• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

C. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara

pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku

minum obat di Posbindu Cempaka, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

(p=0,021). Hal ini bisa disebabkan karena untuk berperilaku kesehatan

seperti perilaku minum obat yang aman bagi lansia, diperlukan

pengetahuan lansia tentang manfaat minum obat yang aman bagi

kesehatan lansia itu sendiri. Oleh sebab itu bila pengetahuan lansia tentang

konsumsi obat yang aman baik maka akan mempengaruhi perilaku lansia

juga menjadi baik pula. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003)

pengetahuan merupakan pedoman penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, apabila perilaku tersebut didasari pengetahuan, kesadaran dan

sikap positif maka perilaku tersebut bersifat positif, oleh sebab itu,

sesuai dengan hasil penelitian Kristina dkk (2008) Keeratan hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku pengobatan sendiri adalah lemah (r

=0,253).

Semakin baik tingkatan pengetahuan lansia maka semakin baik

pula perilaku minum obat lansia tersebut. Jadi dengan pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan perilaku minum obat pada lansia. Hal ini sesuai

dengan Joyce & Evelyn (1996) sebab-sebab terjadinya ketidakpatuhan

lansia dalam minum obat menurut salah satunya yaitu tidak mengerti

tujuan atau alasan pemakaian obat. Jadi lansia yang telah mengetahui

tentang manfaat perilaku minum obat yang aman, maka dia akan

menimbang-nimbang baik buruknya bagi dirinya dan berperilaku sesuai

dengan kesadaran, pengetahuan dan sikapnya terhadap konsumsi obat

yang aman.

Pada hasil penelitian nilai OR sebesar 0,129 yang berarti bahwa

lansia yang memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman

memiliki peluang sebesar 0,13 lebih besar lansia tersebut berperilaku baik

dalam minum obat daripada lansia yang memiliki pengetahuan kurang

baik tentang konsumsi obat yang aman. Padahal hal ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara

pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman dengan perilaku

minum obat di Posbindu Cempaka, dan perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Hal ini mungkin bisa disebabkan walaupun

juga, tergantung dari individu masing-masing lansia. Hal ini sesuai dengan

Chandra (2009) nilai OR diketahui sebesar 0,129 menunjukkan bahwa

apabila nilai OR < 1, diperkirakan terdapat asosiasi negatif antara faktor

risiko dan penyakit.

2. Hubungan sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap

lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat di

Posbindu Cempaka, kelurahan Cempaka Putih, Ciputat (p=0,128). Jadi

walaupun sikap lansia dalam konsumsi obat yang aman baik, belum tentu

dapat mempengaruhi perilaku dalam minum obat menjadi baik pula.

Sikap juga dapat mendorong atau menghambat lansia untuk minum obat

yang aman, misalnya lansia bersikap bahwa bila minum obat lebih banyak

maka akan lebih cepat sembuh, hal ini dapat menghambat lansia untuk

minum obat yang aman. Selain sikap dan pengetahuan yang dapat

mempengaruhi perilaku lansia ada juga faktor pendukung (Faktor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

lansia) dan faktor pendorong (Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku lansia tersebut). Sehingga suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Hal lain

mungkin juga disebabkan oleh kurangnya interaksi antara lansia dan

petugas kesehatan di Posbindu Cempaka, jarangnya petugas kesehatan

menanyakan bagaimana perilaku lansia dalam minum obat ataupun

petugas kesehatan melakukan observasi, dan kurang aktifnya kader dalam

melihat perilaku lansia dalam minum obat dan bisa juga dari lansia sendiri

yang tidak mau berperilaku minum obat yang baik, jarangnya datang ke

Posbindu untuk mendiskusikan masalah konsumsi obat yang aman kepada

petugas kesehatan.

Pada hasil penelitian dari Wismanto (2004) menunjukkan bahwa

korelasi antara sikap dengan perilaku sebesar 0.366. Hasil tersebut dapat

diartikan bahwa variansi perilaku 13,39% dapat dijelaskan dari sikap dari

orang yang berperilaku tersebut. Hasil ini relatif kecil, hal ini

kemungkinan disebabkan bahwa antara sikap dan perilaku tidak

berhubungan secara langsung, akan tetapi masih terdapat variabel antara

yaitu kehendak atau niat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tidak ada

hubungan antara sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan

perilaku minum obat.

Hal ini tidak sesuai dengan Notoatmodjo (2007), sikap dipengaruhi

oleh tiga komponen yaitu pengetahuan, pemberian respon dan persepsi,

maka dari itu, pengetahuan saja tidak cukup tetapi diperlukan sikap lanjut

lansia yang mendukung terbentuknya perilaku dalam minum obat. Dan

juga bertentangan dengan hasil penelitian Kristina dkk (2008) Keeratan

=0,346). Pola kedua hubungan tersebut adalah positif. Artinya, semakin

baik pengetahuan,sikap tentang pengobatan sendiri maka semakin rasional

pula perilaku pengobatan sendirinya, demikian juga sebaliknya. Hasil

penelitian ini di dukung dengan hasilpenelitian Supardi, dkk.(2002) dalam

Kristina dkk (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap

berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri. Dharmasari (2003)

dalam Kristina dkk (2008) juga menyatakan bahwa pengetahuan dan

sikap berhubungan dengan pengobatan sendiri yang aman, tepat, dan

rasional.

Pada hasil penelitian nilai OR diketahui sebesar 2,354 yang berarti

bahwa lansia yang memiliki sikap baik terhadap konsumsi obat yang aman

memiliki peluang sebesar 2,3 kali lebih besar lansia tersebut berperilaku

baik dalam minum obat daripada lansia yang memiliki sikap kurang baik

terhadap konsumsi obat yang aman. Padahal hal ini tidak sesuai dengan

hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap

lansia terhadap konsumsi obat yang aman dengan perilaku minum obat di

Posbindu Cempaka. Hal ini mungkin bisa disebabkan dengan sikap lansia

yang baik dapat juga mempengaruhi perilaku lansia menjadi baik pula, hal

ini juga tergantung dari individu masing-masing lansia. Hal ini sesuai

dengan Chandra (2009) nilai OR diketahui sebesar 2,354 menunjukkan

bahwa apabila nilai OR > 1, diperkirakan terdapat asosiasi positif antara

Dokumen terkait