• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kecerdasan emosional dan kesiapan belajar terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kecerdasan emosional dan kesiapan belajar terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri."

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Ririn Meilita Mardisiwi. 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kesiapan Belajar terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada Materi Optika Geometri. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini yaitu 1) mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 2) mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil siswa fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 3) mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

Penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4 SMA N 1 Prambanan Sleman tahun ajaran 2015/2016. Pengumpulan data menggunakan angket kecerdasan emosional, angket kesiapan belajar, tes hasil belajar fisika siswa dan wawancara. Analisa data menggunakan korelasi pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 2) Tidak ada pengaruh antara kesiapan belajar dengan hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 3) Ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

(2)

ABSTRACT

Ririn Meilita Mardisiwi. 2016. The Effect of Emotional Intelligence and Learning Readiness on Student’s Learning Outcomes in Physics Grade XMIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in Geometry Optics Material. A Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purposes of this research are: 1) to find out the effect of emotional intelligence on students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 2) to find out the effect of learning readiness on students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 3) to find out the effect of emotional intelligence on students learning readiness grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material.

The subjects of this research were students grade X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, and X MIA 4 of SMA N 1 Prambanan Sleman academic year 2015/2016. To collect the data, the researcher used questionnaires on emotional intelligence and learning readiness, student’s test results in Pysics and interview. The data were analyzed by using Pearson Correlation.

The results of the research were: 1) There was no effect between emotional intelligence and students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 2) There was no effect between learning readiness and students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 3) There was an effect between emotional intelligence and students learning readiness grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material.

(3)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

KELAS X MIA SMA N 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI OPTIKA GEOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Ririn Meilita Mardisiwi NIM : 121424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

KELAS X MIA SMA N 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI OPTIKA GEOMETRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Ririn Meilita Mardisiwi NIM : 121424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini untuk :

Alloh SWT yang selalu ada mendampingi di setiap langkah dan usahaku Kedua orang tuaku Bapak Mardadi dan Ibu Suci Rahayu yang selalu memberikan

cinta, kasih sayang, perhatian dan doa

Keluarga besar yang ada di ponorogo yang selalu mendukung dan mendoakan Sahabat-sahabatku pendidikan fisika 2012 yang telah memberikan semangat,

(8)

MOTTO

“Kualitas bukanlah suatu kebetulan, kualitas selalu berasal

dari usaha yang cerdas”. (John Ruskin)

“(yaitu)orang

-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

Ririn Meilita Mardisiwi. 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kesiapan Belajar terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada Materi Optika Geometri. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini yaitu 1) mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 2) mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil siswa fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 3) mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

Penelitian ini menggunakan subjek siswa kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4 SMA N 1 Prambanan Sleman tahun ajaran 2015/2016. Pengumpulan data menggunakan angket kecerdasan emosional, angket kesiapan belajar, tes hasil belajar fisika siswa dan wawancara. Analisa data menggunakan korelasi pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tidak ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 2) Tidak ada pengaruh antara kesiapan belajar dengan hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri, 3) Ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan kesiapan belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

(12)

ABSTRACT

Ririn Meilita Mardisiwi. 2016. The Effect of Emotional Intelligence and Learning Readiness on Student’s Learning Outcomes in Physics Grade XMIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in Geometry Optics Material. A Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purposes of this research are: 1) to find out the effect of emotional intelligence on students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 2) to find out the effect of learning readiness on students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 3) to find out the effect of emotional intelligence on students learning readiness grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material.

The subjects of this research were students grade X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, and X MIA 4 of SMA N 1 Prambanan Sleman academic year 2015/2016. To collect the data, the researcher used questionnaires on emotional intelligence

and learning readiness, student’s test results in Pysics and interview. The data

were analyzed by using Pearson Correlation.

The results of the research were: 1) There was no effect between emotional intelligence and students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 2) There was no effect between learning readiness and students learning outcomes in Physics grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material, 3) There was an effect between emotional intelligence and students learning readiness grade X MIA of SMA N 1 Prambanan Sleman in geometry optics material.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Alloh SWT, berkah limpahan rahmat dan karunianya yang luar biasa, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kesiapan Belajar Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa Kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman Pada Materi

Optika Geometri”.

Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak lepas dari bimbingan, dukungan, peran serta doa dari pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Alloh SWT yang selalu memberikan rahmat, berkat serta hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika.

(14)

6. Segenap dosen dan karyawan program studi pendidikan fisika yang dengan tulus dan sabar membagikan ilmu dan membimbing penulis.

7. Bapak Kepala Sekolah SMA N 1 Prambanan Sleman Drs. Tri Sugiharto, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Sugiarto S.Pd selaku guru bidang studi fisika SMA Negeri 1 Prambanan Sleman, atas bantuannya selama proses penelitian berlangsung.

9. Siswa kelas X MIA 1, 2, 3, dan 4 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman atas kerjasama dan partisipasi dalam penelitian yang telah dilakukan.

10. Kedua orang tua yang penulis cintai dan banggakan, Bapak Mardadi dan Ibu Suci Rahayu yang senantiasa mendoakan, mendukung, memberikan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat tercinta Adventa Eklesiawati, Regina Risa Dewi, Selpa Wiwit K, Rahman Bangun Suprayogi dan Sri Mulyani Arum Sari yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika 2012 yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengalaman luar biasa kepada penulis.

(15)

14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

(17)

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8

A. Kecerdasan Emosional ... 8

B. Kesiapan Belajar ... 16

C. Hasil Belajar Siswa ... 22

D. Penelitian Yang Relevan ... 33

E. Kerangka Berpikir ... 34

F. Hipotesis ... 37

G. Materi Optika Geometri ... 37

H. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa ... 58

I. Hubungan Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa .. 59

J. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Kesiapan Belajar Siswa ... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 62

A. Jenis Penelitian ... 62

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 62

C. Sampel ... 63

D. Instrumen Penelitian... 63

E. Uji Validitas Instrumen ... 83

F. Metode Analisis Data ... 83

G. Prosedur Pelaksanaan ... 90

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 93

(18)

B. Analisis Data ... 101

C. Pembahasan ... 124

D. Keterbatasan penelitian ... 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN ... 137

LAMPIRAN A ... 138

LAMPIRAN B ... 142

LAMPIRAN C ... 171

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ... 64

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Emosional ... 66

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Kesiapan Belajar ... 67

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara ... 68

Tabel 3.5 Tes Berdasarkan Kriteria Belajar Pada Materi Optika Geometri ... 74

Tabel 3.6 Skor Untuk Pernyataan Positif Dan Negatif ( Angket Kecerdasan Emosional)... 84

Tabel 3.7 Skor Untuk Pernyataan Positif Dan Negatif ( Angket Kesiapan Belajar) ... 85

Tabel 3.8 Kategorisasi Kecerdasan Emosional ... 86

Tabel 3.9 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Belajar ... 87

Tabel 4.1 Proses Pelaksanaa Penelitian ... 93

Tabel 4.2 Rangkuman Skor Kecerdasan Emosional, Kesiapan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA 1 Pada Materi Optika Geometri ... 97

(20)

Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA 3 Pada Materi Optika

Geometri ... 99

Tabel 4.5 Rangkuman Skor Kecerdasan Emosional, Kesiapan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA 4 Pada Materi Optika Geometri ... 100

Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional Kelas X MIA 1 ... 102

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kesiapan Belajar Kelas X MIA 1 ... 102

Tabel 4.8 Rangkuman Mean Dan Standar Deviasi Kelas X MIA 1 ... 103

Tabel 4.9 Tabel Korelasi Antar Variabel Untuk Kelas X MIA 1 ... 104

Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional Kelas X MIA 2 ... 106

Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Kesiapan Belajar Kelas X MIA 2 ... 107

Tabel 4.12 Rangkuman Mean Dan Standar Deviasi Kelas X MIA 2 ... 107

Tabel 4.13 Tabel Korelasi Antar Variabel Untuk Kelas X MIA 2 ... 108

Tabel 4.14 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional Kelas X MIA 3 ... 111

Tabel 4.15 Kategorisasi Skor Kesiapan Belajar Kelas X MIA 3 ... 111

Tabel 4.16 Rangkuman Mean Dan Standar Deviasi Kelas X MIA 3 ... 112

Tabel 4.17 Tabel Korelasi Antar Variabel Untuk Kelas X MIA 3 ... 113

Tabel 4.18 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional Kelas X MIA 4 ... 115

Tabel 4.19 Kategorisasi Skor Kesiapan Belajar Kelas X MIA 4 ... 116

Tabel 4.20 Rangkuman Mean Dan Standar Deviasi Kelas X MIA 4 ... 117

(21)

Tabel 4.20 Rangkuman Mean Dan Standar Deviasi Untuk Semua Kelas

X MIA ... 121 Tabel 4.21 Tabel Korelasi Antar Variabel Untuk Semua Siswa Kelas

(22)

DAFTAR GAMBAR

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

Lampiran C.9 Data Hasil Belajar Fisika Siswa Materi Optika Geometri

Kelas X MIA 1 ... 186 Lampiran C.10 Data Hasil Belajar Fisika Siswa Materi Optika Geometri

Kelas X MIA 2 ... 188 Lampiran C.11 Data Hasil Belajar Fisika Siswa Materi Optika Geometri

Kelas X MIA 3 ... 190 Lampiran C.12 Data Hasil Belajar Fisika Siswa Materi Optika Geometri

(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang melakukan aktivitas belajar dan mengajar. Dalam aktivitas belajar mengajar ini terdapat interaksi yang terjalin yaitu guru dan murid. Kedua aktivitas ini merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Penentuan aktivitas belajar mengajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dan komponen yang mendukung. Keberhasilan aktivitas ini dapat diukur melalui kegiatan evaluasi yang merupakan penentu hasil belajar siswa.

(26)

kecerdasan tersebut, salah satu tingkat kecerdasan yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kecerdasan emosional. Hal ini dapat dilihat pada kondisi setiap siswa yang berbeda-beda terutama dalam menghadapi masalah. Siswa dalam kesehariannya pasti rentang terhadap masalah, baik masalah yang datang dari luar maupun dari dalam. Dalam masalah-masalah itulah yang hampir secara keseluruhan mempengaruhi emosi dan pikiran seseorang. Siswa merupakan salah satu subjek yang paling gampang putus asa ketika menghadapi masalah. Siswa yang memiliki masalah, pasti memiliki masalah dengan emosinya. Siswa belum tentu mampu mengendalikan emosinya dengan baik, sehingga menyebabkan pengaruh terhadap hasil belajarnya. Siswa yang mampu mengendalikan emosinya berarti siswa itu memiliki kecerdasan emosional yang baik. Sehingga ketika dihadapkan pada situasi sekolah, siswa akan lebih siap untuk menghadapi kegiatan pembelajaran dengan baik. Siswa yang memiliki kesiapan tersendiri, ketika sedang menghadapi pembelajaran di sekolah, maka siswa tersebut akan mampu memahami pelajaran yang sedang diajarkan. Namun setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Hal inilah yang membuat siswa memiliki kesiapan terhadap pembelajaran yang bervariasi.

(27)
(28)

Dalam proses belajar, kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan atau kesiapan individu. Karena kematangan atau kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah kemungkinan faktor kecerdasan emosional dan kesiapan belajar mempengaruhi hasil belajar fisika siswa di SMA N 1 Prambanan Sleman. Sehingga penelitian yang dilakukan yaitu dengan judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA SMA N 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI OPTIKA GEOMETRI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri?

2. Bagaimana pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri? 3. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan belajar

(29)

C. Batasan Masalah

Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka diperlukan suatu batasan masalah. Berdasarkan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1, 2, 3, dan 4 yang ada di SMA N 1 Prambanan Sleman. Penelitian ini dilakukan untuk semua kelas X yang terdiri dari 4 kelas yaitu X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4 dengan jumlah total siswa 112.

2. Objek penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Materi pokok

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah optika geometri. Kompetensi Dasarnya yaitu 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa dan 4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.

b. Kecerdasan emosional

(30)

c. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar yang diukur pada penelitian ini yaitu kesiapan belajar siswa saat mengikuti pembelajaran pada materi optika geometri. Kesiapan belajar siswa mencakup kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan serta keterampilan dan pengetahuan. Pengukuran kesiapan belajar dilakukan dengan menggunakan angket.

d. Hasil belajar fisika

Hasil belajar yang digunakan peneliti yaitu aspek kognitif. Aspek kognitif diukur dari pemberian tes tulis pada akhir setelah materi optika geometri selesai.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

2. Untuk mengetahui pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil siswa fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

(31)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik terutama mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa

a. Siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan intelegensinya. b. Siswa memiliki kesiapan yang matang dalam proses belajar. c. Siswa termotivasi untuk lebih giat belajar.

3. Bagi guru

a. Sebagai tambahan referensi guru terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Guru dapat lebih memperhatikan mengenai kecerdasan emosional dan kesiapan belajar siswa.

c. Sebagai pengetahuan guru untuk menghadapi kondisi siswa yang berbeda-beda dan tidak selalu sama, terutama dalam kemampuan intelegensi dan kesiapan belajar.

4. Bagi sekolah

a. Adanya strategi untuk meningkatkan kualitas guru dalam mengajar yang disesuaikan dengan kondisi siswa.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan Emosional 1. Emosi

a. Pengertian emosi

Dalam kehidupan sehari-hari kata emosi bukan menjadi kata yang asing lagi bagi manusia. Kata emosi sering dilontarkan bahkan dialami oleh sebagian besar manusia. Sebagian manusia sering beranggapan bahwa emosi merupakan perasaan marah, jengkel, kasar terhadap situasi tertentu. Kata „emosi‟ berasal dari bahasa latin

(33)

kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta diikuti dengan perasaan yang kuat.

b. Fungsi emosi

Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, berperan menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Namun fungsi emosi tidak hanya itu saja, melainkan ada beberapa fungsi emosi lainnya yaitu (Khodijah, 2014:138):

1) Sebagai energizer yaitu pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam hidup.

2) Sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan diri terhadap gangguan atau rintangan.

3) Sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu bagaimana keadaan orang-orang yang berada di sekitar, terutama orang-orang terdekat yang dicintai dan disayangi, sehingga dapat memahami dan melakukan sesuatu tepat dengan kondisi tersebut.

2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

(34)
(35)

dengan kecerdasan emosional. Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seorang yang sukses hidupnya di massa yang akan datang (Goleman, 1999 dalam Khodijah, 2013:145). Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, seseorang akan mampu mengendalikan potensi intelektualnya dalam pendidikan sehingga terwujud dalam sukses yang bermakna.

Menurut Savoley dan Mayer ( Dalam Mujib dan Mudzakir ,2002 Dalam Khodijah, 2013:145) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri ,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengenali, mengelola, memotivasi emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Mustaqim (2001:154) menggambarkan beberapa ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang yaitu:

1) Kesadaran diri

(36)

2) Pengaturan diri

Pengaturan diri meliputi mengendalikan diri yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak, sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan integritas, kehati-hatian bertanggungjawab atas kinerja pribadi, adaptabilitas keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.

3) Motivasi

Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Kecenderungan emosi yang mengantar pencapaian sasaran yaitu dorongan prestasi, komitmen: kemampuan menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok, inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, optimisme: kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

4) Empati

(37)

dengan orang lain, e) mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.

5) Keterampilan sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Dalam berinteraksi dengan orang lain keterampilan ini dapat dipergunakan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyarawah, dan menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.

Menurut Salovey ( Dalam Goleman, 1996: 58) ciri-ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada seseorang yaitu:

1) Mengenali emosi diri

(38)

2) Mengelola emosi diri

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang– orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupannya. Menurut Goleman (1996:404) yang termasuk ke dalam mengelola emosi diri diantaranya yaitu toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah, lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri, perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, dan lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa.

3) Memotivasi diri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, memotivasi diri, menguasai diri sendiri dan berkreasi. Menurut Goleman (1996:404) yang termasuk ke dalam memotivasi diri diantaranya yaitu lebih bertanggung jawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian, lebih menguasai diri dan nilai-nilai pada tes prestasi meningkat.

(39)

4) Mengenali emosi orang lain

Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan keterampilan bergaul. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Menurut Goleman (1996:404) yang termasuk ke dalam mengenali emosi orang lain diantaranya yaitu lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, dan lebih baik dalam mendengarkan orang lain.

5) Membina hubungan

(40)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman, 1999( Dalam Ifham dan Helmi, 2002:96 ) ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan hal-hal lain yang berada pada otak emosional.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara individu mempengaruhi kelompok atau sebaliknya juga dapat bersifat langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik.

B. Kesiapan Belajar 1. Pengertian Kesiapan

(41)

Dalam proses belajar, kesiapan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan sesuatu. Kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan atau kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak dalam belajar. Menurut Slameto (2013:59) kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Menurut Thorndike (Dalam Surya, 2013:135 ) salah satu hukum pembelajaran yaitu hukum kesiapan. Hukum Kesiapan menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan dengan perilaku akan menjadi lebih kokoh apabila disertai dengan kesiapan. Sedangkan Thorndike (Dalam Slameto, 2013:114) juga menyatakan bahwa kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Pengertian kesiapan juga didefinisikan oleh Nasution (2010:179) bahwa kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi kegiatan belajar itu sendiri. Tanpa adanya kesiapan belajar, maka kegiatan belajar tidak dapat berjalan. Kondisi belajar itu terdiri atas perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan.

(42)

siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang akan dan sedang dia lakukan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah kondisi yang dipersiapkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan dimana siswa mampu memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. 2. Prinsip-Prinsip Kesiapan

Menurut Slameto (2013:115) prinsip-prinsip kesiapan yaitu semua aspek perkembangan saling pengaruh mempengaruhi, kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman, pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan, dan kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. 3. Aspek-Aspek Kesiapan

Aspek kesiapan dibagi menjadi 2 bagian yaitu: a. Kematangan

(43)

b. Kecerdasan

Perkembangan kecerdasan menurut Jean Piaget (Dalam Susanto, 2013:115) yaitu sebagai berikut:

1) Sensori motor periode (0-2 tahun)

Anak pada usia ini banyak bereaksi reflek. Reflek hasil reaksi itu belom terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori-motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks.

2) Preoperational periode (2-7 tahun)

Pada usia ini anak sudah dapat mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa, dan ditandai dengan memperoleh pengetahuan, kecakapan yang didapat belum tetap. Kurang cakap memikirkan tentang apa yang sedang dipikirkan, dan memandang dunia berdasarkan pengalamannya sendiri.

3) Concrete operation (7-11 tahun)

Pikiran anak sudah bisa stabil pada usia ini. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang yang akan dilakukannya.

4) Formal operation(lebih dari 11 tahun)

(44)

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar:

Menurut Slameto (2013:114) kondisi kesiapan mencakup tiga aspek yaitu a. Kondisi fisik, mental dan emosional

Kondisi fisik adalah kesiapan tubuh jasmani seseorang untuk mengikuti kegiatan belajar. Kondisi fisik erat dengan kesehatan tubuh seseorang. Sehingga seseorang harus bisa menjaga kondisi fisiknya, misalnya menjaga pola makan, olahraga, waktu tidur. Kondisi mental adalah keadaan siswa yang berhubungan dengan kecerdasan siswa. Misalnya kecakapan siswa dalam menyampaikan pendapat, memiliki rasa percaya diri. Kondisi emosional adalah kondiri seseorang untuk dapat mengatur emosinya dalam menghadapi masalah. Misalnya mampu mengontrol emosi ketika ada masalah.

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi pada saat itu juga atau rasa membutuhkan terhadap materi yang diajarkan. Motif merupakan suatu daya penggerak atau pendorong. Motif sangat erat kaitannya dengan tujuan. Di dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak, akan untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat dan yang menjadi penyebab untuk berbuat itu adalah motif. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dengan kesiapan (Slameto, 2013:114) adalah sebagai berikut:

(45)

2) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha

3) Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif 4) Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan.

Kebutuhan yang disadari mendorong usaha seseorang untuk siap berbuat sesuatu. Sehingga jelas kebutuhan ada hubungannya dengan kesiapan.

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari

Keterampilan dan pengetahuan merupakan kemahiran, kemampuan serta pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Keterampilan ini misalnya kemahiran siswa dalam melakukan atau membuat sebuah alat peraga maupun sesatu yang memang dibuat oleh siswa itu sendiri. Sedangkan pengetahuan misalnya pemahaman mengenai materi yang telah diajarkan.

Selanjutnya menurut Djamarah dan Aswan, 2006 (Dalam Kadek Sri E.P, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar meliputi:

a. Kesiapan fisik

(46)

kelancaran proses belajar. Begitupun sebaliknya jika badan tidak sakit. Hal ini akan memudahkan untuk belajar karena tidak ada gangguan dari kondisi fisiknya.

b. Kesiapan Psikis

Kesiapan psikis berkaitan dengan kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuaskan, ada hasrat atau motivasi untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada perhatian.

c. Kesiapan Materiil

Individu dalam mempelajari materi tentunya harus mempunyai bahan yang dapat dipelajari atau dikerjakan. Bahan belajar itu bisa didapatkan dari buku bacaan, buku paket dari sekolah, buku catatan dan masih banyak lagi bahan untuk belajar. Dengan di dukung dengan berbagai sumber bacaan maka akan memberikan pengetahuan dan akan membantu siswa dalam merespon atas pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait dengan pelajaran.

C. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Belajar

(47)

Menurut Gage, 1984 (Dalam Ratna 1989: 11) belajar dapat definisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting atau fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Proses belajar ini berhasil atau tidaknya tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika berada disekolah atau di lingkungan rumah. Beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian belajar yaitu:

Menurut Hintzman, 1978 (Dalam Muhibbin Syah, 2013:65) Dalam bukunya the phychology of learning and memory berpendapat bahwa:

‘’Learning is a change in organism due to experience which can

affect the organism’s behavior’’.

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi menurut hintzman perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

2. Pengertian Hasil Belajar

(48)

Menurut Hawawi (Dalam K. Brahim, 2007:39, dalam Susanto, 2013:5) Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut Sudijarto (Dalam Khodijah, 2014:189) hasil belajar adalah tingkat pernyataan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan. Jadi hasil belajar secara sederhana merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu usaha seseorang untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Hal ini juga dapat dijelaskan ketika proses pembelajaran, guru tentu menetapkan suatu tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar merupakan anak yang mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru tersebut. 3. Hasil Belajar Fisika Siswa

Fisika adalah bagian dari ilmu IPA yang memiliki tiga hakikat yaitu fisika sebagai proses, produk dan sikap (Sutrisno, 2006 : 20).

(49)

pengamatan, pegukuran, penyelidikan dan publikasi. c. sebagai sikap, yaitu kemampaun yang dimiliki seorang peneliti berupa rasa ingin tahu, peduli, tanggungjawab, jujur terbuka, dan bekerja sama ( Sutrisno, 2006:3-9). Namun pada penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada fisika sebagai produk yaitu melihat dari sisi pemahaman siswa terhadap pemahaman fakta, konsep, hukum dan prinsip, rumus dan teori yang biasa disebut dengan istilah aspek kognitif dari materi.

4. Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Aspek kognitif merupakan aspek mengenai pemahaman konsep, aspek psikomorik merupakan aspek mengenai keterampilan proses, sedangkan aspek afektif merupakan aspek mengenai sikap siswa.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan memecahkan masalah.

Aspek kognitif menurut Bloom (Dalam Sanjaya, 2011:126) terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

1) Pengetahuan

(50)

mengingat informasi yang sudah dipelajarinya. Pengetahuan mengingat fakta sangat bermanfaat dan penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi berikutnya.

2) Pemahaman

Pemahanan yang lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahanan bukan hanya sekedar mengingat fakta, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa pemahaman terjemahan, pemaham menafsirkan. Pemahaman konsep menurut Bloom 1979: 89 (Dalam Susanto, 2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman ini menjelaskan bahwa seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Untuk mengukur hasil belajar siswa berupa pemahaman, maka guru dapat melakukan evalusi produk. Evaluasi produk ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam tes, baik tes lisan maupun tulis. 3) Aplikasi

(51)

4) Analisis

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antarbagian bahan itu. Analisis juga merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan.

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam aspek kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Dan juga kemampuan untuk memberikan keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

b. Aspek Afektif

(52)

tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dkk, 1964 (Dalam Sanjaya, 2011:131) Aspek afektif terdiri dari 5 tingkatan yaitu:

1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Hal ini juga ditunjukkan dengan kerelaan untuk menerima yang pada akhirnya mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek tersebut.

2) Merespon

Merespon atau menanggapi merupakan kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi dan kemauan untuk membantu orang lain.

3) Menghargai

Menghargai merupakan kemampuan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Misalnya yaitu menerima adanya kebebasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

4) Mengorganisasi atau mengatur diri

(53)

5) Karakterisasi hidup atau pola hidup

Karakterisasi hidup atau pola hidup merupakan pengadaan sintesi dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya dijadikan pandangan hidup serta pedoman dalam bertindak.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkenaan dengan kemampuan keterampilan seseorang. Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah pada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa (Usman dan Setiawati 1993:77, Dalam Susanto, 2013:9). Dalam keterampilan proses ini, juga dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreativitas, kerja sama, tanggungjawab, dan disiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Ada enam aspek keterampilan proses yaitu observasi, klasifikasi, pengukuran, mengomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen. (Indrawati 1993:3, Dalam Susanto, 2013:9).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam yakni (Slameto, 2013: 54):

(54)

1) Faktor jasmaniah a) Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor berjalannya proses belajar. Kesehatan yang terganggu, akan mengakibatkan proses belajar pun juga akan terganggu.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuhnya. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika seperti ini butuh lembaga pendidikan yang khusus.

2) Faktor psikologis a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi, maka hasil belajarnyapun juga tinggi.

b) Perhatian

(55)

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya. Hal ini dikarenakan jika siswa tidak memiliki perhatian khusus pada bahan tersebut, maka yang terjadi dalam siswa yaitu kebosanan, sehingga akan kesulitan belajar.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kenyataan apabila setelah melakukan kegiatan belajar.

d) Motif

Motif merupakan suatu daya penggerak atau pendorong. Motif sangat erat kaitannya dengan tujuan. Di dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak, akan untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat dan yang menjadi penyebab untuk berbuat itu adalah motif.

e) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

f) Kesiapan

(56)

maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dibagi menjadi dua yaitu: a) Kelelahan jasmani

Kelelahan jasmani terlihat dengan lelah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. b) Kelelahan rohani

Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu itu akan hilang.

b. Faktor Ekstern (faktor dari luar diri siswa) : yakni faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarganya yaitu berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

(57)

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena siswa dalam masyarakat. Adapaun kegiatan siswa yang ada pada masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

D. Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lainnya terhadap pengaruh kecerdasan emosional, kesiapan belajar terhadap hasil belajar siswa. Diantaranya yaitu:

Anisa, Sukarmin dan Yohanes ( 2013) yang berjudul „‟Peran

Lingkungan Belajar dan Kesiapan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika

Siswa Kelas X SMA N 1 Pati‟‟, hasil penelitiannya menunjukkan ada peran

kesiapan belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Dwi W (2005) dengan judul “Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar Dan Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas II MA AL. Asror Gunung Pati

(58)

hasil belajar siswa. Kemudian, penelitian yang dilakukan Arum yang berjudul

“Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa mata

pelajaran seni budata SMP‟‟, hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi

yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Amalia (2004) yang berjudul

„‟Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Pada

Siswa Kelas II SMA Lab School Jakarta Timur‟‟ hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

E. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun luar dari diri siswa. Contoh faktor dari dalam yaitu kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan, serta kesehatan, sedangkan faktor dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(59)

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Anisa dkk (2013) dan Dwi (2005) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar serta penelitian yang dilakukan oleh Arum dan Amalia (2004) mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti mencoba memadukan antara kecerdasan emosional, kesiapan belajar, dan hasil belajar siswa. Peneliti menerapkan penelitian itu untuk kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman.

Peneliti ingin lebih mengutamakan dari segi faktor intelegensi yaitu kecerdasan emosional dan kesiapan belajar siswa. Hal ini terkait menurut pernyataan dari Goleman kecerdasan umum semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup seseorang sebanyak 20% saja, sedang 80% lainnya adalah apa yang disebut dengan kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, seseorang akan mampu mengendalikan potensi intelektualnya dalam pendidikan sehingga terwujud dalam sukses yang bermakna. Sedangkan Menurut Slameto (2013:59) kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Menurut Slameto (2013:114) menyatakan bahwa kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungan dengan motif dan itu akan berpengaruh pada kesiapan untuk belajar siswa.

(60)
(61)

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri. 2. Adanya pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar fisika siswa

kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri. 3. Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kesiapan belajar siswa

kelas X MIA SMA N 1 Prambanan Sleman pada materi optika geometri.

G. Materi Tentang Optika Geometri

Materi optika geometri dalam kompetensi dasar 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa dan 4.9 menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. Secara umum materi yang dipelajari dalam bab optika geometri yaitu:

Pemantulan Cahaya

1. Jenis dan Hukum Pemantulan Cahaya a. Jenis pemantulan

(62)

Gambar (1) Gambar (2)

Adapun gambar (2) ditunjukkan bahwa sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar yang tidak rata akan dipantulkan ke segala arah. Pemantulan pada permukaan kasar seperti itu disebut pemantulan baur atau difus.

b. Hukum pemantulan

Hukum pemantulan adalah sebagai berikut

1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar.

2) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r)

2. Cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar.

a. Pembentukan bayangan pada cermin datar

Sebuah benda AB dengan tinggi h terletak pada jarak s di depan cermin datar. Bayangan dengan tinggi terbentuk pada jarak di belakang cermin.

(63)

Rumus untuk menghitung perbesaran bayangan (M) yang dibentuk oleh cermin datar sebagai berikut:

M = =

Panjang minimum cermin datar agar seluruh bayangan benda terlihat dalam cermin adalah setengah dari tinggi benda.

b. Sifat bayangan pada cermin datar

1) Maya ( tidak ditangkap layar) dan sama besar dengan benda 2) Tegak dan berlawanan arah terhadap benda

3) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin 3. Cermin lengkung

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang lengkung. Cermin lengkung dibedakan menjadi dua yaitu cermin cekung dan cermin cembung.

a. Cermin cekung (konkaf)

Cermin cekung mempunyai sinar-sinar istimewa sebagai berikut 1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama cermin akan

(64)

2) Sinar datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

3) Sinar datang melalui titik pusat elengkungan cermin R dipantulkan kembali melalui titik pusat lengkung tersebut.

Cermin cekung digunakan untuk berbagai kebutuhan. Pada proyektor film atau senter, cermin cekung berguna untuk menyejajarkan berkas cahaya yang berasal dari lampu.

b. Cermin cembung ( konveks)

Cermin cembung mempunyai sinar-sinar istimewa sebagai berikut: 1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan

(65)

2) Sinar datang menuju titik fokus F akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama

3) Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin R dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Cermin cembung memiliki banyak manfaat , misalnya pada kaca spion memungkinkan untuk memandang daerah yang lebih luas daripada melihat langsung dengan mata.

c. Persamaan umum cermin lengkung

= +

f = R

(66)

Keterangan:

s = jarak benda ke cermin ( m)

= jarak bayangan ke cermin ( m)

f = jarak fokus (m)

R = pusat kelengkungan cermin (m)

M = Perbesaran bayangan

h = tinggi benda (m)

= tinggi bayangan (m)

Perjanjian tanda untuk cermin lengkung:

s, = (+) jika benda/bayangan di depan cermin (nyata)

s, = (-) jika benda/bayangan di belakang cermin (maya)

f , R = (+) untuk cermin cekung

f , R = (-) untuk cermin cembung

Pembiasan cahaya

(67)

1. Hukum I Snellius : sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

2. Hukum II Snellius : jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat sinar dibelokkan mendekati garis normal dan begitu pula sebaliknya.

Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

= indeks bias medium 1

= indeks bias medium 2

= sudut datang dalam medium 1

= sudut bias dalam medium 2

= indeks bias medium 2 terhadap 1

Berikut rumus-rumus yang terkait pembiasan cahaya.

1). Cepat rambat dan indeks bias

� sin � = � sin �

si �

si � = = �

(68)

2). Panjang gelombang dan indeks bias

1. Pembiasan pada prisma

Pada prisma berlaku sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan cahaya yang masuk ke dalam prisma dengan cahaya yang meninggalkannya. Deviasi minimum berlaku:

a. > 15˚

= sudut pembias prisma b. < 15˚

Deviasi minimum terjadi jika = atau = 2. Pembiasan pada bidang lengkung

Pembiasan pada bidang lengkung berlaku persamaan sebagai berikut.

Keterangan :

= indeks bias medium sinar datang � � = � �

� sin ( � + �) = � sin (�)

� = ( – 1)�

(69)

= indeks bias bidang lengkung s = jarak benda

= jarak bayangan

R = jari-jari kelengkungan 3. Pembiasan pada kaca plan paralel

Keterangan:

t = pergeseran sinar

d = tebal kaca plan paralel

Lensa

Lensa adalah benda transparan yang salah satu atau kedua permukaannya memiliki bidang lengkung. Berkas cahaya yang masuk lensa akan dibiaskan.

1. Lensa konvergen (lensa cembung)

Lensa konvergen bersifat mengumpulkan berkas sinar sejajar. Lensa konvergen memiliki bagian tengah lebih daripada tebalnya. Lensa ini disebut juga lensa cembung, lensa konveks, atau lensa positif.

Lensa cembung mempunyai sinar-sinar istimewa sebagai berikut. t = �si �−

(70)

a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui fokus aktif ( )

b. Sinar datang melalui titik fokus pasif ( ) dibiaskan sejajar sumbu utama.

c. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa pembiasan.

2. Lensa divergen (lensa cekung)

Lensa divergen bersifat memancarkan berkas sinar sejajar. Lensa ini memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian tepinya. Lensa divergen disebut juga lensa cekung, lensa konkaf, atau lensa negatif. Lensa cekung mempunyai sinar-sinar istimewa sebagai berikur:

a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari fokus aktif ( )

b. Sinar datang seakan-akan menuju ke titik fokus pasif ( ) dibiaskan sejajar sumbu utama.

(71)

3. Persamaan pada lensa

Hubungan antara jarak benda dengan bayangan yang berlaku pada lensa, dirumuskan dengan:

Adapun perbesaran bayangan (M) pada lensa dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

s = jarak benda ke pusat lensa (m)

= jarak bayangan ke pusat lensa (m)

f = jarak fokus (m)

f (+) = untuk lensa cembung

f (-) = untuk lensa cekung + =

(72)

4. Daya lensa (kekuatan lensa)

Karakteristik lensa dinyatakan dalam daya. Semakin besar daya sebuah lensa, maka semakin dekat posisi bayangan ke lensa yang berasal dari benda yang sangat jauh.

Daya lensa dirumuskan P = ( f dalam satuan m). Jika terdiri dari

beberapa lensa, maka P ditentukan dengan:

5. Hubungan antara kelengkungan dan jarak fokus lensa

Apabila ada dua buah lensa dengan kelengkungan permukaan masing-masing dan dengan indeks bias lensa dan , maka jarak fokus memenuhi hubungan sebagai berikut.

Alat Optik

Alat optik merupakan benda yang menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda agar lebih jelas. Alat optik memanfaatkan prinsip pemantulan dan pembiasan cahaya.

1. Mata

Mata merupakan alat optik alami yang mempunyai lensa cembung. Pengaturan ketebalan lensa mata mengakibatkan perubahan panjang

� = + + ... �

= � + �

(73)

fokus lensa sehingga mata dapat melihat benda yang dekat maupun jauh dengan jelas.

Bagian bagian mata dapat dilihat pada keterangan gambar berikut:

Bagian-bagian mata dan fungsinya:

a. Kornea

Kornea merupakan selaput tipis yang sangat kuat. Fungsi kornea adalah melindungi mata bagian dalam dari pengaruh luar.

b. Iris

Iris adalah selaput bola mata yang membentuk celah lingkaran. Fungsi iris adalah memberi warna pada mata. Sehingga mata manusia ada yang berwarna hitam, biru, hijau, atau cokelat. c. Pupil

Pupil adalah celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Fungsi pupil adalah mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Ketika iris mengendur, pupil akan membesar sehingga cahaya yang masuk ke mata lebih banyak.

d. Lensa mata

(74)

mata. Bayangan yang dihasilkan yaitu bersifat nyata, terbalik dan diperkecil.

e. Retina

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang terletak di bagian belakang mata. Fungsi retina adalah menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa mata.

Poin penting yang terkait dengan mata sebagai alat optik dijelaskan sebagai berikut:

a. Daya akomodasi

Daya akomodasi merupakan kemampuan otot mata ntuk mengubah kecembungan lensa mata.

Agar terlihat dengan jelas, objek harus terletak pada daerah penglihatan mata yaitu daerah antara titik dekat dan titik jauh mata.

1) Titik dekat (PP) merupakan jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata berakomodasi maksimum, untuk mata normal berjarak 25 cm.

(75)

b. Mata normal

Mata normal dapat melihat dengan jelas mulai dari jarak sekitar 25 cm sampai jarak tak hingga.

c. Cacat mata 1) Miopi

Mata rabun jauh (miopi) tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya jauh. Miopi disebabkan bayangan benda jatuh di depan retina. Keadaan mata ini memiliki titik dekat yang lebih pendek dari PP( < 25 cm) dan titik jauhnya lebih pendek dari PR. Untuk dapat melihat dengan mata normal maka diperlukankacamata berlensa cekung dengan kekuatan lensa:

2) Hipermetropi

Mata rabun dekat (hipermetropi) tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang letaknya dekat. Hal ini disebabkan bayangan benda jatuh di belakang retina. Keadaan mata ini memiliki titik dekat yang lebih panjang dari PP > 25 cm).Untuk dapat melihat dengan mata normal diperlukan kacamata berlensa cembung dengan kekuatan lensa:

P = −

(76)

3) Presbiopi

Rabun mata tua (presbiopi) merupakan kondisi mata yang daya akomodasinya lemah, sehingga menyebabkan titik dekatnya jauh dari mata normal dan titik jauhnya lebih pendek dari mata normal. Untuk dapat melihat dengan mata normal diperlukan kacamata berlensa rangkap (bifokal).

4) Astigmatisme

Mata astigmatisme merupakan kondisi mata karena tidak ratanya korneo mata, sehingga cahaya sejajar yang datang tidak dapat difokuskan ke satu titik. Cacat mata ini dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa silindris. 2. Kamera

Kamera merupakan alat optik yang mempunyai cara kerja seperti mata. Lensa positif pada kamera berfungsi seperti lensa mata, diafragma seperti pupil, dan film seperti retina. Prinsip kerja kamera yaitu lensa cembung pada kamera berfungsi untuk membiaskan sinar dari benda sehingga bayangan jatuh di film sebagai layar. Benda yang dipotret

P = 4 −

(77)

ditempatkan pada jarak lebih besar dari 2F di depan lensa. Bayangan yang terbentuk pada film kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.

3. Lup

Lup sering juga disebut dengan kaca pembesar, yaitu digunakan untuk melihat benda yang kecil sehingga terlihat besar. Lup terdiri dari sebuah lensa cembung. Benda yang diamati ditempatkan di antara titik fokus dan lensa. Bayangan akhir yang terbentuk yaitu bayangan maya yang diperbesar.

a. Mata tak berakomodasi

Pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi (mata rileks) , benda yang terletak di titik fokus lensa sehingga bayangan benda terletak pada jarak tak terhingga.

(78)

b. Mata berakomodasi maksimum

Bayangan benda pada mata berakomodasi maksimum yaitu maya, tegak, diperbesar dan terletak tepat pada titik dekat mata ( = ).

Keterangan :

M = perbesaran bayangan = titik dekat mata = jarak fokus lensa = jarak benda ke lensa

= jarak bayangan ke lensa 4. Mikroskop

Mikroskop terdiri dari dua lensa cembung yaitu lensa objektif (lensa yang dekat dengan objek) dan lensa okuler (lensa yang dekat dengan mata). Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif di antara F dan 2F, sehingga terbentuk bayangan nyata yang diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif dianggap sebagai benda oleh lensa okuler. Bayangan oleh lensa objektif ini harus terletak di antara fokus okuler dan lensa okuler agar terbentuk bayangan maya yang diperbesar.

a. Mata tak berakomodasi M = + 1

(79)

b. Mata berakomodasi maksimum

c. Perbesaran bayangan akhir

Perbesaran pada bayangan akhir merupakan hasil total perbesaran dua buah lensa

Keterangan: d = � + �

� = � =

� + 1

d = � + �

(80)

M = perbesaran bayangan akhir/total

= perbesaran bayangan pada lensa objektif = perbesaran bayangan pada lensa okuler

= panjang mikroskop

= jarak benda ke lensa objektif = jarak bayangan ke lensa objektif = jarak benda ke lensa okuler

= jarak bayangan ke lensa okuler = jarak fokus pada lensa objektif = jarak fokus pada lensa okuler

= titik dekat mata = 25 cm 5. Teropong

Teropong atau teleskop adalah instrumen pengamatan yang berfungsi mengumpulkan radiasi elegtromagnetik dan sekaligus membrntuk citra dari benda yang diamati. Telskop merupakan alat paling penting dalam pengamatan astronomi. Jenis teleskop yang dipakai untuk maksud bukan astronomi antara lain adalah transit, monokuler, binokuler, lensa kamera, dan keker.

a. Teropong bias

(81)

rupa seingga bayangan berada di antara lensa okuler dan titik fokusnya agar terbentuk bayangan maya, terbalik, dan diperbesar. 1) Mata tidak berakomodasi

Pada saat mata tidak berakomodasi , bayangan oleh lensa okuler terletak pada titik tak hingga, sehingga bayangan oleh lensa objektif berada pada titik fokus lensa okuler. Persamaan pembentuk bayangan pada saat mata tidak berakomodasi dirumuskan sebagai berikut:

2) Mata berakomodasi maksimum

Persamaan pembentukan bayangan pada mata berakomodasi maksimum sebagai berikut:

d = � + � M =

(82)

Keterangan:

d = panjang teropong bias M = perbesaran bayangan akhir

Contoh alat optik yang termasuk teropong bias adalah teropong bintang, teropong bumi, teropong panggung, dan teropong binokuler.

b. Teropong pantul

Teropong pantul menggunakan cermin cekung sebagai perangkat untuk pembentukan bayangan, walaupun kadang-kadang menggunakan cermin datar dan cermin okuler.

Kelebihan penggunaan cermin untuk pembentukan bayangan pada teropong pantul dibandingkan dengan penggunaan lensa pada teropong bias adalah cermin lebih mudah dibuat, lebih murah, dan tidak mengalami abrasi kromatik(penguraian warna).

H. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar

Selama ini, kajian mengenai tentang belajar kurang memerhatikan pengaruh emosi terhadap proses dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Padahal emosi sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, berperan menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Setiap siswa memiliki keadaan emosi

d = � + � M =

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar (1)
Tabel 3.1 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
tabel 3.3 digambarkan kisi-kisi angket kesiapan belajar siswa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekalipun versi dan implementasinya diperkenalkan secara bertahap mulai dari versi 1 pada tahun 2009 hingga versi 4 pada tahun 2010, dari hasil wawancara peneliti dengan

Banyak prilaku remaja yang simpang siur di sekitar masyarakat, baik yang berprilaku positif dan berperilaku negative.Salah satu prilaku negatif remaja Indonesia

Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.. Predikat-objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan

Pengembangan Program Perkuliahan Metodologi Penelitian Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Riset Kependidikan Sains Mahasiswa Calon Guru

PENGEMBANGAN LKPD PEMBELAJARAN PADA MATERI FUNGI BERBASIS PENDEKATAN.. SETS UNTUK

syarat atau Ketentuan/Perubahan dianggap tidak ada dan syarat atau ketentuan yang berlaku adalah yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan /Standar Bidding. Document (SBD)

The combination of the three skills is well known as Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). By implementing TPACK in classroom lecturers are expected

Acara yang digelar Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) UMM itu dihadiri tak kurang 200 peserta yang terdiri politisi, aktivis perempuan dan akademisi..