• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

C. Hasil Belajar Siswa

Istilah belajar bukanlah merupakan istilah yang baru dan sudah banyak dikenal secara luas, terutama dalam dunia pendidikan. Belajar seakan menjadi kebutuhan sehari-hari yang wajib dilakukannya. Namun istilah belajar, ada ahli-ahli yang memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda mengenai belajar. Oleh karena itu, disini terdapat beberapa pendapat mengenai belajar menurut para ahli.

Menurut Gage, 1984 (Dalam Ratna 1989: 11) belajar dapat definisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting atau fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Proses belajar ini berhasil atau tidaknya tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada disekolah atau di lingkungan rumah. Beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian belajar yaitu:

Menurut Hintzman, 1978 (Dalam Muhibbin Syah, 2013:65) Dalam bukunya the phychology of learning and memory berpendapat bahwa:

‘’Learning is a change in organism due to experience which can

affect the organism’s behavior’’.

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi menurut hintzman perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu perubahan perilaku tertentu. Selama proses belajar ini, nantinya akan mendapatkan suatu hasil yang dinamakan sebagi hasil belajar. Berdasarkan konsep mengenai konsep belajar diatas, maka dapat dipahami mengenai hasil belajar.

Menurut Hawawi (Dalam K. Brahim, 2007:39, dalam Susanto, 2013:5) Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Sudijarto (Dalam Khodijah, 2014:189) hasil belajar adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Jadi hasil belajar secara sederhana merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu usaha seseorang untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Hal ini juga dapat dijelaskan ketika proses pembelajaran, guru tentu menetapkan suatu tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar merupakan anak yang mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru tersebut. 3. Hasil Belajar Fisika Siswa

Fisika adalah bagian dari ilmu IPA yang memiliki tiga hakikat yaitu fisika sebagai proses, produk dan sikap (Sutrisno, 2006 : 20).

Setiap mata pelajaran selalu mengandung tiga aspek yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dalam mata pelajaran fisika ada tiga aspek yaitu a. sebagai produk, yaitu pengetahuan yang meliputi pemahaman fakta, konsep, hukum dan prinsip, rumus dan teori b. sebagai proses, yaitu kemampuan proses yang meliputi fenomena, dugaan,

pengamatan, pegukuran, penyelidikan dan publikasi. c. sebagai sikap, yaitu kemampaun yang dimiliki seorang peneliti berupa rasa ingin tahu, peduli, tanggungjawab, jujur terbuka, dan bekerja sama ( Sutrisno, 2006:3- 9). Namun pada penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada fisika sebagai produk yaitu melihat dari sisi pemahaman siswa terhadap pemahaman fakta, konsep, hukum dan prinsip, rumus dan teori yang biasa disebut dengan istilah aspek kognitif dari materi.

4. Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Aspek kognitif merupakan aspek mengenai pemahaman konsep, aspek psikomorik merupakan aspek mengenai keterampilan proses, sedangkan aspek afektif merupakan aspek mengenai sikap siswa.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan memecahkan masalah.

Aspek kognitif menurut Bloom (Dalam Sanjaya, 2011:126) terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan tingkatan aspek kognitif yang paling rendah. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk

mengingat informasi yang sudah dipelajarinya. Pengetahuan mengingat fakta sangat bermanfaat dan penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi berikutnya.

2) Pemahaman

Pemahanan yang lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahanan bukan hanya sekedar mengingat fakta, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa pemahaman terjemahan, pemaham menafsirkan. Pemahaman konsep menurut Bloom 1979: 89 (Dalam Susanto, 2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman ini menjelaskan bahwa seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Untuk mengukur hasil belajar siswa berupa pemahaman, maka guru dapat melakukan evalusi produk. Evaluasi produk ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik tes lisan maupun tulis. 3) Aplikasi

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus- rumus, hukum, konsep ke dalam situasi baru yang konkret.

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antarbagian bahan itu. Analisis juga merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan.

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam aspek kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dan juga kemampuan untuk memberikan keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif ini merupakan aspek yang berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif

tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dkk, 1964 (Dalam Sanjaya, 2011:131) Aspek afektif terdiri dari 5 tingkatan yaitu:

1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Hal ini juga ditunjukkan dengan kerelaan untuk menerima yang pada akhirnya mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek tersebut.

2) Merespon

Merespon atau menanggapi merupakan kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi dan kemauan untuk membantu orang lain.

3) Menghargai

Menghargai merupakan kemampuan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Misalnya yaitu menerima adanya kebebasan atau persamaan hak antara laki- laki dan perempuan.

4) Mengorganisasi atau mengatur diri

Mengorganisasi atau mengatur diri merupakan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

5) Karakterisasi hidup atau pola hidup

Karakterisasi hidup atau pola hidup merupakan pengadaan sintesi dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya dijadikan pandangan hidup serta pedoman dalam bertindak.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkenaan dengan kemampuan keterampilan seseorang. Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah pada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa (Usman dan Setiawati 1993:77, Dalam Susanto, 2013:9). Dalam keterampilan proses ini, juga dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreativitas, kerja sama, tanggungjawab, dan disiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Ada enam aspek keterampilan proses yaitu observasi, klasifikasi, pengukuran, mengomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen. (Indrawati 1993:3, Dalam Susanto, 2013:9).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam yakni (Slameto, 2013: 54):

a. Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) yakni faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan.

1) Faktor jasmaniah a) Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor berjalannya proses belajar. Kesehatan yang terganggu, akan mengakibatkan proses belajar pun juga akan terganggu.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuhnya. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika seperti ini butuh lembaga pendidikan yang khusus.

2) Faktor psikologis a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi, maka hasil belajarnyapun juga tinggi.

b) Perhatian

Menurut Ghazali (Dalam Slameto, 2013:56) perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata- mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya. Hal ini dikarenakan jika siswa tidak memiliki perhatian khusus pada bahan tersebut, maka yang terjadi dalam siswa yaitu kebosanan, sehingga akan kesulitan belajar.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kenyataan apabila setelah melakukan kegiatan belajar.

d) Motif

Motif merupakan suatu daya penggerak atau pendorong. Motif sangat erat kaitannya dengan tujuan. Di dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak, akan untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat dan yang menjadi penyebab untuk berbuat itu adalah motif.

e) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

f) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Siswa yang pada dirinya sudah ada kesiapan belajar,

maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dibagi menjadi dua yaitu: a) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lelah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. b) Kelelahan rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu itu akan hilang.

b. Faktor Ekstern (faktor dari luar diri siswa) : yakni faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarganya yaitu berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena siswa dalam masyarakat. Adapaun kegiatan siswa yang ada pada masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dokumen terkait