• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran pengetahuan lansia tentang konsumsi obat yang aman Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 63 lansia (87,5%)

memiliki pengetahuan baik tentang konsumsi obat yang aman sedangkan

lansia yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang konsumsi obat

yang aman sebanyak 9 lansia (12,5%). Hal ini kemungkinan karena

responden mempunyai cukup banyak waktu untuk bertukar pikiran dan

mencari informasi, sebab kebanyakan responden tidak bekerja. Hal ini

pengetahuan, lingkungan memiliki fungsi sebagai alat pergaulan dan

bertukar informasi yang dalam hal ini mengenai konsumsi obat yang

aman, sehingga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Hasil penelitian

ini bertentangan dengan Nugroho (2000) dan Ariati (2005), umumya

setelah seseorang memasuki tahap lansia maka akan mengalami penurunan

fungsi kognitif (proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, dan

lain-lain). Lansia umumnya mempunyai kemampuan daya ingat yang menurun,

sehingga mudah melupakan apa yang baru disampaikan dan ini berdampak

pada pemahaman para lansia yang mulai lambat memahami suatu

informasi dan badan POM (2008) pengetahuan lansia terkait cara-cara

penggunaan obat yang benar, tepat, dan rasional masih kurang untuk itu

diperlukan sistem pengawasan dan peningkatan kesadaran dan

peningkatan pemahaman.

Masih banyaknya lansia yang tidak mengetahui bahwa setiap obat

memiliki efek samping (Rahmawati, 2008), hal ini sesuai dengan hasil

penelitian walaupun pengetahuan lansia baik. Dari hasil penelitian hanya

76,3% masyarakat yang menyatakan pergi ke dokter jika dalam dua hari

gejala tidak membaik (Rakhmawatie dan Anggraini, 2010) hal ini sesuai

dengan hasil penelitian pengetahuan lansia yaitu apabila obat telah

diminum berkali-kali, tetapi penyakit belum sembuh, perlu ke dokter

dengan nilai pengetahuan baik sebesar 87,5%. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan hasil penelitian Modig et al, 2008 bahwa setidaknya 75%

dari obat-obatan dapat dikenal 71% oleh lansia dan hasil penelitian Jaye

Selandia Baru, persentase jawaban yang benar mengenai indikasi, dosis

dan tujuan pengobatan adalah 87%.

2. Gambaran sikap lansia terhadap konsumsi obat yang aman

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 42 lansia

(58,3%) memiliki sikap baik terhadap konsumsi obat yang aman

sedangkan lansia yang memiliki sikap kurang baik terhadap konsumsi obat

yang aman sebanyak 30 lansia (41,7%). Hal ini kemungkinan karena

lansia di posbindu ini berpengetahuan baik 87,5%, sehingga sikap lansia di

Posbindu ini juga baik dalam hal konsumsi obat yang aman 58,3%. Sikap

berada di dalam fikiran manusia, dan hanya dapat disimpulkan dari

tanggapan mereka (Fazio & Olsson 2003). Sesuai dengan penelitian ini

responden menjawab sesuai dengan pendapat mereka yaitu sangat setuju,

setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Lansia di posbindu Cempaka telah menggunakan obat secara

rasional dengan hasil penelitian ini sebanyak 42 lansia (58,3%) memiliki

sikap baik, hal ini sesuai dengan kriteria penggunaan obat rasional yaitu

tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis,

(Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, 2008). Hal ini sesuai dalam

penelitian Modig et al, 2008 mengungkapkan keyakinan yang kuat dalam

manfaat dari obat, yang bearti mempunyai sikap yang baik dalam

pengobatan, dan bertentangan dengan hasil penelitian Horne et al dalam

Pada penelitian ini lansia meminum obat tepat dengan keluhan

yang dirasakannya, hal ini bertentangan dengan badan POM (2008) pada

pasien yang sangat tua, manifestasi dari ketuaan secara normal dapat

menyebabkan kesalahan dalam mendefinisikan penyakit dan dapat

mengantarkan pada peresepan yang tidak tepat, sehingga terkadang saat

lansia meminum obat yang tidak tepat dengan keluhannya.

3. Gambaran perilaku lansia dalam minum obat

Gambaran perilaku lansia dalam minum obat di Posbindu Cempaka

sebanyak 40 lansia (55,6%) memiliki perilaku baik dalam minum obat

sedangkan lansia yang memiliki perilaku kurang baik dalam minum obat

sebanyak 32 lansia (44,4%). Hal ini kemungkinan pengaruh dari

pengetahuan lansia yang baik 87,5% dan sikap lansia yang baik 58,3%,

sehingga membentuk perilaku menjadi baik juga 55,6%. Perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat

diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain apabila sakit atau terkena masalah

kesehatan, dan salah satunya adalah perilaku minum obat.

Menurut badan POM (2008) Pengobatan sendiri dengan

menggunakan produk obat bebas/ obat bebas terbatas atau mengkonsumsi

obat yang diresepkan untuk penyakit-penyakit sebelumnya bahkan

mengkonsumsi obat untuk orang lain banyak dilakukan oleh lansia, dan

dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluh sakit persentase

terbesar adalah pengobatan sendiri (58,78%) dan menurut Direktorat

Jenderal POM (1993) golongan obat yang digunakan responden dalam

pengobatan sendiri adalah obat bebas sebesar 90,17% dan obat resep

9,83%, hal ini sejalan dengan penelitian bahwa banyak yang membeli obat

ke apotik tanpa resep ataupun membeli obat sendiri di warung walaupun

hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku lansia dalam mengkonsumsi

obat baik.

Pada hasil penelitian banyak lansia yang menggunakan obat lebih

dari 3 macam, walaupun perilaku lansia baik, hal ini mungkin karena

petugas kesehatan di Posbindu Cempaka dalam memberikan obat 3-4

macam bahkan lebih, hal ini sesuai dengan info POM (2008) peresepan

obat pada lansia berkisar sepertiga dari semua peresepan dan separuh dari

obat yang dibeli tanpa resep digunakan oleh lansia. Secara keseluruhan,

80% dari lansia setiap hari menggunakan paling sedikit satu jenis obat, dan

juga dari hasil penelitian menunjukkan 78% usia lanjut menderita tidak

kurang dari 4 macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam

penyakit, dan 13% menderita lebih dari 8 macam penyakit (mustofa, 1995)

dan selama periode 2005-2008, prevalensi polifarmasi (DP ≥ 5) meningkat

sebesar 8,2% (0,102-0,111), dan prevalensi polifarmasi berlebihan (DP ≥

10) meningkat sebesar 15,7% (0,021-0,024) (Bo Hovstadius et al, 2008).

Banyaknya jenis obat dan rumitnya tata cara pengobatan membuat

pasien usia lanjut, yang kemampuan kognitif dan fisiknya sudah

yang telah ditetapkan (Retno, 2010), dan hasil penelitian ketidakpatuhan

lansia dengan kondisi kronis dari 40% menjadi 75% Doggrell (2010), dan

juga menurut sebuah studi oleh Okuno et al dalam Modig et al, 2008, 25%

dari lansia berusia 80 tahun ke atas. tidak mengambil obat mereka seperti

yang ditentukan hal ini bertentangan dengan hasil penelitian di Posbindu

Cempaka yaitu lansia tidak menghentikan minum obat sampai selesai

program pengobatan.

Dokumen terkait