• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Hasil Analisis Statistik

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja, serta pengaruh motivasi ekstrinsik yang meliputi kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja dan supervisi terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di ruang rawat inap Rumah Sakit P T Perkebunan Nusantara IV dilakukan uji statistik dengan regresi linear berganda.

Dari hasil pengujian diperoleh nilai koefisien determinan (Adjusted R Square) = 0,352 berarti 35,2 % kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis bagi pasien rawat inap dapat dijelaskan oleh karakteristik individu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama kerja serta motivasi ekstrinsik yang meliputi kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja dan supervisi, serta 64,8 % dapat dijelaskan oleh faktor – faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13

54 Tabel 4.13 Nilai Determinasi Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik terhadap

Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

R R Square Adjusted R Square Std Error of the estimate Model R Square change F Change df 1 df2 1 ,696ª ,485 ,352 1,472

Sub variabel motivasi ekstrinsik yang berpengaruh pada kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit PTPN IV , kondisi kerja dan status kepegawaian berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di Rumah Sakit PTPN IV, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan kondisi kerja p=0,001 < derajat kepercayaan 0,05 dan supervisi dengan nilai p = 0,047 < p = 0,05 , sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

y = 2,209 + 0,001 ( kondisi kerja) + 0,047( supervisi )

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa jika ada penanbahan satu poin kondisi kerja akan meningkatkan 0,001 kinerja, penambahan satu poin supervisi akan meningkatkan 0,047 kinerja. Dari seluruh sub variabel motivasi ekstrinsik yang besar pengaruhnya adalah kondisi kerja (0,502) dan supervisi(0,260). Signifikansi kedua sub variabel ini p = 0,001 < p= 0,05 untuk kondisi kerja dan p= 0,047 < p= 0,05 untuk supervisi. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14

55 Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Pengaruh Karakteristik Individu dan

Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Dokter Unstadardized coefficient Stadardized

coefficient Model B Std error Beta t Sig (Constant) 2,209 ,668 3,309 ,002 Umur ,186 ,110 ,231 1,688 ,100 Jenis kelamin ,139 ,195 ,118 ,710 ,482 Tingkat pendidikan terakhir 0,52 ,177 ,052 ,294 ,770 Masa kerja ,121 ,095 ,170 1,270 ,212 Kompensasi ,193 ,135 ,193 1,428 ,162 Kondisi kerja ,502 ,143 ,475 3,504 ,001 Status kepegawaian ,009 ,154 ,012 ,057 ,955 Prosedur Kerja ,138 ,152 ,130 ,906 ,371 Supervisi ,260 ,126 ,265 2,063 ,047

56

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Karakteristik Umur Terhadap Kinerja Dokter Dalam

Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,098 yang berarti tidak ada pengaruh umur terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hal ini sejalan dengan pendapat Rivai (2007) bahwa tidak terbukti makin tua usia seseorang produktivitasnya akan menurun. Pembagian umur pada penelitian ini didasarkan pada teori Erickson (1950) yang menyatakan umur usia produktif pada usia dewasa muda (20-40 tahun) dewasa matang (40- 60) pada usia ini diharapkan individu telah mapan dan tingkat kedisiplinan terhadap pekerjaan baik, dan usia lanjut pada usia > 60 tahun.

Penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Gibson (1994) yang menyatakan bahwa pada umur 40- 54 tahun merupakan tahap perawatan, yang ditandai dengan usaha untuk stabilisasi dari hasil usaha masa lampau. Pada tahap ini seseorang sangat memerlukan penghargaan, tetapi banyak juga yang mempunyai pengalaman kritis pada tahap ini di mana kesehatan mulai memburuk dan rasa khawatir yang tinggi, mereka tidak lagi membutuhkan peningkatan karir dan akibatnya prestasi kerja akan menurun. Hasil penelitian Apsari ( 2006) menunjukkan bahwa umur dari dokter bedah tidak berpengaruh pada tindakan pemberian persetujuan tindakan medis (PTM).

57 Pada penelitian ini umur tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada kekuatan fisik dan kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh umurnya, kinerja ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan, sehingga wajar jika umur tidak berpengaruh.

5.2 Pengaruh Karakteristik Jenis Kelamin Terhadap Kinerja Dokter Dalam

Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,563 yang berarti tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh tidak langsung kepada kinerja individu, dan juga sejalan dengan pendapat Rivai (2007) yang mengasumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti dalam produktivitas antara laki-laki dan perempuan.

Pada penelitian ini jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada jenis kelamin, kinerja ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan, walaupun pada pekerjaan ini diperlukan suatu ketelitian dan kesabaran yang menyebabkan baiknya kinerja tersebut.

58

5.3 Pengaruh Karakteristik Tingkat Pendidikan Terhadap Kinerja Dokter

Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,913 yang berarti tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan ungkapan Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003). Dalam proses dalam penyampaian informasi sampai dapat dipahami oleh seseorang tergantung pada tingkat intelektualnya. Demikian juga ungkapan dari Arikunto (2006), tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada perilaku manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu informasi atau konsep.

Pada penelitian ini tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada tingkat pendidikan keahlian dokter; kinerja ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan dan Undang undang yang berlaku yang mengharuskan bahwa setiap dokter yang melakukan pekerjaan pelayanan kesehatan melaksanakan pengisian rekam medis ( Undang Undang RI No 29/2004 tentang praktik kedokteran),

5.4 Pengaruh Karakteristik Lama Kerja Terhadap Kinerja Dokter Dalam

Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,190 yang berarti tidak ada pengaruh lama kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian

59 rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja individu.

Pada penelitian ini lama kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada lama kerja responden, karena dalam melakukan pekerjaan rutinnya responden di lokasi penelitian melakukan berbagai jenis tindakan pelayanan kesehatan dan rekam medis merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan dan melaksanakan pekerjaan tersebut tidak memerlukan suatu ketrampilan khusus dalam pelaksanaannya, tetapi didasarkan pada kewajiban mememnuhi suatu ketentuan yang dibuat oleh manajemen setempat yang terikat dengan Undang- Undang yang berlaku.

5.5 Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan

Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda terhadap kepuasan gaji atau honor yang diterima diperoleh nilai p = 0,280 yang berarti tidak ada pengaruh kepuasan kompensasi yang diterima terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa perilaku dan prestasi individu dipengaruhi oleh imbalan. Uang bukan merupakan motivator yang kuat, jika karyawan tidak melihat adanya hubungan antara prestasi dengan kenaikan imbalan ekstrinsik yang pantas, imbalan ekstrinsik pada dokter di Rumah Sakit PTPN IV dinilai relatif sudah

60 cukup memadai di mana tidak ada dokter yang mempunyai gaji atau honor di bawah Rp 1 juta rupiah, 95,6% memperoleh gaji atau honor Rp 1 juta- Rp 10 juta, bahkan 4,4% responden mempunyai honor > Rp 10 juta. Dari wawancara terhadap dokter konsultan dan dokter honorer, 40 % dari responden merasa kurang puas dengan imbalan ekstrinsik yang diterima, mereka menginginkan jaminan kesinambungan kerja dan jenis imbalan yang disamakan dengan dokter pegawai tetap. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan upah untuk pekerja tetap disebutkan termasuk tunjangan untuk keluarganya sedang honor untuk pekerja tidak tetap diatur menurut kesepakatan perjanjian kerja.

Pada penelitian ini kompensasi tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut tidak tergantung pada kompensasi yang diterima responden, karena kompensasi yang diterima responden berdasarkan ketentuan yang telah disepakati sedangkan kelengkapan pengisian rekam medis merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan terikat dengan standar prosedur yang telah ditetapkan dan Undang Undang yang berlaku. Jadi dapat dipahami bahwa kompensasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap.

5.6 Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan

Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,001 yang berarti ada pengaruh kondisi kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian

61 rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa kondisi kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja.

Menurut teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow, kebutuhan terhadap keselamatan dan keamanan (safety and security) : kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan termasuk keselamatan dan kesehatan kerja, dimana menurut Maslow apabila hierarki kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dapat mengakibatkan frustasi dan ketegangan mental yang mungkin dapat menghasilkan prestasi yang tidak diharapkan.

Pada penelitian ini kondisi kerja berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, hal ini dapat dijelaskan bahwa kinerja tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi kerja yang menyebabkan ketidak nyamanan pada waktu pengisian rekam medis, untuk itu diharapkan manajemen rumah sakit secara keseluruhan dapat mengantisipasi hal tersebut dengan membuat susana ruangan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengisian rekam medis senyaman mungkin untuk dapat menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan.

5.7 Pengaruh Status Kepegawaian Terhadap Kinerja Dokter Dalam

Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,862 yang berarti tidak ada pengaruh status kepegawaian terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Dari hasil wawancara

62 diperoleh informasi bahwa sebahagian besar dokter konsultan yang merupakan pegawai negeri telah mengetahui sanksi apabila tidak melakukan pengisian rekam medis, karena rumah sakit tempat mereka bekerja telah melaksanakan akreditasi. Sedangkan dokter honorer berusaha bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan agar mereka tetap dapat dipekerjakan di RS PTPN IV. Dokter pegawai tetap mengisi rekam medis berdasarkan pada standar prosedur kerja yang ada, supervisi dan sanksi dari Undang Undang yang berlaku.. Jadi walaupun terdapat tiga macam status kepegawaian yang bekerja di Rumah Sakit PTPN IV tetapi semua status kepegawaian tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis. Hal ini dapat dipahami karena ketiga kelompok tersebut bekerja dibawah pengawasan manajemen yang sama, prosedur yang sama dan sanksi Undang- Undang yang sama.

5.8 Pengaruh Prosedur Kerja Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan

Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda terhadap prosedur kerja diperoleh nilai p = 0,362 yang berarti tidak ada pengaruh prosedur kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Gibson (1997) yang menyatakan bahwa prosedur kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja.

Prosedur kerja pengisian rekam medis di Rumah Sakit PTPN IV dibuat berdasarkan versi masing-masing rumah sakit walaupun mengacu kepada peraturan pmerintah yang berlaku tetapi belum seragam untuk ketiga Rumah Sakit PTPN IV.

63 Walaupun pada periode yang diamati kinerja kelengkapan rekam medis dari responden menunjukkan kinerja yang sedang dan baik, tetapi hal ini harus tetap diperbaiki prosedur kerja yang baku yang seragam antara ketiga rumah sakit, dan jelas tindakan rewards and punishment nya, sehingga responden yang sudah terbiasa dengan keadaan tersebut diharapkan kinerjanya dimasa mendatang akan lebih meningkat.

5.9 Pengaruh Supervisi Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan

Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PTPN IV

Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai p = 0,047 yang berarti ada pengaruh supervisi terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap di RS PTPN IV. Menurut Herzberg dalam teori kepuasan dua faktor supervisi termasuk kedalam faktor higiene dan bukan faktor motivasi maknanya faktor ini mencegah ketidak puasan individu tetapi tidak mampu memotivasi. Pelaksanaan pengawasan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen rumah sakit. Keberhasilan pengawasan sangat dipengaruhi oleh supervisor. Dalam hal ini bisa atasan langsung, pimpinan kantor, aparat fungsional, maupun masyarakat (Nirwan dan Zamzami, 1999). Menurut Saydam (1996), jika supervisor ini dekat dengan karyawan dan menguasai liku-liku pekerjaan serta penuh dengan sifat- sifat kepemimpinan maka suasana kerja akan bergairah dan bersemangat dan sebaliknya, apabila supervisor tersebut angkuh, mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan, akan menciptakan situasi kerja yang tidak mengenakkan,

64 dan dapat menurunkan semangat kerja. Pengawasan tetap dibutuhkan untuk mencegah ketidakpuasan pada kinerja.

Secara umum pengawasan akan meningkatkan kedisiplinan. Pembinaan disiplin dapat ditegakkan dengan cara- cara persuasif, dan tidak akan berhasil apabila dengan cara-cara otoriter (dipaksakan), apalagi dengan ancaman-ancaman. Supervisor yang menjalankan tugasnya dengan bersandar kepada “ manajemen membalik keadaan dengan menimbulkan rasa takut” akan tidak berhasil dalam jangka panjang. Memang benar, kadang kala harus menggunakan cemeti, tetapi lebih baik bagi supervisor dan organisasinya, apabila ia pertama-tama mencari penyebab turunnya performa/ motivasi kerja pegawai, dan kemudian menyusun rencana pemecahan masalahnya. Untuk itu seorang supervisor harus mempunyai kemampuan mendengar yang efektif, bukan saja apa yang dikatakan oleh pegawainya yang harus didengar, tetapi juga apa yang tidak dikatakannya (Buckman dalam Nirwan dan Zamzami 1999)

Pengawasan yang dilakukan di Rumah Sakit PTPN IV karena belum adanya Komite medik ditiap Rumah Sakit pengawasan dilakukan oleh Manajemen tertinggi di Rumah Sakit berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh petugas rekam medis secara periodik dan disampaikan secara umum pada waktu rapat. Sedangkan menurut PerMenkes No 983/SK/Menkes/XI/92 pada tiap bagan organisasi harus ada komite medik yang bertugas menyusun standar pelayanan, dan memantau pelaksanaannya, melaksanakan etika profesi, serta mengembangkan program pelayanan, pendidikan

65 dan pelatihan. Komite medis akan membentuk panitia pengawasan pengisian rekam medis yang anggotanya ditunjuk dan disetujui oleh manajemen rumah sakit.

66

BAB VI

Dokumen terkait