• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Pembentukan Provinsi DIY

Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara legal formal berdasarkan UU No. 3 Tahun 1950, mengatur wilayah dan ibu kota, jumlah anggota DPRD serta macam kewenangan. Kemudian direvisi dengan UU No. 19 Tahun 1950 yang berisi penambahan wewenang. Status DIY menjadi provinsi di Indonesia baru pada tahun 1965. Dasar filosofi pembangunan DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. 2. Letak Geografis

Propinsi DIY dengan luas wilayah 3185,80 km2, terletak diantara 7033’ Lintang Utara dan 8012’ Lintang Selatan serta 110000’ dan 110050’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayahnya:

Sebelah Barat Laut : Kabupaten Magelang Sebelah Tenggara : Kabupaten Wonogiri Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo

Secara administratif terbagi dalam 4 kabupaten dan 1 kota dengan 78 kecamatan serta 438 Desa/Kelurahan definitif (BPS, DIY 2010). Luas wilayah sampai tahun 2011 adalah 3185,80 km2 atau sekitar 0,17% dari luas

51 wilayah Indonesia serta 0,24 persen dari luas wilayah Pulau Jawa dan menempati urutan empat. Kabupaten yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Gunung Kidul yaitu sebesar 1.485,36 km2 atau 46,63% dari seluruh luas wilayah Propinsi DIY, sedangkan yang paling kecil adalah Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 32,50 km2 atau sekitar 1,02% dari luas wilayah Provinsi. Lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 4.1 berikut:

Tabel.4.1.

Luas Wilayah Kabupaten/Kota Di Provinsi DIY Tahun 2010

No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2)

Persentase terhadap luas

provinsi

1 Kab. Kulon Progo 586,27 18,40

2 Kab. Bantul 506,85 15,91

3 Kab. Gunung kidul 1.485,36 46,63

4 Kab. Sleman 574,82 18,04

5 Kota Yogyakarta 32,50 1,02

Sumber : Profil DIY 2011

Selanjutnya Gambar 4.1 berikut memperlihatkan Peta Letak Propinsi DIY di pulau Jawa dan Wilayah Republik Indonesia sebagai berikut :

Gambar.4.1. Peta Pulau Jawa

52 3. Demografi

Penduduk Provinsi DIY pada tahun 2008 sebanyak 3.468.502 jiwa menurun pada tahun 2010 menjadi 3.457.491 jiwa dengan perincian 1.709.038 jiwa laki-laki (49,43%) dan 1.748.453 jiwa penduduk perempuan (50,57%) dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 1085 jiwa/km2. Penduduk DIY belum menyebar secara merata di seluruh wilayah. Penduduk terbanyak berada di Kabupaten Sleman dengan jumlah 1.093.110 jiwa atau sekitar 31,62% dari total penduduk DIY dan yang mempunyai penduduk paling sedikit adalah Kota Yogyakarta dengan 388.627 jiwa atau sekitar 11,24% dari total penduduk DIY. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk, maka Kota Yogyakarta merupakan wilayah terpadat dibandingkan kabupaten lainnya yaitu sebesar 11958 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah dimiliki Kabupaten Gunungkidul yaitu sebesar 455 jiwa/Km2. Selanjutnya dapat dilihat Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel.4.2.

Jumlah, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi DIY Tahun 2008-2010 Indikator Tahun 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk 3.468.502 3.501.869 3.457.491 Laki-laki (jiwa) 1.740.841 1.711.363 1.709.038 Perempuan (Jiwa) 1.727.661 1.790.506 1.748.453 Kepadatan Penduduk 1.089 1.099 1.085 Laju Pertumbuhan (%) 0,99 0,96 1,02

53 4. Kondisi Perekonomian Provinsi DIY

Proses pemulihan ekonomi dari keadaan bencana alam yang melanda Indonesia khususnya DIY mengalami percepatan di Tahun 2010. Meskipun dilihat secara keseluruhan, dalam lima tahun terakhir (2006-2010) ternyata belum menunjukkan adanya pergeseran struktur ekonomi yang berarti, dimana posisi masing-masing sektor masih tetap meskipun terdapat perubahan besarnya kontribusi. Struktur ekonomi Provinsi DIY tahun 2006-2010 seperti ditunjukkan dalam tabel 4.3, ternyata sektor jasa-jasa masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB DIY, yaitu pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 20,05% dan ditahun 2010 sebesar 20,07%.

Sektor lain yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan peranan sebesar 19,03% ditahun 2006 dan 19,74% pada tahun 2010. Kontribusi terkecil dalam pembentukan PDRB berasal dari sektor penggalian hanya sebesar 0,74% pada tahun 2006 dan 0,67% pada tahun 2010. Selanjutnya dapat terlihat dalam Tabel 4.3 berikut ini:

54 Tabel.4.3.

Struktur Ekonomi Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006-2010 (Persentase)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009* 2010

1. Pertanian 15,55 15,01 15,73 15,38 14,56

2. Penggalian 0,74 0,79 0,74 0,71 0,67

3. Industri Pengolahan 13,86 13,60 13,29 13,35 14,02 4. Listrik dan Air Bersih 1,28 1,29 1,28 1,35 1,33

5. Bangunan 9,75 10,54 10,70 10,70 10,59

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 19,03 19,22 19,22 19,72 19,74 7. Pengangkutan dan Komunikasi 10,37 10,08 9,82 9,20 9,03 8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 9,37 9,69 9,77 9,88 9,98 9. Jasa-jasa 20,05 19,79 19,46 19,71 20,07 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber Data: BPS Propinsi DIY, Pendapatan Regional DIY Tahun 2010

Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di tahun 2011 sebesar 5,16%, lebih tinggi dari yang dicapai tahun 2007 yaitu sekitar 5,03%. Dari sisi produksi beberapa sektor mengalami percepatan, seperti sektor penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 11,96%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,00%. Namun beberapa sektor mengalami penurun. Laju pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dalam laju pertumbuhan atas dasar harga konstan tahun 2000 Provinsi DIY tahun 2007-2011 dapat dilihat dalam Tabel 4.4 berikut:

55 Tabel.4.4.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi DIY Tahun 2007-2011 (persentase) Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian 0,80 5,72 3,37 -0,27 -2.12

2. Penggalian 9,69 -0,02 0,30 0,88 11,96

3. Industri Pengolahan 1,89 1,37 1,88 7,00 6,79 4. Listrik dan Air Bersih 8,45 5,53 6,10 4,00 4,26

5. Bangunan 9,66 6,09 4,64 6,06 7,23

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,06 5,26 5,43 5,33 5,19 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,45 7,12 5,96 5,73 8,00 8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 6,49 5,82 6,11 6,35 7,95

9. Jasa-jasa 3,61 4,94 4,49 6,44 6,47

PDRB 4,31 5,03 4,43 4,88 5,16

Sumber : BPS Propinsi DIY

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa seluruh sektor mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertanian yang tidak menunjukkan pertumbuhan bahkan minus. Penurunan cukup drastis terjkadi antara tahun 2009-2011 sebesar 3,37% menjadi -0,27% pada tahun 2010 dan -2,27% di tahun 2011. Pertumbuhan paling tinggi tahun 2010 berasal dari sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa sebesar 6,44% dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan tahun 2011 sektor-sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni 11,96% diatas sektor pengangkiutan dan komunikasi sebesar 8,00%.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan dan pendapatan perkapita di DIY tidak merata untuk setiap kabupaten dan kota, karena masing-masing daerah mempunyai keunggulan dan kelemahan yang menjadi ciri khas daerah tersebut.

56 Secara rinci PDRB, Laju pertumbuhan PDRB dan PDRB perkapita perkabupaten untuk tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat terlihat dalam Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel.4.5.

PDRB, PDRB Perkapita dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 Propinsi DIY Tahun 2010

No Kabupaten/Kota PDRB (Juta Rp) PDRB Perkapita(Rp) Laju Pertumbuhan PDRB (%) 1 Kab. Kulon Progo 1.781.227 4.580.532 3,06

2 Kab. Bantul 3.967.928. 4.353.170 4,97

3 Kab. Gunung Kidul 3.330.080 4.930.660 4,15

4 Kab. Sleman 6.373.200 5.830.337 4,49

5 Kota Yogyakarta 5.505.942 14.167.677 4,98

DIY 21.044.042 6.086.507 4,88

Sumber Data: BPS, DIY Dalam Angka Tahun 2010

Pada Tabel 4.5, terlihat bahwa kabupaten yang mempunyai PDRB total terbesar adalah Kabupaten Sleman dengan nilai PDRB total sebesar Rp 6.373.200 juta sedangkan PDRB perkapita tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta dengan nilai sebesar Rp 14.167.677. Hal ini cukup beralasan karena Kota Yogyakarta merupakan ibu kota provinsi dengan tingkat aktivitas perekonomian yang tinggi.

Jika dilihat dari laju pertumbuhan maka kabupaten yang memiliki laju pertumbuhan terbesar adalah Kota Yogyakarta sebesar 4,98% diatas laju pertumbuhan provinsi yang hanya sebesar 4,88% sedangkan kabupaten yang memiliki laju pertumbuhan terendah adalah Kabupaten Kulon Progo yakni sebesar 3,06% dibawah rata-rata laju pertumbuhan total Provinsi DIY.

57 B.Pembahasan

Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan bahwa sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 tidak mengalami perubahan yang berarti. Sektor basis ditiap kabupaten/kota cenderung tetap, tidak banyak sektor yang mengalami perubahan dari sektor bukan basis ke sektor basis demikian sebaliknya. Hal ini menandakan bahwa pembangunan di kabupaten-kabupaten dan kota di Provinsi DIY mulai tahun 2005 sampai 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Secara lengkap berikut ini dapat dijelaskan hasil analisis LQ untuk masing-masing sektor selama 6 tahun sejak tahun 2005-2010.

1. Sektor-sektor Basis di Masing-masing Kabupaten/Kota