• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bambang, Riyanto. Prediksi Dampak Ruang Sistem Transportasi Massal di Wilayah Jabotabek. Bandung: Makalah Seminar FSTPT, 1998.

Dipohusod, Istimawan. Manajemen Proyek Pekerjaan Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Gunawan, Ade. Hukum Penanaman Modal : Macam-macam Penanaman Modal Disertai Bentuk Kerjasamanya. Jakarta: Graha Pustaka, 2011.

Harjono, Dhaniswaa K. Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

H.S, Salim. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Surabaya: Bayumedia, 2006.

Ikhsan Edy, Mahmul Siregar. Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009. Kodoatie, Robert J. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005.

John dan Jordan Elliot Goodman. Kamus Istilah Keuangan dan Investasi. Jakarta: Elex Media Komputendo, 1994.

Khairandy, Ridwan. Peranan Perusahan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003.

Kodoatie, Teori dan Sarana Pendukung Infrastruktur di Indonesia. Semarang: Suara Merdeka, 2003.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media, 2005.

Manan, Bagir. Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi nasional dalam Globalisasi. Makalah dalam Seminar Tentang Pendekatan Ekonomi dalam Pengembangan Sitem Hukum Nasional Dalam Rangka GlobalisAsi. Bandung: Fakultas Hukum Unpad. 30 April 1998.

(2)

Purwaningsih, Endang. Hukum Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Robock, Stefan dan Kenneth Simmonds. Internasional Business and Multinational Enterprises. Ilionis: Richard D. Irwin, Ilionis, 1989.

Rakhmawati, N. Rosyidah. Hukum Penanaman Modal Indonesia dalam Menghadapi Era Global. Malang: Bayumedia Publishing, 2003.

Ropke, Jochen. Kebebasan yang Terhambat: Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1986.

Santiago, Faisal. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012. Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Sirait, Ningrum Natasya. Mencermati Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Dat am Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22. Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003. Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1995.

Sumantoro. Peranan Perusahaan Multinasional Dalam Pembangunan Negara Sedang Berkembang Dan Implikasinya Di Indonesia. Bandung: Alumni, 1983.

Supancana, Ida Bagus Rahmdi. Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006.

Syahyu, Yulianto. Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5, Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003. Untung, Hendrik Budi. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

B. Perundang-undangan

(3)

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor

Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 tahun 2015 tentang Perizinan dan Non-Perizinan Penanaman Modal

Keputusan Diretur Jendral Bea dan Cukai tentang Tata Cara Pemberian Keringanan Bea Masuk Oleh Industri/Industri Jasa Yang Melakukan Pembangunan/Pengembangan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor s135/KMK.05/2000

C. Skripsi

Anwar, Rahmad. “Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Melakukan Pemberdayaan Investasi Di Daerah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”. Skripsi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2009.

Manihuruk, Bonatua E. “Perlakuan Dan Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Perspektif Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”. Skripsi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2008.

D. Website

http://damianus-renjaan.blogspot.co.id/2010/08/analisis-makro-atas-dampak-penerapan (diakses pada tanggal 17 Oktober 2015).

(4)

BAB III

PENGATURAN BEA MASUK BAHAN BAKU UNTUK KEGIATAN

INVESTASI DI INDONESIA

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bea Masuk

Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Sebagai salah satu jenis pajak yang berdasarkan pada azas domisili, bea masuk menggunakan sistem tarif advalorum yang besarnya diatur oleh Menteri Keuangan dan dicantumkan dalam Harmonized System. Sedangkan berdasarkan UU Kepabeanan Pasal 1 angka 15 menjelaskan bahwa bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.44

Pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan kepada Harmonized System dan dituangkan ke dalam suatu daftar tarif yang disebut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Harmonized Commodity Description and Coding System atau lebih dikenal dengan Harmonized System disusun pada tahun 1986 oleh sebuah Kelompok studi dari Customs Cooperation Council atau disingkat CCC (kini dikenal dengan nama World Customs Organization) dan telah disahkan dalam konvensi Harmonized System yang ditandatangani oleh tujuh puluh negara Harmonized System adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya.

44

(5)

anggotanya yang sebagian besar merupakan negara Eropa, namun saat ini hampir semua negara telah ikut meratifikasi kesepakatan ini, termasuk Indonesia yang sudah mengesahkan melalui Keppres Nomor 35 tahun 1993. Tujuan daripada dibuatnya harmonized system ini di antaranya adalah memberikan keseragaman dalam penggolongan daftar barang yang sistematis, memudahkan pengumpulan data dan analisis statistik perdagangan dunia, serta memberikan sistem internasional yang resmi untuk pemberian kode, penjelasan dan penggolongan barang untuk tujuan perdagangan.

Barang yang diimpor ke Indonesia wajib membayar bea masuk sebelum dikeluarkan dari kawasan pabean, kecuali dalam beberapa hal tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam bahasa perdagangan bea masuk sering disebut sebagai tarif barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut oleh pemerintah melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai pada setiap produk atau barang impor. Pemasukan pemerintah yang sering disebut penerimaan ke dalam kas negara, berasal dari sektor pajak termasuk didalamnya adalah pembayaran atas bea masuk dan cukai. Pemungutan bea masuk berikut pajak dalam rangka impor meliputi (PPN Impor, PPh Pasal 22, PPnBM) dan cukai merupakan tugas dan fungsi Dirjen Bea dan Cukai.

(6)

pengenaan bea masuk anti dumping terhadap barang dumping. Tindakan imbalan adalah tindakan yang diambil pemerintah berupa pengenaan bea masuk imbalan terhadap barang impor yang mengandung Subsidi. Tindakan pengamanan perdagangan yang selanjutnya disebut tindakan pengamanan adalah tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius yang diderita oleh industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan jumlah barang impor baik secara absolut maupun relatif terhadap barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing.45

1. Bea Masuk Anti Dumping

Adapun jenis-jenis bea masuk adalah sebagai berikut:

Bea masuk anti dumping dikenakan terhadap barang impor dalam hal harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya atau harga jual barang tersebut di dalam negeri asal barang. Misalnya: di China harga televisi ketika dijual di pasar lokal adalah USD 100, kemudian dijual dan diekspor kepada pembeli di Indonesia seharga USD 90, maka terhadap barang tersebut akan dikenakan BMAD atau Bea Masuk Anti Dumping. Terhadap barang impor selain dikenakan bea masuk dapat dikenakan bea masuk anti dumping, jika harga ekspor dari barang yang diimpor lebih rendah dari nilai normalnya dan menyebabkan kerugian.46

a. Menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut.

Bea masuk ini dikenakan apabila impor barang tersebut:

45

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 1.

46

(7)

b. Mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut.

c. Menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Yang dimaksud dengan harga ekspor adalah harga yang seharusnya dibayar atau akan dibayar untuk barang yang diekspor ke Daerah Pabean Indonesia. Dalam hal diketahui adanya hubungan antara importir dan eksportir atau pihak ketiga atau karena alasan tertentu harga ekspor diragukan kebenarannya, harga ekspor ditetapkan berdasarkan:

a. Harga dari barang impor dimaksud yang dijual kembali untuk pertama kali kepada pembeli yang bebas.

b. Harga yang wajar, dalam hal tidak terdapat penjualan kembali kepada pembeli yang bebas atau tidak dijual kembali dalam kondisi seperti pada waktu diimpor. Yang dimaksud dengan nilai normal adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis dalam perdagangan

pada umumnya di pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumsi.

Dalam hal tidak terdapat barang sejenis yang dijual di pasar domestik negara

pengekspor atau volume penjualan di pasar domestik negara pengekspor relatif

kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai pembanding, nilai normal

ditetapkan berdasarkan:

1) Harga tinggi barang sejenis yang diekspor ke negara ketiga.

(8)

Yang dimaksud dengan barang sejenis adalah barang yang identik atau sama dalam segala hal dengan barang impor dimaksud atau barang yang memiliki karakteristik fisik, teknik, atau kimiawi meneyerupai barang impor dimaksud. 2. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)

Bea masuk tindakan pengamananan atau sering juga disebut safeguard adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor, dimana terdapat lonjakan barang impor baik secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing, dan lonjakan barang impor tersebut.47

47

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan Pasal 23A.

(9)

3. Bea Masuk Imbalan

Bea masuk imbalan adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor, dimana ditemukan adanya subsidi yang diberikan di negara pengekspor terhadap barang tersebut. Disamping itu, impor barang tersebut menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut, atau menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang impor setinggi-tingginya sebesar selisih antara subsidi dengan biaya permohonan, tanggungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi dan/atau pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk mengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut.

4. Bea Masuk Pembalasan

Bea masuk pembalasan adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara diskriminatif.48 Besarnya tarif bea masuk antidumping, bea masuk imbalan, bea masuk tindakan pengamanan, dan bea masuk pembalasan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

48

(10)

B. Bea Masuk Bahan Baku Investasi di Indonesia

Filosofi pemungutan bea masuk adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan sering disebut tarif barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) pada setiap produk atau barang impor. Sedang untuk ekspor pada umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung industri dalam negeri dan khusus untuk ekspor pemerintah akan memberikan insentif berupa pengembalian restitusi pajak terhadap barang yang diekspor. Adapun produk-produk mentah tersebut seperti beberapa jenis kayu, rotan dan sebagainya.

(11)

Barang impor dipungut bea masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat puluh persen dari nilai pabean untuk perhitungan bea masuk, dikecualikan dari ketentuan tersebut adalah untuk:

1. Barang impor dipungut bea masuk a. Barang impor hasil pertanian tertentu.

b. Barang impor termasuk dalam daftar eksklusif Skedul XXI Indonesia pada Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan.

c. Barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 UU Kepabeanan.

2. Barang impor yang dikenakan tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional

3. Barang impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan.

Penerimaaan bea masuk Indonesia selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sesuai dengan APBN, setiap tahunnya target penerimaan bea masuk selalu meningkat. Target penerimaan bea masuk dinaikkan secara signifikan, namun realisasinya pun ternyata menunjukkan kenaikkan yang cukup tinggi. Pencapaian target penerimaan bea masuk tersebut antar lain disebabkan oleh kebijakan yang terus dilakukan guna mendukung kinerja penerimaan bea masuk. Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan adalah yaitu sebagai berikut:

(12)

barang dengan risk management, pelaksanaan post audit, pelaksanaan penagihan piutang bea masuk dengan surat paksa yang mengacu kepada

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997. 2. Penyempurnaan sistem dan prosedur kepabeanan dengan tetap

memperhatikan optimalisasi penerimaan melalui komputerisasi atau sistem Electronic Data Interchange (EDI).

3. Peningkatan usaha-usaha penanggulangan penyelundupan dengan melakukan patroli laut secara efisien dan efektif di perairan perbatasan dengan negara lain.

4. Penghapusan pembebasan (exemption) impor barang tertentu menjadi keringanan dengan pengenaan tarif bea masuk secara flat rate 5% terhadap impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan serta pengembangan industri maupun industri jasa yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk.

(13)

kelancaran arus barang dan menurutnya biaya dalam proses pengeluaran barang impor.

Beberapa karakteristik yang menonjol dalam sistem dan prosedur yang secara efektif diberlakukan sejak tanggal 1 April 1997 dan terakhir disempurnakan dengan KEP 15/BC/1999 Jo KEP 83/BC/1999 adalah sebagai berikut:

1. Penerapan konsep self assessment yang memberikan kepercayaan penuh pada imporir untuk memberitahukan barang impor melalui dokumen Pemberitahuan Impor Barang dan menghitung serta membayar sendiri bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor.

2. Penggunaan teknologi komunikasi dan komputer dalam proses pengiriman dokumen dan penelitian dokumen Pemberitahuan Impor Barang.

3. Prenotification yaitu prosedur yang memungkinkan importir untuk memberitahukan impornya meskipun kapal yang mengangkut barang impor yang bersangkutan belum tiba di pelabuhan.

4. Preentry classification yaitu penetapan tarif oleh pejabat bea cukai sebelum dokumen Pemberitahuan Impor Barang diajukan atau sebelum kedatangan kapal yang membawa impor yang bersangkutan.

5. Penyederhanaan tata cara penelitian dokumen Pemberitahuan Impor Barang dan penyederhanaan penelitian terhadap substansi yang diperlukan dalam rangka pengeluaran barang.

(14)

terhadap importasi beresiko tinggi dan random sampling yang ditentukan secara acak oleh komputer.

7. Penerapan harga transaksi, atau harga yang sebenarnya dibayar oleh pembeli kepada penjual, sebagai harga yang digunakan sebagai dasar dalam penghitungan bea masuk dan pajak-pajak lainnya dalam rangka impor.

C. Pengaturan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Di Indonesia

Pengaturan yang lebih jelas dalam pelaksanaan kepabeanan sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjamin kepastian hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan dengan perdagangan global, meningkatkan efektivitas pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan.

Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean seta pemungutan bea masuk dan keluar. Secara filososfi pemungutan bea masuk dimaksudkan sebagai penerimaan negara dan untuk melindungi industri dalam negeri dan limpahan produk luar negeri yang diimpor. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk diatur di : 1. Pasal 25 UU Kepabeanan.

2. Pasal 26 UU Kepabeanan.

(15)

keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi dalam negeri.

Undang-Undang Penanaman Modal telah mengatur tentang fasilitas atau kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada para investor. Pemberian kemudahan ini dimaksudkan agar investor, terutama investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya investasi tersebut adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, menampung tenaga kerja, meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi, dan lain-lain. UU Penanaman Modal mengamanatkan bahwa penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan perekonomian nasional sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sitem perekonomian yang berdaya saing.49

49

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 3 ayat 2.

(16)

Pasal 25 UU Kepabeanan mengatur tentang pembebasan bea masuk atas barang impor yaitu sebagai berikut:50

1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

2. Yang dimaksud dengan barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yaitu barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing tersebut, termasuk pejabat pemegang paspor diplomatik dan keluarganya di Indonesia. Pembebasan tersebut diberikan apabila negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama terhadap diplomat Indonesia.

3. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia.

Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yaitu milik atau untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia, termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang memegang paspor Indonesia.

4. Buku ilmu pengetahuan. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait terhadap buku-buku yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam.

50

(17)

Yang dimaksud barang keperluan ibadah untuk umum yaitu barang-barang yang semata-mata digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di Indonesia. Yang dimaksud dengan barang keperluan amal dan sosial yaitu barang yang semata-mata ditujukan untuk keperluan amal dan sosial dan tidak mengandung unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana alam atau pemberantasan wabah penyakit. Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan kebudayaan yaitu barang yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait.

6. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam.

7. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yaitu barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian/riset atau percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait.

8. Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara. 9. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi

(18)

10. Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan. Yang dimaksud dengan barang contoh yaitu barang yang diimpor khusus sebagai contoh, antara lain untuk keperluan produksi dan pameran dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek.

11. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah. 12. Barang pindahan.

13. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu.

14. Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.

15. Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian. Yang dimaksud dengan perbaikan yaitu penanganan barang yang rusak, usang, atau tua dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat hakikinya. Yang dimaksud dengan pengerjaan yaitu penanganan barang, selain perbaikan tersebut di atas, juga mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya. Pengujian meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu serta kapasitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

(19)

barang setelah diekspor, diimpor kembali tanpa mengalami proses pengerjaan atau penyempurnaan apapun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, barang keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan. Terhadap barang yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal diimpor kembali dalam keadaan yang sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah diterimanya dikembalikan.

Pasal 26 UU Kepabeanan mengatur tentang pembebasan dan keringanan bea masuk atas barang impor. Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam pasal ini yaitu pembebasan yang relatif, dalam arti bahwa pembebasan yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya keringanan bea masuk yaitu sebagai berikut:51

1. Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal.

2. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri.

3. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu.

4. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan.

5. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, peternakan, atau perikanan.

6. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin.

51

(20)

7. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah paban dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai.

8. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum.

9. Barang untuk keperluan olahraga yang diimpor oleh induk organisasi olahraga nasional.

10. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau hibah dari luar negeri.

11. Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.

Ketentuan mengenai pembebasan atau keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri. Orang yang tidak memenuhi ketentuan pembebasan atau keringanan bea masuk yang ditetapkan menurut undang-undang ini wajib membayar bea masuk yang terutang dan dikenai sanksi. administrasi berupa denda sebesar paling sedikit 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar dan paling banyak 500% (lima ratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar.

(21)

bea masuk, keringanan bea masuk dan penangguhan bea masuk. Pemberian fasilitas ini diberikan oleh Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan barang ke dalam daerah pabean. Sedangkan fasilitas fiskal di bidang kepabeanan merupakan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah di bidang kepabeanan berupa pembebasan, keringanan maupun penangguhan bea masuk. Fasilitas fiskal di bidang kepabeanan ini diatur dalam UU Kepabeanan.

Insentif pembebasan Bea masuk atas beberapa produk yang digunakan sebagai bahan baku industri diatur dalam UU Kepabeanan Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 26 ayat 2 yang memberikan wewenang penuh pada Menteri Keuangan untuk memberikan pembebasan/keringanan berdasarkan tujuan pemakaiannya. Selain dalam UU Kepabeanan bea masuk bahan baku investasi juga diatur lebih lanjut dalam berbagai Keputusan Menteri Keuangan. Adapun Keputusan Menteri Keuangan tersebut disajikan berikut ini:

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK/011/2007 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Bahan Baku Untuk Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor

Ketentuan ini mengatur pembebasan bea masuk terhadap impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraan bermotor. Industri komponen kendaraan bermotor diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 0% (nol persen). Dalam hal ini ada 160 jenis bahan baku untuk komponen industri antara lain:

a. Kawat baja.

(22)

c. Flat baja gulung besi dengan lebar kurang dari 600 mm. d. Produk baja batangan setengah jadi.

e. Kawat tembaga.

f. Produk berbahan baku tembaga dalam bentuk piringan dan lembaran dengan ketebalan di atas 0,15 mm.

g. Besi dan baja yang diproduksi dalam bentuk benang, tabung, dan pipa besi.

h. Pipa besi atau baja yang bukan digunakan untuk menyalur gas atau minyak.

Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk diajukan oleh industri komponen kendaraan bermotor kepada Direktur Jendral Bea dan Cukai, dengan dilampiri dokumen sebagai berikut:

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Surat Izin Usaha dari Departemen/Instansi terkait. c. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi, dan harga barang.

Apabila permohonan tersebut memenuhi persyaratan, maka Direktur Jendral Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan Keringanan Bea Mauk dengan dilampiri daftar barang yang diberikan pembebasan bea masuk serta penunjukan pelabuhan bongkar.52

52

(23)

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.05/2000 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Bahan Baku/Sub Komponen/Bahan Penolong untuk Pembuatan Komponen Elektronika

Ketentuan ini mengatur pembebasan bea masuk terhadap impor bahan baku untuk pembuatan komponen elektronika. Produsen komponen elektronika yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan diberikan keringanan bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Atas impor bahan baku/sub komponen/ bahan penolong untuk pembuatan komponen elektronika diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 5%.

b. Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5% atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk dalam Buku Tarif Bea Mauk Indonesia (BTBMI).

c. Jenis dan spesifikasi serta jumlah bahan baku/sub komponen/bahan penolong yang mendapat fasilitas keringanan bea masuk didasarkan pada daftar bahan baku/sub komponen/bahan penolong untuk kebutuhan barang produksi tahunan yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk diajukan oleh industri komponen elektronika kepada Direktur Jendral Bea dan Cukai, dengan dilampiri dokumen sebagai berikut:

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(24)

c. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi, dan harga barang.

d. Keterangan verifikasi oleh surveyor yang ditunjuk pemerintah.

Apabila permohonan tersebut memenuhi persyaratan, maka Direktur Jendral Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri Keuangan memberikan Keputusan Keringanan Bea Mauk dengan dilampiri daftar barang yang diberikan pembebasan bea masuk serta penunjukan pelabuhan bongkar.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.010/2005 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bahan Baku dan Bagian Tertentu untuk Pembuatan Bagian Alat-Alat Besar Serta Bagian Tertentu Untuk Perakitan Alat-Alat Besar oleh Industri Alat-Alat Besar

Ketentuan ini diatur tentang pembebasan bea masuk atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besardan impor bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar oleh industri alat-alat besar. Pembebasan bea masuk ini, sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi sebesar 0%. Dalam lampiran Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 87/PMK.010/2005 ini telah ditentukan bahan baku yang dibebaskan dari bea masuk.53

a. Perakitan bulldozer.

Bahan baku yang dibebaskan dari bea masuk untuk perakitan 13 jenis alat-alat besar. Ke-13 jenis perakitan alat besar ini adalah sebagai berikut:

b. Perakitan hydraulic excavator. c. Perakitan forklift.

53

(25)

d. Perakitan motor grader. e. Perakitan wheel loader. f. Perakitan traktor pertanian.

g. Perakiran road roller/vibrating roller.

h. Perakitan forwarder dan tractor powered forwarder. i. Perakitan motor penggerak alat besar.

j. Perakitan komponen.

k. Pembuatan attachment alat besar. l. Pembuatan komponen dump truck.

m.Bahan baku steel material atau steel plate.

Untuk perakitan ke-13 macam alat besar itu, diperlukan 543 jenis bahan baku atau barang. Ke-543 bahan baku inilah yang dibebaskan dari bea masuk, seperti bahan baku bearing, Tank, Hydraulic Assy, Connector, Control Box, dan lain-lain. Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk ke-543 jenis baku, Perusahaan Industri Alat-Alat Besar mengajukan permohonan kepada Direktur Jendral Bea dan Cukai Direktur u.p Fasilitas Kepabeanan. Permohonan itu wajib dilengkapi dengan:

a. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang telah dilegalisir oleh instansi terkait atau memperlihatkan dokumen aslinya kepada Pejabat pada Direktorat Fasilitas Kepabeanan.

(26)

c. Konversi kebutuhan bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besar.

d. Daftar barang yang meliputi jenis barang, negara asal, pelabuhan bongkar, jumlah dan nilai barang.

Ketentuan diatas maka investor atau produsen diberikan pembebasan bea masuk untuk mengimpor bahan baku atau bahan penolong, baik untuk komponen kendaraan bermotor, komponen elektronika, pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar, sehingga tarif bea masuknya menjadi 0% (nol persen).54

54

Ibid., hlm. 290.

Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang pembebasan bea masuk atas impor bahan baku dan bagian tertentu untuk pembuatan bagian alat-alat besar serta bagian tertentu untuk perakitan alat-alat besar.

(27)

Terkait dengan bea masuk antar negara Association of South East Asian Nations (ASEAN) terdapat beberapa pengaturan khususnya seperti Tarif Bea Masuk MFN (Most Favourable Nations) adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara lain, kecuali negara yang memiliki perjanjian khusus mengenai tarif bea masuk dengan Indonesia. Untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri, memberikan kepastian hukum bagi investor, memberikan perlindungan bagi konsumen, dan meningkatkan efisiensi administrasi kepabeanan, maka tarif bea masuk MFN akan disesuaikan secara bertahap sehingga secara relatif menjadi harmonis, rendah dan uniform pada tahun 2010. Pola penyesuaian tarif bea masuk ini disebut Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk, 2005-2010. Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahap I telah selesai dirumuskan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591/PMK.010/2004 tanggal 21 Desember 2004.

(28)

Tarif bea masuk yang baru ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2005 dan meliputi 1.964 pos tarif. Dari jumlah ini, tarif bea masuk yang mengalami perubahan pada tahun 2005 adalah sebanyak 239 pos tarif (96 pos tarif mengalami kenaikan dan 143 pos tarif mengalami penurunan). Cakupan produk dalam Program Harmonisasi Tahap II adalah sekitar 9.200 pos tarif dari berbagai sektor, yakni semua produk yang belum tercakup dalam Program Harmonisasi Tahap I. Sebagaimana halnya dengan perumusan Program Harmonisasi Tahap-I, konsep Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahap II akan disosialisasikan dan didiskusikan terlebih dahulu dengan seluruh stakeholder sebelum ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Perumusan tarif bea masuk CEPT for AFTA. Tarif Bea Masuk CEPT for AFTA adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari negara-negara anggota ASEAN yang dilengkapi dengan Formulir-D (Certificate of Origin).

(29)

Perumusan tarif bea masuk ASEAN-China FTA. Tarif Bea Masuk ASEAN-China FTA adalah tarif bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk ke Indonesia dari China dan/atau negara ASEAN lainnya yang dilengkapi dengan Formulir-E (Certificate of Origin). Dalam rangka kerjasama perdagangan ASEAN-China disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk secara bertahap dalam tiga kategori, yaitu Early Harvest Package, Normal Track dan Sensitive Track. Early Harvest Package (EHP) adalah program penurunan tarif bea masuk antara ASEAN dan China, yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2004 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 0% pada tahun 2006. Program ini telah diimplementasikan oleh Indonesia dengan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 355/KMK.01/2004 (EHP ASEAN-China, terdiri dari 527 pos tarif) dan 356/KMK.01/2004 (EHP Bilateral Indonesia-China, terdiri dari 46 pos tarif).

(30)

Sesuai kesepakatan, produk yang masuk Sensitive track memiliki tarif maksimum 20% pada tahun 2012 dan diturunkan secara bertahap sehingga menjadi 5% pada tahun 2018. Sedangkan tarif bea masuk produk highly sensitive tidak boleh melebihi 50% pada tahun 2015. Program ini dirumuskan bersama-sama dengan Normal Track dan akan ditetapkan dalam satu paket sebagai implementasi dari Agreement on Trade in Goods ASEAN-China FTA yang ditandatangani pada bulan Nopember 2004 di Vientiane, Laos.

D. Penyelenggaraan Bea Masuk Oleh Perusahaan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor

Kementerian Keuangan telah menerbitkan peraturan Nomor 176/PMK.04/2013 yang merupakan perubahan dari PMK 254/PMK.04/2011 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang dan Bahan untuk Diolah, dirakit atu Dipasang Pada Barang Lain dengan Tujuan Untuk Diekspor. Peraturan ini sering disebut peraturan tentang fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor). PMK 176 tersebut berlaku sejak tanggal 6 Maret 2014. Pembebasan adalah bukan hanya pembebasan bea masuk tetapi Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.55

55

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor Pasal 1 ayat 3.

(31)

perusahaan, tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.56

1. Luar daerah pabean.

Jangka waktu periode pembebasan dapat diperpanjang dengan memperhatikan faktor dalam hal terdapat penundaan ekspor dari pembeli di luar negeri serta terdapat pembatalan ekspor atau penggantian pembeli di luar negeri dan/atau terdapat kondisi force majeure, seperti peperangan, bencana alam, atau kebakaran dan bencana lainnya yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang. Perusahaan dapat melakukan impor bahan baku dari:

2. Gudang berikat. 3. Kawasan berikat.

4. Kawasan bebas yang dilakukan oleh pengusaha di kawasan bebas yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengusahaan Kawasan Bebas.

5. Kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah (mempertegas tentang asal impor bahan baku).

Perusahaan harus mengajukan dokumen pemberitahuan pabean impor dengan mencantumkan NIPER PERUSAHAAN bukan nomor keputusan mengenai pembebasan pada kolom pemenuhan persyaratan/fasilitas Impor, jaminan yang diserahkan adalah sebesar bea masuk pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah atas bahan baku sebagaimana diberitahukan dalam pemberitahuan pabean impor bukan hanya jaminan bea masuk saja.

56

(32)

Jaminan dapat berupa jaminan perusahaan dengan syarat dan ketentuan tertentu. Perusahaan dapat melakukan pembongkaran dan/atau penimbunan di lokasi selain lokasi yang tercantum di NIPER:

1. Mengajukan permohonan dan persetujuan dari kepala kantor wilayah dalam jangka 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.

2. Menyampaikan pemberitahuan kepada kepala kantor wilayah sebelum kegiatan pembongkaran dan/atau penimbunan, dalam hal perusahaan termasuk Authorized Economic Operator, berstatus sebagai importir mitra utama prioritas atau importir mitra utama non prioritas.

3. Dalam hal subkontrak dilakukan oleh badan usaha yang tidak tercantum dalam NIPER Pembebasan, perusahaan harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada kepala kantor wilayah untuk mendapatkan izin. Jangka waktu jawaban berupa persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

Hasil produksi dapat diserahkan kepada perusahaan lain dalam rangka ekspor barang gabungan dan dapat dijadikan sebagai penyelesaian atas Bahan Baku.57

57

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.04/2011 Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Dan Bahan Baku Untuk Diolah, Dirakit, Atau Dipasang Pada Barang Lain Dengan Tujuan Untuk Diekspor Pasal 15 ayat 2.

(33)

persetujuan Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri. Perusahaan wajib mempertanggungjawabkan Bahan Baku dengan menyerahkan laporan pertanggungjawaban kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhirnya periode Pembebasan, peraturan sebelumnya laporan pertanggungjawaban secara berkala paling lama 6 (enam) bulan sekali selama dalam periode pembebasan. Pembebasan atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor diberikan kepada:

1. Dapat diberikan kepada badan usaha yang telah memperoleh NIPER Pembebasan.

2. Badan usaha untuk memperoleh NIPER Pembebasan harus mengajukan permohonan dengan memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai berikut: a. Mempunyai Sistem Pengendalian Internal yang baik, yang dibuktikan

dengan laporan hasil audit oleh auditor independen dengan opini tidak disclaimer atau adverse, atau paparan mengenai sistem pengendalian internal untuk badan usaha yang baru berdiri.

b. Memiliki sistem informasi persediaan berbasis komputer untuk pengelolaan barang, yang memiliki keterkaitan dengan dokumen kepabeanan dan dapat diakses oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang dibuktikan dengan print screen dan buku manual atas sistem informasi persediaan berbasis komputer.

(34)

d. Memiliki atau menguasai lokasi untuk kegiatan produksi, tempat penimbunan bahan baku, dan tempat penimbunan hasil produksi, yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan atau penguasaan lokasi untuk kegiatan produksi, tempat penimbunan bahan baku, dan tempat penimbunan hasil produksi.

e. Memiliki Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).

f. Memiliki rencana produksi yang jelas, yang dibuktikan dengan adanya alur produksi, rencana impor, rencana ekspor, daftar bahan baku, daftar hasil produksi, dan daftar badan usaha penerima subkontrak, dalam hal terdapat proses produksi yang akan disubkontrakkan.

3. Permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang memiliki wilayah kerja yang mengawasi lokasi pabrik badan usaha yang bersangkutan, dengan melampirkan pembuktian kriteria dan persyaratan dalam bentuk soft copy berupa hasil scan dari dokumen asli dalam media penyimpan data elekronik.

4. Badan usaha mempunyai lebih dari 1 (satu) lokasi pabrik, pengajuan permohonan untuk memperoleh NIPER Pembebasan ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU yang mengawasi lokasi pabrik yang mempunyai volume kegiatan impor bahan baku terbesar.

(35)

6. Kepala Kantor Wilayah atau KPU memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

7. Permohonan Kepala Kantor Wilayah atau KPU atas nama Menteri menerbitkan NIPER Pembebasan.

8. Perusahaan dapat mensubkontrakkan seluruh kegiatan pengolahan, perakitan, dan/atau pemasangan atas kelebihan kontrak yang tidak dapat dikerjakan karena keterbatasan kapasitas produksi, dengan ketentuan:

a. Perusahaan berstatus perusahaan terbuka yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat.

b. Perusahaan termasuk dalam Authorized Economic Operator.

c. Perusahaan berstatus sebagai importir Mitra Utama (MITA) prioritas dan importir Mitra Utama (MITA) non prioritas.

d. Subkontrak dilakukan oleh badan usaha yang tidak tercantum dalam NIPER Pembebasan, perusahaan harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah atau KPU untuk mendapatkan izin.

(36)

BAB IV

FASILITAS KERINGANAN BEA MASUK BAHAN BAKU INVESTASI BAGI KEGIATAN INVESTASI ASING DALAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM

A. Fasilitas Fiskal Bagi Kegiatan Penanaman Modal

Fasilitas fiskal kepabeanan yang diberikan oleh Undang-undang Kepabeanan bertujuan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga bentuk perlakuan yang lazim terhadap tata pergaulan internasional. Untuk kepentingan industri dan perdagangan, pemerintah memberikan insentif terhadap industri yang sedang membangun atau melakukan pengembangan.

Berkaitan dengan tata pergaulan internasional, pemerintah memberikan perlakuan pembebasan terhadap barang impor yang akan digunakan oleh perwakilan negara asing atau pejabat pada badan internasional. Demikian pula terhadap barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik yang tidak berorientasi pada hal-hal yang bersifat komersial, diberikan perlakuan pembebasan terhadap bea masuk. Pada dasarnya fasilitas fiskal dalam undang-undang kepabeanan adalah fasilitas yang terkait dengan penerimaan perpajakan, khususnya bea masuk. Fasilitas fiskal dalam konteks undang-undang kepabeanan mengandung pengertian sebagai bentuk insentif perpajakan yang diberikan oleh pemerintah kepada industri, perdagangan, dan pihak-pihak tertentu.

(37)

perundang-undangan yang berlaku. Pemberian fasilitas tersebut membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggara dan penanaman modal. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi harus dapat diukur kecepatannya dengan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal yang memiliki daya saing. Selanjutnya fasilitas penanaman modal diberikan dengan pertimbangan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan oleh negara lain.

Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mengharuskan pengaturan yang lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah, imigrasi dan fasilitas perizinan impor. Pemberian fasilitas tersebut setidaknya merupakan upaya untuk mendorong penyerapan tenaga kerja. Pembangunan merupakan proses yang meliputi kegiatan, tindakan, dan keputusan yang diambil dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan ketahanan bangsa. Agar pembangunan memberikan hasil yang sebesar-besarnya, maka sumber daya dan kesempatan yang tersedia perlu dimanfaatkan secara bijaksana dan rasional.

(38)

menciptakan pemerataan pembangunan. Untuk tujuan ini, maka pemerintah memberikan keleluasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya.

Penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal Asing dapat menikmati fasilitas fiskal maupun nonfiskal yang ditawarkan pemerintah. Tujuannya untuk menstimulasi kedatangan dan pertumbuhan kegiatan penanaman modal mereka di Indonesia. Adapun bentuk-bentuk fasilitas fiskal yang ditawarkan adalah sebagai berikut:58

1. Fasilitas bea masuk atas impor mesin.

2. Fasiltas bea masuk atas impor barang dan bahan.

3. Usulan untuk mendapatkan fasilitas PPh (Pajak Penghasilan) Badan.

Alasan pemberian pembebasan bea masuk impor mesin, barang dan bahan bagi proyek penanaman modal oleh pemerintah karena:

1. Belum diproduksi di dalam negeri.

2. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan.

3. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.

Peningkatan kegiatan investasi di dalam negeri diperlukan untuk mendukung perekonomian nasional ditengah persaingan global, maka pemerintah memandang perlu memberikan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal. Pertimbangan tersebut diberikan oleh pemerintah sepanjang

58

(39)

impor barang dan bahan dimaksud secara langsung dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa di dalam negeri untuk:

1. Memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi oleh masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen.

2. Meningkatkan daya saing.

3. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja. 4. Meningkatkan pendapatan negara.

(40)

Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.59

Permohonan izin prinsip perusahaan penanaman modal asing tersebut dapat diajukan kepada PTSP BKPM. Perusahaan penanaman modal dalam negeri yang akan mengurus izin prinsip penanaman modal wajib memiliki akta dan pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk (bagi perusahaan perseorangan) serta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Agak berbeda dengan Tidak semua bidang usaha mendapat tawaran fasilitas fiskal dari pemerintah. Karena itu, investor dapat meneliti terlebih dahulu apakah bidang usaha yang dijalaninya memang memperoleh fasilitas fiskal. Investor penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri yang bidang usahanya memperoleh fasilitas fiskal dan berencana menggunakan fasilitas tersebut bagi kegiatan investasinya harus sudah memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal. Namun jika investor tidak membutuhkan fasilitas fiskal tersebut, ia tidak perlu memiliki izin prinsip.

Perusahaan penanaman modal asing yang akan mengajukan izin prinsip karena ingin mendapatkan fasilitas fiskal harus sudah berbentuk badan hukum perseroan terbatas. Selanjutnya jika yang sudah berbentuk perseroan terbatas ingin mengajukan perizinan penanaman modal pada bidang usaha yang menawarkan fasilitas fiskal, maka jika penanaman modal asing tersebut ingin menikmati fasilitas yang ditawarkan, ia dapat langsung mengajukan permohonan izin prinsip (tanpa perlu melakukan pendaftaran).

59

(41)

perlakuan kepada penanaman modal asing, bagi penanaman modal dalam negeri diberlakukan mengurus pendaftaran penanaman modal ketika akan memproses izin prinsip. Permohonan izin prinsip perusahaan penanaman modal dalam negeri diajukan kepada PTSP BKPM, PTSP provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan tingkat kewenangan yang dimiliki.

Ruang lingkup pelayanan penanaman modal yang diselengarakan BKPM selain mencakup kegiatan pelayanan perizinan. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin prinsip penanaman modal, yang selanjutnya disebut izin prinsip adalah izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha.60

Izin prinsip perluasan penanaman modal, yang selanjutnya disebut izin prinsip perluasan, adalah izin prinsip yang wajib dimiliki perusahaan untuk memulai kegiatan dalam rangka perluasan usaha. Izin prinsip perubahan penanaman modal, yang selanjutnya disebut izin prinsip perubahan adalah izin prinsip yang wajib dimiliki perusahaan, dalam rangka legalisasi perubahan rencana atau realisasi penanaman modal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti yang termuat dalam Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Perizinan dan Non-Perizinan Penanaman Modal.

60

(42)

B. Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing Dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

Pembebasan atau keringanan bea masuk merupakan pelepasan kewajiban atau pengurangan beban dari investor untuk membayar pungutan kepada negara terhadap bahan baku atau bahan penolong yang diimpor oleh investor untuk keperluan produksi. Pasal 4 huruf b UU Penanaman Modal ditentukan bahwa pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.61

1. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri.

Dalam Pasal 26 UU Kepabeanan telah ditentukan 11 jenis-jenis barang impor yang dibebaskan dari bea masuk. Kesebelas jenis-jenis barang impor yang dibebasan dari bea masuk tersebut sebagai berikut:

2. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu.

3. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan.

4. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, peternakan, atau perikanan.

5. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin. 6. Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan

pengujian.

61

(43)

7. Barang yang telah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama.

8. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan prsetujuan impor untuk dipakai.

9. Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan. 10. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk

kepentingan umum.

11. Barang dengan tujuan untuk diimpor sementara.

Kementerian Pekerjaan Umum mengatur tentang kegiatan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum.62

62

Robert J. Kodoatie, Op. Cit., hlm. 45.

(44)

Ketentuan umum Kementerian Pekerjaan Umum selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan infrastruktur, pekerjaan umum berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa, memberi lapangan pekerjaan bagi tenaga ahli, tenaga terampil, pekerja dan masyarakat yang diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan umum. Industri barang dan jasa pendukung jasa terutama bahan baku investasi tersebut misalnya kebutuhan pabrik semen, pabrik baja, aspal beton, pabrik kayu lapis, dan lain sebagainya dalam proses pembangunan jalan tol. Oleh karena itu, pembangunan infrastuktur khususnya dalam bidang pekerjaan umumdi Indonesia sangat pesat sekali.63

Pemberian fasilitas penanaman modal bagi perusahaan-perusahaan penanaman modal dalam negeri maupun asing bertujuan untuk menarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Fasilitas penanaman modal diberikan dengan mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus selektif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan yang diberikan negara lain. Pemberian fasilitas penanaman modal yang diberikan, dijadikan sebagai upaya untuk mendorong penyerapan tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang lebih menguntungkan kepada penanam modal yang menggunakan barang modal atau mesin dan peralatan produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal di daerah terpencil dan di daerah

63

(45)

infrastruktur terbatas yang akan diatur lebih terperinci dalam ketentuan perundang-undangan.64

Insentif pada dasarnya merupakan salah satu strategi untuk menarik modal asing. Insentif dapat berupa pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku bagi kegiatan investasi di Indonesia. Selain itu pemberian fasilitas keringanan ini dapat diberikan secara tidak langsung berupa jaminan dalam pengembalian modal dan keuntungan, jaminan tidak adanya hambatan dalam negeri dan persetujuan untuk menyelesaikan perselisihan yang mungkin akan timbul, jaminan tidak adanya nasionalisasi, dan penghindaran pajak ganda.

Manfaat dari pemberian keringanan bea masuk bahan baku investasi bagi kegiatan investasi asing dalam bidang pekerjaan umum salah satunya adalah investor dapat meningkatkan daya saingnya melalui keringanan dan pembebasan bea masuk atas impor barang modal dan bahan dalam rangka penanaman modal. Terbatasnya insentif akan sangat sulit untuk menarik modal datang ke Indonesia. Namun, terlalu memanjakan para pemodal terutama pemodal asing, juga akan berpengaruh terhadap iklim usaha.

65

Rasio dari pembebasan tersebut adalah untuk tidak menyulitkan perusahaan modal asing dalam mencapai fase berproduksi di Indonesia dalam jumlah yang disalurkan ke pasaran, pada fase ini biasanya diperlukan pengeluaran yang sangat besar. Sehingga dengan adanya pembebasan tersebut, dapat dianggap sebagai kompensasi terhadap pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Dasar Selain itu, perusahaan modal asing diberi kelonggaran berupa pembebasan dan keringanan.

64

Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 65

(46)

dikeluarkannya pembebasan pajak bagi perusahaan modal asing adalah untuk memberi kesempatan dalam waktu yang layak agar dapat mencapai produksi yang tidak dapat dipasarkan. Mengenai pemberian keringanan ini pada pokoknya diberikan kepada para pengusaha asing dalam waktu terbatas sejak tercapainya produksi pertama, agar mereka masih dapat melanjutkan usahanya dengan lancar dan objektif.

Terkait insentif berupa keringanan bea masuk bahan baku investasi dalam Pasal 1 ayat 1 Keputusan Diretur Jendral Bea dan Cukai tentang Tata Cara Pemberian Keringanan Bea Masuk Oleh Industri/Industri Jasa Yang Melakukan Pembangunan/Pengembangan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 135/KMK.05/2000 beberapa insentif berupa pemberian keringanan bea masuk bahan baku bagi kegiatan investasi tersebut pada dasarnya merupakan hal yang wajar dalam rangka menarik modal asing datang ke suatu negara. Industri Jasa adalah perusahaan yang telah memiliki izin usaha yang kegiatannya di bidang jasa salah satunya adalah pekerjaan umum.66

C. Kelemahan dan Kelebihan Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

Insentif pajak yang diterapkan pada suatu negara berupa penurunan tarif pajak penghasilan badan untuk aktifitas atau jenis usaha tertentu, pembebasan pajak, kredit atau keringanan pajak untuk barang modal dalam rangka investasi, penyusutan dipercepat untuk barang modal, pengakuan biaya yang lebih besar

66

(47)

dari biaya sebenarnya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan, penurunan tarif witholding tax atas laba yang dikirimkan kembali ke negara asal, penurunan pajak penghasilan orang pribadi dan/atau tunjangan untuk pegawai, pengecualian atau penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan (PPn), penurunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta pemberian keringanan atau penurunan Bea Masuk dan Cukai.67

Penanaman modal yang memperoleh fasilitas diharuskan memenuhi salah satu kriteria berikut ini:

Pemerintah telah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia. Hal tersebut diatur di dalam Pasal 18 UU Penanaman Modal. Fasilitas penanaman modal yang diberikan pemerintah dapat diberikan kepada kegiatan penanaman modal yang melakukan perluasan usaha dan melakukan penanaman modal baru.

68

1. Menyerap banyak tenaga kerja. 2. Termasuk skala prioritas tinggi. 3. Termasuk pembangunan infrastruktur. 4. Melakukan alih teknologi.

5. Melakukan industri pionir.

6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu.

7. Menjaga kelestarian lingkungan.

8. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi.

67

Salim HS dan Budi Sutrismo, Op. Cit., hlm. 292. 68

(48)

9. Bermitra dengan usaha mikro kecil, menengah atau koperasi.

10. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang di produksi di dalam negeri.

Pasal 18 ayat 3 huruf e menjelaskan pengertian industri pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Penetapan besarnya insentif merupakan salah satu pertimbangan perizinan penanaman modal asing di Indonesia. Pemberian insentif merupakan beban biaya bagi pemerintah negara dari penghasilan pajak dan dari peningkatan biaya pembangunan yang harus ditanggung negara.69 Adapun beberapa kelemahan yang ditemukan dalam insentif pajak yang salah satunya memuat fasilitas keringanan atau penurunan bea masuk dan cukai adalah sebagai berikut:70

1. Insentif pajak berpotensi dalam menciptakan adanya korupsi.

Pemberian insentif pajak merupakan suatu kebijakan yang tidak berlaku untuk semua sektor usaha Wajib Pajak. Dalam menentukan sektor usaha yang diberikan insentif sangat tergantung kepada pejabat yang berkuasa pada periode tersebut. Pengalaman kebijakan insentif di Indonesia pada tahun 1996 membuktikan bahwa insentif pajak diberikan tidak transparan dan hanya kepada pengusaha yang mempunyai hubungan yang kuat kepada penguasa. 2. Insentif pajak menyebabkan ketidakadilan.

Pemberian insentif pajak tidak diberlakukan kepada semua Wajib Pajak,

69

Sumantoro, Op. Cit, hlm.41. 70

(49)

sehingga Wajib Pajak yang tidak menikmati insentif merasa diperlakukan tidak adil.

3. Insentif pajak menyebabkan distorsi.

Tujuan dari kebijakan insentif pajak adalah untuk mempengaruhi keputusan investasi. Oleh karena itu, distorsi yang muncul sebagai akibat adanya kebijakan insentif pajak dapat dibenarkan dalam hal kebijakan tersebut dimaksudkan sebagai kompensasi dari ketidaksempurnaan pasar, yaitu dalam kondisi pasar tidak mampu untuk menghasilkan tingkat investasi optimal secara sosial. Contoh insentif pajak yang menimbulkan distorsi yang dibenarkan adalah insentif pajak atas kegiatan penelitian dan pengembangan dan insentif pajak untuk pengembangan daerah tertentu.

4. Insentif pajak dinilai tidak efektif dan efisien.

(50)

demi kasus, konsekuensinya adalah semakin besar perusahaan modal asing maka semakin besar pula insentif yang harus dikeluarkan.71

Negara yang berada dalam kompetisi pemberian insentif pajak terjebak dalam suatu dilema dalam memilih untuk melanjutkan ikut dalam kompetisi dengan konsekuensi biayanya semakin besar atau menghentikan kompetisi dengan konsekuensi investor baru tidak datang atau investor lama akan berpindah ke Insentif pajak merangsang suatu perusahaan untuk berperilaku dengan cara tertentu yang menyebabkan inefisiensi dalam alokasi sumber daya. Distorsi jenis lain yang disebabkan oleh kebijakan insentif pajak adalah antara perusahaan yang menerima dan yang tidak. Kebijakan pemberian insentif pajak di berbagai negara, terutama pasca krisis ekonomi cenderung mengarah kepada kompetisi. Masing-masing negara memainkan instrumen insentif pajak dengan melihat dan memperhatikan kebijakan negara lain dalam membuat kebijakan insentif pajak, sehingga setiap aksi yang dilakukan negara lain akan diikuti aksi tandingan oleh negara lainnya.

Kompetisi dalam pemberian insentif pajak memberikan keuntungan bagi perusahaan multinasional sebagai investor. Sedangkan yang dirugikan tentunya adalah negara tuan rumah yang menawarkan insentif pajak yang berlebihan. Konsekuensinya, biaya sehubungan dengan pemberian insentif pajak tersebut dialihkan ke sektor ekonomi lain, sehingga sektor ekonomi tersebut terhambat perkembangannya. Hal ini menggambarkan penurunan standar kesejahteraan yang diberikan kepada masyarakat.

71

(51)

negara lain. Dalam suatu teori ekonomi manajerial, dilema yang dihadapi negara tuan rumah yaitu jika pemerintah menginginkan untuk menarik modal asing yang subtansial maka pemerintah ikut dalam kompetisi dengan memberikan insentif pajak yang mempunyai daya tarik minimal sama dengan negara saingannya. Namun negara lain juga akan melakukan hal yang sama, sehingga biaya yang ditimbulkan dari adanya insentif tersebut lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh.

Kompetisi dalam pemberian insentif pajak memaksa setiap negara untuk mencegah investor yang sudah ada agar tidak beralih ke negara lain, sehingga setiap negara senantiasa meningkatkan insentif pajak tersebut. Apabila fenomena tersebut dibiarkan tanpa dikontrol dengan baik, dikhawatirkan justru akan berakibat buruk dalam perekonomian suatu negara. Akibat buruk tersebut terutama dapat menyebabkan distorsi dalam pola perdagangan dan investasi serta mengganggu kestabilan fiskal suatu negara, karena insentif pajak berarti mengorbankan penerimaan negara dari pajak yang semestinya diterima oleh negara.

(52)

pengembangan wilayah yang pertumbuhan ekonominya masih rendah dan untuk tujuan tertentu, seperti penciptaan lapangan kerja, transfer teknologi dan peningkatan ekspor.72

Pembaharuan kebijakan pemerintah di bidang fasilitas dalam bentuk pemberian keringanan bea masuk dengan maksud untuk mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan efisiensi nasional dan untuk meningkatkan efektifitas pemberian fasilitas bea masuk yang meliputi antara lain pemberian keringanan bea masuk atas importasi bahan baku untuk industri otomotif, industri elektronika, dan terakhir pemberian keringanan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan dalam rangka pembangunan/pengembangan industri/industri jasa. Dengan digulirkannya fasilitas ini pemerintah mengharapkan dampak dari kebijakan ini terhadap perekonomian nasional seperti substitusi impor untuk menghemat devisa, menyediakan lapangan kerja, alih teknologi dan sebagainya.73

Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik. Penghimpunan dana pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti pinjaman luar negeri. Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global.

72

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.282. 73

(53)

Kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik dan bentuk proses produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja.74 Washington Post dalam artikelnya menyebutkan kurangnya sistem hukum yang pasti di Indonesia merupakan faktor utama mengapa investor pergi. Kurangnya kepercayaan investor membuat perginya modal asing yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang belum pulih akibat krisis finansial Asia tahun 1997-1998. Investor asing juga sering mengeluh bahwa mereka sering kali dijadikan subjek tuntutan sewenang-wenang oleh pejabat pemerintah, petugas pajak, dan mitra lokal.75

Selain ditemukannya beberapa kerugian ataupun kelemahan dalam pemberian insentif pajak baik itu berupa pembebasan maupun keringanan bea masuk bahan baku investasi, di sisi lain pembebasan atau keringanan bea masuk

Kepastian hukum itu sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk menghitung risiko. Bagaimana risiko dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan hukum terhadap risiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka hampir dapat dipastikan investor tidak akan berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai peraturan perundang-undangan tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal certainty atau kepastian hukum atas keputusan yang ditetapkan.

74

Yulianto Syahyu, “Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 46.

75

(54)

bahan baku investasi memiliki beberapa keuntungan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan wilayah.

Kebijakan pemberian insentif pajak untuk tujuan pengembangan suatu wilayah biasanya berbentuk alokasi ilayah yang menjadi target pemberian insentif pajak biasanya daerah yang terpencil dan tingkat penganggurannya tinggi.

2. Menciptakan lapangan kerja.

Insentif pajak dapat diarahkan untuk merangsang pendirian perusahaan di bidang industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri manufaktur merupakan contoh industri padat karya yang sering menjadi target pemberian insentif.76 Dengan meningkatnya meningkatnya industri baru, akan menambah kebutuhan julah tenaga kerja sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKPM, pertambahan jumlah penyerapan tenaga kerja akibat realisasi penerimaan penanaman modal tahun 2013 mencapai 1.829.950 dan pada tahun 2014 sebanyak 1.430.846 orang. Penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja tersebut sesuai dengan realisasi investasi yang juga turun pada tahun 2014 sebesar 16 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 27%. Melalui pemberian fasilitas keringanan bea masuk bahan baku bagi kegiatan investasi sangat mempengaruhi absorbsi tenaga kerja.77

76

Sumantoro, Op.Cit., hlm. 45.

(55)

3. Transfer Teknologi

Banyak negara memformulasikan kebijakan pemberian insentif pajak dengan tujuan untuk menarik investasi yang membawa teknologi yang lebih modern. Namun, kebijakan tersebut sulit diterapkan karena kantor pajak mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria suatu teknologi yang canggih atau. Melalui pemberian keringanan bea masuk ini maka negara tuan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya dan dapat melakukan transfer teknologi dengan negara tuan rumah.

(56)

yang berhubungan dengan ekspor atau dapat pula berupa pembebanan biaya secara maksimal atas biaya untuk tujuan ekspor, seperti biaya promosi ekspor.

Daerah perdagangan bebas berhubungan dekat dengan pengembangan investasi yang berorientasi ekspor dimana adanya daerah terbatas atau kawasan terbatas yang terikat dengan ketentuan tertentu dimana perusahaan yang berada di kawasan tersebut baik lokal maupun asing dapat melakukan impor mesin, komponen dan bahan baku tanpa harus membayar bea masuk dan pajak lainnya sepanjang barang tersebut sebagai sarana untuk merakit, mengolah atau diolah menjadi barang untuk tujuan ekspor. Apabila barang tersebut dijual di pasar domestik, maka atas penjualan tersebut diperlakukan sebagai impor sehingga dikenakan pajak dan bea masuk seperti impor. Maksud dari negara yang mendirikan export processing zone pada umumnya adalah untuk mendapatkan devisa dari penjualan ekspor. Disamping itu juga untuk menciptakan lapangan kerja, menarik teknologi dari luar negeri atau mendorong perkembangan wilayah tertentu.

Insentif pajak yang diberikan pada kawasan khusus tersebut terutama adalah pembebasan bea masuk dan PPN. Pembebasan tersebut diterapkan atas bahan baku dan komponen yang diimpor yang kemudian diekspor yang melihat aspek perpajakan dan perkreditan termasuk fasilitas kredit atau pinjaman pada sumber-sumber di dalam negeri.78

78

Ibid., hlm. 85.

(57)

investor asing akan tertarik untuk menanamkan modalnya karena insentif tersebut langsung berdampak pada rendahnya harga pokok barang sehingga barang yang diproduksi mempunyai daya saing yang tinggi. Pembebasan PPN atas kegiatan impor di kawasan khusus untuk tujuan ekspor disertai dengan penerapan zero rate atas kegiatan ekspor. Dengan tarif 0% atas ekspor, berarti PPN yang masih melekat dalam harga barang dapat dieliminasi sehingga barang tersebut dapat bersaing di pasar internasional. Hal ini sesuai dengan prinsip destinasi dari PPN, yaitu bahwa PPN dikenakan di tempat barang tersebut dikonsumsi. Dengan adanya pembebasan bea masuk dan PPN atas impor barang untuk tujuan ekspor, perusahaan akan diuntungkan dari segi cash flow karena tidak harus membayar pajak terlebih dahulu.

D. Hambatan dalam Pemberian Fasilitas Keringanan Bea Masuk Bahan Baku Investasi Bagi Kegiatan Investasi Asing dalam Pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum

Referensi

Dokumen terkait

Kekhawa ran tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan. Sebab sebagaimana telah terurai di atas dalam sejarah pengaturan tanah di Kasultanan Yogyakarta dan Pura

Yogyakarta tetap berbentuk kerajaan dan urusan di dalam wilayahnya.. 30 akan diurus oleh pemerintah setempat yang bertanggung jawab langsung kepada presiden

Pemberian bantuan bagi korban bencana alam dan sosial tersampaikan dalam waktu waktu kurang dari 3 hari 2 Peningkatan Pemberdayaan PMKS Prosentase keluarga miskin

Pada tahap ini siswa membaca bersama-sama, diusahakan agar siswa mengerti dengan baik isi bacaan secara keseluruhan seperti mengamati ilustrasi wacana (bila

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

Objek penyelidikan ilmu linguistik adalah aspek bahasa yang memuat fakta sosial masyarakat yang disebut Saussure sebagai langue (Kridalaksana dalam Saussure, 1988:

Pengaruh Pemberian Agensia Hayati Mikoriza (Acaulospora Tuberculata) Terhadap Intensitas Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L)

otePad merupakan program aplikasi pelengkap (Accessories) yang terdapat dalam sistem operasi Microsoft Windows XP dan berfungsi sbagai text yang dapat digunanakan