• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

C. Hasil Belajar

psikomotor. Aspek kognitif diukur dari hasil posttest siswa pada setiap

siklus, sedangkan aspek afektif dan psikomotor diukur dari hasil lembar

d. Materi pokok penelitian kali ini dilaksanakan pada KD 3.4

Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam dunia hewan dan peranannya

bagi kehidupan. Materi yang dibahas adalah Kingdom Animalia pokok bahasan hewan Invertebrata (filum porifera, coelenterata,

nemathelminthes, platyhelminthes, mollusca, annelida, arthropoda dan

echinodermata).

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa besar minat belajar siswa kelas X-G SMA Negeri 4 Yogyakarta

dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media permaianan pada

materi invertebrata?

b. Apakah dengan pemanfaatan media permainan monopoli dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-G SMA

Negeri 4 Yogyakarta pada materi invertebrata?

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengukur minat belajar siswa kelas X-G SMA Negeri 4 Yogyakarta

pada materi Invertebrata dengan memanfaatkan media permainan

b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-G SMA Negeri 4 Yogyakarta

pada materi Invertebrata dengan memanfaatkan media permainan

monopoli.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar

sehingga dapat mengekspresikan ide mereka.

b. Siswa dapat berminat dalam belajar biologi dan meningkatkan hasil

belajar.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat memperoleh suatu variasi strategi pembelajaran yang lebih

efektif dalam pembelajaran.

b. Guru dapat menjadikan siswa menyenangi pembelajaran biologi

sehingga dapat berminat dalam belajar biologi dan meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran biologi.

3. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada dan pengalaman

langsung memanfaatkan media permainan monopoli pada pembelajaran

Biologi.

4. Bagi sekolah

Sebagai bahan evaluasi mengenai pengembangan pembelajaran yang

8 BAB II DASAR TEORI

A. BELAJAR

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga

meninggal. Salah satu bertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah

adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku

tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut sikap dan nilai (afektif). Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual, yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari

pengalaman individu (Eveline, 2010).

James O. Whittaker, merumuskan belajar sebgai proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dan menurut

Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Syaiful, 2011).

Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Burton mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri

individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan

Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola

baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan pribadi atau suatu

pengertian. Dan menurut Spearts learning is to observe, to read, to imatate, to try something them selves, to listen, to follow direction (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,

mendengar dan mengikuti aturan) (Eveline, 2010).

Hamalik (2007) juga menjelaskan bahwa belajar meliputi tidak hanya

mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan,

minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan

tingkah laku, termasuk juga perbaikan tingkah laku.

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya

terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut, yaitu bertambahnya

jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, ada

penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan

mengkaitkannya dengan realitas dan adanya perubahan sebagai pribadi

(Eveline, 2010).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam internal dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor

Menurut Wasty Sumanto (1983) faktor yang mempengaruhi belajar

digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Faktor-faktor stimulasi belajar

Faktor-faktor stimulasi belajar, yaitu semua hal di luar individu

yang dapat merangsang individu melakukan kegiatan belajar. Stimulasi

dalam hal ini mencakup :

a. Panjangnya bahan pelajaran.

b. Kesulitan bahan pelajaran

c. Berartinya bahan pelajaran

d. Berat ringannya tugas

e. Sarana lingkungan eksternal yang menyangkut cuaca, kondisi tempat

(kebersihan, letak sekolah, ketenangan,dan lain-lain), waktu (pagi,

siang, sore), penerangan ( terang, bersinar dan lain-lain).

2. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi

metode belajar yang dipakai oleh siswa. Faktor-faktor metode belajar

menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Kegiatan berlatih atau praktik

Berlatih dapat diberikan secara maraton atau terdistribusi.

Latihan yang diberikan secara maraton dapat melelahkan dan

membosankan, sedang yang terdistribusi menjamin terpeliharanya

b. Overlearning dan drill

Untuk kegiatan yang bersifat abstrak, misalnya menghafal atau

mengingat keterampilan yang pernah dipelajari, tetapi dalam

sementara waktu tidak dilakukan, seperti bermain piano, menjahit.

Drill juga sama hanya berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung.

c. Resitasi selama belajar

Sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca

itu sendiri, maupun untuk menghafalkan bahan pelajaran.

d. Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Hal ini sangat penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil

yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan

hasil belajar selanjutnya.

e. Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian

Apabila kedua proses ini dipakai secara simultan, ternyata

belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian (umum ke khusus)

lebih menguntungkan dari pada belajar mulai dari bagian-bagian ke

keseluruhan (khusus ke umum).

f. Penggunaan set dalam belajar.

Yaitu arah perhatian dalam interaksi bertujuan. Kita akan

mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu dengan

g. Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan orang lain atau guru,

cenderung membuat siswa menjadi ketergantung. Bimbingan dapat

diberikan dalam batas-batas yang diperlukan oleh individu.

h. Kondisi-kondisi insentif.

Insentif adalah alat untuk mencapai tujuan. Ada dua macam

insentif, yaitu :

1) Insentif intrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan

fungsional dengan tugas dan tujuan, misalnya pengenalan tentang

hasil/ kemajuan belajar, persaingan sehat dan koperasi.

2) Insentif ekstrinsik, yaitu obyek atau situasi yang tidak mempunyai

hubungan fungsional dengan tugas, misalnya ganjaran, hukuman,

perlakuan kasar, kekejaman, dan ancaman yang membuat takut.

3. Faktor-faktor individual

Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar

seseorang. Faktor-faktor individual yang dapat mempengaruhi belajar

seseorang adalah sebagai berikut:

a. Kematangan.

Dicapai individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya.

b. Faktor usia kronologis

c. Faktor perbedaan jenis kelamin

Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berati

antara pria dan wanita dalam hal intelegensi. Barangkali yang

membedakan adalah dalam hal peranan dan perhatiannya terhadap

sesuatu pekerjaan, dan inipun merupakan akibat pengaruh kultural.

d. Pengalaman sebelumnya

e. Kapasitas mental.

Dapat diukur dengan tes-tes intelegensi dan tes-tes bakat.

Intelegensi seseorang ikut menentukan prestasi belajar seseorang itu.

f. Kondisi kesehatan jasmani

g. Kondisi kesehatan rohani

h. Motivasi

B. MINAT BELAJAR

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan

minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat

seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Surya (2004) minat merupakan seberapa besar individu merasa suka

atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati tentu akan

lebih menarik perhatian. Sedangkan Slameto (2010) menjelaskan bahwa

aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan

akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Winkel (2012) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai

kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi

atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan suatu rasa ketertarikan dan penerimaan pada hal tertentu yang

membuat seseorang senang melakukan hal tersebut tanpa adanya paksaan.

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar untuk sesuatu. Dalam hal ini, terdapat dua hal yang harus

diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

 Minat pembawaan.

Minat ini timbul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik

kebutuhan maupun lingkungan.

 Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar.

Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan

dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang

akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi

yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap pemusatan perhatian, karena

minat dapat melahirkan perhatian secara langsung, memudahkan terciptanya

pemusatan perhatian dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Sehingga

pelajaran yang dipelajari akan mudah dipahami dan disimpan dalam memori

otaknya.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat

kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda

dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya

tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada

dorongan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar

seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan

mendorongnya terus belajar.

Tinggi rendahnya minat belajar siswa terhadap suatu pelajaran

dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat

belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

dapat mempengaruhi minat belajar siswa adalah kondisi fisik/jasmani siswa

saat mengikuti pelajaran dan pengalaman belajar di jenjang pendidikan

sebelumnya. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi minat

belajar siswa adalah metode dan gaya guru mengajar, tersedianya fasilitas dan

alat penunjang pembelajaran dan situasi dan kondisi lingkungan.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang dipelajari

dengan dirinya sindiri. Proses ini menunjukkan kepada siswa bagaimana

pengaruh pengetahuan atau kecakapan terhadap dirinya, tujuan-tujuannya,

belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap

penting dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan

membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat

untuk mempelajarinya.

Safari (2003), (dalam Wartini 2012) menyatakan bahwa indikator minat

belajar ada empat, yaitu:

1. Perasaan senang

Seseorang yang memiliki perasaan senang pada suatu mata pelajaran,

maka seseorang tersebut akan terus mempelajari mata pelajaran tersebut

dan tidak ada perasaan terpaksa untuk belajar lebih banyak lagi mengenai

mata pelajaran tersebut.

2. Ketertarikan siswa

Tanggapan/respon yang muncul dari siswa terhadap apa yang disampaikan

oleh guru pada saat proses belajar mengajar di kelas. Tanggapan tersebut

menunjukkan adanya ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan

oleh guru, sehingga membuat siswa ingin tahu lebih lanjut. Ketertarikan

siswa terhadap mata pelajaran juga dapat dilihat dari tingkahlaku siswa,

seperti tidak menunda-nunda waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

3. Perhatian siswa

Siswa yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran tertentu akan

Melalui perhatian yang penuh tersebut, maka siswa akan lebih mudah

memahami materi dalam mata pelajaran tersebut.

4. Keterlibatan siswa

Katerlibatan seseorang akan suatu objek tertentu akan mengakibatkan

orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan dan mengerjakan

kegiatan dari objek tersebut.

Beberapa ahli telah mencoba mengklasifikasikan minat berdasarkan

pendekatan yang berbeda satu sama lain, sehingga minat dapat dikatagorikan

seperti berikut ini:

Suhartini (2001) mengklarifikasikan minat menjadi empat jenis

berdasarkan bentuk pengekspresian dari minat, antara lain: expressed interest, manifest interest, tested interest, dan inventoried interest. Keempat jenis minat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Expressed interest, yaitu minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu

objek atau aktivitas.

b. Manifest interest, yaitu minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu.

c. Tested interest, yaitu minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan.

d. Inventoried interest, yaitu minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.

Surya (2007) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan

sebab-musabab atau alasan timbulnya minat, yaitu: minat volunter, minat

involunter, dan minat nonvolunter. Ketiga jenis minat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Minat Volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa tanpa adanya pengaruh dari luar.

b. Minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

c. Minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa secara paksa atau diharuskan.

Krapp dalam Suhartini (2001) mengkategorikan minat menjadi tiga

berdasarkan sifatnya, yaitu: minat personal, minat situsional, dan minat

psikologikal, yaitu sebagai berikut:

a. Minat Personal

Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil yang

mengarah pada minat khusus mata pelajaran tertentu. Minat personal

merupakan suatu bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik

ataupun tidak tertarik terhadap mata pelajaran tertentu. Minat ini

biasanya tumbuh dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari

rangsangan eksternal.

b. Minat Situsional

Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif

dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan

media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat

situsional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka

panjang, minat situsional akan berubah menjadi minat personal atau

minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau

rangsangan yang ada.

c. Minat Psikologikal

Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi

antara minat personal dengan minat situsional yang terus-menerus dan

berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang

suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya

dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi (di luar kelas) serta

mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka

dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal.

Dalam penellitian ini, jenis minat belajar yang diteliti adalah minat

belajar berdasarkan bentuk pengerspresian dari minat, antara lain: expressed interest, manifest interest, tested interest dan inventoried interest.

C. HASIL BELAJAR

Nana Sudjana (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sedangkan menurut Purwanto (2009), hasil belajar merupakan

mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan,

sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan

pendidikannya.

Menurut Winkel (1996) menyampaikan bahwa hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran

yanng dikembangkan oleh Bloom, simpson dan Harrow mencakup aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari beberapa pendapat ara ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiiki siswa setelah

menerima pengalaman belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.

Mulyasa (2005) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat

dalam pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar adalah:

1. Masukan mentah (raw input), menunjukkan pada karakteristik inidividu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses

pembelajaran.

2. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan

sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber, media

dan program.

3. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan

Saminanto (2010) dalam “Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas)” merangkum pendapat dari para ahli bahwa dalam belajar mengajar

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi

tiga macam, yaitu:

1. Faktor-faktor stimulasi belajar

Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk

mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalan faktor

stimulasi belajar antara lain; panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan

pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana

lingkungan eksternal.

2. Faktor-faktor metode belajar

Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode

belajar yang dipakai oleh siswa. Faktor-faktor belajar yang menyangkut

pada faktor-faktor metode belajar meliputi: kegiatan berlatih atau

praktek, overlearning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang

hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian,

penggunaan modalitet indera, bimbingan dalam belajar, dan

kondisi-kondisi intensif.

3. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, faktor usia

mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan

motivasi.

Tipe hasil belajar didasarkan pada tujuan pendidikan yang ingin

dicapai. Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan

pada 3 (tiga) tingkatan:

a. Kategori tingkah laku yang masih verbal

b. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan

c. Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas-tugas (tes) dalam

pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.

Ada 3 (tiga) ranah atau domain besar yang terletak pada tingkatan ke-2

yang selanjutnya disebut taksonomi, yaitu ranah kognitif, afektif dan

psikomotor (Imam Gunawan dan Anggarini Retna Palupi, tanpa tahun).

1. Ranah kognitif (cognitive domain) a. Mengingat (remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali

pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang

baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.

Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses

pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks.

Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui

pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang

konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan

memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah

pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan

komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas

mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori

pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi

yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.

Membandingkan mengarah pada mengidentifikasi persamaan dan

perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan,

atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif

menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan mengacu pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam

menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan. Siswa sudah

mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti

prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui

prosedur yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan,

maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku

yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan

menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau

masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini, maka

siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu

kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk

menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat

dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan

menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur

baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur

sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini

dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya

untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih

prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan

dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari

keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu

bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang

banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.

Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan

menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki

kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting

daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan

menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan

Dokumen terkait