• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis Shift-Share tentang Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

3. Hasil analisis Shift-Share tentang Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi

Analisis shift-share merupakan tehnik yang menggambarkan performance (kinerja) sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor perekonomian nasional. Dengan demikian dapat ditemukan adanya shift (pergesaran) hasil pembangunan perekonomian daerah, bila daerah itu memperoleh kemajuan lebih lambat atau lebih cepat dari kemajuan nasional (Bendavid-Val (1983), Hoover (1984) Lihat Prasetyo, 1993:44 dalam Nudiatulhuda, 2007:44). Selanjutnya Lincolyn Arsyad (1997:290) dan Latif Adam (1994), mengemukakan bahwa analisis shift-share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan sruktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan-perbandingan itu. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil analisis shift-share (S-S) tentang keunggulan kompetitif dan spesialisasi menurut sektor setiap kabupaten/kota di Provinsi

79 DIY, terlihat bahwa setiap kabupaten/kota memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan spesialisasi. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita kabupaten/kota di Provinsi DIY bervariasi dan tentunya ditopang oleh sektor spesialis dan sektor kompetitif.

Daerah kabupaten/kota di DIY yang mempunyai kompetitif ditandai dengan K-K positif. Untuk sektor pertanian terdapat tiga kabupaten yang mempunyai keunggulan kompetitif masing-masing di Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul serta sektor pertambangan dan penggalian terdapat tiga kabupaten yang mempunyai spesialisasi, yaitu Kulo Progo, Bantu dan Gunung Kidul. Sebaliknya ada dua kabupaten/kota bernilai K-K negative artinya tidak memiliki keunggulan kompetitif.

Kemudian diketahui juga bahwa dari lima kabupaten/kota hanya Kabupaten Sleman yang memiliki keunggulan kompetitif di sektor pertambangan dan penggalian. Keunggulan kompetitif di sektor industry pengolahan dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta.. Selain itu, keunggulan kompetitif di sektor listrik, gas, dan air bersih dijumpai di Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul dan Sleman. Keunggulan kompetitif di sektor bangunan hanya dimiliki oleh Kabupaten Bantul. Di sektor perdagangan, hotel dan restoran keunggulan kompetitif dimiliki oleh seluruh kabupaten, kecuali Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta mempunyai keunggulan kompetitif di sektor pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten/kota yang keunggulan kompetitifnya di sektor keuangan,

80 persewaan dan jasa perusahaan dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul dan Sleman. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki keunggulan kompetitif pada sektor jasa-jasa hanya Kabupaten Bantul.

Selain itu, kita bisa melihat keunggulan spesialisasi yang dimiliki masing-masing daerah. Spesialisasi dapat dilihat dengan nilai S-S positif. Untuk sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian terdapat tiga kabupaten yang mempunyai spesialisasi untuk dua sektor tersewbut, masing masing terdapat di Kabupaten Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul. Sebaliknya ada dua kabupaten bernilai S-S negative artinya tidak memiliki spesialisasi.

Spesialisasi di sektor industri pengolahan dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Sleman. Spesialisasi di sektor listrik, gas, dan air bersih hanya dimiliki oleh Kota Yogyakarta. Selanjutnya, spesialisasi di sektor bangunan dijumpai di Kabupaten Bantul dan Sleman. Kemudian Kabupaten Sleman dan Kota Yohyakarta berspesialisasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta bertumpu pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten yang spesialisasinya di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dimiliki oleh Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sedangkan kabupaten/kota yang berspesialisasi pada sektor jasa-jasa adalah Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

Dari keunggulan kompetitif dan spesialisasi yang dimiliki masing-masing kabupaten/kota, ada yang dimiliki keduanya sekaligus. Artinya

81 sektor tersebut memiliki kenggulan kompetitif sekaligus spesialisasi di daerah tersebut. Namun tidak semua seperti itu, hanya beberapa sektor tertentu dan daerah tertentu.

Terlihat bahwa di sektor pertanian di tiga kabupaten yang ada yaitu Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul mereka mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi di sektor pertanian. Kemudian Kabupaten Bantul memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi di sektor bangunan. Kabupaten Sleman memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Kota Yogyakarta sendiri memiliki keunggulan kompetitif dan spesialkisasi di sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis ini akan sama jika dibandingkan dengan hasil analisis overlay. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut:

82 Tabel.4.21.

Hasil Analisis Shift-Share tentang Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi menurut Sektor di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/Kota Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 S S S S S S S S S 1. Kulon Progo 139602.1 5358.0 30505.4 (4651.2) (69926.5) (60444.2) 477.2 (51075.6) 10154.7 2. Bantul 206906.7 9602.5 122573.0 (1133.2) 68741.8 (43893.6) (118143.6) (116248.9) (128384.6) 3. Gunung Kidul 616594.3 34660.7 (74244.8) (11701.8) (37123.8) (180747.6) (99362.5) (144032.4) (104042.1) 4. Sleman (84032.0) (14249.6) 121917.5 (663.6) 82998.3 65793.0 (251940.2) 50245.1 29323.3 5. Yogyakarta (867302.6) (34388.0) (124114.9) 20132.3 (64643.6) 220350.4 432150.7 214286.9 203528.8 Kabupaten/Kota Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K K K K K K K K K 1. Kulon Progo 0.003 (0.008) 0.003 0.012 (0.010) 0.001 (0.017) 0.010 (0.006) 2. Bantul 0.007 (0.006) (0.023) (0.000) 0.033 0.003 (0.008) (0.002) 0.001 3. Gunung Kidul 0.008 (0.018) 0.003 0.033 (0.020) 0.004 (0.010) 0.014 (0.009) 4. Sleman (0.002) 0.128 (0.003) 0.010 (0.001) 0.009 0.004 0.005 (0.003) 5. Yogyakarta (0.070) (0.002) 0.003 (0.021) (0.011) (0.003) 0.001 (0.004) (0.008)

Sumber: Data diolah

Keterangan: 1= pertanian, 2= pertambangan&penggalian, 3= industri pengolahan, 4= listrik, gas &air bersih, 5= bangunan, 6= perdagangan, hotel&restoran, 7= pengangkutan&komunikasi, 8= keuangan, persewaan&jasa perusahaan, 9= jasa-jasa

83 4. Analisis Tipologi Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi DIY

Metode Klassen Tipology digunakan untuk menentukan tipologi daerah pada penelitian ini. Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal. Daerah yang diamati dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu: a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income)

adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita di daerah lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata-rata provinsi.

b. Daerah maju tapi tertekan (high income but low growrth) yaitu daerah yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju petumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju, tapi dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi dari pendapatan rata-rata perkapita provinsi, tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata-rata provinsi.

c. Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat

84 pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi, namun tingkat pendapatan perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi.

d. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata-rata provinsi.

Hasil analisis Tipologi untuk Provinsi DIY terlihat bahwa dari lima kabupaten/kota yang dimilikinya hanya satu yang masuk klasifikasi Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh yaitu Kota Yogyakarta. Sedangkan Kabupaten Sleman masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat. Tiga kabupaten lainnya yaitu Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Hal ini terlihat dari pertumbuhan rata-rata dan pendapatan per kapita rata-rata masih jauh di bawah pertumbuhan dan pendapatan per kapita DIY , seperti terlihat dalam skema berikut :

85 Gambar.4.2.

Skema Tipologi Daerah Provinsi DIY Tahun 2005-2010 Klasifikasi III

Daerah Berkembang Cepat  Kab. Sleman (4.70 ; 5.389.195)

Klasifikasi I

Daerah Cepat maju dan Cepat Tumbuh

 Kota Yogyakarta (4.62 ; 12.699.691) Klasifikasi IV

Daerah Relatif Tertinggal  Kab. Kulon Progo

(4.07;4.230.784)

 Kab. Bantul (4.13;4.041.477)  Kab. Gunung Kidul

(4.13;4.459.596)

Klasifikasi II

Daerah Maju Tetapi Tertekan

Tabel 4.17 berikut ini memperlihatkan bahwa terdapat tiga Kabupaten/Kota yang masuk klasifikasi Daerah Relaif Tertinggal yaitu daerah yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata-rata provinsi. Kabupaten/kota yang masuk kategori ini adalah Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul. Sedangkan untuk Kabupaten Sleman masuk dalam kategori Daerah Berkembang Cepat. Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh diwakili oleh Kota Yogyakarta sekaligus cermin dari ibukota Provinsi DIY..

4, 49 P

er

tum

buha

n

86 Tabel.4.22.

Analisis Tipologi Klassen Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Periode 2005-2010 No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi Rata-Rata (%) Pendapatan Perkapita (%) Tipologi Daerah

1 Kab. Kulon Progo 4.07 Rp 4.230.784 4

2 Kab. Bantul 4.13 Rp 4.041.477 4

3 Kab. Gunung Kidul 4.12 Rp 4.459.596 4

4 Kab. Sleman 4.70 Rp 5.389.195 2

5 Kota Yogyakarta 4.63 Rp 12.699.691 1

DIY 4.49 Rp 5.557.744

Sumber: BPS Kabupaten Dalam Angka 2010

BPS Provinsi DIY Dalam Angka 2010 (diolah)