• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Belajar

2.2 Hasil Belajar

Gagne& Briggs dalam Suprihatiningrum (2013:37) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s

performance). Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2013:37) hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Uno dalam Suprihatiningrum (2013:38) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biasanya diarahakan pada salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Kartwoth dan Bloom dalam Mukhtar dan Iskandar (2012:25) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang masing- masing ranah dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan instruksional yang berkenaan dengan proses mental seperti pemahaman pengetahuan, menyebutkan, pengenalan, dll. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkat dengan aspek belajar yang berbeda- beda yaitu:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge) /(C1)

Kemampuan seseorang dalam menghapal atau mengingat kembali atau menggalang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

b. Tingkat pemahaman (komprehension)/ (C2)

Kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

c. Tingkat penerapan (application)/ (C3)

Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

d. Tingkat analisis (analysis)/ (C4)

Kemampuan seseorang merinci dan membandingkan pengetahuan atau data yang begitu rumit serta mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat mengenal hubungan dan kedudukan masing-masing data terhadap data lain.

e. Tingkat sintesis (synthesis)/ (C5)

Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga membentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

f. Tingkat evaluasi (evaluation)/ (C6)

Kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

Penilaian kognitif berupa tes. Bentuk tes kognitif diantaranya yaitu (1) pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah area tujuan instruktional yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan dalam lima tingkat, yaitu:

a. Tingkat penerimaan (receiving)

Proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika.

b. Tingkat tanggapan/ partisipasi (responding/ participation)

Kerelaan untuk memerhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu bentuk kegiatan.

c. Tingkat menilai

Memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.Misal sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.

d. Tingkat organisasi (organization)

Kemampuan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding dengan nilai yang lainnya.

e. Tingkat karakteristik (characterization)

Kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa agar menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam kehidupannya sendiri.

Penilaian afektif dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. (http://susila-besmart.blogspot.com)

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikotomorik adalah kawasan yang membahas hal- hal yang berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan gerakan yang bersifat jasmaniah. Menurut klasifikasi Simpon dalam Suprihatiningrum (2013:46), ranah psikomotor mancakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang paling sederhanasampai yang kompleks, yaitu:

a. Persepsi

Kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaaan antara ciri- ciri fisik yang khas pada masing- masing rangsangan.

b. Kesiapan

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan Terbimbing

Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yangdiberikan (imitasi).

d. Gerakan yang Terbiasa

Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi contoh yang diberikan.

e. Gerakan yang Kompleks

Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri dari atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien.

f. Penyesuaian pada Gerakan

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g. Kreativitas

Kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak- gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Misalnya tingkah laku siswa ketika praktik, kegiatan diskusi, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar (http://susila-besmart.blogspot.com).

2.3 Pembelajaran

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Menurut aliran kognitif, pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Aliran humanistik mendiskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Hamdani, 2010:23).

2.4 Keefektifan Pembelajaran

Keefektifan berasal dari kata efektif yang artinya dapat membawa hasil; berhasil guna tentang usaha; tindakan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:2005). Jadi keefektifan adalah suatu keadaan yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam perbuatan yang

membawa hasil. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu adanya pengaruh yang dapat menghasilkan nilai yang lebih besar dalam pembelajaran dengan tercapainya tujuan belajar.

Berdasarkan teori belajar tuntas, pembelajaran dikatakan efektif jika seorang siswa dipandang tuntas belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang–kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2007:254).

Dari uraian di atas dan keterbatasan peneliti maka yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran pada penelitian ini hanya ditinjau dari aspek:

1. Rata-rata hasil belajar kognitif diatas KKM yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah yaitu diatas 70.

2. Proporsi ketuntasan belajar siswa telah memenuhi proporsi ketuntasan belajar klasikal sebanyak 85% atau 18 dari 22 siswa.

3. Rata-rata skor psikomotorik dan afektif kelas dalam kategori tinggi.

2.5 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi (TIK)

Seiring perkembangan jaman, teknologi informatika (TI) mulai digunakan pada dunia pendidikan, ini ditandai oleh munculnya berbagai inovasi dan kreasi dalam proses penyampaian bahan ajar kepada siswa. Penggunanaan teknologi ini telah berdampak langsung dan tidak langsung terhadap cara penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan mutu sumberdaya manusia

(Soesianto dan Indrajit, 2004) dalam http://trikmedia.blogspot.com. Konsep-konsep tersebut diantaranya adalah:

a. Penggunanaan teknologi IT untuk membantu tenaga pendidik dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Terutama digunakan sebagai alat penggambaran/ilustrasi sehingga siswa memperoleh gambaran jelas keterkaitan antara teori dengan gambaran nyatanya. Program aplikasi yang sering digunakan untuk keperluan ini adalah: Simulation Game, Multy media presentation, Interactive Study Case, dan sebagainya.

b. Course Management

Penggunaan TI untuk membantu pengajar maupun siswa dalam melakukan interaksi, kooperasi, dan komunikasi dalam penyelenggaraan sebuah kelas dengan mata ajar tertentu. Misalnya, pemanfaatan aplikasi jaringan (Web) dalam mencari informasi untuk menyelesaikan tugas rumah(PR) dan tugas-tugas lainnya yang dapat dilakukan dengan cara di-download.

c. Virtual Class

Teknologi ini memungkinkan adanya kelas maya atau virtual class. Kelas maya adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar dari jarak jauh dengan memanfaatkan beberapa software khusus yang dihubungkan melalui jalur internet. Salah salah satu diantaranya adalah dengan teknologi Video Cronfrenced.

d. Computer Based Training (CBT)

Konsep ini dianggap paling ampuh dalam menerapkan sistem belajar secara mandiri. Cara seperti ini seorang siswa dapat mencari berbagai Sumber literatur yang diperlukannya dari internet.

e. Knowledge Portal

Knowledge Portal (Portal Pengetahuan) adalah sekumpulan alamat situs web yang memiliki berbagai macam reverensi dari berbagai disiplin ilmu.

f. Cyber Community

Kata cyber berasal dari kata cybernetic, yaitu cara pengendalian dari jarak jauh. Jadi kata cyber memiliki konotasi adanya “pengendalian” dan “jarak yang

jauh”. Belakangan ini, kata cyber lebih dikaitkan dengan keberadaan intenet yang merupakan produk perkembangan teknologi elektronik.

Mukhtar dan Iskandar (2012:326) menyebutkan bahwa teknologi informasi dalam pendidikan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran yaitu dengan:

1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa secara bersistem

2. Memecahkan masalah belajar secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling terkait

3. Menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar

4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi dimana pemecahan masalah secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih dari pada pemecahan masalah secara terpisah.

Metode pembelajaran berbasis teknologi informasi (internet) bagi siswa merupakan sebuah keharusan (Mukhtar dan Iskandar, 2012:328). Adapun metode yang dapat digunakan oleh guru yaitu: diskusi, demontrasi, problem solving, inkuiri, dan discovery. Cara yang dapat dilakukan yaitu: guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa mencari hal-hal yang berkaitan dengan topik yang diberikan guru, guru memberikan tugas- tugas ringan yang mengharuskan siswa mencari dari internet misalnya mencari materi untuk dijadikan bahan diskusi, dan guru memberikan tugas untuk mencari hal-hal terbaru dan termuthakir dari internet yang kemudian mendiskusikannya di kelas.

Internet juga dapat digunakan sebagai sumber belajar yaitu dengan memanfaatkan internet dalam mendapatkan sumber informasi yang berupa materi sehingga materi yang didapat siswa akan didiskusikan. Dirjen Dikti (1983:12) dalam Mukhtar dan Iskandar (2012:214) menyatakan bahwa Sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng dalam Mukhtar dan Iskandar (2012:214) berpendapat bahwa Sumber belajar mencakup semuaSumber yang digunakan oleh pembelajar agar terjadi perilaku belajar. Sumber pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu (1) Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah

dan bersifat formal. (2) Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk belajar. Salah satunya media massa, bentuk media massa secara garis besar yaitu media cetak (surat kabar, majalah, buku) dan media elektronik (televisi, radio, internet).

Internet sebagai sumber belajar dapat mempermudah siswa untuk menambah pengetahuan serta wawasannya dengan mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya secara cepat dan dimana saja. Internet menurut segi ilmu pengetahuan adalah sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio maupun animasi dalam bentuk media elektronik. Semua orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja serta dari mana saja (http://belajar-komputer-mu.com).

Internet menunjang pelajar yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap dapat menikmati pendidikan. Manfaat penggunaan teknologi informasi internet: a)arus informasi tetap mengalir setiap waktu tanpa ada batasan waktu dan tempat,b)kemudahan mendapatkan resource yang lengkap, c)aktifitas pembelajaran pelajar meningkat,d)daya tampung meningkat, e)adanya standardisasi pembelajaran, f)meningkatkan learning outcomes baik kuantitas/kualitas. Jadi,internet bukanlah pengganti sistem pendidikan, melainkan lebih bersifat sebagai pelengkap(http://m-edukasi.web.id).

2.6 Diskusi

Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu,atau untuk menyelesaiakan keputusan bersama. Selama diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan (Soetomo, 1993) dalam http://vikiwulandari.blogspot.com.

Metode diskusi adalah satu dari alat yang paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki oleh seorang pengajar (Zaini, 2008:117). Maidar (2010) dalam http://vikiwulandari.blogspot.com menyatakan bahwa metode diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Jadi, metode diskusi adalah salah satu strategi yang paling efektif bagi siswa untuk bertukar pendapat dalam sebuah kelompok sehingga siswa dapat menarik kesimpulan secara bersama-sama mengenai masalah yang sedang dibicarakan.

Kelebihan metode diskusi yaitu: a)suasana kelas lebih hidup, b) menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap toleransi, demokrasi, dan berpikir kritis, c) kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, d) melatih siswa untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah,e)membantu siswa untuk mengambil keputusan yang lebih baik, f) tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka, dan sempit.

Kekurangannyaadalahmemerlukan waktu yang panjang,menghendaki pembuktian logis, tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal, dan adanya siswa yang memonopoli pembicaraan dan ada pula siswa yang pasif.

Dokumen terkait