yaitu: a. Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri b. Para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak daripadanya c. Pihak ketiga Pada dasarnya suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu. Asas ini merupakan asas pribadi (Pasal 1315 jo. 1340 KUHPerdata).57 Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur (bank) dan pihak debitur.58 Kreditur yang dimaksud disini adalah. 57 58. Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit., h. 22 H. Budi Untung, Op.cit., h. 3. Universitas Sumatera Utara.

(45) 34. pihak yang memiliki uang (money), barang (goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan harapan dari hasil pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk interest (bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah dipinjam tersebut. Debitur yang dimaksud adalah pihak yang memerlukan uang (money), barang (goods), atau jasa (service) dan berkomitmen untuk mampu mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang disepakati serta bersedia menanggung berbagai risiko jika melakukan keterlambatan sesuai dengan ketentuan administrasi dalam kesepakatan perjanjian yang tertera di sana.59 Objek perjanjian dapat berupa barang atau jasa namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu.60 Dalam Pasal 1332, 1333, dan 1334 KUH Perdata. menentukan. objek. perjanjian. diantaranya. yaitu. dapat. diperdagangkan, ditentukan jenisnya (jelas jenisnya), jumlah barang dapat dihitung atau ditentukan, barang tersebut akan ada di kemudian hari, dan bukan suatu warisan yang belum terbuka. Objek perjanjian yang berupa jasa maka harus ditentukan secara jelas dan tegas bentuk jasa yang dilakukan oleh salah satu pihak.61 Contohnya jasa konsultasi kesehatan, jasa konsultasi hukum, dan jasa konsultasi lainnya.62 Objek perjanjian yang merupakan tidak berbuat sesuatu, maka harus dijelaskan dalam perjanjian tersebut hal-hal apa yang tidak dilakukan oleh para pihak.63. 59. Ratna Artha Windari, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.17 Salim H. S., Op.cit., h. 176 61 Ibid. h. 18 62 I Ketut Artadi dan I Dw. Nym. Rai Asmara P., Implementasi Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, (Denpasar: Udayana University Pers, 2010), h. 51 63 Salim H. S., Op.cit., h. 18 60. Universitas Sumatera Utara.

(46) 35. Dalam UU Perbankan, obyek kredit berbentuk uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dan tidak berbentuk barang (Pasal 1 Butir Angka 11 dan 12).64 Pada saat sekarang ini pemberian kredit dalam bentuk uang adalah lebih dominan terjadi dari pada bentuk barang. Pihak kreditur akan sangat menilai bagaimana tindakan yang akan dilakukan oleh pihak debitur dalam usahanya atau prestasinya dalam mengelola kredit yang diberikan tersebut.65. 4. Prinsip-Prinsip Perjanjian Kredit Dalam UU Perbankan telah diatur sistem pemberian kredit sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 8 Ayat (1) yang menyebutkan: ”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.” Ketentuan tersebut berlaku pula bagi bank perkreditan rakyat (Pasal 15 UU Perbankan). Untuk memperoleh keyakinan maka bank sebelum memberi keputusan tentang pemberian kredit, dilakukan penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur. Dalam dunia perbankan kelima faktor yang dinilai tersebut dikenal dengan sebutan the five of credit atau prinsip 5 C’s (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of economic). Cara penilaian yang demikian bukan hal yang baru bagi bank karena dalam UU No. 14 Tahun 1967 prinsip tersebut. 64 65. Pasal 1 Angka 11 dan 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Irham Fahmi, Op.cit., h. 7. Universitas Sumatera Utara.

(47) 36. sudah diatur dan bank selalu mempraktikannya sejalan dengan prosedur pemberian kredit.66 Adapun Prinsip 5 C yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan perkreditan ialah: a) Watak (Character) Watak seorang nasabah dinilai oleh bank adalah untuk mengetahui sifat-sifatnya dalam hubungannya dengan masalah tanggung jawab nasabah.67 Dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang mendasari adanya keyakinan dari pihak Bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya. sebagai. anggota. masyarakat. ataupun. dalam. menjalankan kegiatan usahanya. Manfaat penilaian soal character ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajibankewajibannya dari calon debitur. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang character dari calon debitur tersebut dapat ditempuh melalui upaya, seperti meneliti daftar riwayat hidup calon debitur, meneliti reputasi calon debitur tersebut di lingkungan usahanya, meminta informasi antara bank ke bank lain sebanyakbanyaknya, dan lain-lain.68. 66. Gatot Supramono, Op.cit., h. 158 Ibid., h. 159 68 Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersiil, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 1990) h. 11-12 67. Universitas Sumatera Utara.

(48) 37. b) Kemampuan (Capacity)69 Pengertian capacity disini yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari Bank. Penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. Pengukuran capacity dari calon debitur dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, antara lain: a. Pendekatan historis yaitu menilai past performace dari nasabah yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu; b. Pendekatan finansiil, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan Rugi/Laba untuk beberapa periode terakhir yaitu untuk mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likwiditas, dan rehabilitas usahanya serta tingkat resiko usahanya; c. Pendekatan edukasional, yaitu untuk menilai latar belakang pendidikan para pengurus perusahaan calon debitur, hal ini penting. untuk. kemampuan. 69. perusahaan-perusahaan. teknologi. tinggi. ataupun. yang. menghendaki. usaha-usaha. yang. Ibid., h. 13-14. Universitas Sumatera Utara.

(49) 38. memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit, biro konsultan, dan lain-lain; d. Pendekatan yuridis, yaitu menilai apakah calon debitur tersebut secara yuridis mempunyai kapasitas untuk mewakili dirinya ataupun badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank; e. Pendekatan managerial, yaitu untuk menilai sampai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaannya; f. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan kerja/mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation, bahkan sampai kepada kemampuan dalam merebut market share. c) Modal (Capital) Modal yaitu jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.70 Penilaian terhadap modal dilakukan dengan menganalisis dari laporan keuangan yang disampaikan oleh nasabah, biasanya nasabah diminta oleh bank untuk menyampaikan laporan keuangan minimal dua tahun terakhir. Laporan tersebut akan diperbandingkan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam mengelola keuangan dan permodalan perusahaan. Analisis tersebut juga untuk mengetahui. 70. Ibid., h. 14. Universitas Sumatera Utara.

(50) 39. tingkat kemampuan nasabah dalam menyediakan modal terhadap proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank. d) Jaminan (Collateral) Dasar penilaian terhadap jaminan dilakukan terhadap barangbarang yang akan dijaminkan oleh nasabah pada bank. Penilaiannya dengan menaksir nilai barangnya apakah dapat menutup kredit yang akan diberikan bank seandainya nasabah tidak dapat melunasi utangnya di kemudian hari. Penjelasan Pasal 8 UU Perbankan menguraikan bahwa apabila berdasarkan unsur-unsur lain bank telah mendapat keyakinan akan kemampuan nasabah untuk mengembalikan utangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Bank tidak wajib meminta agunan tambahan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit bank. e) Condition of economic Pengertian condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, social, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.71 Hal ini sangatlah. penting. dalam. analisis.. Yang. terutama. harus. dipertimbangkan adalah apakah dengan kredit yang diberikan tersebut. 71. Ibid., h. 16. Universitas Sumatera Utara.

(51) 40. apakah si debitur hanya akan kerja bakti. Misalnya pada saat krisis ekonomi dimana suku bunga bank pada saat itu mencapai 36% per tahun sehingga keuntungan bisnis si debitur habis untuk membayar bunga bank.72. 5. Berakhirnya Perjanjian Kredit Berakhirnya suatu kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur tentang suatu hal. Sesuatu hal disini bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak, bisa jual beli, utang-piutang, sewamenyewa, dan lain-lain.73 Berakhirnya kontrak dapat digolongkan menjadi: a) Pembayaran, Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1403 KUH Perdata. Ada dua pengertian pembayaran, yaitu dalam arti sempit dan yuridis teknis. Pengertian pembayaran dalam arti sempit, adalah pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur. Pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang. Pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk uang atau barang, tetapi juga dalam bentuk jasa, seperti jasa dokter bedah, tukang cukur, atau guru privat.74. 72. H. Budi Untung, Op.cit., h. 124 Salim H. S., Op.cit., h. 163 74 Ibid., h. 165 73. Universitas Sumatera Utara.

(52) 41. b) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan (Konsignasi) Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan. 75 c) Novasi atau pembaharuan utang,76 Novasi diatur dalam Pasal 1413 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1424 KUH Perdata. Novasi (pembaharuan utang) adalah sebuah persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Vollmar mengartikan novasi adalah suatu perjanjian karena dimana sebuah perjanjian yang akan dihapuskan, dan seketika itu juga timbul sebuah perjanjian baru. Kedua definisi tersebut, dititikberatkan pada definisi novasi pada penggantian objek perjanjian, padahal dalam KUH Perdata tidak hanya penggantian subjek perjanjian, baik debitur maupun kreditur lama kepada debitur dan kreditur baru. Menurut Salim H. S. novasi adalah suatu perjanjian antara debitur dan kreditur, dimana perjanjian lama dan subjeknya yang ada dihapuskan dan timbul sebuah objek dan subjek perjanjian yang baru. d) Kompensasi atau perjumpaan utang,. 75. Arrisman, Hukum Perikatan Perdata dan Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta : Tampuniak Mustika Edukarya, 2020), h. 59 76 Salim H. S., Op.cit., h. 166. Universitas Sumatera Utara.

(53) 42. Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1435 KUH Perdata. Yang diartikan sebagai kompensasi adalah penghapusan masing-masing utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur (Pasal 1425 KUH Perdata). Syarat-syarat kompensasi: 1) Kedua-duanya berpokok pada sejumlah uang; atau 2) Berpokok pada sejumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama; atau 3) Kedua-duanya dapat ditetapkan dan ditagih seketika. Tujuan kompensasi adalah: 1) Penyederhanaan pembayaran yang simpang siur antara pihak kreditur dan debitur; 2) Dimungkinkan terjadinya pembayaran sebagian; 3) Memberikan kepastian pembayaran dalam keadaan pailit. e) Konfusio atau percampuran utang, Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1437 KUH Perdata. Percampuran utang adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (Pasal 1436 KUH Perdata). Ada dua cara terrjadinya pencampuran utang, yaitu: 1) Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya, si kreditur meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini berarti bahwa dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur menjadi kreditur;. Universitas Sumatera Utara.

(54) 43. 2) Dengan jalan penerusan hak dibawah alas hak khusus, misalnya pada jual beli atau legaat. Pada umumnya pencapuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur menjadi ahli waris dari kreditur. f) Pembebasan utang, Pembebasan utang diatur dalam Pasal 1438 KUH Perdata sampai dengan 1443 KUH Perdata. Pembebasan utang adalah suatu pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari perutangan. Ada dua cara terjadinya pembebasan utang, yaitu (1) cuma-cuma, dan (2) prestasi dari pihak debitur. Pembebasan utang dengan cuma-cuma harus dipandang sebagai penghadiahan. Prestasi dari pihak debitur memiliki arti sebuah prestasi lain, selain prestasi terutang. Pembebasan ini didasarkan pada perjanjian. g) Kebatalan atau pembatalan, Kebatalan kontrak diatur dalam Pasal 1446 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata. Ada tiga penyebab timbulnya pembatalan kontrak, yaitu: 1) Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan di bawah pengampuan; 2) Tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang disyaratkan dalam undang-undang; 3) Adanya cacat kehendak. h) Berlaku syarat batal,. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan PERUM DAMRI diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 tentang Perusahaan Umum (PERUM) DAMRI. PERUM DAMRI berpedoman pada Undang-Undang

3.1. Ketentuan Hukum Terhadap Transaksi Jual-Beli Online Di Indonesia Sebagaimana kegiatan jual-beli antara penjual dan konsumen secara konvensional perlu diawasi, tentu

Dengan dilakukannya pemisahan harta melalui perjanjian perkawinan pihak isteri maupun suami yang berkewarnegaraan Indonesia dan melangsungkan perkawinan campuran

Berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan diatas, maka jelas bahwa meskipun suatu perkawinan sudah putus karena perceraian, tidaklah mengakibatkan hubungan

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dijelaskan bahwa benda (yang ada diwilayah Negara RI atau diluar Negara RI) yang dibebani dengan jaminan

Pendapat demikian juga sesuai dengan pertumbuhan hukum Anglo Amerika menurut sistem common law, di mana pemegang hipotek (mortgagee) dianggap memperoleh hak eigendom atas benda

76 Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport.. Indofood di dalam proses penyelenggaraan pengangkutan dengan PT. Rahmat Jaya

Pengadilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan hak istri. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas para pencari keadilan yang selalu