• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan dalam Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam Pembangunan

INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM

D. Hambatan dalam Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam Pembangunan

Infrastruktur Pekerjaan Umum

Hukum investasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum pajak. Pada prinsipnya setiap investor yang menanamkan investasinya di Indonesia harus membayar pajak, sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Namun demikian investor juga dapat diberikan keringanan didalam pembayaran pajak bahkan para investor dibebaskan dari pembayaran pajak. Dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanam modal dimana diantara fasilitas tersebut salah satunya adalah pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu. Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara

berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum.79

Berbagai strategi untuk mengundang investor asing telah dilakukan. Hal ini didukung oleh arah kebijakan ekonomi dalam TAP MPR RI Nomor IV/MPR/1999 salah satu kebijakan ekonomi tersebut adalah mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan insentif yang dilakukan secara transparan dan diatur dengan undang-undang.

Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidang- bidang usaha yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan haya itu seringkali suatu negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.

80

pada tanggal 17 Oktober 2015.

80

Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan penghasilan devisa dan mampu menghemat devisa, oleh karena itu usaha-usaha di bidang tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang lain yaitu agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia81

Sejak terjadi reformasi jumlah investasi baik domestik maupun asing mengalami penurunan yang sangat drastis sedangkan sebelum reformasi jumlah investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

.

82

Salah satunya adalah kesulitan memperoleh bahan baku dimana dalam faktor lingkungan bisnis baik nasional, regional dan global yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang diberikan pemerintah. Selain itu dalam hal pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku investasi disebabkan oleh beberapa masalah hukum diantaranya adalah adanya peraturan daerah, keputusan menteri maupun undang- undang yang turut mendistorsi kegiatan investasi dalam hal pemberian keringanan bea masuk dalam bidang pekerjan umum. Setidaknya BKPM telah mengumpulkan beberapa Perda berdasarkan kajian potensial menghambat pemberian keringanan bea masuk bahan baku investasi dalam bidang pekerjaan umum selain itu juga hambatan tersebut ditemukan dikarenakan tidak seimbangnya harmonisasi tarif pajak.83

81 82 Salim HS, Op.Cit, hlm. 3. 83 Ibid., hlm. 5.

Jangka waktu yang ditentukan dalam keringanan bea masuk bahan baku investasi menjadi salah satu hambatan yang ditemukan. Dalam hal pemeriksaan pabean diperlukam waktu 5 (lima) hari untuk pemeriksaan barang impor dan 4 (empat) hari untuk ekspor. Adapun pembayaran tidak resmi untuk mendapatkan izin pabean atas ekspedisi sebesar 2,3%. Waktu bdan biaya pengembalian pajak bulanan rata-rata 45 hari. Waktu dan pengembalian pajak lainnya adalah 5 bulan dengan tingkat pengembalian 87%. Selain itu adanya ekonomi yang tinggi dimana biaya tinggi ini karena akumulasi dari panjangnya prosedur dan birokrasi. Menurut Mudrajad Kuncoro menyatakan bahwa hambatan yang dirasakan dalam hal pemberian keringanan bea masuk bahan baku investasi dalam bidang pekerjaan umum adalah:

1. Pungli, perizinan dari pemerintah pusat, peraturan daerah, dan kenaikan tarif baik itu bahan bakar maupun listrik yang menyebabkan pemberian keringanan bea masuk bahan baku investasi mengalami proses yang cukup panjang dan rumit.

2. Peraturan dalam bentuk Perda merupakan peraturan yang paling banyak dikeluarkan, karena mencapai 90,1% dari seluruh peraturan di daerah. Dari seluruh Perda yang telah terbit Perda yang tidak bernasalah hanya 27%. Alasan pembatalan Perda oleh pemerintah pusat karena bertentangan dengan kepentingan publik, bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, menghalangi aliran barang dan jasa dan duplikasi pajak/retribusi sehingga pemberian keringanan bea masuk bahan baku investasi bukanlah menjadi

prioritas utama dalam meningkatkan daya tarik para investor dalam menanamkan modalnya khususnya dalam bidang pekerjaan umum.84

Hambatan penerapan pemberian insentif berupa keringanan bea masuk bahan baku bagi kegiatan investasi adalah tidak adanya payung hukum berupa perundang-undangan, oleh sebab itu pemerintah berencana memperkuat payung hukum terkait pemberian fasilitas keringanan tersebut sebagai bagian dari upaya

menarik sebanyak mungkin investor menanamkan sahamnya di Indonesia.85 Pola kebijakan penanaman modal asing secara langsung dari suatu negara tuan

rumah tergantung pada faktor perkembangan sosial polotik dan ekonomi nasional dan intrernasional. Suatu kebijakan yang sangat terbuka mulanya

diterapkan untuk menciptakan keadaan yang menyenangkan bagi investor asing agar tertarik menanamkan modalnya dan selanjutnya secara lambat laun kebijakan akan berubah kearah yang lebih reskriktif berbagai kemudahan bagi investor asing perlahan-perlahan di cabut dan digantikan dengan sejumlah pembatasan bagi investor dan kegiatan investor asing.86

Peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan maupun bea cukai dan transaksi penanaman modal asing khususnya PMN merupakan suatu hambatan dan permasalahan yang gawat. Pada dasarnya hukum pajak memberi perlakuan yang sama pada wajib pajak, baik itu perusahaan modal asing maupun perusahaan dalam negeri. Namun pendapatan PMN cabang untuk kepentingan negara penerima modal menghadapi persoalan-persoalan. Barang-barang dan jasa-

84

Mudrajad Kuncoro, Op.Cit, hlm. 6.

86

Stefan H. Robock dan Kenneth Simmonds, Internasional Business and Multinational Enterprises (Ilionis: Richard D. Irwin, Ilionis, 1989) hlm. 298.

jasa yang dipertukarkan antar unit-unit cabang perusahaan PMN dapat ditetapkan dengan harga arbiter sehingga mengakibatkan keuntungan perusahaan cabang di suatu negara dapat dimanipulasikan menjadi terlalu tinggi atau sebaliknya terlalu rendah sehingga membawa konsekuensi penggeseran kena pajak dan memperbesar laba kepada perusahaan induknya.87

Sistem pengenaan pajak di Indonesia didasarkan pada laporan keuangan perusahaan. Dalam perkembangan selanjutnya, inspkesi pajak menggunakan berbagai cara untuk menetapkan perkiraan harga produksi dari PMA cabang atau tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, digunakan biaya dasar ditambah dengan keuntungan yang wajar atau penghasilan yang wajar. Dalam bidang pekerjaan umum kegiatan dan penghasilan yang diperoleh dapat berasal dari berbagai yuridiksi pajak yang berbeda-beda, maka kementerian pekerjaan umum dalam mengaplikasikan suatu perusahaan cabangnya mungkin akan kena pajak ganda yaitu di negara tempat kegiatan operasional. Untuk menghindari hal tersebut biasanya kementerian pekerjaan umum mengadakan perjanjian penghindaran pajak ganda.88

Penerbitan peraturan pelaksanaan yang terlambat tidak di awal tahun anggaran. Beberapa industri yang tidak bisa berhenti berproduksi sehingga terpaksa mengimpor bahan baku dengan membayar bea masuk di awal tahun untuk kelangsungan proses produksinya misalnya seperti dalam bidang penyediaan sumber daya air dalam bidang pekerjaan umum. Kendala lain yang dihadapi selama ini dalam pelaksanaan pemberian fasilitas keringanan bea masuk

87

Sumantoro, Op. Cit., hlm. 47. 88

bahan baku investasi bidang pekerjaan umum adalah keterlambatan penerbitan Peraturan Menteri Keuangan induk dan Peraturan Menteri Keuangan persektor. Dengan adanya keterlambatan ini menyebabkan terjadi keterlambatan pula penyusunan draft Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai bagi para investor untuk mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk tersebut setelah Peraturan Menteri Keuangan induk dan Peraturan Menteri Keuangan persektor terbit.

BAB V