• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Faktor Internal

Kendala yang PT. BPR Aditama Arta hadapi dalam perjanjian kredit selama Pandemi COVID-19 adalah ketidaktahuan debitur akan restrukturisasi kredit saat Pandemi COVID-19. Minimnya pengetahuan debitur akan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019

mengakibatkan meningkatnya kredit bermasalah pada PT. BPR Aditama Arta. Oleh karena itu, PT. BPR Aditama Arta melakukan sosialisasi kepada setiap debitur yang kurang mengetahui tentang restrukturisasi kredit. Ketidakadaan akses daring pada PT. BPR Aditama Arta menyebabkan sosialisasi mengenai restrukturisasi kredit saat Pandemi COVID-19 dilakukan secara satu persatu.

2. Faktor Eksternal

Kendala eksternal yang PT. BPR Aditama Arta alami yaitu terjadi benturan dengan bank lain terkait dengan debitur yang mengalami kredit bermasalah. Terdapat debitur PT. BPR Aditama Arta yang saat dilakukan analisa ulang, pada SLIK debitur tersebut tercatat sebagai kredit bermasalah

pada bank lain. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi kreditur terhadap debitur dalam melakukan pembayaran kembali. Upaya penyelesaian yang dapat PT. BPR Aditama Arta lakukan ialah melakukan restrukturisasi pada kredit debitur yang tergolong bermasalah tersebut.

D. Upaya penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit

Merebaknya COVID-19 di Indonesia telah memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya yaitu aspek ekonomi dimana telah terjadi penurunan kemampuan ekonomi akibat adanya penurunan pendapatan karena sepinya konsumen, akibat berhentinya usahanya karena adanya kebijakan PSBB, atau akibat pemberhentian sementara/PHK, sehingga adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan ekonomi seseorang banyak mempengaruhi pelaksanaan perjanjian bagi seseorang.143 Sehingga hal ini dapat mengakibatkan lonjakan terjadinya kredit bemasalah.

Kredit bermasalah pada mulanya diawali terjadinya wanprestasi (ingkar janji), dimana debitur tidak mau atau tidak mampu memenuhi janji yang telah dibuatnya dalam Perjanjian Kredit. Wanprestasi dianggap sebagai suatu kegagalan untuk melaksanakan janji yang telah disepakati disebabkan debitur tidak melaksanakan kewajiban tanpa alasan yang dapat diterima oleh hukum.

Atau dapat juga dikatakan debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, tidak tunai memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, atau keliru memenuhi prestasi.144

143 Aminah, Pengaruh Pandemi COVID-19 Pada Pelaksanaan Perjanjian, Diponegoro Private Law Review, Vol. 7, No. 1, Februari 2020, h. 656

144 Iswi Hariyani, Op.cit., h. 70

87

Pemerintah dalam rangka mengatasi kesulitan pelaksanaan perjanjian telah melakukan penanggulangan bencana dengan mengeluarkan peraturan terbaru yakni Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 saat Pandemi COVID-19 berlangsung.145 Peraturan ini dibuat untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah kredit bermasalah selama pandemi berlangsung. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, PT. BPR Aditama Arta menerapkan peraturan tersebut dan membuat pedoman dan kebijakan dampak penyebaran COVID-19.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 menjelaskan bahwa penetapan kualitas asset kredit pada BPR bagi debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah adalah dengan plafon paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang dilihat pada ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga atau margin/bagi hasil/ujrah. Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019, debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah adalah :

145 Aminah, Op.cit., h. 654

“Debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur atau usaha debitur terdampak dari penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) baik secara langsung ataupun tidak langsung pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.”

Debitur PT. BPR Aditama Arta tidak jarang melakukan wanprestasi perjanjian kredit. Debitur pada PT. PBR Aditama Arta dapat dikatakan wanprestasi perjanjian kredit apabila debitur tersebut melakukan satu atau lebih kejadian sebagaimana telah diatur dalam Pasal 14 Perjanjian Kredit.

Debitur yang melakukan wanprestasi saat pandemi COVID-19 berlangsung tidak ada yang menyelesaikan perselisihan melalui pengadilan. Debitur yang wanprestasi akan diberikan surat teguran oleh kreditur setelah melewati batas pembayaran.

PT. BPR Aditama Arta telah memberikan surat teguran kepada debitur yang lalai dan/atau tidak melakukan pembayaran sehingga kreditnya menunggak baik pokok maupun bunganya lebih dari 1 (satu) hari. PT. BPR Aditama Arta dapat mengeluarkan surat teguran paling banyak 3 kali kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi perjanjian kredit. Terhadap debitur PT. BPR Aditama Arta yang tercatat melakukan wanprestasi perjanjian kredit bulan Maret 2020 sampai bulan Oktober 2020 seluruhnya telah mendapatkan surat teguran yakni sebagai berikut:

Tabel 5

Jumlah surat peringatan yang diterima debitur PT. BPR Aditama Arta

n = 35

No. PILIHAN HASIL Persentase

89

1. 1 kali 20 57.1%

2. 2 kali 14 40%

3. 3 kali 1 2.9%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa debitur PT. BPR Aditama Arta yang mendapat surat teguran 1 kali sebanyak 20 debitur. Debitur yang mendapat surat teguran 2 kali sebanyak 13 debitur dan yang menerima surat teguran 3 kali sebanyak 1 debitur.

Pihak PT. BPR Aditama Arta memberikan surat peringatan kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi paling banyak 3 (tiga) kali secara tertulis. Dalam surat peringatan tersebut termuat jumlah sisa baki debet, tunggakan kredit, dan batas waktu pembayaran tunggakan tersebut. Dengan surat peringatan tersebut, debitur diminta untuk memenuhi angsuran sesuai dengan yang telah diperjanjikan.146

Surat peringatan pertama pertama akan diberikan kepada debitur apabila ia sudah melewati tanggal batas bayar sebanyak 1 (satu) hari. Kreditur akan memperpanjang batas waktu pembayaran sebanyak 14 hari dari tanggal tenggat waktu sebelum surat peringatan pertma diberikan. Debitur yang belum membayar kredit maka kreditur akan memberikan surat peringatan kedua kepada debitur untuk melakukan pembayaran dengan memperpanjang

146 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

waktu pembayaran sebanyak 14 hari dimulai dari waktu yang telah ditetapkan pada surat peringatan pertama. Setelah diberikan surat perigatan namun debitur tersebut belum membayar juga maka akan diberikan surat peringatan ketiga yang berisikan perpanjangan waktu sebanyak 14 hari dihituk mulai dari batas akhir pembayaran pada surat peringatan kedua.147

Kunjungan ke debitur yang melewati batas tanggal pembayaran dilakukan sebelum PT. BPR Aditama Arta memberikan surat peringatan. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi yang debitur alami. Kemudian, si debitur akan dimintai komitmen untuk melunasi sisa kredit.148

Debitur PT. BPR Aditama Arta yang telah ditetapkan melakukan wanprestasi dapat diselesaikan dengan 2 cara yaitu penyelamatan dan penyelesaian kredit. Penyelamatan dan penyelesaian kredit akan dilakukan pihak BPR apabila terjadi kredit bermasalah. Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut diharapkan debitur dapat memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit itu. Pengertian penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum seperti Pengadilan atau Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara atau badan lainnya dikarenakan langkah penyelamatan sudah tidak dimungkinkan kembali.

147 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

148 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

91

Tujuan penyelesaian kredit melalui lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan.149

Upaya yang dapat dilakukan PT. BPR Aditama Arta terhadap debitur yang telah melakukan wanprestasi perjanjian kredit pada bulan Maret 2020 sampai Oktober 2020 adalah Restrukturisasi Kredit. Restrukturisasi kredit bermasalah adalah suatu upaya penyelamatan kredit perbankan dan juga upaya menyehatkan kembali keuangan nasabah peminjam termasuk penyehatan asset bank sehingga dengan lancarnya kembali pembayaran kredit oleh nasabah peminjam maka akan tercipta suatu penyelamatan dan penyehatan di kedua sisi yaitu bank selaku kreditur dari segi penyelamatan kredit dan penyehatan asset bank dan dari sisi nasabah peminjam penyehatan kembali kelangsungan usahanya sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.150

Pemberian restrukturisasi kredit pada PT. BPR Aditama Arta selama bulan Maret 2020 sampai Oktober 2020 diberikan kepada debitur yang menerima restrukturisasi kredit adalah debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah. Dimana debitur tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pada bank karena debitur atau usaha debitur terdampak dari penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) baik secara langsung ataupun tidak langsung pada sektor ekonomi. Hal ini bersesuaian dengan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020

149 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta 2009), h. 265-266

150 Johannes Ibrahim, Aneka Jenis Perjanjian Kredit Perbankan, (Surabaya : Mitra Ilmu, 2010), h. 69

tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Akan tetapi, POJK tersebut tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi yang tercantum pada penjelasan Pasal 2 ayat (1) tersebut seperti pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan, hal ini juga belaku bagi sektor ekonomi lain sepanjang bank dapat meyakini bahwa debitur tersebut terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) (assestmen bank). Debitur pada tabel tersebut menerima restrukturisasi kredit karena debitur tersebut terdampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) dimana debitur tersebut mengalami penurunan pendapatan yang disebabkan usaha tidak bisa berjalan, usaha sementara dihentikan, usaha tidak berjalan seperti biasanya/sepi,dan sistem penggajian bulanan dipotong.

Debitur yang telah menerima restrukturisasi kredit berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019, kualitas kredit yang direstrukturisasi ditetapkan lancar sejak dilakukan restrukturisasi. Pemberian restrukturisasi kredit atau pembiayaan dilakukan terhadap seluruh kredit yang diberikan kepada debitur yang terkena dampak tanpa batasan plafon.151

Berikut adalah tabel kualitas kredit debitur yang mendapat restrukturisasi dari bulan Maret 2020 sampai bulan Oktober 2020 sebelum ditetapkan lancar:

151 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

93

Tabel 6

Kualitas kredit sebelum di restrukturisasi pada PT. BPR Aditama Arta

n = 43 No. Kualitas Kredit Frekuensi

1. Lancar 4

2. Dalam Perhatian Khusus 11

3. Kurang Lancar 26

4. Diragukan 1

5. Macet 1

Jumlah 43

Sumber : Data Primer

Penetapan kualitas kredit menjadi lancar tersebut dapat dilakukan terhadap kredit yang diberikan sebelum maupun sesudah debitur terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19). Hal tersebut sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019.

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 penetapan kualitas kredit menjadi lancar setelah dilakukan restrukturisasi berlaku hingga bulan Maret 2021.

Salah satu atau lebih upaya restrukturisasi kredit yang dilakukan apabila terjadi wanprestasi perjanjian kredit pada PT. BPR Aditama Arta ialah:

1. penjadwalan kembali (rescheduling)

Usaha penyelamatan/penyehatan kembali kredit bermasalah dengan cara merubah persyaratan kredit yang menyangkut jadwal pembayaran kembali kredit dan/atau jangka waktu kredit termasuk perubahan masa tenggang waktu (grace periode). Untuk kredit dengan syarat angsuran, rescheduling tersebut dapat merubah besarnya angsuran pinjaman. Perpanjangan jangka waktu kredit maksimal 1 (satu) tahun atau satu kali perpanjangan, dan setelah jatuh tempo kredit tersebut harus dilunasi

2. persyaratan kembali (reconditioning)

Usaha penyelamatan/penyehatan kembali kredit bermasalah dengan cara merubah sebagian atau seluruh persyaratan kredit sepanjang tidak menyangkut perubahan plafond kredit.

3. penataan kembali (restructuring).

Usaha penyelamatan/penyehatan kembali kredit bermasalah dengan cara penataan kembali struktur fasilitas kredit, untuk menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan keuangan/cash flow debitur, tindakan restructuring dapat berupa:

1. penambahan plafond kredit

2. konversi tunggakan bunga maksimal (tiga bulan) menjadi pokok kredit baru. Sisa tunggakan bunga dibukukan secara Extra Comptable pada Rekening Administratif.

95

3. Konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi penyertaan bank dalam perusahaan milik debitur, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan/atau perubahan persyaratan lainnya.

Menurut hasil kuesioner terhadap debitur PT. BPR Aditama Arta yang telah melakukan wanprestasi dan telah direstrukturisasi mulai bulan Maret 2020 sampai bulan Oktober 2020, bentuk upaya penyelamatan kredit yang diberikan oleh PT. BPR Aditama Arta yakni:

Tabel 7

Jenis Restrukturisasi pada PT. BPR Aditama Arta

n = 35 No. Jenis Restrukturisasi Frekuensi Persentase 1. Penjadwalan Kembali

(rescheduling)

35 100%

2. Persyaratan Kembali (reconditioning)

0 0%

3. Penataan Kembali

(restructuring)

0 0%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, bentuk penyelamatan kredit yang PT. BPR Aditama Arta berikan adalah Penjadwalan Kembali (rescheduling). PT. BPR Aditama Arta memberikan perpanjangan waktu kepada debitur dengan kisaran 3 bulan sampai 6 bulan kepada debitur yang telah dianalisis kembali.152

152 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

Bentuk penyelamatan kredit diatas akan diberikan kepada debitur setelah PT. BPR Aditama Arta melakukan analisa kredit kembali terhadap debitur tersebut. Sebelum melakukan analisis kredit kembali, debitur yang membutuhkan restrukturisasi kredit wajib mengajukan permohonan kredit secara tertulis terlebih dahulu namun beberapa debitur pada PT. BPR Aditama Arta tidak seluruhnya mengetahui cara mengajukan permohonan restrukturisasi secara langsung. Hal ini disebabkan karena debitur kurang mengetahui jenis penyelamatan kredit yang ada pada PT. BPR Aditama Arta.

Oleh karena itu, terkadang pihak PT. BPR Aditama Arta melakukan penawaran kepada debitur untuk mengajukan upaya restrukturisasi kredit.

Pengajuan permohonan restrukturisasi harus di lengkapi berapa dokumen seperti formulir surat pernyataan dan pengajuan restrukturisasi kredit debitur dampak COVID-19, fotocopy KTP, dan foto jaminan. Debitur yang mengajukan permohonan restrukturisasi kredit berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019 harus bersedia untuk di survei ulang oleh petugas bank

untuk meyakinkan bahwa benar usaha debitur terdampak penyebaran COVID-19 secara langsung atau tidak langsung.

Analisis yang dilakukan oleh PT. BPR Aditama Arta dapat terjadi apabila debitur telah mengajukan permohonan pengajuan restrukturisasi secara tertulis. Setelah debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kredit maka pihak PT. BPR Aditama Arta akan mengunjungi kediaman maupun tempat usaha debitur dengan tujuan untuk melihat prospek usaha untuk

97

mengetahui kemampuan membayar debitur dalam hal pembayaran kewajibannya perbulan. Analisis tersebut dapat dibuktikan dengan adanya laporan keuangan pendapatan perhari maupun perbulan dari debitur tersebut dan hasil penelitian pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) debitur tersebut. Selain itu, pihak PT. BPR Aditama Arta melakukan penilaian terhadap penyesuaian jumlah kredit yang diajukan pemohon dengan usaha atau proyek yang dibiayai. Analisis yang dilakukan mencakup atas prinsip 5C yaitu watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), agunan (collateral) dan prospek usaha Debitur (condition of economy) dan penelitian terhadap sumber pelunasan kredit baik sumber tersebut berasal dari hasil usaha yang dibiayai oleh PT. BPR Aditama Arta maupun hasil usaha debitur tersebut.153

Analisis yang telah dilakukan kemudian ditulis berdasarkan dengan hasil yang telah ditemukan. Setelah itu bagian kredit pada PT. BPR Aditama Arta akan mengeluarkan rekomendasi persetujuan restrukturisasi yang berisi kesimpulan atas analisis yang telah dilakukan dan alasan restrukturisasi dapat diberikan kepada debitur tersebut. Kemudian akan dilakukan pertimbangan oleh Tim/Komite kredit. Yang termasuk dalam Tim/Komite Kredit ialah marketing kredit, kepala bagian kredit, dan Direktur yang membawahi kredit.

Oleh Tim/Komite Kredit ini yang akan menentukan apakah restrukturisasi kredit dapat diberikan kepada debitur yang telah mengajukan permohonan restrukturisasi tersebut. 154

153 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

154 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

Pemberian persetujuan restrukturisasi yang dilakukan haruslah berdasarkan analisis dan isi rekomendasi persetujuan restrukturisasi yang telah dilakukan sebelumnya apabila persetujuan restrukturisasi terdapat perbedaan dengan isi rekomendasi persetujuan restrukturisasi maka harus dijelaskan secara tertulis. Setelah permohonan restrukturisasi tersebut disetujui, akan dilakukan pengikatan dalam perjanjian restrukturisasi dengan cara memanggil debitur untuk menandatangani perjanjian restrukturisasi. Dan perjanjian tersebut akan dibuat rangkap 2 (dua) dimana salah satunya diberikan kepada debitur yang bersangkutan.

Restrukturisasi kredit yang biasanya diterima oleh debitur adalah perpanjangan waktu masa pembayaran angsuran. Debitur yang dianggap tidak mampu melakukan hal tersebut sesuai dengan analisis yang telah dilakukan maka debitur hanya akan membayar bunga. Jangka waktu yang diberikan biasanya 6 bulan, apabila setelah 6 bulan dilakukan analisa ulang debitur dirasa sudah stabil usahanya, maka debitur tersebut akan membayar sisa baki debet serti biayanya yakni membayar pokok dan bunga. 155

155 Wawancara dengan Harmanista Sebayang, Kepala Bagian Kredit PT. BPR Aditama Arta, Bekasi, tanggal 27 November 2020

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. BPR Aditama Arta, adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan atas permasalahan yang terkait dengan penelitian penulis, yaitu sebagai berikut:

1. Mekanisme pemberian kredit pada PT. BPR Aditama Arta yaitu debitur mengajukan permohonan kredit secara tertulis. Permohonan kredit tersebut harus dilengkapi beberapa dokumen terkait informasi tentang debitur, keuangan debitur, dan agunan. Setelah itu, pihak kreditur akan menganalisis permohonan tersebut. Kemudian, kreditur akan mengeluarkan rekomendasi kredit secara tertulis sesuai dengan hasil analisis kredit.

Permohonan kredit debitur yang telah disetujui oleh Tim/Komite Kredit akan diadakan perjanjian kredit bersama kreditur. Setelah dilakukan perjanjian kredit,kreditur akan melakukan pencairan kredit sesuai yang tercantum dalam perjanjian kredit.

2. Faktor penyebab terjadinya wanprestasi perjanjian kredit pada PT. BPR Aditama Arta yakni turunnya nilai usaha debitur dan terkena dampak pembaharuan kebijakan pemerintah setempat. Turunnya nilai usaha debitur dapat terjadi karena usaha tidak bisa berjalan, usaha sementara diberhentikan, dan sistem penggajian bulanan dipotong. Dampak pembaharuan kebijakan pemerintah setempat yang dialami oleh debitur seperti keterlambatan menerima gaji.

3. Upaya PT. BPR Aditama Arta dalam menyelesaikan wanprestasi terhadap perjanjian kredit selama Pandemi COVID-19 yakni dengan restrukturisasi.

Debitur dapat memperoleh restrukturisasi dengan mengajukan permohonan restrukturisasi beserta alasan mengajukan permohonan tersebut.

Restrukturisasi yang dilakukan oleh PT. BPR Aditama Arta adalah pengurangan tunggakan pokok dimana debitur hanya membayar bunga hingga masa berlaku restrukturisasi yang diberikan. Kolektibilitas kredit debitur hingga masa berlaku restrukturisasi yang diberikan adalah lancar.

B. Saran

1. Hendaknya kreditur tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit kepada debitur. Hal ini untuk meminimalisir meningkatnya kredit bermasalah yang terjadi dikemudian hari.

2. Debitur PT. BPR Aditama Arta sebaiknya lebih aktif berkomunikasi kepada kreditur ketika terdapat hambatan dalam memenuhi kewajibannya.

Sehingga ketika terdapat hambatan dapat segera menentukan solusi yang dapat menguntungkan keduabelah pihak.

3. PT. BPR Aditama Arta harus lebih menggiatkan sosialisasi terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Hal ini bertujuan untuk tidak menimbulkan presepsi lain di benak debitur sehingga peraturan ini dapat terselenggara dengan baik sesuai dengan tujuan diterbitkannya POJK ini.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, H. Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Sinar Grafika Antasari, Rina, Fauziah. 2018. Hukum Bisnis. Malang. Setara Press.

Arrisman. 2020. Hukum Perikatan Perdata dan Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta. Tampuniak Mustika Edukarya

Asmara P., I Ketut Artadi dan I Dw. Nym. Rai. 2010. Implementasi Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak. Denpasar. Udayana University Pers

Baros, Wan Sadjaruddin. 1992. Beberapa Sendi Hukum Perikatan. Medan.

USU Press

Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung.

Alumni.

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Perkreditan. Bandung. Alfabeta Harahap, M. Yahya. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung.

Alumni.

Hariyani, Iswi. 2017. Perjanjian Kredit & Penyelesaian Piutang Macet.

Surabaya. Give Me Colours.

Hariyani, Iswi, Cita Yustisia Serfiyani, R. Serfianto D. Purnomo. 2018.

Hak Kekayaan Intelektual Jaminan Kredit. Yogyakarta. ANDI.

Ibrahim, Johannes, Aneka Jenis Perjanjian Kredit Perbankan. Surabaya.

Mitra Ilmu.

Khairandy, Ridwan. 2013. Hukum Kontrak Indonesia Dalam prespektif Perbandingan. Yogyakarta. FH UII Press.

Latumaerissa, Julius R. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta.

Salemba Empat.

Miru, Ahmadi. 2007. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. Jakarta. PT.

RajaGrafindo Persada.

Muljono, Teguh Pudjo. 1990. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersiil. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Nopriansyah, Waldi. 2019. Hukum Bisnis Indonesia Dilengkapi dengan

Parera, Agoes. 2018. Hukum Bisnis. Jakarta. Bintang Nugrah Press.

Salim H.S, 2011. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyususnan Kontrak.

Jakarta. Sinar Grafika.

Saleh, H. Muhamad. 2016. Kepastian Hukum dalam Penyelesaian Kredit.

Macet melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan. Jakarta. Prenadamedia Group.

Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta. Mitra Wacana Media.

Sardjono, Agus, Yetty Komalasari, Rosewitha Irawaty, Togi Pangaribuan.

2016. Pengantar Hukum Dagang. Jakarta. Rajawali.

Satrio, J. 1995. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian.

Bandung. Citra Aditya Bhakti.

Setiawan, R. 2007. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Bandung. Putra Abardin

Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta. Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta.

Universitas Indonesia (UI-Press).

Subekti. 2004. Hukum Perjanjian, Jakarta. Intermasa.

Sunggono, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta.

RadjaGrafindo Persada.

Supramono, Gatot. 2014. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta. Rineka Cipta.

Untung, H. Budi. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta. Andi.

Sutarno. 2009. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank. Bandung.

Sutarno. 2009. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank. Bandung.