TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJASAMA YAYASAN KARYA SALEMBA EMPAT DENGAN PT BANK CENTRAL
ASIA TBK MENGENAI PROGRAM BEASISWA (Studi Pada Yayasan Karya Salemba Empat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RIKO HANDOYO NIM : 150200022
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Riko Handoyo
Nim : 150200022
Departemen : Hukum Keperdataan BW
Judul Skripsi : Tinjauan Yuridis Terhadap Yayasan Karya Salemba Empat dengan PT Bank Central Asia Tbk Mengenai Program Beasiswa (Studi Pada Yayasan Karya Salemba Empat) Dengan ini menyatakan :
1. Bahwa isi Skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, Januari 2019
Riko Handoyo NIM : 150200022
ABSTRAK Riko Handoyo*) Hasim Purba**) Rabiatul Syahriah***)
Dimana seorang yang berjanji kepada orang lain atau 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu, hal ini disebut dengan Perjanjian.
Dalam suatu perjanjian dikenal dengan adanya suatu asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan. Namun dalam praktinya pada perjanjian kerjasama, klausula perjanjian kerjasama telah ditentukan terlebih dahulu secara sepihak oleh pihak pertama, sedangkan pihak kedua, tentunya harus mematuhi ketentuan yang tertuang dalam perjanjian kerjasama tersebut, sehingga sebenarnya tidak terjadi keseimbangan. Demikian juga dalam perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dengan PT Bank central Asia Tbk yang merupakan perjanjian baku dan merupakan akta dibawah tangan (bukan akta notaril). Skripsi ini diangkat dari permasalahan kesesuaian asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan isi klausula, tanggung jawab jika terjadi risiko, serta penyelesaian yang dilaksanakan apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan yuridis empiris. Data hasil penelitian diolah dan di analisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif dengan menggunakan perangkat normatif.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan tidak terpenuhi dikarenakan bentuk perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk merupakan perjanjian dibawah tangan dan dalam bentuk perjanjian baku. Dimana hal tersebut diabaikan oleh para pihak sehingga pihak pertama seperti mengalihkan keseluruhan tanggung jawabnya kepada pihak kedua. Namun hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang harus dipermasalahkan bagi pihak kedua karena pihak kedua menganggap hal ini merupakan adanya suatu posisi yang wajar yang bersifat take it or leave it, dimana ada suatu pihak yang jabatan yang lebih tinggi dan lebih rendah, sehingga jabatan yang lebih tinggi berhak membuat klausula perjanjian secara sepihak. Dan dalam klausula perjanjian ini juga sedikit membahas tentang tanggung jawab termasuk juga wanprestasi. Tidak jelas arah yang ditujukan yang terdapat pada klausula perjanjian, apakah hal tersebut harus dijalankan secara bersama atau sepihak. Pihak PT Bank Central Asia Tbk juga memiliki suatu hak untuk melakukan pemutusan kontrak secara sepihak, namun hal tersebut yidak dijelaskan untuk pihak Yayasan Karya Salemba Empat.
Kata kunci : Perjanjian, Tanggung jawab, Risiko, Wanprestasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmad-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).
Adapun skripsi yang penulis angkat berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Yayasan Karya Salemba Empat dengan PT Bank Central Asia Tbk (Studi Pada Yayasan Karya Salemba Empat)”. Penulis mengangkat judul skripsi ini sebagai tugas akhir dikarenakan banyaknya timbul perjanjian kerjasama yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian yang sebenarnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas mengenai hal ini. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang.
Selama kurang lebih 7 (tujuh) semester penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, banyak kendala yang penulis alami. Namun berkat bimbingan dan motivasi serta doa dari pihak - pihak disekitar penulis, segala kendala dapat penulis hadapi. Termasuk dalam menyelesaikan tugas akhir ini, ada waktu penulis merasa bingung, merasa malas, merasa jenuh bahkan merasa putus asa. Disaat-saat itu penulis bersyukur karena selalu ada tangantangan yang bersedia membantu, selalu ada kata-kata yang memotivasi, selalu ada senyum yang menghibur dan selalu ada doa-doa dari orang tua penulis yang berada di
tempat yang berbeda dengan penulis. Semoga dengan gelar yang kelak penulis dapatkan, penulis dapat memberikan manfaat bagi sesama.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
7. Arif, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis selama perkuliahan;
8. Prof. Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta nasihat dengan penuh kesabaran mulai dari awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan ini;
9. Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;
10. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa;
11. Teristimewa kepada orang tua, Ayahanda Jaman dan Ibunda Susiani yang sangat penulis sayangi, yang selalu mendoakan, membimbing dan menasehati penulis agar dapat menghadapi tantangan dan permasalahan dalam perkuliahan serta selalu mengingatkan penulis agar selalu mengandalkan Allah SWT dalam setiap langkah penulis, Kakak Reni Handayani, Abang Ipar Zicky El Fahmi, dan Kembaran penulis Riki Handoko, yang senantiasa turut serta dalam membantu penulis dan memberi motivasi kepada penulis;
12. Rekan-rekan angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan moril khususnya Dandy Alphayed Ginting, Yudika Dwi Erwanda, Dimas Fatih Asqory, Citra Perdana Kesuma, Datuk Abdul Jabbar, Zairin Nur Aulia, Uan Haleluddin Dalimunthe, Arfansyah Munthe, Irfansyah Munthe, Irham Afriansyah Nst dan rekan – rekan senioren maupun junior lainnya, juga sesama jurusan hukum perdata yang tidak ada habis – habisnya untuk disebut satu per satu.
13. Iis Rachmawati selaku rekan penulis yang membantu dari awal sampai akhir proses penelitian selama di Jakarta.
14. Abangda Farhan Al-Haris yang selalu mengingatkan penulis via WhatsApp untuk cepat menyelesaikan skripsi ini dan mengejar target;
15. Abangda Fachri Husaini dan Abangda M. Faisal Mahyan selaku senioren yang membimbing penulis untuk menyesuaikan kata – kata dalam penulisan;
16. Paguyuban KSE Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang telah memberikan tempat tinggal kepada penulis selama proses penelitian di Jakarta;
17. Pejuang IP (Farah Hilda Fuad Lubis, Putri Zhafirah Lubis, Hetti Sundari, Tara Humayrah) yang selalu memberikan kritik dan saran yang membangun serta yang turut menemani penulis selama proses perkuliahan dan yang terkhusus kepada Puteri Chairina Azhari yang tidak pernah bosan untuk selalu mengingatkan penulis menyelesaikan skripsi ini;
18. Rekan – rekan beasiswa KSE Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk tetap semangat dan yang selalu menjadi tempat untuk penulis mengerjakan skripsi ini;
19. Presidium Al-Mahbub yang telah membantu penulis untuk berproses dalam suatu amanah selama proses perkuliahan;
20. Keluarga Besar BTM Aladdinsyah SH yang menjadi rumah kedua bagi penulis selama menjalankan perkuliahan;
21. Pihak Yayasan Karya Salemba Empat yang telah membantu penulis memberikan data – data terkait penelitian ini terkhusus kepada Bunda Maya Dintasari selaku Donor Relation;
22. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa di sebutkan satu per satu.
Akhir kata saya mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kesilapan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya dan pihak – pihak yang memerlukannya, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Medan, Januari 2019 Hormat Penulis,
Riko Handoyo Nim : 150200022
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 8
E. Keaslian Penulisan ... 8
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Metode Penulisan ... 22
H. Sistematika Penulisan ... 25
BAB II : TINJAUAN KLAUSULA PERJANJIAN KERJASAMA A. Prinsip Tanggung Jawab ... 28
B. Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ... 33
C. Hubungan Hukum Para Pihak ... 38
D. Asas Kebebasan Berkontrak dan Asas Keseimbangan kaitan- nya dengan Klausula Perjanjian Kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dengan PT Bank Central Asia Tbk ... 41 BAB III : TANGGUNG JAWAB TERJADINYA RISIKO DALAM PERJANJIAAN KERJASAMA YAYASAN KARYA SALEMBA EMPAT DENGAN PT BANK CENTRAL ASIA TBK
A. Prinsip Tanggung Jawab ... 51 B. Risiko dalam Hukum Perjanjian ... 55 C. Profil Yayasan Karya Salemba Empat ... 61 D. Tanggung Jawab para Pihak terhadap risiko yang timbul
saat Perjanjian Kerjasama berlangsung ... 70 E. Tanggung Jawab Para Penerima Beasiswa ... 74 BAB IV : WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KERJASAMA YAYASAN KARYA SALEMBA WEMPAT DENGAN PT BANK CENTRAL ASIA TBK
A. Faktor Penyebab terjadinya Wanprestasi ... 75 B. Akibat-akibat Hukum terjadinya Wanprestasi ... 77 C. Penyelesaian yang dilaksanakan apabila terjadi Wanprestasi
oleh salah satu pihak ... 80 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 88 Daftar Pustaka ... 90 Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan diberbagai aspek kehidupan juga ikut berkembang. Hal ini merupakan petanda baik bagi Indonesia, jika dalam perkembangan diberbagai aspek kehidupan tersebut diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud adanya kepastian hukum. Sebagai contohnya, ketika menjalin kerja sama hendaknya diawali dengan membuat suatu pernyataan atau perjanjian yang sah antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan demikian, perjanjian tersebut akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak dalam perjanjian tersebut. Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dalam Pasal 1313, yang menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.1Perjanjian ini dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan antara para pihak yang dengan cara negosiasi dirumuskan ke dalam klausul-klausul yang terdapat dalam suatu perjanjian tersebut. Selain itu dalam pembuatan perjanjian juga harus memperhatikan beberapa asas, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda, asas itikad baik dan asas kepribadian.
Diantara kelima asas tersebut yang paling mempunyai peran penting untuk membuat suatu perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda.
1 R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab UndangUndang Hukum Perdata, Cetakan ke Tigapuluh Sembilan, Penerbit PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2008 ; hal.338.
Menurut namanya, hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu hukum kontrak nominaat dan hukum kontrak innominaat. Hukum kontrak nominaat merupakan ketentuan hukum yang mengkaji berbagai kontrak atau perjanjian yang dikenal dalam KUHPerdata. Sedangkan hukum kontrak innominaat merupakan keseluruhan kaidah hukum yang mengkaji berbagai kontrak yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat dan kontrak ini belum dikenal pada saat KUHPerdata diundangkan.2 Hukum kontrak innominaat diatur di dalam Buku III KUHPerdata Pasal 1319 KUHPerdata. Menurut Mariam Darus, yang termasuk dalam perjanjian tidak bernama (onbenoemd overeenkomst) salah satunya yaitu perjanjian kerjasama. Di dalam prakteknya, perjanjian ini lahir adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak mengadakan perjanjian.3
Pada dasarnya perjanjian kerjasama ini berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan perjanjian senantiasa diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negoisasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk adanya kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar menawar tersebut.4
Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain karena keterbatasan sarana dan juga prasarana, keterbatasan kemampuan. Ataupun karena tuntutan perkembangan usahanya yang semakin maju. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, berkembanglah apa yang dinamakan dengan hubungan kerjasama.
2 Salim. H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2003, hal. 4.
3 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2001, hal. 69.
4 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2010, hal. 1.
Sebagai dasar dari hubungan kerjasama tersebut dibutuhkan apa yang dinamakan dengan perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama merupakan suatu kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yang merupakan dasar untuk membuat perjanjian pelaksanaan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan para pihak sebagaimana yang telah diperjanjikan sebelumnya.
Secara hukum atau secara teori menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.5 Salah satu sendi yang terpenting dari hukum perjanjian adalah bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, sebagaimana di atur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang pada intinya menegaskan bahwa persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik, artinya pelaksanaan perjanjian tersebut harus mengindahkan kepatutan dan kesusilaan.
Kerjasama adalah “Perbuatan bantu membantu atau yang dilakukan bersama-sama”.6
Perlu di ulas yang menyangkut pada Pasal 1338 KUHPerdata sebagai dasar hukum sebuah perjanjian kerja sama. Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak mengacu pada asas kebebasan berkontrak. Dalam Pasal 1338 Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata). Menyatakan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
5 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, 1990) hal 78
6 R. Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan ke-21, PT. Internusa, Jakarta, 1999, hal. 1.
Jumlah dari perjanjian ini tidak terbatas namun disesuaikan dengan kebutuhan para pihak yang mengadakan perjanjian ini, dan lahirnya perjanjian ini merupakan praktik nyata dari asas kebebasan berkontrak.
Suatu perjanjian tidak terlepas dari kontrak dan menganut asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak mengartikan bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian apa saja dengan berbagai bentuk, dengan ketentuan kontrak yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak ini dapat disimpulkan berdasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata, yang mengatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa setiap perjanjian bersifat “mengikat” kedua belah pihak, disertai adanya asas kebebasan berkontrak.
Sedikit profil mengenai salah satu dari pihak yang melakukan perjanjian kerjasama yaitu Yayasan Karya Salemba Empat adalah suatu Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) didirikan pada tahun 1995 oleh delapan orang yang percaya bahwa masa depan bangsa ditentukan dari pendidikan. Mereka merasa bahwa negara telah banyak membantu di masa kuliah sehingga mereka berkewajiban untuk mengembalikan apa-apa yang telah diberikan negara. Bentuk pengembalian yang mereka lakukan adalah dengan memberikan beasiswa kepada para mahasiswa yang mengalami kesulitan finansial dalam menyelesaikan studi mereka.
Yayasan KSE meyakini bahwa upaya bersama-sama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa adalah kunci untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Melalui
pendidikan akan menghasilkan insan-insan yang cerdas yang menjadi modal utama bangsa ini untuk lebih maju. Kami percaya bahwa setiap insan manusia harus diberi kesempatan yang sama dalam pendidikan.
Kerjasama baik yang telah terjalin antara Yayasan KSE, Donatur, Civitas Akademika dan para Alumni Beasiswa selama ini menjadi faktor utama semakin berkembang pesatnya Yayasan Karya Salemba Empat. Program Kaderisasi dan regenerasi organisasi terus dilakukan Yayasan KSE dengan tujuan agar semangat dan cita-cita untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terus berjalan dan semakin meningkat. Kepengurusan Yayasan Karya Salemba Empat kini bukan lagi terletak pada Pendiri tetapi sudah mulai diamanahkan kepada para Alumni Penerima Beasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai sebuah organisasi, Yayasan KSE bukanlah badan yang bergerak atas dasar pengaruh satu segelintir orang, tetapi sudah menjadi sebuah organisasi solid yang menggerakkan orang- orang di dalamnya atas dasar visi dan misi yang sama.7
Hubungan kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk sebagai salah satu donatur dituangkan dalam suatu perjanjian.
Perjanjian kerjasama Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk telah disepakati oleh kedua belah pihak dan karenanya dapat mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang bagi para pihak yang melakukan suatu perjanjian, karena telah dibuat dengan memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
Setelah melihat isi/klausula perjanjian, perjanjian ini merupakan perjanjian baku/sepihak sehingga penulis tertarik untuk mengkaitkan dengan asas kebebasan
7 Yayasan Karya Salemba Empat, 2016, EDUCATE THE NATION Through Building networking Laporan Tahunan Annual Report 2016, Jakarta, hal 5
berkontrak dan keseimbangan para pihak yang merupakan salah satu asas perjanjian.
Kemudian dari segi tanggung jawab para pihak, apabila terjadi risiko pada saat perjanjian kerjasama berlangsung, juga tidak diatur dalam perjanjian, umumnya para pihak pasti akan menghindari tanggung jawab terhadap kerugian yang timbul, maka dari itu di dalam suatu perjanjian harus mengatur tentang tanggung jawab. Dalam hal ini, apakah perjanjian kerjasama ini telah mengatur hal tersebut apabila terjadi risiko/kerugian pada saat kerjasama berlangsung.
Selain masalah tanggung jawab, umumnya dalam perjanjian, yang dituntut adalah prestasi. Perjanjian dianggap selesai apabila suatu prestasi telah dipenuhi oleh kedua belah pihak. Namun jika salah satu pihak tidak dapat memenuhi prestasi atau biasanya disebut dengan wanprestasi, penyelesaian apa yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perjanjian khususnya perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk, mengenai apakah klausula perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk telah memenuhi asas kebebasan berkontrak dan keseimbangan para pihak, tanggung jawab para pihak apabila terjadi risiko, dan cara penyelesaian yang dilaksanakan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul :
“Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk Menganai Program Beasiswa (Studi pada Yayasan Karya Salemba Empat)”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas.
Rumusan Permasalahan tersebut antara lain :
1. Apakah klausula perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk telah memenuhi asas kebebasan berkontrak dan keseimbangan para pihak?
2. Bagaimana tanggung jawab para pihak apabila terjadi risiko saat perjanjian kerjasama berlangsung?
3. Bagaimana penyelesaian dilaksanakan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah klausula perjanjian kerjasama Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk telah memenuhi asas kebebasan berkontrak dan keseimbangan para pihak.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab para pihak apabila terjadi risiko pada saat perjanjian kerjasama ini berlangsung.
3. Untuk mengetahui tentang cara penyelesaian yang dilaksanakan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik dari sisi teoretis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoretis
Memberikan sumbangan akademis bagi semua orang yang membutuhkannya serta bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya, dan hukum perjanjian pada khususnya.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta referensi bagi pihak Yayasan Karya Salemba Empat maupun pihak PT Bank Central Asia Tbk baik dalam hal pembuatan perjanjian kerjasama maupun pelaksanaan perjanjian tersebut.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk (Studi pada Yayasan Karya Salemba Empat)”. Hal ini telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan. Berdasarkan pengamatan dan pengecekan judul di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, materi yang dibahas dalam penelitian ini belum pernah dijadikan judul maupun dibahas dalam skripsi yang sudah ada lebih dahulu, sehingga judul yang bersangkutan layak untuk diteliti dan pokok permasalahan serta pembahasan dalam skripsi ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian yang terdahulu. Apabila ditemukan nantinya
ada kesamaan dengan penelitian lainnya maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya baik dalam hal judul maupun pembahasan.
F. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Perjanjian A. Pengertian perjanjian
Untuk membuat suatu perjanjian hendaknya terlebih dahulu memahami arti dari perjanjian tersebut. Apabila dilihat dari literatur banyak kita temui beraneka ragam pengertian perjanjian, di mana masing-masing dari sarjana memberikan pengertian sendiri-sendiri, pengertian tersebut dibuat oleh pakar hukum, oleh karena hal inilah tidak menemukan keseragaman pengertian perjanjian.
Sebelum lebih jauh membahas tentang perjanjian ada baiknya terlebih dahulu membahas mengenai perikatan, sebab seperti yang ketahui perjanjian itu tidak terlepas dari perikatan. Di mana disini terlihat jelas bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji pada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal.8 Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber lain. Perjanjian adalah sumber yang terpenting yang melahirkan
8 R. Subekti, Hukum Perjanjian,op,cit. hal 1
perikatan. Perjanjian sebagai sumber perikatan ini, apabila dilihat dari bentuknya, dapat berupa perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis.9 Dari ketentuan ini, tidak dijelaskan definisi perikatan, oleh karena itu para ahli memberikan rumusan tentang perikatan ini beraneka ragam. Dari hal ini para ahli memberikan rumusan masing-masing.
Subekti,memberikan rumusan perikatan sebagai berikut: “Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”10
Hofman, memberikan pengertian tentang perikatan adalah : “Perikatan adalah suatu hubungan antara sejumlah subjek-subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang dari padanya (debitur/para kreditur) mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang demikian itu.“11
Wan Sadjaruddin Baros, dalam bukunya Sendi Hukum Perikatan menyatakan: “Perikatan itu ialah hubungan hukum antara dua orang (pihak) atau lebih dalam harta kekayaan yang menimbulkan hak di satu pihak dan kewajiban di pihak lain.”12
Beberapa pendapat para sarjana di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perikatan (verbintenis) terkandung hal-hal sebagai berikut: 13
9 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan : Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal. 3.
10 R. Subekti, loc. cit.
11 Hofman, Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 2003, hal. 2.
12 W.S.Baros, Sendi Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1997, hal. 12
13 M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1996, hal. 6.
1. Adanya hubungan hukum
2. Biasanya mengenai kekayaan atau harta benda 3. Antara dua orang/pihak atau lebih
4. Memberikan hak kepada pihak yang satu, yaitu kreditur 5. Meletakkan kewajiban pada pihak yang lain, yaitu debitur 6. Adanya prestasi
Setelah mengetahui pengertian perikatan maka kembali pada pembahasan perjanjian, yang mana di atas telah dijelaskan bahwa perikatan bersumber pada perjanjian, dan selain perjanjian masih ada lagi sumber lain yang menerbitkan perikatan yaitu undang-undang. Istilah perjanjian berasal dari bahasa inggris yaitu contracts. Sedangkan dalam bahasa belanda istilah perjanjian atau persetujuan disebut juga dengan overeenkomst.14Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah “persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan.”15
Kamus Hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah “persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama.”16
a) M. Yahya Harahap
Untuk memahami istilah mengenai perjanjian terdapat beberapa pendapat para sarjana, yaitu : Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak atau sesuatu untuk
14 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal. 3.
15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikthisar Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 458.
16 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 363.
memperoleh prestasi atau sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk menunaikan kewajiban pada pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi.
b) R. Subekti
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.17
c) Wirjono Prodjodikoro
Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.18
d) Hartono Suprapto
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang lain itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal.19
e) Abdul Kadir Muhammad
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.20
Pengertian perjanjian juga diatur dalam Pasal 1313 Buku III KUHPerdata, yang selanjutnya disebut Kitab Undang-Undang HukumPerdata Burgerlijk Wetboek menyebutkan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
17 R. Subekti, Hukum Perjanjian,loc. cit.
18 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, 1986, hal. 9.
19 Hartono Suprapto, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung, 1999, hal. 12.
20 Abdulkadir Muhammad, Op,cit, hal. 225
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri.
Pengertian ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain.
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan- perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya.21
Berdasarkan pada beberapa pengertian perjanjian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam suatu perjanjian minimal harus terdapat dua pihak, di mana kedua belah pihak saling bersepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum tertentu. Di mana dalam kesepakatan itu, satu pihak wajib melaksanakan sesuai dengan yang telah disepakati, dan pihak yang satunya berhak mendapatkan sesuai dengan apa yang telah disepakati.
B. Pengertian Perjanjian Kerjasama
Perjanjian kerjasama merupakan suatu bentuk kerjasama yang berlandaskan atas perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak yang sepakat untuk melakukan kerjasama.
21 Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal.
161.
Perjanjian kerjasama tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, perjanjian ini merupakan perjanjian yang lahir berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Meskipun tidak diatur dalam KUHPerdata, namun perjanjian kerjasama ini tetap berpedoman pada KUHPerdata. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1319 KUHPerdata yang menyatakan “Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu.”
Sedangkan menurut Subekti perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu yaitu majikan berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain yaitu buruh.
Berdasarkan Black’s Law Dictionary perjanjian kerjasama merupakan “Suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus”.22
Berdasarkan definisi perjanjian kerjasama di atas memiliki kesamaan dengan pengertian perjanjian, karena suatu perjanjian kerjasama tidak dapat dipisahkan dari syarat-syarat perjanjian yang sah menurut KUHPerdata. Dengan kata lain, perjanjian kerjasama memiliki dasar hukum yang sama dengan suatu perjanjian yang merupakan suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang hubungan hukum antara dua orang atau lebih untuk yang satu mengikatkan
22 Edy Suprapto, Artikel Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama,
http://erland78.blogspot.co.id/2012/07/nota-kesepahaman-dan-perjanjian.html, diakses pada tanggal 10 Oktober 2018
dirinya kepada yang lain, atau di antara keduanya saling mengikatkan diri yang menimbulkan hak dan kewajiban satu sama lain, untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Pada prinsipnya perjanjian kerjasama dibedakan dalam 3 pola yaitu:
1. Usaha bersama (joint venture)
Joint venture adalah merupakan bentuk kerjasama umum dapat dilakukan pada semua bidang usaha, dimana para pihak masing-masing menyerahkan model untuk membentuk badan usaha yang mengelola usaha bersama.
2. Kerjasama operasi (jointoperation)
Joint operation adalah bentuk kerjasama khusus, di mana bidang usaha yang dilaksanakan merupakan bidang usaha yang merupakan hak atau kewenangan salah satu pihak. Bidang usaha itu sebelumnya sudah ada dan sudah beroperasi, dimana pihak investor memberikan dana untuk melanjutkan atau mengembangkan usaha yang semula merupakan hak atau wewenang pihak lain, dengan membentuk badan usaha baru sebagai pelaksana kegiatan usaha.
3. Operasi sepihak (single operational)
Single operational merupakan bentuk kerjasama khusus di mana bidang usahanya berupa "bangunan komersial". Salah satu pihak dalam kerjasama ini adalah pemilik yang menguasai tanah, sedangkan pihak lain/investor, diijinkan untuk membangun suatu bangunan komersil di atas tanah milik yang dikuasai pihak lain, dan diberi hak untuk mengoperasionalkan bangunan komersial tersebut untuk jangka waktu tertentu dengan
pemberian fee tertentu selama jangka waktu operasional dan setelah jangka waktu operasional berakhir investor wajib mengembalikan tanah beserta bangunan komersial di atasnya kepada pihak pemilik/yang menguasai tanah. Bentuk kerjasama ini lazimnya disebut : BOT (Build, Operate and Transfer), dan variannya adalah : BOOT (Build, Own, Operate and Transfer), BLT (Build, Lease and Transfer) dan BOO (Build, Own and Operate).23
Pada dasarnya perjanjian kerjasama ini berawal dari suatu perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak yang bersangkutan. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan prosesnegosiasi diantara para pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan melalui proses tawar-menawar.24
Berawal dari terjadinya perbedaan kepentingan para pihak akan dicoba di pertemukan melalui adanya kesepakatan dari para pihak. Oleh karena itu melalui hubungan perjanjian perbedaan tersebut dapat diakomodir dan selanjutnya dapat dibingkai dengan sebuah perangkat hukum sehingga dapat mengikat para pihak.
Mengenai sisi kepastian hukum dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada diantara para pihak dapat terakomodasi melalui suatu mekanisme hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional. Perjanjian yang terbentuk dari kesepakatan para pihak ini akan bersifat mengikat dan berlaku sebagai undang-undang dan wajib dilaksanakan dengan iktikad baik.
23 Raimond Flora Lamandasa, Perjanjian Kerjasama, https://www.scribd.com/doc/
3927962/PERJANJIAN-KERJASAMA, diakses pada tanggal 08 Oktober 2018.
24 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Loc, cit
Salah satu unsur yang terdapat dalam perjanjian kerjasama adalah adanya subjek hukum. Subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban yaitu para pihak yang terkait dalam perjanjian kerjasama tersebut. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan dalam perjanjian kerjasama antara lain, pihak yang berhak atas sesuatu dari pihak lain dan pihak yang berkewajiban memenuhi sesuatu kepada pihak yang satu.
2. Tinjauan Umum Tanggung Jawab dan Risiko A. Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab sudah menjadi bagian kehidupan dari manusia dimana setiap manusia pasti memiliki tanggung jawab, walaupun tanggung jawab setiap orang berbeda-beda. Tanggung jawab dapat diartikan sebagai perwujudan akan kesadaran tentang kewajibannya dalam berbuat sesuatu.
Tanggung jawab berarti kewajiban seorang individu untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang ditugaskan sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Tanggung jawab dapat berlangsung terus atau dapat terhenti apabila telah selesai melaksanakan tugas tertentu. Wewenang dan tanggung jawab mempunyai tingkat yang sama.
Wewenang seseorang memberikan kekuasaan untuk membuat dan menjalankan keputusan yang telah ditetapkan dan tanggung jawab menimbulkan kewajiban untuk melaksanakan tugas dengan jalan menggunakan wewenang yang ada.
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, suatu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul beban tanggung jawab,mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya dan kalau terjadi sesuatu, dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya.25
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu sendiri bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.26
Adapun pengertian tanggung jawab hukum menurut para ahli sarjana, seperti menurut Ridwan Halim, tanggung jawab hukum adalah sebagai sesuatuakibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan
25 Tanggung Jawab, https://kbbi.web.id/tanggung%20jawab, diakses pada tanggal 26 Oktober 2018.
26 Zainudin Alfarisi, http://zaysscremeemo.blogspot.com/2012/06/pengertian- tanggung%20jawab.html, diakses pada 26 Oktober 2018
hak dankewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu dan tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.27 Selain Ridwan Halim,Purbacaraka juga berpendapat bahwa, “tanggung jawab hukum bersumber ataulahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan/atau melaksanakan kewajibannya”. Lebih lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggungjawaban, demikian pula dengan pelaksanaan kekuasaan.28
B. Pengertian risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.29
27 Ridwan Halim, Hukum Administrasi Negara Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 23.
28 Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hal. 37.
29 Skripsi, Ginanjar (Mahasiswa Unikom) “Tinjauan Umum Terhadap Risiko” ,
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/711/jbptunikompp-gdl-ginanjarad-35525-6-unikom_g-i.pdf, diakses pada 11 Oktober 2018 pukul 19.49 WIB
Risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak. Misalkan barang yang diperjual belikan musnah di perjalanan karena perahu yang mengangkutnya karam. Dari contoh peristiwa tersebut dapat dilihat bahwa persoalan risiko itu berpokok pangkal pada terjadinya perjanjian. Dengan kata lain berpokok pangkal pada kejadian yang dalam hukum perjanjian dinamakan keadaan memaksa. Persoalan risiko adalah buntut dari suatu keadaan memaksa, sebagaimana ganti rugi adalah buntut dari wanprestasi.30 Risiko pada perjanjian sepihak telah diatur dalam Pasal 1237 KUHPerdata. Pasal 1237 KUHPerdata: “Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang itu menjadi tanggungan kreditur sejak perikatan lahir. Jika debitur lalai untuk menyerahkan barang yang bersangkutan, maka barang itu, semenjak perikatan dilakukan, menjadi tanggungannya.”
3. Tinjauan umum wanprestasi
Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk. Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam, yaitu tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikan, melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat, dan melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
30 Subekti, R dan R.Tjitrosudibio, Kitab UndangUndang Hukum Perdata Cetakan ke-39, Op. Cit., hal. 59.
Wanprestasi menurut Abdul Kadir Muhamad mempunyai arti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian.31
Wanprestasi menurut J. Satrio, wanprestasi mempunyai arti bahwa debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersilahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debitur wanprestasi.
Dua pengertian di atas, maka secara umum wanprestasi berarti pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Misalnya seorang debitur disebutkan dalam keadaan wanprestasi perjanjian telah terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut yang sepatutnya.
Wanprestasi terdapat dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: “penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.32
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan perjanjian, peralihak risiko, maupun membayar biaya perkara.
Sebagai contoh seorang debitur dituduh melakukan perbuatan melawan hukum,
31 J. Satrio. 1999. Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya. Bandung: Penerbit Alumni.
hal. 83
32 Ahmadi Miru, Sakka Pati, Op,cit. hal. 12
lalai atau secara sengaja tidak melaksanakan prestasi sesuai yang telah disepakati dalam perjanjian. Jika terbukti, maka debitur harus mengganti kerugian yang meliputi ganti rugi, bunga dan biaya perkaranya. Namun, debitur bisa saja membela diri dengan alasan keadaan memaksa (overmacht/force majeure), kelalaian kreditur sendiri atau kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. Untuk hal yang demikian debitur tidak harus mengganti kerugian. Oleh karena itu, sebaiknya dalam setiap perjanjian harus dicantumkan dengan jelas mengenai risiko, wanprestasi dan keadaan memaksa.
G. Metode Penelitian
Penelitian menurut Soerjono Soekanto adalah usaha untuk menghimpun serta menemukan hubungan-hubungan yang ada antara fakta yang diamati secara seksama, sistematis dan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik tertentu.
Dengan demikian maka suatu kegiatan ilmiah adalah usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten.33
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Kecuali itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.34
Skripsi merampungkan penyajian agar dapat memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah sehingga diperlukan data yang relevan dengan skripsi ini. Dalam
33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cetakan Ketiga, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 3
34 Ibid., hal. 43
upaya pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian diterapkan metode penelitian sebagai berikut :
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penulisan, maka sifat penelitian ini adalah deskriptif yuridis, yaitu suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.35
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah yuridis empiris yaitu suatu metode pendekatan yang dipergunakan untuk memecahkan objek penelitian dengan meneliti data sekunder terhadap data primer di lapangan, karena hukum yang pada kenyataannya dibuat dan ditetapkan oleh manusia yang hidup dalam masyarakat.36 Dalam penelitian ilmu hukum empiris merupakan penelitian atau pengkajian yang sistematis, terkontrol, kritis dan empiris terhadap dugaan-dugaan dan pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku hukum masyarakat yang merupakan fakta sosial. Penelitian ini berbasis pada ilmu hukum normatif, tetapi bukan mengkaji mengenai sistem norma dalam peraturan perundangan, namun mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat. Penelitian ini juga sering disebut sebagai penelitian bekerjanya hukum (law in action).37
35 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 38.
36 Mukti Fajar Nurdewata, Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 43.
37 Ibid., hal. 47.
2. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.38
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan, yaitu :
a. Bahan hukum primer, yaitu : Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Perjanjian Kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : Buku-buku mengenai perjanjian, khususnya perjanjian kerjasama.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu : Pendapat para ahli (doktrin), serta berbagai pengertian berdasarkan riset lapangan yang disampaikan oleh narasumber.
3. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpul data dengan cara sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
38 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 23.
2. Wawancara dengan narasumber, yaitu Maya Dinta Sari (Donor Relation) dari pihak Yayasan Karya Salemba Empat. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
3. Wawancara dengan narasumber, yaitu Iis Rachmawati selaku penerima beasiswa dari Yayasan Karya Salemba Empat. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
4. Analisis data
Di dalam penulisan skripsi ini untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran di lapangan dan studi pustaka (library research) maka hasil penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu merupakan analisis data yang tidak membutuhkan populasi dan sampel dengan berdasarkan kualitas data untuk memperoleh gambaran permasalahan secara mendalam dan komprehensif.
Kemudian selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yakni berpikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sebagai karya ilmiah penelitian ini memiliki sistematika yang teratur dan terperinci di dalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. Untuk lebih memahami dan lebih mudah menelaah pokok bahasan dalam skripsi ini, maka penulis menyusun tulisan ini secara sistematis.
Keseluruhan sistematis ini berupa satu kesatuan yang saling berhubungan antara
yang satu dengan yang lain, dimana di dalamnya terdiri dari 5 (lima) bab yang akan diperinci lagi dalam sub bab, adapun kelima bab itu terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang penulisan pemilihan judul yang dipilih serta hal-hal yang mendorong ketertarikan mengangkat judul yang bersangkutan, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan dilanjutkan dengan keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan pada penelitian ini.
BAB II TINJAUAN KLAUSULA PERJANJIAN KERJASAMA Pada bab ini membahas tentang syarat - syarat sahnya sebuah perjanjian, asas-asas dalam hukum perjanjian, hubungan hukum para pihak, serta akan diuraikan jawaban dari permasalahan pertama mengenai apakah klausula perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk telah memenuhi asas kebebasan berkontrak dan keseimbangan para pihak.
BAB III TANGGUNG JAWAB TERJADINYA RISIKO DALAM PERJANJIAN KERJASAMA
Pada bab ini membahas tentang prinsip tanggung jawab dalam hukum, risiko dalam hukum perjanjian, serta akan di uraikan jawaban dari permasalahan kedua mengenai
tanggung jawab para pihak apabila terjadi risiko dalam perjanjian kerjasama antara Yayasan Karya Salemba Empat dan PT Bank Central Asia Tbk.
BAB IV WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KERJASAMA Pada bab ini diuraikan tentang faktor penyebab terjadinya wanprestasi, akibat-akibat yang timbul dari wanprestasi, serta akan membahas tentang jawaban dari permasalahan ketiga mengenai cara penyelesaian yang dilaksanakan jika salah satu pihak melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kerjasama yang dimaksud.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah bagian terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi ini.
BAB II
TINJAUAN KLAUSULA PERJANJIAN KERJASAMA A. Syarat Sahnya Perjanjian
Sebuah perjanjian yang telah memenuhi syarat dan sah, mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui undang-undang, harus dibuat sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Syarat sahnya suatu perjanjian menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata adalah sepakat mereka yang mengikatkan diri, cakap membuat perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.39
Keempat syarat ini biasa juga disingkat dengan sepakat, cakap, hal tertentu dan sebab yang halal. Dua syarat pertama dari keempat syarat tersebut disebut dengan syarat subjektif, yang apabila tidak terpenuhi dua syarat ini maka konsekuensi hukumnya adalah perjanjian dapat dibatalkan (vernietigebaar).
Artinya bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang telah disepakatinya. Adapun syarat ketiga dan keempat disebut dengan syarat objektif, dimana apabila tidak terjadinya syarat tersebut maka perjanjian batal demi hukum. Artinya perjanjian itu dianggap tidak ada.
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Syarat pertama sahnya suatu kontrak adalah adanya kesepakatan atau konsensus para pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
39 Mohd Syaufi Syamsuddin., Perjanjian-perjanjian Dalam Hubungan Industrial, (Jakarta: Saran Bhakti Persada, 2005), hal. 6.
karena kehendak itu dapat dilihat/diketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan :
a. Bahasa yang sempurna dan tertulis b. Bahasa yang sempurna secara lisan
c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya; dan
e. Diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan
Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna di kala timbul sengketa di kemudian hari.
Menurut Pasal 1321 KUHPerdata, kata sepakat harus diberikan secara bebas, dalam arti tidak ada paksaan, penipuan dan kekhilafan. Masalah lain yang dikenal dalam KUHPerdata yakni yang disebut cacat kehendak (kehendak yang timbul tidak murni dari yang bersangkutan). Tiga unsur cacat kehendak (Pasal 1321 KUHPerdata) :
1) Kekhilafan/kekeliruan/kesesatan/dwaling (Pasal 1322 KUHPerdata) 2) Paksaan/dwang (Pasal 1323-1327 KUHPerdata)
3) Penipuan (Pasal 1328 KUHPerdata)
Perjanjian itu dapat dibatalkan, apabila terjadi ketiga hal tersebut di atas.
Dalam perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalahgunaan keadaan/Undue Influence (KUHPerdata tidak mengenal).
2. Cakap membuat Perjanjian
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang- orang yang cakap dan wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang.40 Menurut KUHPerdata disebutkan adanya 3 (tiga) kelompok orang yang tergolong tidak cakap untuk bertindak di dalam hukum. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini adalah seperti dimaksud dalam Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu :
a. Orang-orang yang belum dewasa
b. Orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan; dan
c. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan undangundang, dan semua orang kepada siapa UU telah melarang membuat perjanjian- perjanjian tertentu.
Khusus untuk golongan ketiga, orang-orang perempuan yang telah bersuami, kenyataannya sekarang ini dalam praktik sudah tidak berlaku lagi. Hal ini dapat dilihat dari sikap Mahkamah Agung (MA) dengan surat edarannya Nomor 03/1963 tanggal 4 Agustus 1963, yang menjelaskan bahwa Pasal 108 dan 110 KUHPerdata tentang wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan menghadap di pengadilan tanpa izin dan bantuan dari suaminya sudah tidak berlaku lagi.
Cakap atau bekwaam menurut hukum adalah orang sudah dewasa, yaitu sudah berumur 21 tahun (Pasal 330 KUHPerdata). Dalam hal ini undang-undang
40 Salim H.S., Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU) (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), Hal. 10.
beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan (perjanjian) apabila ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Jadi, pada prinsipnya semua orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali ia dinyatakan tidak cakap oleh undang-undang.41
3. Suatu hal tertentu
Suatu perjanjian haruslah memiliki objek tertentu sekurang-kurangnya dapat ditentukan jenisnya. KUHPerdata menjelaskan maksud hal tertentudengan memberikan rumusannya dalam Pasal 1333 KUHPerdata. Jika melihat kepada rumusan pasal tersebut, KUHPerdata hanya menekankan pada perikatan untuk menyerahkan sesuatu. Namun jika diperhatikan lebih lanjut, rumusan dari pasal tersebut hendak menegaskan bahwa apapun jenis perikatannya baik itu perikatan untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
KUHPerdata hendak menjelaskan bahwa semua jenis perikatan tersebut pasti melibatkan keberadaan dari suatu kebendaan yang tertentu.42
Kebendaan yang diperjanjikan tersebut harus cukup jelas, ditentukan jenisnya, jumlahnya boleh tidak disebutkan asal dapat dihitung atau ditetapkan.Syarat bahwa kebendaan itu harus dapat ditentukan jenisnya, gunanya untuk menetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak itu apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian.
4. Suatu sebab yang halal
Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian, atau yang mendorong orang untuk membuat suatu perjanjian. Tetapi di dalam Pasal
41 Skripsi “Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian”,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64160/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isA llowed=y, diakses pada 22 Oktober 2018.
42 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 155
1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang halal). Hukum pada dasarnya tidak menghiraukan apa yang ada dalam gagasan atau pemikiran seseorang, yang diperhatikan adalah tindakan yang nyata dan dilakukan dalam masyarakat. Dalam Pasal 1335 KUHPerdata, dijelaskan bahwa yang disebut dengan sebab yang halal adalah :
a. Bukan tanpa sebab;
b. Bukan sebab yang palsu;
c. Bukan sebab yang terlarang.
Di dalam Pasal 1336 KUHPerdata, dapat dilihat bahwa yang diperhatikan oleh undang-undang adalah “isi perjanjian” yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai, apakah bertentangan dengan undang-undang atau tidak, apakah bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau tidak dalam pelaksanaan suatu perjanjian.
Sementara di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya disebutkan causa yang terlarang.Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebab yang halal adalah prestasi yang wajib dilakukan oleh para pihak sebagaimana yang telah diperjanjikan, tanpa adanya prestasi yang telah diperjanjikan untuk dilakukan maka perjanjian tidak akan ada diantara para pihak.43
Akibat hukum dari perjanjian yang berisi sebab yang tidak halal adalah perjanjian itu batal demi hukum.Dengan demikian tidak ada yang menjadi dasar untuk menuntut pemenuhan prestasi karena sejak semula dianggap tidak pernah
43 Ibid., hal. 164
ada perjanjian.Dan begitu pula sebaliknya apabila perjanjian itu tanpa sebab maka perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.44
B. Asas – Asas dalam Hukum Perjanjian
Asas-asas dalam perjanjian merupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang masih bersifat abstrak atau dapat dikatakan bahwa asas dalam perjanjian merupakan dasar yang melatarbelakangi suatu peraturan yang bersifat konkret dan bagaimana perjanjian itu dibentuk dan dilaksanakan.
Menurut Rutten, asas-asas hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata ada 3 (tiga), yaitu :
1. Asas konsensualisme, bahwa perjanjian yang dibuat itu pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensual, artinya perjanjian itu selesai karena persetujuan kehendak atau konsensus semata-mata.
2. Asas kekuatan mengikat dari perjanjian, bahwa pihak-pihak harus memenuhi apa yang telah diperjanjikan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata; bahwa perjanjian berlaku sebagai undang – undang bagi para pihak yang membuatnya.
3. Asas kebebasan berkontrak, dalam hal ini orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat-syarat perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang- undang mana yang akan dipakai untuk perjanjian itu.45
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, sistem hukum kontrak memiliki sejumlah asas umum sebagai berikut :
44 Abdulkadir Muhammad, op. cit., hal. 96.
45 Purwahid Patrik, Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 1986, hal. 3.