• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

B. Hasil Belajar

siswa rendah, ini dilihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam satu

kelas hanya 2 siswa atau sekitar 6,7 % dari total 30 siswa.

Selain itu, rendahnya hasil belajar biologi pada materi invertebrata juga

disebabkan siswa kesulitan dalam memahami istilah-istilah. Dari hasil analisis ujian

akhir semester, lebih dari 50 % hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah

ditentukan sekolah sebesar 72. Hal ini menunjukkan belum berhasilnya proses

Invertebrata merupakan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi,

yang diajarkan di kelas X SMA / MA pada semester genap. Invertebrata

mempelajari hewan-hewan yang hidup di bumi tetapi tidak memiliki tulang

belakang, dan tidak memiliki tali punggung (chorda dorsalis) selama

pertumbuhannya dari zigot hingga menjadi dewasa. Karena sangat banyak

jumlahnya, invertebrata dikelompokkan menjadi beberapa filum diantaranya filum

Mollusca dan Arthropoda.

Menurut Uno (2006), pemilihan strategi pembelajaran harus

mempertimbangkan kesesuaian dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang

dihadapi. Pemilihan strategi pada umumnya bersumber dari rumusan tujuan

pembelajaran, analisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa, dan materi yang

diajarkan.

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara terhadap kegiatan

pembelajaran dan hasil belajar siswa pada materi invertebrata tahun lalu (tahun

2013). Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi, pembelajaran

materi invertebrata tahun lalu menggunakan metode ceramah. Dalam kegiatan

pembelajaran, siswa hanya mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selain

itu, 80 % hasil belajar siswa pada materi invertebrata tahun 2013 juga tidak

mencapai KKM. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ini

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik minat siswa

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi

invertebrata.

Media Teka Teki Silang (TTS) merupakan salah satu pendekatan yang dikemas

dalam bentuk permainan yang dapat merangsang daya pikir siswa dalam kegiatan

Sardiman (2007), sebagai media pembelajaran permainan mempunyai beberapa

kelebihan yaitu permainan merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk

dilakukan sehingga dapat menghibur dan menarik.

Melalui media permainan ini, siswa diajak untuk lebih memahami

istilah-istilah penting yang ada dalam pembelajaran biologi, sehingga siswa mendapatkan

pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dengan menggunakan media TTS, guru

dapat menghemat waktu untuk menjelaskan secara detail bab tertentu yang perlu

dijelaskan kembali secara struktural, sehingga siswa juga dapat dengan mudah

memahami materi yang disampaikan oleh guru karena siswa tidak merasa terbebani

dan tidak bosan dengan pengulangan unit tertentu.

Selain itu, siswa dapat lebih aktif dan tidak bosan, karena siswa diajak untuk

mempelajari materi invertebrata melalui permainan. Harapannya melalui media ini,

motivasi siswa dalam mempelajari materi ini menjadi lebih tinggi, sehingga

pemahaman dan hasil belajar siswa semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat penelitian dengan judul

“Penggunaan Media Teka Teki Silang (TTS) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada

Materi Invertebrata”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penggunaan media Teka Teki Silang (TTS) dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi invertebrata?

2. Bagaimanakah penggunaan media Teka Teki Silang (TTS) dalam

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam memahami

judul penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dari masing-masing istilah

sebagai berikut:

1. Motivasi

Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam

bentuk perhatian, partisipasi, semangat, tanggung jawab dan kepuasan siswa

selama kegiatan pembelajaran biologi berlangsung. Motivasi siswa diukur

melalui hasil angket yang telah diisi oleh siswa secara individu, dan diukur

melalui lembar observasi yang telah diisi para observer. Lembar observasi

meliputi perhatian, partisipasi, dan tanggung jawab siswa selama kegiatan

pembelajaran. Lembar angket meliputi perhatian, kepuasan, semangat, dan

partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah terjadi

proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah

aspek kognitif dan aspek psikomotor siswa. Aspek kognitif siswa diukur

melaluipost-testyang akan dilakukan pada akhir pertemuan di setiap siklus.

Aspek psikomotor dalam penelitian ini diukur melalui keterampilan siswa

dalam menggambar, dengan beberapa indikator yaitu kreatifitas siswa dalam

menggambar, kesesuaian gambar dengan materi yang diajarkan, kesesuaian

gambar dengan struktur penyusunnya, kesesuaian gambar dengan ciri-ciri yang

3. Media Teka Teki Silang (TTS)

Teka Teki Silang (TTS) merupakan sebuah permainan yang cara

bermainnya dilakukan dengan mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk

kotak dengan huruf-huruf, sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai

dengan petunjuk. Petunjuk yang bisa diberikan dalam TTS dibagi ke dalam

kategori mendatar dan menurun, tergantung posisi kata-kata yang harus diisi

(Susilaningsih, 2009).

TTS dipilih sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini dikarenakan

sesuai dengan karakteristik siswa, dimana :

a. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar siswa kesulitan untuk

memahami istilah-istilah. Oleh karena itu membutuhkan media yang

dapat membantu siswa untuk memahami istilah-istilah. Media TTS

merupakan media yang cocok karena kotak-kotak dalam TTS hanya

digunakan untuk mengisi istilah-istilah atau singkatan kata. Ini dapat

membantu siswa, karena untuk dapat memainkan TTS siswa ditantang

untuk memahami istilah-istilah.

b. Sebagian besar siswa sulit berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran.

Media TTS ini sangat cocok digunakan, karena untuk menjawab soal

siswa harus benar-benar fokus untuk berpikir dan memecahkan soal yang

ada dalam permainan

c. Sebagian besar siswa kurang teliti dalam mengerjakan tugas. Media TTS

sangat cocok bagi siswa karena dalam mengisi jawaban pada kotak TTS,

siswa harus benar-benar teliti. Jika dalam menjawab soal siswa salah

memasukan salah satu huruf pada kota TTS maka jawaban siswa salah

d. Siswa yang sering mengantuk dan bosan dalam kegiatan pembelajaran.

TTS sangat cocok karena TTS merupakan sebuah permainan yang

kegiatannya dimainkan oleh siswa sendiri, sehingga ketika siswa

memainkan TTS, siswa tidak akan bosan karena siswa akan terfokus

untuk dapat memecahkan soal yang ada dalam permainan. Siswa juga

tidak akan mengantuk karena dalam permainan TTS, kegiatannya

dimainkan oleh siswa sendiri. Hal ini membuat siswa lebih banyak

bergerak dan berdiskusi untuk menjawab soal TTS yang ada.

4. Materi Pembelajaran

Invertebrata adalah salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi.

Materi invertebrata ini diajarkan di kelas X SMA atau MA pada semester

genap. Berikut uraiannya :

a. Standar Kompetensi :

3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati

b. Kompetensi Dasar :

3.4. Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke

dalam filum berdasarkan pengamatan anatomi dan morfologi

serta mengaitkan peranannya dalam kehidupan

c. Materi : Invertebrata

d. Sub Materi : Mollusca dan Arthropoda

Sub materi Mollusca yang dipilih dalam penelitian ini karena letak dari

sekolah ini yang dekat dengan daerah pantai sehingga banyak ditemukan

mempelajari materi ini, karena siswa dapat mengetahui cirri-ciri dan manfaat

dari hewan-hewan Mollusca.

Pemilihan sub materi Arthropoda dalam penelitian ini karena cakupan dari

materi ini sangat luas dan banyak menggunakan istilah-istilah. Selain itu,

hampir 90 % siswa telah menjumpai hewan Arthropoda, akan tetapi tidak

mengetahui kalau hewan tersebut termasuk dalam Arthropoda.

5. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Swasta Karanu

Waikabubak, Sumba Barat - NTT yang berjumlah 26 orang dimana jumlah

siswa sebanyak 13 orang dan jumlah siswi sebanyak 13 orang.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana media TTS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada materi

invertebrata.

2. Mengetahui bagaimana media TTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada materi

invertebrata.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari materi biologi

khususnya pada materi invertebrata

b. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi biologi

khususnya pada materi invertebrata

c. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi invertebrata, terutama

bagi siswa yang kesulitan dalam memahami istilah-istilah.

2. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu guru untuk :

a. Memberikan informasi tentang metode yang efektif dalam pembelajaran di

kelas terutama bagi kelas yang sebagian besar siswanya pasif.

b. Memilih metode yang sesuai dengan karakter dan kondisi kelas sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu sekolah untuk melihat dan

mengevaluasi sejauh mana perkembangan guru dan peserta didiknya dalam

proses pembelajaran biologi khususnya terhadap motivasi dan hasil belajar

siswa.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini bertujuan sebagai sarana bagi peneliti untuk

mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh peneliti

selama belajar dibangku perkuliahan. Selain itu, sebagai bahan evaluasi bagi

peneliti untuk melihat apakah metode yang digunakan peneliti sesuai dan

dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

10

BAB II

DASAR TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Kata belajar sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan

belajar ini, masing-masing ahli memiliki pemahaman dan arti yang

berbeda-beda. Menurut Siregar (2010), belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Gagne dalam Susanto (2012), mendefenisikan belajar sebagai suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalamannya. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini terpadu dalam satu kegiatan dimana

terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Sementara menurut Hilgard dalam Susanto (2012), belajar adalah suatu

perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang

dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh

proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,

pembiasaan, dan pengalaman.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang

dengan sengaja dan dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang

mengalami perubahan perilaku yang relatif dan tetap baik dalam berpikir,

ataupun bertindak (Susanto, 2012).

2. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan

mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada

siswa, sementara mengajar secara instruktusional dilakukan oleh guru. Jadi,

istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Mengajar

diartikan ke dalam dua konteks yaitu dalam konteks tradisional dan modern.

Dalam konteks tradisional, mengajar merupakan penyerahan kebudayaan

kepada anak didik yang berupa pengalaman dan kecakapan atau usaha untuk

mewariskan masyarakat kepada generasi berikutnya, sedangkan dalam konteks

modern mengajar diartikan sebagai usaha mengorganisasi lingkungan sehingga

menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Slameto, 2006).

Dengan mengacu pada konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral

yang cukup besar. Dimana guru berperan dalam menciptakan kondisi

pembelajaran yang baik, menarik, dan berdaya guna. Dengan demikian dapat

(pembelajaran) diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa (Susanto,

2012).

Pendapat juga dikemukakan oleh Donnall J. Treffing dalam Siregar

(2010), yang mengemukakan bahwa hakekat pembelajaran merupakan

pengembangan potensi peserta didik dengan akal, rasa, minat, dan bakat yang

sudah ada untuk mendapatkan potensi yang paling optimal. Untuk mencapai

tujuan tersebut, guru dan peserta didik dituntut untuk belajar kreatif. Menurut

Treffing belajar kreatif adalah sebuah proses belajar yang mengupayakan

kegiatan pembelajaran yang dibuat sekomunikatif mungkin sehingga situasi

belajar menjadi menyenangkan. Salah satunya melalui permainan. Dengan

demikian, siswa tidak semata-mata dituntut untuk belajar suatu materi saja.

Dampak dari hal ini adalah siswa termotivasi untuk berkreasi, sehingga pada

akhirnya siswa akan mendapatkan rasa senang, puas, dan memiliki

pengalaman. Dengan belajar kreatif, diharapkan dapat :

a. Membantu siswa lebih mandiri. Belajar kreatif merupakan hal yang

penting dari upaya membantu siswa, agar siswa lebih mampu menangani

permasalahan mereka sendiri dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menciptakan kemungkinan-kemungkinan dalam memecahkan masalah.

c. Menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar

Venon A. Magnesen dalam Siregar (2010), menuliskan persentase dari

pengalaman belajar yang diperoleh siswa :

a. Dengan belajar dan membaca, maka siswa akan menyerap 10% dari materi

b. Dengan belajar dan mendengar, maka siswa akan menyerap 20% dari

materi yang dipelajari.

c. Dengan belajar dan melihat, maka siswa akan menyerap 30% dari materi

yang dipelajari.

d. Dengan belajar, mendengar dan melihat, maka siswa akan menyerap 50%

dari materi yang dipelajari.

e. Dengan belajar dan mengatakan, maka siswa akan menyerap 70% dari

materi yang dipelajari.

f. Dengan belajar, mengatakan dan melakukan, maka siswa akan menyerap

90% dari materi yang dipelajari.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas lagi oleh

Brahin (2007), yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan

proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif

suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan

siswa terhadap materi atau program yang disampaikan. Kemajuan prestasi

belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan,

tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar

siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran

yang diberikan kepada siswa (Sudjana, 2012).

2. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

proses (aspek psikomotor), dan sikap (aspek afektif).

a. Pemahaman konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2012), diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar kemampuan siswa

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh

guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti

apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa

hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan oleh siswa sendiri.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep,

guru dapat melakukan evaluasi produk. Winkel (2007), menyatakan bahwa

melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan

instruktusional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang

seharusnya diperoleh siswa. Berdasarkan pandangan Winkel ini, dapat

diketahui bahwa hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan

melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan

dengan mengadakan berbagai macam tes, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan Proses

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan

pula keterampilan dan kemampuan bertindak secara individu yang

dikehendaki, seperti kreatifitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan

berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Bloom dalam Utari (2013), mengemukakan bahwa ada tujuh

keterampilan, yakni :

1) Persepsi

Kemampuan menggunakan saraf sensori untuk menginterpretasikan

dalam memperkirakan sesuatu

2) Kesiapan

Kemampuan untuk mempersiapkan diri baik mental, fisik, dan emosi

dalam menghadapi sesuatu

3) Reaksi Yang diarahkan

Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan

bantuan/bimbingan dengan meniru dan uji coba.

4) Reaksi Natural (Mekanisme)

Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan tahap

yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa

5) Reaksi Yang Kompleks

Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu,

dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efisiensi dan

efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat,

tanpa ragu.

6) Adaptasi

Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai

dengan yang dibutuhkan.

7) Kreatifitas

Kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan

kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan

mengeksplorasi kreatifitas diri.

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa pada aspek psikomotor

terfokus pada kesiapan siswa, mekanisme dan kreatifitas siswa.

c. Sikap

Menurut Lange dalam Susanto (2012), sikap tidak hanya merupakan

aspek mental semata, melainkan mencakup pula respon fisik. Jadi, sikap

terbentuk apabila adanya kekompakan antara mental dan fisik secara

serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara

jelas sikap seseorang.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt dalam Susanto (2012), belajar merupakan suatu

mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik

yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh lingkungannya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wasliman (2007), hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Secara terperinci, uraian mengenai faktor eksternal dan internal

sebagai berikut :

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang keadaan

ekonominya memprihatinkan, perhatian orang tua yang kurang kepada

anaknya, dan kebiasaan berperilaku yang kurang baik dari orang tua

dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh dalam hasil belajar

peserta didik.

Wasliman (2007), mengemukakan bahwa sekolah merupakan salah

satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi

kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka

Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagai

mana dikemukakan oleh Sanjaya (2008), bahwa guru adalah komponen

yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi

pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini, dapat ditegaskan bahwa salah

satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar

siswa adalah guru.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa

merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya melibatkan sejumlah

faktor yang saling mempengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar

seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Selanjutnya, Sanjaya juga mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan,

kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi

guru, dan kondisi masyarakat.

Dari kesepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa,

ada dua faktor utama yang menentukan keberhasilan siswa yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri siswa berupa kemampuan yang dimiliki dan

faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (Sanjaya, 2008).

Dokumen terkait