• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kegunaan Penelitian

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian.22 Dalam hal ini konteks menjadi tahu menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (eksperiance). Pengalaman berulang akan melahirkan pengetahuan (Knowledge) ataua body of knowledg.Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegitan belajar,kegitan tersebut adalah menyesuaikan tingkah laku dengan kemampuan dirinya dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupannya.

Sedangkan menurut Morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.23 Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahaun sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan dan menerimanya.

Menurut Suparjono dalam buku belajar pembelajaran karya Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:24

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara sefesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengorganisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan

22

Suyono dan Hariyanto,Belajar dan Pembelajara,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-2, h. 9.

23

Muhammad, Thobroni dan Arif, Mustofa,Belajar dan Pembelajaran pengembangan wacana dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet I, h. 20.

24

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyeluruh dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selain itu menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengetahuan dan sikap.25 Maka dap disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

b. Unsur-unsur Belajar

Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Adapaun unsur utama dalam proses belajar menurut Sukmadinata dalam buku belajar dan pembelajaran karya suyono dan hariyanto adalah:26

(1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan pada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

(2) Kesiapan. Agar mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik fisik, psikis, maupun kesiapan

25

Ibid,h. 24.

26

yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

(3) Situasi. Situasi belajar adalah tempat atau lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi dan seluruh warga sekolah yang lain.

(4) Interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar , melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

(5) Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak akan membut respon. Respon ini dapat berupa usaha terencana dan sistematis, baik berupa usaha coba-coba. (Trial and Error)

(6) Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.

Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun dapat juga membangkitkan siswa untuk belajar dari kegagalannya.

c. Kejadian Belajar

Gagn mengmukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase tersebut merupakan kejadian-keadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran peserta didik. Adapun kejadian-kejadian belajar itu sebagai berikt:27

1. Fase Motivasi

Dalam fase ini peserta didik harus diberi motivasu untuk belajar dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya peserta didik dapat mengharapkan bahwa informasi tentang suatu pokok bahasan akan

27

Ratna, Wilis Dahar,Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 124-126.

memenuhi keingintahuan mereka dan akan berguna bagi mereka untuk memperoleh nilai yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan

Dalam fase ini perserta didik harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial pada saat belajar terjadi. Misalnya peserta didik memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang gagasan utama dalam pelajaran.

3. Fase Pemerolehan

Dalam fase ini peserta didik memperoleh informasi baru yang relevan kemudian dihubungkan dengan informasi yang telah ada pada peserta didik. Seperti yang telah diketahui bahwa informasi tidak langsung disimpan dalam memori, namun informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada. Misalnya dengan guru membiarkan peserta didik melihat atau memanipulasi benda-benda, dengan menunjukkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya.

4. Fase Retensi

Dalam fase ini peserta didik memindahkan memori jangka pendek ke memori jangka panjang, seperti dilakukannya pengulangan kembali, praktik, elaborasi dan lain sebagainya.

5. Fase Pemanggilan

Dalam fase ini peserta didik mampu belajar dan menghubungkannya dengan apa yang telah dipelajari, untuk mempermudah pemangglan informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

6. Fase Generalisasi

Dalam fase ini peserta didik dapat menerapkan di luar konteks yakni dalam dunia nyata. Misalnya setelah peserta didik mempelajari pemuaian zat, maka mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup menjadi retak dalam lemari es.

Dalam fase ini peserta didik dapat memperlihatkan hasil yang telah dipelajari. Misalnya peserta didik mempelajari struktur kalimat dalam bahasa, maka mereka dapat menyusun kalimat yang benar.

8. Fase Umpan Balik

Dalam fase ini peserta didik menerima umpan balik terkait hasil pembelajaran yang telah dipelajari.