• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SWASTA KARANU WAIKABUBAK SUMBA BARAT PADA MATERI INVERTEBRATA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SWASTA KARANU WAIKABUBAK SUMBA BARAT PADA MATERI INVERTEBRATA SKRIPSI"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

X SMA SWASTA KARANU WAIKABUBAK SUMBA BARAT PADA

MATERI INVERTEBRATA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

SISILIA ANITA ADAN

NIM : 101434002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

X SMA SWASTA KARANU WAIKABUBAK SUMBA BARAT PADA

MATERI INVERTEBRATA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

SISILIA ANITA ADAN

NIM :101434002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan

menolong aku dalam setiap langkah hidup ku.

Papa Siprianus Adan dan Mama Getrudis Najung tercinta, yang tanpa lelah

membantu, mendukung dan mendoakan aku. Ku persembahkan karya ku ini

sebagai salah satu tanggung jawab ku sebagai seorang anak yang selalu ingin

membuat kalian bahagia.

Kedua adik ku tercinta Maria Imelda Adan dan Rupertus Trio Putra Adan,

yang selalu mencintai dan mendukung aku, serta menjadikan aku panutan di

dalam keluarga

Sepupu, Keponakan, dan Semua Keluarga ku yang terus mendukung dan

mendoakan aku

Almamater tercinta Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

v

MOTTO

Beati sumus ut omnia quae non est amor, sed amor

habemus

Bahagia bukan berarti memiliki semua yang kita cintai,

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA TEKA TEKI SILANG (TTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA SWASTA KARANU

WAIKABUBAK SUMBA BARAT PADA MATERI INVERTEBRATA

Sisilia Anita Adan Universitas Sanata Dharma

2014

Rendahnya motivasi dan hasil belajar biologi di SMA Swasta Karanu Waikabubak merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di sekolah ini. Penyebabnya adalah minat baca, antusiasme, dan pemahaman siswa pada materi Biologi rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Invertebrata dengan menggunakan media teka-teki silang pada siswa kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus, dengan lima tahapan pada setiap siklusnya. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat yang berjumlah 26 orang.

Setelah diterapkan kegiatan pembelajaran menggunakan media teka teki silang, hasil belajar dan motivasi siswa mengalami peningkatan. Persentase hasil belajar siswa yang mencapai KKM pada aspek kognitif mengalami peningkatan sebesar 6,25 %, sehingga pada siklus akhir menjadi 81,25% dengan nilai rata-rata 91,3. Pada aspek psikomotor mengalami peningkatan sebesar 15%, sehingga pada siklus akhir menjadi 100% dengan nilai rata-rata 90. Peningkatan motivasi belajar ditunjukkan dengan peningkatan motivasi siswa melalui angket dan hasil observasi. Persentase motivasi siswa melalui angket mengalami peningkatan sehingga pada siklus akhir menjadi 100% dengan nilai rata-rata 85,56.Persentase motivasi siswa melalui hasil observasi pada siklus I dan II sebesar 100 %. Peningkatan terjadi pada nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata siswa meningkat dari 78,75 menjadi 90,75. Berdasarkan data ini, maka disimpulkan bahwa media teka-teki silang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Karanu Waikabubak Sumba Barat pada materi Inverterbata.

(10)

ix

ABSTRACT

THE USE OF MEDIA CROSSWORD FOR INCREASING MOTIVATION AND STUDENT LEARNING OUTCOMES FIRST GRADE STUDENT HIGHSCHOOL

PRIVATE KARANU WAIKABUBAK WEST SUMBA ON ANY MATERIAL INVERTEBRATES

Sisilia Anita Adan Sanata Dharma University

2014

The lowness of biology motivation and learning outcome at private Senior High School Karanu, Waikabubak is one of the problem that happened in this school. The cause is reading interest, antusiasm, and student comprehension is low. Therefore, implement with purpose of research to know the increase of motivation and student learning outcome on material invertebrates by using a crossword puzzle media at first grade student in private senior highschool Karanu, Waikabubak, West Sumba. This research using research action class, consisting of two cycles with five phase on each cycle. This subject of research is student from class A first grade student private senior high school Karanu, Waikabubak, West Sumba which totaled 29 people

After the applied learning activities using crossword puzzle media, learning outcomes and student motivation has increased. The percentage of student learning outcomes on cognitive aspects which reach KKM has increase of 6,25% so that at the last cycle become 81,25% with an average value of 91,3, and psikomotor aspects has increase of 15% so that at the last cycle become 100% with an average value of 90. Increasing learning motivation has shown by incrased student motivation by questionnaire and observation result. The percentage of student motivation by questionnaire has increased so that at last cycle become 100% with average value 85,56. The percentage of student motivation by observation result on cycle I and II become100%. The increase occurs on student average value. The student average value has increased from 78,75 become 90,75. Based on these data, it was concluded that the crossword puzzle media can increase motivation and learning outcomes of first grade student on private senior highschool Karanu, Waikabubak, West Sumba

(11)

x

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

Penggunaan Media Teka Teki Silang (TTS) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat Pada Materi Invertebrata.

Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari

keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito,

S.Pd, selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

ijin penelitian kepada penulis.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For, Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama penulis

menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dengan sabar

(12)

xi

membagikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis selaku generasi muda.

6. Para karyawan dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Paulina Esry Ninda Pandango, SE, selaku kepala SMA Swasta Karanu Waikabubak

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Swasta

Karanu Waikabubak.

8. Ibu Yulita Watil, A.Md, selaku guru biologi dan observer di SMA Swasta Karanu

Waikabubak, yang telah banyak membantu dan memberikan arahan kepada penulis

selama penyusunan dan pelaksanaan penelitian di SMA Karanu Waikabubak.

9. Ibu Nur Aini A. Malik, S.Pd, selaku guru fisika di SMA Swasta Karanu Waikabubak

yang telah membantu penulis mengobservasi selama penulis melaksanakan kegiatan

penelitian di SMA Swasta Karanu Waikabubak.

10. Segenap guru dan karyawan di SMA Swasta Karanu Waikabubak yang telah membantu

penulis ketika melaksanakan penelitian sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

11. Siswa-siswi kelas XA SMA Swasta Karanu Waikabubak selaku obyek dalam penelitian

ini, yang telah membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

12. Siswa-siswi SMA Karanu Waikabubak

13. Kedua orang tua tercinta, papa Siprianus Adan dan mama Getrudis Najung yang selalu

mendoakan penulis, memberikan cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah kepada

penulis, serta memberikan dukungan baik secara finansial maupun moral.

14. Kedua adik tercinta, Maria Imelda Adan dan Rupertus Trio Putra Adan yang selalu

mendoakan, dan memberikan dukungan kepada penulis, serta membantu penulis dalam

(13)
(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis ... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DASAR TEORI A. Belajar dan Pembelajaran ... 10

B. Hasil Belajar ... 13

C. Motivasi Belajar Siswa... 18

D. Metode Belajar Sambil Bermain (BSB) ... 22

E. Media Teka Teki Silang (TTS) ... 23

F. Pembelajaran Biologi ... 26

G. Pembelajaran Materi Invertebrata Dengan Menggunakan Media Teka Teki Silang .. 30

(15)

xiv

J. Kerangka Berpikir ... 34

K. Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 39

C. Desain Penelitian ... 40

D. Variabel Penelitian ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Analisis Data ... 57

G. Indikator Keberhasilan ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Proses Penelitian ... 65

B. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 93

C. Pembahasan ... 105

D. Keterbatasan dan Upaya yang dilakukan Saat Penelitian ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Hasil Belajar Aspek Psikomotor ... 54

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ... 55

Tabel 3.3 : Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Psikomotor ... 58

Tabel 3.4 : Kategori Ketuntasan Individu ... 58

Tabel 3.5 : Kategori Skor Motivasi Pada Angket ... 60

Tabel 3.6 : Kategori Motivasi Siswa Melalui Angket... 60

Tabel 3.7 : Skor Motivasi Belajar Siswa ... 61

Tabel 3.8 : Kategori Motivasi Siswa Melalui Observasi ... 62

Tabel 3.9 : Indikator Keberhasilan ... 64

Tabel 4.1 : Skor dan kategori permainan TTS Siklus I ... 74

Tabel 4.2 : Skor dan kategori permainan TTS Siklus II ... 87

Tabel 4.3 : Hasil Analisis Nilai Pre-test Siswa ... 94

Tabel 4.4 : Hasil Analisis Nilai Post-test Siswa Siklus I ... 95

Tabel 4.5 : Hasil Analisis Nilai Post-test Siswa Siklus II ... 96

Tabel 4.6 : Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siklus I ... 98

Tabel 4.7 : Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siklus II ... 99

Tabel 4.8 : Analisis Hasil Pengisian Angket Motivasi Siswa ... 100

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Contoh hewan Mollusca ... 29

Gambar 2.2 : Contoh hewan Arthropoda ... 30

Gambar 2.3 : Diagram Alir Kerangka Berpikir Penelitian ... 37

Gambar 3.1 : Skema Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 41

Gambar 4.1 : Siswa mengisi angket motivasi awal ... 69

Gambar 4.2 : Siswa mengerjakan soal pre-test ... 70

Gambar 4.3 : Siswa mengerjakan LKS 1 secara berkelompok ... 71

Gambar 4.4 : Setiap kelompok menjawab soal TTS 1 yang terdapat pada amplop ... 72

Gambar 4.5 : Siswa mengerjakan soal post-test siklus I ... 76

Gambar 4.6 : Observer 1 ... 77

Gambar 4.7 : Observer 2 ... 77

Gambar 4.8 : Siswa mengisi lembar angket motivasi siklus I ... 78

Gambar 4.9 : Siswa mengerjakan LKS 2 secara berkelompok ... 84

Gambar 4.10 : Setiap kelompok menjawab soal TTS 2 yang terdapat pada amplop ... 86

Gambar 4.11 : Siswa mengerjakan post-test siklus II ... 89

Gambar 4.12 : Siswa mengisi lembar angket motivasi siklus II ... 92

Gambar 4.13 : Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada aspek kognitif ... 105

Gambar 4.14 : Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada aspek psikomotor ... 109

Gambar 4.15 : Grafik Peningkatan Kategori Motivasi Siswa Berdasarkan Angket ... 111

Gambar 4.16 : Grafik Peningkatan Motivasi Siswa dan Skor Rata-Rata Secara Klasikal 112 Gambar 4.17 : Grafik Peningkatan Kategori Motivasi Siswa Berdasarkan Observasi... 115

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 124

Lampiran 2 : RPP Siklus I ... 126

Lampiran 3 : RPP Siklus II ... 135

Lampiran 4 : LKS Siklus I ... 143

Lampiran 5 : LKS Siklus II ... 147

Lampiran 6 : Kunci Jawaban LKS I ... 151

Lampiran 7 : Kunci Jawaban LKS Siklus II ... 153

Lampiran 8 : Kisi-kisiPre-testdan pedoman skoring ... 155

Lampiran 9 : SoalPre-testbeserta jawaban siswa ... 157

Lampiran 10 : Kunci Jawaban SoalPre-test... 164

Lampiran 11 : Kisi-Kisi SoalPost-testdan Pedoman Skoring Siklus I ... 165

Lampiran 12 : Kisi-Kisi SoalPost-testdan Pedoman Skoring Siklus II ... 170

Lampiran 13 : SoalPost-testSiklus I beserta jawaban siswa ... 175

Lampiran 14 : SoalPost-testSiklus II beserta jawaban siswa ... 182

Lampiran 15 : Kunci Jawaban SoalPost-testSiklus I ... 189

Lampiran 16 : Kunci Jawaban SoalPost-testSiklus II ... 192

Lampiran 17 : Papan Permainan Teka Teki Silang Pada Siklus I ... 195

Lampiran 18 : Papan Permainan Teka Teki Silang Pada Siklus II ... 196

Lampiran 19 : Kartu Pertanyaan Permainan Teka Teki Silang Siklus I ... 197

Lampiran 20 : Kartu Pertanyaan Permainan Teka Teki Silang Siklus II ... 201

Lampiran 21 : Kartu Jawaban Permainan Teka Teki Silang Siklus I ... 205

Lampiran 22 : Kartu Jawaban Permainan Teka Teki Silang Siklus II ... 210

Lampiran 23 : Tabel Skoring dan Kategori Skor Permainan TTS Siswa Siklus I ... 216

Lampiran 24 : Tabel Skoring dan Kategori Skor Permainan TTS Siswa Siklus II ... 218

Lampiran 25 : Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa... 220

Lampiran 26 : Angket motivasi awal siswa ... 221

(19)

xviii

Lampiran 29 : Lembar observasi motivasi siswa siklus I ... 230

Lampiran 30 : Lembar observasi motivasi siswa siklus II... 234

Lampiran 31 : Daftar Kehadiran Siswa Siklus I dan Siklus II... 238

Lampiran 32 : Analisis HasilPre-testSiswa ... 240

Lampiran 33 : Analisis HasilPost-testSiswa Siklus I ... 241

Lampiran 34 : Analisis HasilPost-testSiswa Siklus II ... 242

Lampiran 35 : Analisis Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siklus I ... 243

Lampiran 36 : Analisis Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siklus II ... 245

Lampiran 37 : Analisis Hasil Angket Motivasi Siswa... 247

Lampiran 38 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus I ... 249

Lampiran 39 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus II... 252

Lampiran 40 : Surat Ijin Penelitian ... 255

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

moralitas kehidupan dari potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Kemajuan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi ditentukan oleh tingkat pendidikan manusia.

Pendidikan dikatakan berhasil jika tercapai peningkatan kualitas pendidikan. Suatu

pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses pendidikan berlangsung secara

efektif, dan meningkatnya hasil belajar siswa. Usaha dan keberhasilan belajar siswa

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penggunaan media pembelajaran, dan

motivasi belajar dari siswa sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator.

Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa, agar

melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri tanpa adanya tekanan atau

paksaan, dan sesuai dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Sedangkan peran guru

sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Cara yang dapat dilakukan oleh guru

untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif, dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar.

SMA Swasta Karanu Waikabubak merupakan salah satu sekolah swasta di

Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Secara umum SMA ini memiliki

(21)

pembelajaran Biologi. Meskipun memiliki fasilitas yang cukup menunjang seperti

tersedianya LCD dan buku paket dalam setiap kegiatan pembelajaran, serta alat-alat

praktikum yang memadai namun ketersediaan tenaga guru masih sangat kurang,

dimana beberapa guru yang mengajar di SMA ini bukan berasal dari sarjana

pendidikan. Hal ini menyebabkan guru tidak mengenal karakteristik dan kondisi

siswa. Karakteristik siswa di SMA ini juga cukup buruk, hal ini terlihat dari

seringnya siswa tidak hadir dalam kegiatan pembelajaran karena malas atau tanpa

keterangan, sehingga beberapa kali guru harus mendatangi rumah siswa untuk

meminta keterangan dari orang tua/wali maupun siswa sendiri. Dari beberapa

kondisi diatas menyebabkan sebagian besar hasil belajar siswa di sekolah ini

rendah.

Berdasarkan hasil observasi di kelas XA, dan hasil wawancara dengan guru

mata pelajaran biologi, hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi rendah

karena minat baca dan antusiasme siswa terhadap materi biologi rendah. Sebagian

besar siswa pasif dan masih kurang berani untuk menyatakan kesulitan yang

dialami pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan akademis

(kognitif) dalam kegiatan pembelajaran biologi juga menjadi penyebab hasil belajar

siswa rendah, ini dilihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dalam satu

kelas hanya 2 siswa atau sekitar 6,7 % dari total 30 siswa.

Selain itu, rendahnya hasil belajar biologi pada materi invertebrata juga

disebabkan siswa kesulitan dalam memahami istilah-istilah. Dari hasil analisis ujian

akhir semester, lebih dari 50 % hasil belajar siswa tidak mencapai KKM yang telah

ditentukan sekolah sebesar 72. Hal ini menunjukkan belum berhasilnya proses

(22)

Invertebrata merupakan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi,

yang diajarkan di kelas X SMA / MA pada semester genap. Invertebrata

mempelajari hewan-hewan yang hidup di bumi tetapi tidak memiliki tulang

belakang, dan tidak memiliki tali punggung (chorda dorsalis) selama

pertumbuhannya dari zigot hingga menjadi dewasa. Karena sangat banyak

jumlahnya, invertebrata dikelompokkan menjadi beberapa filum diantaranya filum

Mollusca dan Arthropoda.

Menurut Uno (2006), pemilihan strategi pembelajaran harus

mempertimbangkan kesesuaian dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang

dihadapi. Pemilihan strategi pada umumnya bersumber dari rumusan tujuan

pembelajaran, analisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa, dan materi yang

diajarkan.

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara terhadap kegiatan

pembelajaran dan hasil belajar siswa pada materi invertebrata tahun lalu (tahun

2013). Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi, pembelajaran

materi invertebrata tahun lalu menggunakan metode ceramah. Dalam kegiatan

pembelajaran, siswa hanya mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru. Selain

itu, 80 % hasil belajar siswa pada materi invertebrata tahun 2013 juga tidak

mencapai KKM. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan ini

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik minat siswa

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi

invertebrata.

Media Teka Teki Silang (TTS) merupakan salah satu pendekatan yang dikemas

dalam bentuk permainan yang dapat merangsang daya pikir siswa dalam kegiatan

(23)

Sardiman (2007), sebagai media pembelajaran permainan mempunyai beberapa

kelebihan yaitu permainan merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk

dilakukan sehingga dapat menghibur dan menarik.

Melalui media permainan ini, siswa diajak untuk lebih memahami

istilah-istilah penting yang ada dalam pembelajaran biologi, sehingga siswa mendapatkan

pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dengan menggunakan media TTS, guru

dapat menghemat waktu untuk menjelaskan secara detail bab tertentu yang perlu

dijelaskan kembali secara struktural, sehingga siswa juga dapat dengan mudah

memahami materi yang disampaikan oleh guru karena siswa tidak merasa terbebani

dan tidak bosan dengan pengulangan unit tertentu.

Selain itu, siswa dapat lebih aktif dan tidak bosan, karena siswa diajak untuk

mempelajari materi invertebrata melalui permainan. Harapannya melalui media ini,

motivasi siswa dalam mempelajari materi ini menjadi lebih tinggi, sehingga

pemahaman dan hasil belajar siswa semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat penelitian dengan judul

“Penggunaan Media Teka Teki Silang (TTS) Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada

Materi Invertebrata”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penggunaan media Teka Teki Silang (TTS) dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi invertebrata?

2. Bagaimanakah penggunaan media Teka Teki Silang (TTS) dalam

(24)

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam memahami

judul penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dari masing-masing istilah

sebagai berikut:

1. Motivasi

Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam

bentuk perhatian, partisipasi, semangat, tanggung jawab dan kepuasan siswa

selama kegiatan pembelajaran biologi berlangsung. Motivasi siswa diukur

melalui hasil angket yang telah diisi oleh siswa secara individu, dan diukur

melalui lembar observasi yang telah diisi para observer. Lembar observasi

meliputi perhatian, partisipasi, dan tanggung jawab siswa selama kegiatan

pembelajaran. Lembar angket meliputi perhatian, kepuasan, semangat, dan

partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah terjadi

proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah

aspek kognitif dan aspek psikomotor siswa. Aspek kognitif siswa diukur

melaluipost-testyang akan dilakukan pada akhir pertemuan di setiap siklus.

Aspek psikomotor dalam penelitian ini diukur melalui keterampilan siswa

dalam menggambar, dengan beberapa indikator yaitu kreatifitas siswa dalam

menggambar, kesesuaian gambar dengan materi yang diajarkan, kesesuaian

gambar dengan struktur penyusunnya, kesesuaian gambar dengan ciri-ciri yang

(25)

3. Media Teka Teki Silang (TTS)

Teka Teki Silang (TTS) merupakan sebuah permainan yang cara

bermainnya dilakukan dengan mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk

kotak dengan huruf-huruf, sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai

dengan petunjuk. Petunjuk yang bisa diberikan dalam TTS dibagi ke dalam

kategori mendatar dan menurun, tergantung posisi kata-kata yang harus diisi

(Susilaningsih, 2009).

TTS dipilih sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini dikarenakan

sesuai dengan karakteristik siswa, dimana :

a. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar siswa kesulitan untuk

memahami istilah-istilah. Oleh karena itu membutuhkan media yang

dapat membantu siswa untuk memahami istilah-istilah. Media TTS

merupakan media yang cocok karena kotak-kotak dalam TTS hanya

digunakan untuk mengisi istilah-istilah atau singkatan kata. Ini dapat

membantu siswa, karena untuk dapat memainkan TTS siswa ditantang

untuk memahami istilah-istilah.

b. Sebagian besar siswa sulit berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran.

Media TTS ini sangat cocok digunakan, karena untuk menjawab soal

siswa harus benar-benar fokus untuk berpikir dan memecahkan soal yang

ada dalam permainan

c. Sebagian besar siswa kurang teliti dalam mengerjakan tugas. Media TTS

sangat cocok bagi siswa karena dalam mengisi jawaban pada kotak TTS,

siswa harus benar-benar teliti. Jika dalam menjawab soal siswa salah

memasukan salah satu huruf pada kota TTS maka jawaban siswa salah

(26)

d. Siswa yang sering mengantuk dan bosan dalam kegiatan pembelajaran.

TTS sangat cocok karena TTS merupakan sebuah permainan yang

kegiatannya dimainkan oleh siswa sendiri, sehingga ketika siswa

memainkan TTS, siswa tidak akan bosan karena siswa akan terfokus

untuk dapat memecahkan soal yang ada dalam permainan. Siswa juga

tidak akan mengantuk karena dalam permainan TTS, kegiatannya

dimainkan oleh siswa sendiri. Hal ini membuat siswa lebih banyak

bergerak dan berdiskusi untuk menjawab soal TTS yang ada.

4. Materi Pembelajaran

Invertebrata adalah salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi.

Materi invertebrata ini diajarkan di kelas X SMA atau MA pada semester

genap. Berikut uraiannya :

a. Standar Kompetensi :

3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati

b. Kompetensi Dasar :

3.4. Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke

dalam filum berdasarkan pengamatan anatomi dan morfologi

serta mengaitkan peranannya dalam kehidupan

c. Materi : Invertebrata

d. Sub Materi : Mollusca dan Arthropoda

Sub materi Mollusca yang dipilih dalam penelitian ini karena letak dari

sekolah ini yang dekat dengan daerah pantai sehingga banyak ditemukan

(27)

mempelajari materi ini, karena siswa dapat mengetahui cirri-ciri dan manfaat

dari hewan-hewan Mollusca.

Pemilihan sub materi Arthropoda dalam penelitian ini karena cakupan dari

materi ini sangat luas dan banyak menggunakan istilah-istilah. Selain itu,

hampir 90 % siswa telah menjumpai hewan Arthropoda, akan tetapi tidak

mengetahui kalau hewan tersebut termasuk dalam Arthropoda.

5. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA SMA Swasta Karanu

Waikabubak, Sumba Barat - NTT yang berjumlah 26 orang dimana jumlah

siswa sebanyak 13 orang dan jumlah siswi sebanyak 13 orang.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana media TTS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada materi

invertebrata.

2. Mengetahui bagaimana media TTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas X SMA Swasta Karanu Waikabubak Sumba Barat pada materi

invertebrata.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

(28)

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari materi biologi

khususnya pada materi invertebrata

b. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi biologi

khususnya pada materi invertebrata

c. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi invertebrata, terutama

bagi siswa yang kesulitan dalam memahami istilah-istilah.

2. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu guru untuk :

a. Memberikan informasi tentang metode yang efektif dalam pembelajaran di

kelas terutama bagi kelas yang sebagian besar siswanya pasif.

b. Memilih metode yang sesuai dengan karakter dan kondisi kelas sehingga

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu sekolah untuk melihat dan

mengevaluasi sejauh mana perkembangan guru dan peserta didiknya dalam

proses pembelajaran biologi khususnya terhadap motivasi dan hasil belajar

siswa.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini bertujuan sebagai sarana bagi peneliti untuk

mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh peneliti

selama belajar dibangku perkuliahan. Selain itu, sebagai bahan evaluasi bagi

peneliti untuk melihat apakah metode yang digunakan peneliti sesuai dan

dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam

(29)

10

BAB II

DASAR TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Kata belajar sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan

belajar ini, masing-masing ahli memiliki pemahaman dan arti yang

berbeda-beda. Menurut Siregar (2010), belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Gagne dalam Susanto (2012), mendefenisikan belajar sebagai suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalamannya. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini terpadu dalam satu kegiatan dimana

terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Bagi Gagne belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Sementara menurut Hilgard dalam Susanto (2012), belajar adalah suatu

perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang

dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh

(30)

proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,

pembiasaan, dan pengalaman.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang

dengan sengaja dan dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang

mengalami perubahan perilaku yang relatif dan tetap baik dalam berpikir,

ataupun bertindak (Susanto, 2012).

2. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan

mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada

siswa, sementara mengajar secara instruktusional dilakukan oleh guru. Jadi,

istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Mengajar

diartikan ke dalam dua konteks yaitu dalam konteks tradisional dan modern.

Dalam konteks tradisional, mengajar merupakan penyerahan kebudayaan

kepada anak didik yang berupa pengalaman dan kecakapan atau usaha untuk

mewariskan masyarakat kepada generasi berikutnya, sedangkan dalam konteks

modern mengajar diartikan sebagai usaha mengorganisasi lingkungan sehingga

menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Slameto, 2006).

Dengan mengacu pada konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral

yang cukup besar. Dimana guru berperan dalam menciptakan kondisi

pembelajaran yang baik, menarik, dan berdaya guna. Dengan demikian dapat

(31)

(pembelajaran) diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa (Susanto,

2012).

Pendapat juga dikemukakan oleh Donnall J. Treffing dalam Siregar

(2010), yang mengemukakan bahwa hakekat pembelajaran merupakan

pengembangan potensi peserta didik dengan akal, rasa, minat, dan bakat yang

sudah ada untuk mendapatkan potensi yang paling optimal. Untuk mencapai

tujuan tersebut, guru dan peserta didik dituntut untuk belajar kreatif. Menurut

Treffing belajar kreatif adalah sebuah proses belajar yang mengupayakan

kegiatan pembelajaran yang dibuat sekomunikatif mungkin sehingga situasi

belajar menjadi menyenangkan. Salah satunya melalui permainan. Dengan

demikian, siswa tidak semata-mata dituntut untuk belajar suatu materi saja.

Dampak dari hal ini adalah siswa termotivasi untuk berkreasi, sehingga pada

akhirnya siswa akan mendapatkan rasa senang, puas, dan memiliki

pengalaman. Dengan belajar kreatif, diharapkan dapat :

a. Membantu siswa lebih mandiri. Belajar kreatif merupakan hal yang

penting dari upaya membantu siswa, agar siswa lebih mampu menangani

permasalahan mereka sendiri dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menciptakan kemungkinan-kemungkinan dalam memecahkan masalah.

c. Menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar

Venon A. Magnesen dalam Siregar (2010), menuliskan persentase dari

pengalaman belajar yang diperoleh siswa :

a. Dengan belajar dan membaca, maka siswa akan menyerap 10% dari materi

(32)

b. Dengan belajar dan mendengar, maka siswa akan menyerap 20% dari

materi yang dipelajari.

c. Dengan belajar dan melihat, maka siswa akan menyerap 30% dari materi

yang dipelajari.

d. Dengan belajar, mendengar dan melihat, maka siswa akan menyerap 50%

dari materi yang dipelajari.

e. Dengan belajar dan mengatakan, maka siswa akan menyerap 70% dari

materi yang dipelajari.

f. Dengan belajar, mengatakan dan melakukan, maka siswa akan menyerap

90% dari materi yang dipelajari.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas lagi oleh

Brahin (2007), yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan

tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan

proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif

suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan

(33)

siswa terhadap materi atau program yang disampaikan. Kemajuan prestasi

belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan,

tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar

siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran

yang diberikan kepada siswa (Sudjana, 2012).

2. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

proses (aspek psikomotor), dan sikap (aspek afektif).

a. Pemahaman konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2012), diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar kemampuan siswa

mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh

guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti

apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan berupa

hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan oleh siswa sendiri.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep,

guru dapat melakukan evaluasi produk. Winkel (2007), menyatakan bahwa

melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan

instruktusional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang

seharusnya diperoleh siswa. Berdasarkan pandangan Winkel ini, dapat

diketahui bahwa hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan

(34)

melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan

dengan mengadakan berbagai macam tes, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan Proses

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan

pula keterampilan dan kemampuan bertindak secara individu yang

dikehendaki, seperti kreatifitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan

berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Bloom dalam Utari (2013), mengemukakan bahwa ada tujuh

keterampilan, yakni :

1) Persepsi

Kemampuan menggunakan saraf sensori untuk menginterpretasikan

dalam memperkirakan sesuatu

2) Kesiapan

Kemampuan untuk mempersiapkan diri baik mental, fisik, dan emosi

dalam menghadapi sesuatu

3) Reaksi Yang diarahkan

Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan

bantuan/bimbingan dengan meniru dan uji coba.

4) Reaksi Natural (Mekanisme)

Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan tahap

yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa

(35)

5) Reaksi Yang Kompleks

Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu,

dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efisiensi dan

efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat,

tanpa ragu.

6) Adaptasi

Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai

dengan yang dibutuhkan.

7) Kreatifitas

Kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan

kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan

mengeksplorasi kreatifitas diri.

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa pada aspek psikomotor

terfokus pada kesiapan siswa, mekanisme dan kreatifitas siswa.

c. Sikap

Menurut Lange dalam Susanto (2012), sikap tidak hanya merupakan

aspek mental semata, melainkan mencakup pula respon fisik. Jadi, sikap

terbentuk apabila adanya kekompakan antara mental dan fisik secara

serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara

jelas sikap seseorang.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt dalam Susanto (2012), belajar merupakan suatu

(36)

mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik

yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh lingkungannya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wasliman (2007), hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Secara terperinci, uraian mengenai faktor eksternal dan internal

sebagai berikut :

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang keadaan

ekonominya memprihatinkan, perhatian orang tua yang kurang kepada

anaknya, dan kebiasaan berperilaku yang kurang baik dari orang tua

dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh dalam hasil belajar

peserta didik.

Wasliman (2007), mengemukakan bahwa sekolah merupakan salah

satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi

kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka

(37)

Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagai

mana dikemukakan oleh Sanjaya (2008), bahwa guru adalah komponen

yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi

pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini, dapat ditegaskan bahwa salah

satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar

siswa adalah guru.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa

merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya melibatkan sejumlah

faktor yang saling mempengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar

seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Selanjutnya, Sanjaya juga mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan,

kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi

guru, dan kondisi masyarakat.

Dari kesepuluh faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa,

ada dua faktor utama yang menentukan keberhasilan siswa yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri siswa berupa kemampuan yang dimiliki dan

faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (Sanjaya, 2008).

C. Motivasi Belajar Siswa

1. Motivasi secara umum

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan

yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tesebut

(38)

dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya yang berupa rangsangan,

dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu

(Isbandi, 1994).

Menurut sumbernya, motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif

yang timbulnya dari dalam diri individu sendiri yang sesuai dan sejalan dengan

kebutuhannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

ditimbulkan karena adanya rangsangan dari luar diri individu, misalnya dalam

bidang pendidikan timbulnya minat positif terhadap kegiatan pendidikan

karena manfaat yang diperoleh atau dilihat (Gerungan, 1996).

Isbandi (1994) menyatakan bahwa motivasi intrinsik lebih kuat dari

motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan

motivasi intrinsik, dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan minat

siswa terhadap materi yang diajarkan. Salah satu caranya adalah dengan

menggunakan berbagai metode dalam kegiatan pembelajarannya.

2. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara relatif permanen, dan

secara potensial untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor

intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil serta dorongan kebutuhan

belajar, harapan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik timbul karena

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar

(39)

3. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar.

Pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai

satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan

gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang

mempunyai motivasi tinggi akan memiliki energi yang besar untuk

melaksanakan kegiatan belajar (Sardiman, 2007).

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Motivasi

Imron (2006), mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi

motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah : cita-cita /

aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa,

unsur-unsur dinamis belajar / pembelajaran, dan upaya guru dalam

memberikan pengajaran kepada siswa

5. Motivasi ModelAttention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS)

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) dalam

Siregar (2010), telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai ARCS

model. Model ARCS yaitu Attention (perhatian), Relevance (Relevansi),

Confidence(kepercayaan diri), danSatisfaction(kepuasan).

Attention(perhatian) merupakan dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu

seseorang muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh,

(40)

ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan, dan kondisi siswa.

Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau memiliki

potensi untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan. Satisfaction (kepuasan)

merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Siswa akan termotivasi

untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa.

6. Upaya-upaya memotivasi siswa dalam belajar

Dalam kenyataannya, motivasi dalam belajar terkadang meningkat dengan

cepat, tetapi terkadang juga menurun secara drastis. Oleh karena itu, perlu

adanya upaya-upaya untuk memotivasi siswa.

Imron (2006), mengemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan guna

meningkatkan motivasi belajar siswa. Beberapa upaya tersebut adalah :

a. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran

b. Mengoptimalkan upaya guru saat mengajar di kelas juga menjadi faktor

yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Jika guru tidak

bersemangat dalam proses pembelajaran maka siswa cenderung tidak

memiliki motivasi belajar, tetapi jika guru bersemangat dalam

melaksanakan pembelajaran maka motivasi siswa dalam belajar akan lebih

baik. Hal-hal yang perlu disajikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

haruslah menarik sehingga dapat mempengaruhi tumbuhnya motivasi siswa

dengan kemampuan yang dimiliki.

c. Mengembangkan aspirasi, partisipasi dan kreatifitas siswa dalam proses

(41)

7. Teknik-teknik motivasi dalam pembelajaran

Menurut Uno (2006), ada beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan

dalam pembelajaran, diantaranya memberikan penyataan penghargaan secara

verbal, seperti “kamu pintar” atau “hebat”, menggunakan nilai ulangan dan hasil kerja yang telah dicapai dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat

memacu keberhasilan siswa, memberikan pertanyaan dan menggunakan

permainan untuk dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

D. Metode Belajar Sambil Bermain (BSB)

Belajar Sambil Bermain (BSB) adalah metode belajar yang paling efektif

digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Melalui metode ini siswa menjadi lebih

senang mengikuti pelajaran dan tidak mudah bosan. Ada lima alasan mengapa

metode bermain sambil belajar sangat penting diterapkan di dalam kelas, yaitu :

1. Seorang siswa bisa belajar melalui proses berjalannya permainan. Dengan

permainan siswa bisa belajar memahami konsep dan ide baru dalam belajar.

Siswa juga bisa melihat materi yang diajarkan dari prespektif yang belum

mereka ketahui sebelumnya, sehingga siswa akan mulai bereksperimen dengan

kemungkinan-kemungkinan baru.

2. Permainan menjadi penghubung untuk mengikutsertakan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar.

3. Melalui permainan siswa dapat mempelajari beberapa keterampilan penting,

seperti berpikir kritis, ketelitian, kerja sama, dan kreatifitas.

4. Permainan dapat membantu menguatkan memori siswa. Saat bermain, tanpa

disadari siswa banyak berinteraksi dengan materi yang sedang diajarkan, hal

(42)

materi tersebut. Dengan membuat variasi jenis permainan, maka siswa akan

menerima bermacam-macam stimulus.

5. Melalui permainan dapat menarik minat siswa dan mengikutsertakan siswa

dalam kegiatan pembelajaran yang aktif. Siswa sangat menyukai permainan,

hal ini dapat menjadi cara yang baik untuk memusatkan perhatian siswa agar

siap untuk menerima pelajaran yang baru (Anggani, 2010).

E. Media Teka Teki Silang

1. Pengertian Media Teka Teki Silang

Teka teki silang merupakan sebuah media permainan yang dimainkan

dengan cara mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan

huruf-huruf, sehingga membentuk sebuah kata sesuai dengan petunjuk yang ada.

Dalam kegiatan pembelajaran biologi, media ini digunakan untuk merangsang

siswa berpikir dan mencari jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diberikan

(Sriyana, 2013).

Anggani (2010), menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberikan

kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan

sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan mendapatkan bermacam-macam

konsep, serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah proses

pembelajaran terjadi. Mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan,

mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan

pendapat, memecahkan masalah, bekerja sama dengan teman, dan mengalami

berbagai macam perasaan.

Oleh karena itu, anak membutuhkan alat atau media permainan. Alat

(43)

untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya. Anak didik secara aktif

melakukan kegiatan permainan dan secara optimal menggunakan seluruh

pancaindera secara aktif. Permainan yang menyenangkan juga akan

meningkatkan aktivitas sel otak anak.

2. Peranan Guru dalam Permainan

Guru berperan sebagai instruktur dan fasilitator. Sebagai instruktur, guru

berperan dalam memperkenalkan cara kerja, dan fungsi suatu alat permainan.

Sedangkan sebagai fasilitator guru menjembatani atau menghubungkan anak

dengan media permainan yang akan digunakan. Peranan guru sebagai

fasilitator tidaklah mudah untuk diterapkan. Seorang guru harus membutuhkan

kepekaan rasa, dan ketajaman pengamatan bagi setiap anak didiknya. Dalam

bermain pun guru diminta untuk tetap mendampingi mereka. Hal ini

dikarenakan pada saat anak bermain akan terlihat perkembangan setiap anak.

Selain itu, dalam memfasilitasi anak didik dengan permainan. Ada

beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :

a. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap

kegiatan yang dilakukan dan alokasi waktu yang digunakan.

b. Mengatur penempatan semua peralatan dan perabotan yang akan digunakan

sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

c. Segala kegiatan yang dipersiapkan oleh guru harus memiliki tingkat

kesulitan yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

d. Memantau setiap kegiatan apakah kegiatan tersebut membosankan atau

(44)

3. Kelebihan Media Teka Teki Silang

a. Media Teka Teki Silang sangat efektif untuk mengulang pelajaran yang

telah diberikan. Dengan demikian dapat memudahkan siswa untuk

mengingat kembali materi yang telah disampaikan.

b. Mudah untuk diajarkan karena sebagian besar masyarakat telah mengetahui

dan pernah memainkan permainan ini.

c. Dapat dibuat dengan mudah dan biayanya relatif murah.

d. Melatih ketelitian dan kejelian siswa dalam menjawab pertanyaan.

e. Mengasah otak siswa untuk berpikir dan memecahkan soal yang ada dalam

permainan.

f. Dapat dimainkan secara individu maupun berkelompok (Khikmah, 2013).

4. Kelemahan Media Teka Teki Silang

a. Ada beberapa jawaban yang memiliki hubungan dengan jawaban lainnya,

sehingga apabila siswa tidak dapat menjawab salah satu soal maka siswa

akan merasa bingung karena akan berpengaruh pada jawaban siswa yang

hurufnya masih berkaitan dengan soal sebelumnya yang tidak dapat

dipecahkan oleh siswa.

b. Perlu ada ketelitian dalam membuat kotak-kotak jawaban yang akan diisi

oleh siswa, karena apabila salah dalam membuat jumlah kotak maka akan

berpengaruh pada jawaban pada soal-soal selanjutnya.

c. Materi-materi yang bersifat penjelasan atau pemaparan tidak dapat

dimasukan ke dalam media ini, karena ruang-ruangnya terbatas, hanya

(45)

F. Pembelajaran Biologi

1. Pembelajaran Biologi Secara Umum

Pada dasarnya, pembelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa

dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep

tersebut ataupun fakta secara mendalam. Agar tercapai pembelajaran biologi

secara efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip berikut ini :

a. Student Centered Learning(pembelajaran berpusat pada siswa)

Siswa ditempatkan sebagai subyek belajar, artinya proses belajar

dilakukan oleh siswa dengan melakukan suatu kegiatan yang telah

dirancang oleh guru untuk menanamkan konsep-konsep tertentu. Dalam

konteks ini yang aktif bukanlah guru, melainkan siswa sendiri. Dengan

belajar secara aktif, siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

b. Learning by Doing(belajar dengan melakukan sesuatu)

Proses pembelajaran biologi dilakukan dengan merancang kegiatan

sederhana yang dapat menggambarkan konsep yang sedang dipelajari.

Dengan demikian, siswa dapat mengalami sendiri, artinya siswa

memperoleh pengetahuan tidak hanya secara teoritis saja, tetapi juga secara

praktek.

c. Joyful Learning(Pembelajaran yang menyenangkan)

Kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan

membuat siswa merasa senang dan tidak tertekan. Memberi kesempatan

kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk melakukan

pengamatan. Percobaan dan diskusi merupakan beberapa hal yang dapat

(46)

d. Meaningful Learning(Pembelajaran yang bermakna)

Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat mengalami sendiri,

dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Lebih bermakna

suatu materi, maka akan mudah untuk mengingatnya kembali. Dengan

demikian siswa merasa bahwa pembelajaran biologi bermanfaat bagi

kehidupannya.

e. The Daily Life Problem Solving(Pemecahan masalah sehari-hari)

Obyek biologi meliputi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia.

Dengan demikian, permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan

permasalahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Fithriani, 2009).

2. Pembelajaran Biologi Di SMA

Biologi memiliki karakter khusus yang berbeda dengan ilmu lainnya

dalam hal ini menyangkut obyek, persoalan dan metodenya. Mata pelajaran

biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analisis untuk

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam dan sekitar.

Mata pelajaran biologi di SMA / MA yang merupakan kelanjutan mata

pelajaran IPA di SMP / MTS yang menekankan pada fenomena alam dan

penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk

hidup, hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi,

peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,

(47)

c. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,

bioteknologi, dan implikasinya pada salingtemas.

Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran biologi di SMA terbagi atas dua

bagian, yaitu bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja

ilmiah diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X tetapi untuk

selanjutnya terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan

(Depdikbud, 2012).

3. Materi Pembelajaran

Invertebrata adalah salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi.

Materi invertebrata ini diajarkan di kelas X SMA atau MA pada semester

genap. Berikut uraiannya :

a. Standar Kompetensi :

3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati

b. Kompetensi Dasar :

3.4. Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke

dalam filum berdasarkan pengamatan anatomi dan morfologi serta

mengaitkan peranannya dalam kehidupan

c. Materi : Invertebrata

d. Sub Materi :MolluscadanArthropoda

1) Mollusca

Mollusca berasal dari kata latin mollis yang berarti lunak. Hewan

(48)

a) Ciri-ciri umum Mollusca

Mollusca bertubuh lunak, tidak memiliki ruas, dan tubuhnya

ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat. Cangkang

tersebut berguna untuk melindungi organ-organ dalam isi rongga

perut, tetapi ada pula Mollusca yang tidak bercangkang. Kaki

Mollusca berbentuk pipih, lebar, dan berotot. Sebagian besar Mollusca

hidup di laut.

Reproduksi Mollusca terjadi secara seksual, yaitu dengan

fertilisasi internal. Mollusca ada yang bersifat diesis (alat kelamin

jantan dan betina terpisah), dan ada pula yang bersifat monoesis (alat

kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan).

Salah satu contoh hewan Mollusca adalah bekicot, dapat dilihat

pada gambar 2.1 dibawah ini !

(a) (b)

Gambar 2.1. (a) Bekicot, (b) anatomi Bekicot

2) Arthopoda

Arthropoda berasal dari kata Arthron yang berarti ruas dan podos

yang berarti kaki. Hampir 90 % dari seluruh jenis hewan yang diketahui

(49)

a) Ciri-ciri Umum Arthropoda

Hewan yang termasuk filum ini mempunyai kaki yang

beruas-ruas. Misalnya, udang, belalang, laba-laba dan kaki seribu.

Struktur tubuh

Tubuh hewan ini simetri bilateral, beruas-ruas dan mempunyai

kerangka luar (eksoskeleton) dari bahan kitin. Kerangka luar ini

bersendi dan berfungsi menutupi serta melindungi alat-alat dalam

dan luar. Selanjutnya, kerangka luar disekresikan oleh epidermis

dan mengalami pergantian kulit (eksdisis). Hewan ini mempunyai

mata majemuk (faset) atau mata tunggal (oselus). Salah satu contoh

hewan Arthropoda adalah udang, dapat dilihat pada gambar 2.2

dibawah ini !

(a) (b)

Gambar 2.2. (a) Udang, (b) anatomi udang

G. Pembelajaran Materi Invertebrata Dengan Menggunakan Media Teka Teki Silang

Pembelajaran invertebrata pada filum Mollusca dan Arthropoda menggunakan

(50)

terdiri dari soal mendatar dan menurun yang ada pada LKS dan papan permainan.

TTS digunakan sebagai media untuk membantu siswa dalam mengklasifikasikan

kelas-kelas yang ada pada filum Mollusca dan Arthropoda, mengidentifikasi

ciri-ciri hewan pada filum Mollusca dan Arthropoda berdasarkan kelasnya, dan

menjelaskan peranan Mollusca dan Arthropoda bagi kehidupan.

Pada awalnya siswa secara berkelompok diminta untuk mengklasifikasikan

kelas-kelas yang ada pada filum Mollusca dan Arthropoda dengan mengerjakan

soal TTS yang ada pada LKS. Selanjutnya, siswa secara berkelompok juga diminta

untuk memainkan TTS pada papan permainan, dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Permainan teka teki silang terdiri dari 60 soal, yang meliputi soal mendatar dan

soal menurun

2. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri

dari 4-5 siswa

3. Guru menyediakan 6 buah amplop yang diberi kode A, B, C, D, E dan F. Di

dalam amplop tersebut terdapat nomor soal yang akan dikerjakan kelompok

tersebut beserta soal dari kelompok tersebut

4. Setiap kelompok menunjuk perwakilannya untuk maju dan mengambil undian

untuk menentukan kode soal yang akan dikerjakan.

5. Selanjutnya setiap kelompok akan menjawab pertanyaan berdasarkan nomor

yang diperolehnya dalam amplop, apabila jawabannya salah maka akan

dilemparkan ke kelompok lain.

6. Kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar akan

(51)

7. Setelah semua soal terjawab, guru bersama siswa akan menghitung jumlah skor

yang diperoleh masing-masing kelompok

8. Kelompok yang menang akan mendapatkan hadiah

Tujuan dari permainan ini yaitu agar siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri

hewan pada filum Mollusca dan Arthropoda berdasarkan kelasnya, dan

menjelaskan peranan Mollusca dan Arthropoda bagi kehidupan. Soal-soal yang

digunakan sebagai soal TTS diambil dari materi tentang ciri-ciri dari filum

Mollusca dan Arthropoda, klasifikasi Mollusca dan Arthropoda, serta peranan

Mollusca dan Arthropoda dalam kehidupan.

H. Hubungan antara Media Teka Teki Silang, Motivasi, dan Hasil Belajar Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran

Dalam penelitian ini, media Teka Teki Silang, Motivasi dan Hasil Belajar

memiliki memiliki kaitan satu sama lain dan saling bergantung. Media Teka Teki

Silang merupakan sarana yang dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran

biologi khususnya dalam mempelajari materi invertebrata. Motivasi siswa dapat

meningkat apabila siswa berminat dan senang terhadap dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan adanya media teka teki silang, siswa akan merasa senang

karena mereka belajar dapat materi invertebrata dengan bermain TTS. Apabila

siswa sudah termotivasi, maka siswa akan lebih giat dan lebih sungguh-sungguh

(52)

I. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa hasil penelitian yang

relevan untuk dijadikan sebagai salah satu acuan atau patokan, diantaranya:

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih (2009) di SMP

Islam 2 Mondokan, Sragen tahun ajaran 2008-2009, dengan judul “Efektivitas

Penerapan Teka-Teki Silang Pada Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Sistem

Pencernaan Makanan Di SMP Islam 2 Mondokan” menyebutkan bahwa rata-rata

hasil belajar untuk kelas eksperimen (VIII C) yaitu 77.62 dengan ketuntasan belajar

84.37 % (27 siswa), sedangkan pada kelas tanpa penerapan teka-teki silang (VIII A)

yaitu sebesar 66.26 dengan ketuntasan belajar 43.75 % (14 siswa).

Berdasarkan hasil uji t terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol, yaitu rata-rata hasil belajar siswa dengan penerapan teka-teki silang lebih

baik daripada rata-rata hasil belajar siswa tanpa penerapan teka-teki silang dalam

pembelajaran biologi. Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan

teka-teki silang pada materi pokok sistem pencernaan makanan efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Teka-teki silang juga perlu dikembangkan

sebagai salah satu inovasi dalam pembelajaran biologi.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Sriyana (2013) di SMP Negeri 17 Semarang

tahun ajaran 2013-2014, dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Teka Teki

Silang (TTS) Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap

Tingkat Berpikir Pada Siswa SMP”. Dari hasil penelitian ini diperoleh analisa uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Kesimpulannya adalah hasil tes

akhir tingkat berpikir siswa menggunakan model pembelajaran Cooperative

(53)

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe STAD berbantuan latihan soal.

Berdasarkan hasil penelitian dari Khikmah (2013) di SMA Negeri 1 Bumiayu

pada tahun 2013, dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran CD Interaktif

Materi Struktur dan Fungsi Sel dilengkapi Teka-Teki Silang Berbasis Flash”,

menunjukan bahwa hasil belajar secara klasikal≥80% siswa mencapai KKM (80),

dan secara klasikal persentase penilaian aktivitas siswa≥81% dengan kriteria aktif

dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, tanggapan siswa dan

guru menunjukan CD interaktif dilengkapi teka-teki silang berbasis flash baik

digunakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

J. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi, hasil

belajar siswa kelas X rendah pada materi invertebrata dikarenakan minat baca dan

antusiasme siswa terhadap materi Biologi rendah. Kemampuan kognitif siswa juga

rendah dimana siswa yang mencapai KKM (≥72) dalam satu kelas hanya 6,7%.

Selain itu, siswa juga masih kesulitan dalam memahami istilah-istilah. Dalam

kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa juga pasif dan masih kurang berani

untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga peneliti menggunakan media berupa permainan pada

kegiatan pembelajaran materi invertebrata.

Dari permasalahan diatas, peneliti menciptakan media pembelajaran yang lebih

menarik minat siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa lebih

termotivasi. Media pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik

Gambar

Gambar 2.1. (a) Bekicot, (b) anatomi Bekicot
Gambar 2.2. (a) Udang, (b) anatomi udang
Gambar 3.1Skema Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart (2005)
gambar dengan struktur penyusunnya, kesesuaian gambar dengan ciri-ciri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan yang berkaitan dengan kompensasi, beban kerja, work life

1. Mengenalkan mahasiswa/mahasiswi pada dunia kerja yang sesungguhnya. Mengaplikasikan, menerapkan dan membandingkan pengetahuan akademis yang telah didapatkan selama

Jenis penelitian berupa deskriptif kuantitatif, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Pegawai dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Wilayah

komunikasi budaya harus memiliki kemampuan, dimana harus mengerti satu sama lain, harus menerima perbedaan dalam segi apapun, dan apabila itu tercapai akan menjadi

• Secara nasional, ketersediaan sumber EBT tersebar dan untuk beberapa jenis energi misalnya panas bumi dan air skala besar terletak pada daerah yang konsumsi energinya masih rendah.

 Di antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi dengan variabel respon kualitatif, pendekatan LPM relatif sedernaha karena parameter di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi mahasiswa mengenai kompetensi dosen ditinjau dari prestasi belajar; (2) perbedaan persepsi mahasiswa

Berdasarkan jawaban responden, dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa Politeknik Negeri Manado beranggapan pendidikan pemakai khususnya cara menggunakan katalog