• Tidak ada hasil yang ditemukan

2) Jaminan Pelaksanaan; 3) Jaminan Uang Muka;

2.6. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) 1. Fungsi dan Penerapan HPS :

1) HPS dapat difungsikan sebagai batas kewajaran (passing grade) dalam melakukan proses pengadaan Barang/Jasa apabila perkiraan harga penawaran yang dapat

dipertanggungjawabkan berada pada kisaran nilai HPS. Total nilai HPS sebagai batas kewajaran (passing grade) bersifat rahasia, ;

2) HPS dapat difungsikan sebagai batas atas (ceiling price) dalam melakukan proses pengadaan Barang/Jasa apabila perkiraan harga penawaran yang dapat

dipertanggungjawabkan tidak akan melebihi HPS. Penawaran dinyatakan gugur apabila harga penawarannya melebihi HPS. Total nilai HPS sebagai batas atas (ceiling price) bersifat terbuka;

3) Dalam hal harga penawaran lebih kecil 80% dari HPS maka Penyedia Barang/Jasa wajib menyertakan rincian unsur biaya.

Pada Pengadaan yang menggunakan HPS sebagai batas kewajaran (passing grade), penawaran dinyatakan gugur apabila setelah dievaluasi nilainya melebihi 10% (sepuluh persen) dari HPS;

5) Nilai total HPS harus diumumkan pada saat penjelasan Dokumen Pengadaan kecuali HPS untuk pengadaan yang dilakukan melalui e-Auction dan Pengadaan yang menggunakan HPS sebagai batas kewajaran (passing grade);

2.6.2. Penyusunan dan Kegunaan HPS :

1) HPS

wajib

disusun oleh Panitia/Pejabat Pengadaan dan disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

2) 3)

HPS dikalkulasikan secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. HPS digunakan sebagai alat untuk menetapkan besaran jaminan penawaran;

2.6.3.

Data/Referensi Penyusunan HPS :

1) HPS dibuat dan disusun secara cermat dengan menggunakan data/referensi dasar dan pertimbangan antara lain, namun tidak terbatas pada:

a. Dokumen Pengadaa

n

(Spesifikasi / Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)/Kerangka Acuan Kerja atau Term Of Reference (KAK atau TOR)/Syarat

Penawar /Syarat Kontrak); b.

c.

Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS;

Harga kontrak untuk barang atau pekerjaan sejenis yang sedang atau telah dilaksanakan;

Analisa harga satuan pekerjaan;

Daftar harga dan tarif dari instansi yang berwenang;

Informasi yang dipublikasikan secara resmi oleh Biro Pusat Statistik (BPS) atau media cetak dan elektronik lainnya atau instansi yang berwenang;

g. h.

Perkiraan Perhitungan biaya oleh konsultan / Engineer’s Estimate (EE);

Daftar harga/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh asosiasi pabrikan/agen tunggal atau instansi lain yang berwenang, baik pusat maupun daerah;

Untuk barang yang mengandung unsur komponen impor diperhitungkan antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang asing dari negara asal terhadap Rupiah dan/atau LME (London Metal Exchange) rate dan/atau Harga Minyak Dunia serta bea masuk yang berlaku.

d. e. f.

i.

2) HPS yang disusun wajib memperhitungkan :

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea masuk sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

b. Risiko, Overhead Cost dan Keuntungan (ROK) yang wajar bagi Rekanan sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, dan maksimum besarnya 10% (sepuluh persen).

3) HPS tersebut tidak boleh memasukkan biaya tak terduga (contingency), biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan (PPh).

2.6.4. Tata Cara Penyusunan HPS :

1) Dalam menyusun HPS untuk Pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa Lainnya, Panitia/Pejabat Pengadaan wajib:

a. Mempelajari dengan cermat dokumen pengadaan, antara lain syarat-syarat kontrak, spesifikasi teknis dan gambar-gambar;

b. c. d. e.

Meneliti kondisi lapangan dan dibandingkan dengan perkiraan perhitungan biaya; Meneliti harga satuan dasar upah tenaga kerja, bahan/material dan peralatan; Memilih alternatif dan menetapkan metode kerja;

Melaksanakan analisa teknis perhitungan komponen tenaga kerja, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan dan spesifikasi teknis yang ditentukan;

f. Menghitung harga satuan dan membandingkan dengan harga pasar, harga-harga kontrak yang sedang / telah dilaksanakan yang sejenis;

Menghitung harga total pekerjaan termasuk PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

g.

2) Dalam menyusun HPS untuk Pekerjaan Jasa Konsultansi, Panitia Pengadaan wajib : a. Mempelajari dan memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference

(TOR) termasuk syarat kontrak; b.

c. d.

Mempelajari dan mengumpulkan informasi/data-data mengenai kondisi lapangan; Mempelajari program dan jadwal pelaksanaan pekerjaan;

Menetapkan jumlah kualifikasi tenaga ahli, tenaga teknis serta tenaga pendukung lainnya termasuk jadwal penugasan masing-masing personil, fasilitas/peralatan yang diperlukan dan lain-lain;

e. Mempelajari dan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang;

f. Menghitung Biaya Langsung Personil (remuneration) dan Biaya Langsung Non Personil (direct cost) :

(1) Biaya Langsung Personil meliputi pembayaran tenaga ahli, teknisi dan tenaga penunjang. Biaya langsung personil bagi masing-masing tenaga ahli dihitung

berdasarkan satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, jam) dikaitkan dengan rate yang berdasarkan harga pasar dan/atau berdasarkan gaji dasar dan/atau kontrak-kontrak yang lalu/sedang berjalan sesuai dengan tahun pengalaman profesional yang ditetapkan dalam KAK, dan

(2) Biaya Langsung Non Personil meliputi segala biaya yang langsung berkaitan menunjang pelaksanaan tugas konsultan, antara lain pengadaan/sewa kantor, sewa kendaraan, sewa rumah, biaya perjalanan dinas, biaya pelaporan, biaya

komunikasi dan lain-lain, dengan mengacu kepada rate/tarif harga pasar setempat dan/atau tarif/harga satuan kontrak yang lalu/sedang berjalan;

g. Menghitung harga total pekerjaan termasuk PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Dalam menyusun HPS untuk Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya, Panitia Pengadaan wajib :

a. Mempelajari dengan cermat dokumen pengadaan, antara lain syarat-syarat kontrak, spesifikasi teknis dan gambar-gambar;

b. Meneliti harga-harga pasar dari barang yang dapat memenuhi spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan di dalam Dokumen Pengadaan;

c. d.

Meneliti tarif biaya angkutan dan biaya asuransi;

Mempelajari dan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;

Menghitung harga satuan barang dengan mengacu harga pasar, harga kontrak sejenis sebelumnya, biaya angkutan, dan biaya asuransi;

c. Menghitung seluruh harga barang yang akan diadakan termasuk PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b.

2.7. Metoda Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa Lainnya

2.7.1. Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya

Pada prinsipnya Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/jasa lainnya dilakukan melalui metoda pelelangan, yang dilakukan secara terbuka dan diumumkan secara luas melalui papan pengumuman dan media elektronik (e-Procurement PLN) serta dapat melalui surat kabar. 2.7.2. Pemilihan Langsung Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya

Pemilihan langsung dapat dilakukan dalam hal :

1) Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya dibutuhkan mendesak untuk operasional PLN sehingga apabila tidak segera dilakukan akan berakibat terganggunya operasional PLN; atau

2) Calon Penyedia Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya yang memasukkan penawaran harga dalam Metoda Pelelangan untuk Dua Tahap hanya 2 (dua); atau

3) Setelah dilakukan Pengadaan Ulang dalam Metoda Pelelangan ternyata hanya 2 (dua) Calon Penyedia Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya yang :

a. b. c.

Mendaftar; atau Lulus Prakualifikasi; atau

Memasukkan Penawaran dalam Metoda Satu sampul dan Metoda Dua sampul; atau

d. 4)

Memasukkan Penawaran administrasi dan Teknis dalam Metoda Dua Tahap. Proses Pengadaan Barang/Jasa konstruksi / Jasa lainnya dilakukan dengan cara : a. Dalam hal seperti angka 2.7.2.1 di atas, Panitia Pengadaan mengundang

sekurang-kurangnya 2 (dua) Penyedia Barang/Jasa dan membandingkan penawaran dari Penyedia Barang/Jasa yang telah lulus prakualifikasi. b. Dalam hal seperti angka 2.7.2.2 dan 2.7.2.3 di atas, Panitia Pengadaan

sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

2.7.3. Penunjukan Langsung Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya 1) Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal:

a. Barang/Jasa konstruksi/Jasa Lainnya yang akan diadakan bersifat spesifik hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan/atau hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa (agen tunggal) yang mampu melaksanakan dan/atau mengaplikasikannya; atau

b. Pengadaan barang spesifik yang tak dapat digantikan oleh produk lain atau tidak kompatibel. Pengadaan barang spesifik harus memenuhi syarat sebagai berikut : Penyedia Barang/Jasa harus merupakan pabrikan (engine maker dan/atau primary manufacture) atau Agen tunggal dengan penawaran dari pabrikan; atau

c. d.

Pekerjaan Keadaan Darurat (emergency); atau

Pemeliharaan unit pembangkit dalam bentuk jangka panjang/LTSA (Long Term Service Agreement) termasuk pengadaan suku cadang khusus dan spesifik Pabrikan atau Agen Tunggal/Original Equipment Manufacture (OEM) serta Perusahaan yang menjadi Agen Tunggal Pemegang Merek; atau

e. Dalam metode 2 tahap, Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus evaluasi Tahap I sebanyak ≥ 3 peserta namun yang memasukkan penawaran harga (Tahap II) hanya 1 (satu) dan peserta yang tidak memasukkan penawaran harga maka jaminan penawarannya dicairkan; atau

f. Setelah dilakukan Pengadaan Ulang dalam Metoda Pelelangan ternyata hanya 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa yang :

(1) (2) (3) (4) g. Mendaftar; atau Lulus Prakualifikasi; atau

Memasukkan Penawaran dalam Metoda Satu sampul atau Dua sampul; atau Memasukkan Penawaran administrasi dan Teknis dalam Metoda Dua Tahap; atau Barang/Jasa konstruksi/Jasa lainnya lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya; atau

h. Penunjukan berulang (repeat order) dilakukan dalam hal :

(1) Terhadap Barang yang secara terus menerus dibutuhkan sepanjang harga yang ditawarkan menguntungkan dengan tidak mengorbankan kualitas barang; atau Terhadap Jasa Lainnya yang secara terus menerus dibutuhkan perusahaan sepanjang harga yang ditawarkan menguntungkan dengan tidak mengorbankan kualitas jasa. hanya dapat dilakukan sebanyak 3 kali berturut-turut kepada Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan pelelangan sebelumnya. (3) Penyedia Jasa Lainnya yang telah memenangkan pelelangan dan dikontrak

multiyears, dapat dilakukan Penunjukan Berulang (repeat order) maksimal 1 kali jangka waktu multiyears kontrak sebelumnya.

i. Penyedia Barang/Jasa adalah Anak Perusahaan yang memiliki kekhususan bidang usaha dengan tujuan sebagai berikut:

(1) Untuk mengamankan pasokan suplay bahan bakar maksimum 20 % dari total kebutuhan;atau

(2) (3) (4)

Untuk menjaga kehandalan sistem operasi pemeliharaan pembangkit ; atau Untuk pengamanan penyediaan ketenagalistrikan;atau

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset ketenagalistrikan untuk kepentingan telekomunikasi, multimedia dan informasi;atau

(5) Untuk pengamanan layanan jasa engineering untuk optimalisasi investasi dan operasi sistem ketenagalistrikan dengan batas maksimum 50% dari total kebutuhan dalam 1 (satu) tahun anggaran.

j. Pengadaan Barang/Jasa konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pengadaan : (1)

(2)

Di Kantor Pusat sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) Di Unit Bisnis sampai dengan Rp. 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ) 2) Apabila terdapat kriteria Penunjukan Langsung yang belum diatur pada angka 2.7.3.1 diatas

harus melalui persetujuan direksi terlebih dahulu. 3) Proses Penunjukan Langsung dilakukan dengan cara :

a. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf a sampai d di atas, dilakukan dengan mengundang Calon Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk untuk memasukkan penawaran.

b. Pengadaan barang spesifik sesuai angka 2.7.3.1 huruf b diatas dapat dilaksanakan sepanjang dilakukan kepada penyedia barang tunggal yang merupakan pabrikan/kantor cabang/unit usaha/agen tunggal/agen/distributor yang berstatus agen, dengan syarat dibuktikan dengan perjanjian keagenan atau surat penunjukan dari pabrikan atau pihak yang diberi kewenangan oleh pabrikan, dan sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf e dan 2.7.3.1 huruf f angka 1, 2, 4 di atas, dilakukan dengan mengundang Calon Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk untuk memasukkan Penawaran .

d. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf f angka 3 di atas, dilakukan evaluasi Penawaran harga.

e. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf g diatas, Pengguna Barang/Jasa menerbitkan Surat Perintah Kerja atau Kontrak kepada Penyedia Barang/Jasa yang telah mempunyai ikatan kerja sebelumnya.

f. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf h di atas, Pengguna Barang/Jasa menerbitkan Surat Perintah Kerja atau Kontrak kepada Penyedia Barang/Jasa dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi penawaran yang diajukan.

g. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf i di atas, dilakukan dengan mengundang Anak Perusahaan yang ditunjuk untuk memasukan Penawaran.

h. Dalam hal terjadi sesuai angka 2.7.3.1 huruf j di atas, dilakukan dengan mengundang Calon Penyedia Barang/Jasa (yang mampu dan mempunyai reputasi baik) untuk memasukan Penawaran dan dilakukan evaluasi Penawaran.

i. Dalam evaluasi penawaran dapat dilakukan Klarifikasi dan Negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

2.7.4. Pembelian Langsung

1) Pembelian langsung, yaitu pembelian terhadap barang yang terdapat di pasar yang diyakini bahwa harga tersebut merupakan hasil persaingan di pasar dan dengan nilai maksimal Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah);

2) Pembelian langsung untuk barang yang bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan bukti kuitansi tanpa SPK;

3) Proses Pembelian langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan;

4) Dalam menetapkan Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pengadaan telah mempunyai data pembanding, baik teknis maupun harga.

2.8. Metoda Pengadaan Jasa Konsultansi