• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelemahan dan Kelebihan Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam

INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM

C. Kelemahan dan Kelebihan Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam

Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

Insentif pajak yang diterapkan pada suatu negara berupa penurunan tarif pajak penghasilan badan untuk aktifitas atau jenis usaha tertentu, pembebasan pajak, kredit atau keringanan pajak untuk barang modal dalam rangka investasi, penyusutan dipercepat untuk barang modal, pengakuan biaya yang lebih besar

66

Keputusan Direktur Jendral Bea dan Cukai tentang Tata Cara Pemberian Keringanan Bea Masuk Oleh Industri/Industri Jasa Yang Melakukan Pembangunan/Pengembangan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000 Pasal 1 ayat 1.

dari biaya sebenarnya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan, penurunan tarif witholding tax atas laba yang dikirimkan kembali ke negara asal, penurunan pajak penghasilan orang pribadi dan/atau tunjangan untuk pegawai, pengecualian atau penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan (PPn), penurunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta pemberian keringanan atau penurunan Bea Masuk dan Cukai.67

Penanaman modal yang memperoleh fasilitas diharuskan memenuhi salah satu kriteria berikut ini:

Pemerintah telah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia. Hal tersebut diatur di dalam Pasal 18 UU Penanaman Modal. Fasilitas penanaman modal yang diberikan pemerintah dapat diberikan kepada kegiatan penanaman modal yang melakukan perluasan usaha dan melakukan penanaman modal baru.

68

1. Menyerap banyak tenaga kerja. 2. Termasuk skala prioritas tinggi. 3. Termasuk pembangunan infrastruktur. 4. Melakukan alih teknologi.

5. Melakukan industri pionir.

6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu.

7. Menjaga kelestarian lingkungan.

8. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi.

67

Salim HS dan Budi Sutrismo, Op. Cit., hlm. 292. 68

9. Bermitra dengan usaha mikro kecil, menengah atau koperasi.

10. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang di produksi di dalam negeri.

Pasal 18 ayat 3 huruf e menjelaskan pengertian industri pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Penetapan besarnya insentif merupakan salah satu pertimbangan perizinan penanaman modal asing di Indonesia. Pemberian insentif merupakan beban biaya bagi pemerintah negara dari penghasilan pajak dan dari peningkatan biaya pembangunan yang harus ditanggung negara.69 Adapun beberapa kelemahan yang ditemukan dalam insentif pajak yang salah satunya memuat fasilitas keringanan atau penurunan bea masuk dan cukai adalah sebagai berikut:70

1. Insentif pajak berpotensi dalam menciptakan adanya korupsi.

Pemberian insentif pajak merupakan suatu kebijakan yang tidak berlaku untuk semua sektor usaha Wajib Pajak. Dalam menentukan sektor usaha yang diberikan insentif sangat tergantung kepada pejabat yang berkuasa pada periode tersebut. Pengalaman kebijakan insentif di Indonesia pada tahun 1996 membuktikan bahwa insentif pajak diberikan tidak transparan dan hanya kepada pengusaha yang mempunyai hubungan yang kuat kepada penguasa. 2. Insentif pajak menyebabkan ketidakadilan.

Pemberian insentif pajak tidak diberlakukan kepada semua Wajib Pajak,

69

Sumantoro, Op. Cit, hlm.41. 70

sehingga Wajib Pajak yang tidak menikmati insentif merasa diperlakukan tidak adil.

3. Insentif pajak menyebabkan distorsi.

Tujuan dari kebijakan insentif pajak adalah untuk mempengaruhi keputusan investasi. Oleh karena itu, distorsi yang muncul sebagai akibat adanya kebijakan insentif pajak dapat dibenarkan dalam hal kebijakan tersebut dimaksudkan sebagai kompensasi dari ketidaksempurnaan pasar, yaitu dalam kondisi pasar tidak mampu untuk menghasilkan tingkat investasi optimal secara sosial. Contoh insentif pajak yang menimbulkan distorsi yang dibenarkan adalah insentif pajak atas kegiatan penelitian dan pengembangan dan insentif pajak untuk pengembangan daerah tertentu.

4. Insentif pajak dinilai tidak efektif dan efisien.

Pemberian insentif pajak dinilai tidak efektif karena faktor utama yang menentukan dalam membuat keputusan investasi bukanlah insentif pajak. Berdasarkan penelitian diberbagai negara, faktor kondisi ekonomi makro dan kondisi infrastruktur suatu negara lebih menentukan dibanding insentif pajak. Dalam pelaksanaannya kebijakan pemberian keringanan bea masuk tersebut dapat menimbulkan konflik. Di satu pihak Departemen Teknis atau sektoral cenderung lebih longgar dalam melayani penanaman modal termasuk pemberian insentif yang lebih besar. Di pihak lain Kementerian Keuangan yang lebih berorientasi pada peningkatan penerimaan negara dan senantiasa berusaha mengketatkan insentifnya. Hal ini terjadi karena peraturan perundangannya harus ditafsirkan dan dipertimbangkan berdasarkan kasus

demi kasus, konsekuensinya adalah semakin besar perusahaan modal asing maka semakin besar pula insentif yang harus dikeluarkan.71

Negara yang berada dalam kompetisi pemberian insentif pajak terjebak dalam suatu dilema dalam memilih untuk melanjutkan ikut dalam kompetisi dengan konsekuensi biayanya semakin besar atau menghentikan kompetisi dengan konsekuensi investor baru tidak datang atau investor lama akan berpindah ke Insentif pajak merangsang suatu perusahaan untuk berperilaku dengan cara tertentu yang menyebabkan inefisiensi dalam alokasi sumber daya. Distorsi jenis lain yang disebabkan oleh kebijakan insentif pajak adalah antara perusahaan yang menerima dan yang tidak. Kebijakan pemberian insentif pajak di berbagai negara, terutama pasca krisis ekonomi cenderung mengarah kepada kompetisi. Masing- masing negara memainkan instrumen insentif pajak dengan melihat dan memperhatikan kebijakan negara lain dalam membuat kebijakan insentif pajak, sehingga setiap aksi yang dilakukan negara lain akan diikuti aksi tandingan oleh negara lainnya.

Kompetisi dalam pemberian insentif pajak memberikan keuntungan bagi perusahaan multinasional sebagai investor. Sedangkan yang dirugikan tentunya adalah negara tuan rumah yang menawarkan insentif pajak yang berlebihan. Konsekuensinya, biaya sehubungan dengan pemberian insentif pajak tersebut dialihkan ke sektor ekonomi lain, sehingga sektor ekonomi tersebut terhambat perkembangannya. Hal ini menggambarkan penurunan standar kesejahteraan yang diberikan kepada masyarakat.

71

negara lain. Dalam suatu teori ekonomi manajerial, dilema yang dihadapi negara tuan rumah yaitu jika pemerintah menginginkan untuk menarik modal asing yang subtansial maka pemerintah ikut dalam kompetisi dengan memberikan insentif pajak yang mempunyai daya tarik minimal sama dengan negara saingannya. Namun negara lain juga akan melakukan hal yang sama, sehingga biaya yang ditimbulkan dari adanya insentif tersebut lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh.

Kompetisi dalam pemberian insentif pajak memaksa setiap negara untuk mencegah investor yang sudah ada agar tidak beralih ke negara lain, sehingga setiap negara senantiasa meningkatkan insentif pajak tersebut. Apabila fenomena tersebut dibiarkan tanpa dikontrol dengan baik, dikhawatirkan justru akan berakibat buruk dalam perekonomian suatu negara. Akibat buruk tersebut terutama dapat menyebabkan distorsi dalam pola perdagangan dan investasi serta mengganggu kestabilan fiskal suatu negara, karena insentif pajak berarti mengorbankan penerimaan negara dari pajak yang semestinya diterima oleh negara.

Kerugian dalam memberikan insentif pajak untuk tujuan menarik investasi adalah hilangnya potensi pajak yang seharusnya diterima oleh negara. Kerugian tersebut dapat dikurangi apabila insentif tersebut diterapkan pada sektor yang tepat, yaitu sektor yang menarik investor hanya jika sektor tersebut diberikan insentif. Pemerintah telah mengembangkan berbagai teknik untuk mencapai target yang lebih baik dalam membuat kebijakan pemberian insentif pajak. Tehnik tersebut antara lain dengan mengkaitkan pemberian insentif dengan

pengembangan wilayah yang pertumbuhan ekonominya masih rendah dan untuk tujuan tertentu, seperti penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi dan peningkatan ekspor.72

Pembaharuan kebijakan pemerintah di bidang fasilitas dalam bentuk pemberian keringanan bea masuk dengan maksud untuk mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan efisiensi nasional dan untuk meningkatkan efektifitas pemberian fasilitas bea masuk yang meliputi antara lain pemberian keringanan bea masuk atas importasi bahan baku untuk industri otomotif, industri elektronika, dan terakhir pemberian keringanan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan/pengembangan industri/industri jasa. Dengan digulirkannya fasilitas ini pemerintah mengharapkan dampak dari kebijakan ini terhadap perekonomian nasional seperti substitusi impor untuk menghemat devisa, menyediakan lapangan kerja, alih teknologi dan sebagainya.73

Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik. Penghimpunan dana pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti pinjaman luar negeri. Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global.

72

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.282. 73

Kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik dan bentuk proses produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja.74 Washington Post dalam artikelnya menyebutkan kurangnya sistem hukum yang pasti di Indonesia merupakan faktor utama mengapa investor pergi. Kurangnya kepercayaan investor membuat perginya modal asing yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang belum pulih akibat krisis finansial Asia tahun 1997-1998. Investor asing juga sering mengeluh bahwa mereka sering kali dijadikan subjek tuntutan sewenang- wenang oleh pejabat pemerintah, petugas pajak, dan mitra lokal.75

Selain ditemukannya beberapa kerugian ataupun kelemahan dalam pemberian insentif pajak baik itu berupa pembebasan maupun keringanan bea masuk bahan baku investasi, di sisi lain pembebasan atau keringanan bea masuk

Kepastian hukum itu sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk menghitung risiko. Bagaimana risiko dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan hukum terhadap risiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka hampir dapat dipastikan investor tidak akan berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai peraturan perundang-undangan tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal certainty atau kepastian hukum atas keputusan yang ditetapkan.

74

Yulianto Syahyu, “Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 46.

75

bahan baku investasi memiliki beberapa keuntungan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan wilayah.

Kebijakan pemberian insentif pajak untuk tujuan pengembangan suatu wilayah biasanya berbentuk alokasi ilayah yang menjadi target pemberian insentif pajak biasanya daerah yang terpencil dan tingkat penganggurannya tinggi.

2. Menciptakan lapangan kerja.

Insentif pajak dapat diarahkan untuk merangsang pendirian perusahaan di bidang industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri manufaktur merupakan contoh industri padat karya yang sering menjadi target pemberian insentif.76 Dengan meningkatnya meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan julah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKPM, pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja akibat realisasi penerimaan penanaman modal tahun 2013 mencapai 1.829.950 dan pada tahun 2014 sebanyak 1.430.846 orang. Penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja tersebut sesuai dengan realisasi investasi yang juga turun pada tahun 2014 sebesar 16 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 27%. Melalui pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku bagi kegiatan investasi sangat mempengaruhi absorbsi tenaga kerja.77

76 Sumantoro, Op.Cit., hlm. 45. Oktober 2015).

3. Transfer Teknologi

Banyak negara memformulasikan kebijakan pemberian insentif pajak dengan tujuan untuk menarik investasi yang membawa teknologi yang lebih modern. Namun, kebijakan tersebut sulit diterapkan karena kantor pajak mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria suatu teknologi yang canggih atau. Melalui pemberian keringanan bea masuk ini maka negara tuan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya dan dapat melakukan transfer teknologi dengan negara tuan rumah.

Kebijakan pemberian insentif pajak untuk menarik investasi yang berorientasi ekspor cenderung lebih efektif dibandingkan dengan pemberian insentif pajak untuk tujuan lain. Perusahaan berorientasi ekspor tertentu yang sensitif terhadap adanya insentif pajak adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dan elektronika. Alasannya, industri tersebut tidak bergantung pada bahan baku lokal dan pasar dari produknya sebagian besar di luar negeri. Komponen biaya paling besar adalah tenaga kerja dan pajak yang harus dibayar, sehingga dengan adanya insentif pajak maka industri tersebut akan tertarik untuk berinvestasi. Insentif perpajakan sangat berguna bagi kegiatan ekspor. Insentif untuk kegiatan ekspor adalah kebijakan yang populer untuk membangun pasar internasional dan memperkuat keseimbangan neraca pembayaran. Jenis insentif pajak penghasilan yang biasa diberikan pada jenis industri yang berorientasi ekspor adalah pembebasan pajak dan tunjangan investasi khusus. Pembebasan pajak diberikan dalam bentuk pembebasan pajak atas bagian dari keuntungan

yang berhubungan dengan ekspor atau dapat pula berupa pembebanan biaya secara maksimal atas biaya untuk tujuan ekspor, seperti biaya promosi ekspor.

Daerah perdagangan bebas berhubungan dekat dengan pengembangan investasi yang berorientasi ekspor dimana adanya daerah terbatas atau kawasan terbatas yang terikat dengan ketentuan tertentu dimana perusahaan yang berada di kawasan tersebut baik lokal maupun asing dapat melakukan impor mesin, komponen dan bahan baku tanpa harus membayar bea masuk dan pajak lainnya sepanjang barang tersebut sebagai sarana untuk merakit, mengolah atau diolah menjadi barang untuk tujuan ekspor. Apabila barang tersebut dijual di pasar domestik, maka atas penjualan tersebut diperlakukan sebagai impor sehingga dikenakan pajak dan bea masuk seperti impor. Maksud dari negara yang mendirikan export processing zone pada umumnya adalah untuk mendapatkan devisa dari penjualan ekspor. Disamping itu juga untuk menciptakan lapangan kerja, menarik teknologi dari luar negeri atau mendorong perkembangan wilayah tertentu.

Insentif pajak yang diberikan pada kawasan khusus tersebut terutama adalah pembebasan bea masuk dan PPN. Pembebasan tersebut diterapkan atas bahan baku dan komponen yang diimpor yang kemudian diekspor yang melihat aspek perpajakan dan perkreditan termasuk fasilitas kredit atau pinjaman pada sumber-sumber di dalam negeri.78

78

Ibid., hlm. 85.

Pembebasan juga berlaku atas barang modal yang digunakan untuk proses produksi untuk tujuan ekspor tersebut. Dengan adanya insentif berupa pembebasan atas impor barang tersebut diharapkan

investor asing akan tertarik untuk menanamkan modalnya karena insentif tersebut langsung berdampak pada rendahnya harga pokok barang sehingga barang yang diproduksi mempunyai daya saing yang tinggi. Pembebasan PPN atas kegiatan impor di kawasan khusus untuk tujuan ekspor disertai dengan penerapan zero rate atas kegiatan ekspor. Dengan tarif 0% atas ekspor, berarti PPN yang masih melekat dalam harga barang dapat dieliminasi sehingga barang tersebut dapat bersaing di pasar internasional. Hal ini sesuai dengan prinsip destinasi dari PPN, yaitu bahwa PPN dikenakan di tempat barang tersebut dikonsumsi. Dengan adanya pembebasan bea masuk dan PPN atas impor barang untuk tujuan ekspor, perusahaan akan diuntungkan dari segi cash flow karena tidak harus membayar pajak terlebih dahulu.

D. Hambatan dalam Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan