• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

5.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (status gizi, pemberian asi eksklusif, ventilasi, kelembabab, kepadatan hunian, kebiasaan merokok, pendidikan orang tua) dan variabel dependen (ISPA pada Balita) dengan menggunakan uji chi square. Hasil hubungan variabel independen dan variabel dependen pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : 5.3.1 Hubungan Status Gizi terhadap ISPA pada Balita

Hasil analisis hubungan antara status gizi terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut :

Tabel 5.12

Analisis Hubungan antara Status Gizi terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013 Status Gizi Balita Total p-value OR Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,121 0,3 (0,09-1,1) Gizi Kurang 4 28,6 10 71,4 14 100 Gizi Baik 41 55,4 33 44,6 74 100 Jumlah 45 51,1 43 48,9 88 100

61

Pada Tabel 5.12 didapat hasil hubungan antara status gizi terhadap ISPA pada balita yaitu sebanyak 4 dari 14 (28,6%) balita gizi kurang mengalami ISPA serta 33 dari 74 (44,6%) balita dengan gizi baik tidak mengalami. Berdasarkan hasil uji chi

square diperoleh nilai p= 0,121 (p-value >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan bermakna antara status gizi terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 0,3 (95%CI : 0,09-1,1) yang berarti bahwa balita dengan status gizi kurang mempunyai peluang 0,3 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita gizi baik.

5.3.2 Hubungan Pemberian Asi Eksklusif terhadap ISPA pada Balita

Hasil analisis hubungan antara pemberian asi eksklusif terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut :

Tabel 5.13

Analisis Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Pemberian Asi Eksklusif

Balita

Total p-value OR

Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,251 2,1(0,7-5,9) Tidak 38 55,1 31 44,9 69 100 Ya 7 36,8 12 63,2 19 100 Jumlah 51,1 48,9 43 48,9 88 100

62

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan hasill analisis hubungan antara pemberian asi eksklusif terhadap ISPA pada balita sebanyak 38 dari 69 balita (55,1%) yang tidak diberikan asi ekslusif mengalami ISPA dan sebanyak 12 dari 19 (63,2%) balita yang diberikan asi ekslusif tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,251 (p-value>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pemberian asi ekslusif terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis diperoleh pula OR sebesar 2,1 (95%CI : 0,7-5,9) yang berarti bahwa balita yang tidak diberikan ASI Eksklusif beresiko 2,1 kali lebih besar mengalami ISPA..

5.3.3 Hubungan Ventilasi terhadap ISPA pada Balita

Hasil statistik hubungan antara ventilasi terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 5.14

Analisis Hubungan Ventilasi Rumah Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Ventilasi

Balita

Total

p-value OR

Mengalami ISPA Tidak

Mengalami ISPA N % N % N % TMS 32 62,7 19 37,3 51 100 0,019 3 (1,2-7,5) MS 13 35,1 24 18,1 37 100 Jumlah 45 51,1 43 48,9 88 100

63

Pada tabel 5.14 menunjukkan hubungan antara ventilasi rumah terhadap ISPA pada balita yaitu sebanyak 32 dari 51 (62,7%) ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan balita mengalami ISPA. Sedangkan sebanyak 24 dari 37 (18,1%) ventilasi rumah memenuhi syarat dan balita tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil uji chi

square diperoleh nilai p = 0,019 (p-value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan bermakna antara ventilasi rumah terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis diperoleh pula OR sebesar 3 (95%CI : 1,1-7,2) yang berarti bahwa balita dengan ventilasi rumah tidak memenuhi syarat beresiko 3 kali mengalami ISPA.

5.3.4 Hubungan Kelembaban Dalam Kamar Terhadap ISPA pada Balita Hasil analisis hubungan antara kelembaban terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut :

Tabel 5.15

Analisis Hubungan Kelembaban Dalam Kamar Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Kelembaban

Balita

Total p-value OR

Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,49 0,5 (0,1-1,8) TMS 5 38,5 8 61,5 13 100 MS 40 53,3 35 46,7 75 100 Jumlah 45 51,1 43 48,9 88 100

64

Tabel 5.15 menunjukkan hubungan kelembaban kamar terhadap ISPA pada balita yaitu sebanyak 5 dari 43 (38,5%) kelembaban kamar balita yang tidak memenuhi syarat (TMS) dan balita mengalami ISPA. Sedangkan, sebanyak 35 dari 45(46,7%) kamar balita dengan kelembaban kamar memenuhi syarat (MS) balita tidak mengalami ISPA. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,49 (p-value >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kelembaban kamar terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis ini pula diperoleh nilai OR sebesar 0,5 ( 95%CI : 0,3-1,9) yang berarti bahwa kamar balita dengan kelemaban tidak memenuhi syarat beresiko 0,5 kali lebih besar mengalami ISPA.

5.3.5 Hubungan Kepadatan Hunian terhadap ISPA pada Balita

Hasil analisis hubungan antara kepadatan hunian terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut :

Tabel 5.16

Analisis Hubungan Kepadatan Hunian Rumah Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Kepadatan Hunian

Balita

Total p-value OR

Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,029 3 (1,2-7,6) TMS 35 60,3 23 39,7 58 100 MS 10 33,3 20 66,7 30 100 Jumlah 45 51,1 43 48,9 88 100

65

Tabel 5.16 menunjukkan hubungan kepadatan hunian terhadap ISPA pada balita yaitu sebanyak 35 dari 58 (60,3%) rumah balita memiliki kepadatan hunian tidak memenuhi syarat (TMS) dan balita mengalami ISPA. Sedangkan, sebanyak 10 dari 30(33,3%) rumah balita dengan kepadatan hunian memenuhi syarat (MS) balita tidak mengalami ISPA. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,029 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kepadatan hunian terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis ini pula diperoleh nilai OR sebesar 3,0 ( 95%CI : 1,2-7,6) yang berarti bahwa kamar balita dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat beresiko 3 kali lebih besar mengalami ISPA.

5.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap ISPA pada Balita

Hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut

Tabel 5.17

Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Kebiasaan Merokok

Balita

Total p-value OR

Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,409 1,7 (0,7-4) Ya 30 55,6 24 26,4 51 100 Tidak 15 44,1 19 55,9 37 100 Jumlah 45 51,5 43 48,9 88 100

66

Tabel 5.17 menunjukkan hasil analisis hubungan antara kebiasaan merokok penghuni rumah terhadap ISPA pada balita diperoleh sebanyak 30 dari 51 (55,6%) rumah dengan penghuni yang merokok dan balita mengalami ISPA. Sementara itu, sebanyak 19 dari 37 (55,9%) penghuni rumah yang tidak merokok dan balita tidak mengalami ISPA. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,409 (p-value >0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok penghuni rumah terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis didapat nilai OR sebesar 1,7 ( 95%CI : 0,7-4) yang berarti bahwa balita yang tinggal dengan penghuni yang merokok beresiko 1,7 kali mengalami ISPA.

5.3.7 Hubungan Pendidikan Orang Tua terhadap ISPA pada Balita

Hasil analisis hubungan antara pendidikan orang tua terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013sebagai berikut :

Tabel 5.18

Analisis Hubungan Pendidikan Orang Tua Terhadap ISPA pada Balita di Kelurahan Ciputat Tahun 2013

Pendidikan Orang Tua

Balita

Total p-value OR

Mengalami ISPA Tidak Mengalami ISPA N % N % N % 0,019 3 (1,2-7,3) Rendah 26 65 14 35 40 100 Tinggi 19 39,6 29 60,4 48 100 Jumlah 45 51,1 43 48,9 88 100

67

Pada tabel 5.18 menunjukkan hasil analisis hubungan antara pendidikan orang tua terhadap ISPA pada balita yaitu sebanyak 26 dari 40 (65%) orang tua balita dengan status pendidikan rendah dan balita mengalami ISPA. Sedangkan sebanyak 29 dari 48 ibu balita (60,4%) dengan pendidikan tinggi, balita tidak mengalami ISPA. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,019 (p-value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan orang tua terhadap ISPA pada balita di Kelurahan Ciputat tahun 2013. Dari hasil analisis didapat nilai OR sebesar 2,8 ( 95%CI : 1,2-7,3) yang berarti bahwa balita dengan pendidikan orang tua rendah beresiko 3 kali balita mengalami ISPA.

68

BAB VI