• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KARAKTER"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KARAKTER

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Dita Anggraini Surbakti 4301410041

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

MOTTO

 Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung

Skripsi ini untuk:

 Bapak dan mamak tercinta  Kakakku tersayang

 Sahabat- sahabatku (Dapit, Nana, Jupe, Lidia)  Pujaanku abang Erwin Simbolon

(5)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pembelajaran Kimia Berbasis Teknologi Informasi dan Karakter” Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini kepada : 1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang

2. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

3. Prof. Dr Supartono, M.S selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi,

4. Dr. Sri Nurhayati, M.Pd dan Dr. Sri Haryani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran selama penyusunan skripsi,

5. Nopus, S.Pd selaku guru mata pelajaran kimia SMK Assalamah Pati yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian,

6. Siswa kelas X TMO SMK Assalamah Pati yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik,

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

Semarang, Agustus 2014

(6)

ABSTRAK

Surbakti,Dita A. 2014. Pembelajaran Kimia Berbasis Teknologi Informasi dan Karakter. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Supartono, M.S

Kata Kunci: Hasil Belajar; Karakter ; Pembelajaran Berbasis TIK

(7)

ABSTRACT

Surbakti,Dita A. 2014. Pembelajaran Kimia Berbasis Teknologi Informasi dan Karakter. Skripsi, Chemistry Departement, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Supervisor: Prof. Dr. Supartono, M.S

Keywords: Character; ICT-Based Learning; Learning Outcomes

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ……… i

PERNYATAAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. iv

PRAKATA………. v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT ……….. vii

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Penegasan Istilah ... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Belajar ... 9

2.2 Hasil Belajar ... 9

(9)

2.4 Keefektifan Pembelajaran ... 14

2.5 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi ... 15

2.6 Diskusi ... 20

2.7 Pendidikan Karakter ... 21

2.8 Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Karakter ... 25

2.9 Hipotesis ... 26

2.9 Kerangka Berpikir ... 26

3. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi, Waktu dan Subyek Uji Coba ... 27

3.3 Desain Penelitian ... 27

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 29

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Analisis ... 45

4.2 Pembahasan ... 59

5. PENUTUP ... 69

5.1 Simpulan ... 69

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Ketuntasan Ulangan Harian Siswa ... 2

2.1 Nilai Dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 24

3.1 Desain Penelitian One Group Design ... 28

3.2 Kriteria Perangkat Berdasarkan Rata- Rata Nilai Responden... 29

3.3 Hasil Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran ... 30

3.4 Kriteria Daya Beda Soal ... 30

3.5 Hasil Analisis Daya Beda Soal ... 31

3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 32

3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 32

3.8 Hasil Analisis Validitas Butir Soal ... 34

3.9 Kriteria Reliabilitas Soal ... 34

3.10 Hasil Analisis Reliabilitas Soal ... 35

3.11 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ... 35

3.12 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 37

3.13 Klisifikasi Reliabilitas Angket Tanggapan Siswa ... 38

3.14 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes Dan Postes ... 39

3.15 Kriteria Tingkat Keefektifan Pembelajaran ... 40

3.16 Hasil Klasifikasi Belajar Psikomotor ... 41

3.17 Hasil Klasifikasi Skor psikomotorik Tiap Aspek ... 41

3.18 Kriteria Hasil Belajar Afektif ... 42

(11)

3.20 Hasil Klasifikasi Skor Diskusi Tiap Aspek ... 42

3.21 Hasil Klasifikasi Skor Afektif ... 43

3.22 Hasil Klasifikasi Skor Afektif Tiap Aspek ... 43

3.23 Kriteria Hasil belajar Afektif ... 43

3.24 Kriteria Rata-rata Skor Angket Tanggapan Siswa ... 43

3.25 Kriteria Rata-rata Skor Karakter Siswa ... 44

3.25 Klasifikasi Skor Nilai Karakter Tiap Aspek ... 44

4.1 Hasil Belajar Pretes Dan Postes ... 45

4.2 Ketuntasan Belajar Klasikal ... 46

4.3 Kategori Tingkat Keefektifan Pembelajaran ... 47

4.4 Hasil Belajar Siswa... 47

4.5 Keefektifan Pembelajaran ... 47

4.6 Hasil Uji Peningkatan Pembelajaran ... 48

4.7 Skor Psikomotorik Tiap Aspek ... 49

4.8Skor Diskusi Tiap Aspek ... 49

4.9Skor Afektif Tiap Aspek ... 50

4.10Skor Angket Tanggapan Siswa ... 51

4.11 Presentase Hasil Analisis Karakter ... 52

4.12Skor Masing-masing Nilai Karakter Selama Diskusi ... 53

4.13 Karakter yang Muncul dalam Diskusi ... 53

4.14 Presentase Nilai Karakter Bekerjasama ... 54

4.15 Presentase Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu ... 55

(12)

4.17 Presentase Nilai Karakter Kritis ... 56

4.18 Presentase Nilai Karakter Percaya Diri ... 57

4.19 Presentase Nilai Karakter Demokratis ... 58

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus, RPP, dan Lembar Penilaian ... 76

2 Kisi- Kisi Soal ... 94

3 Rubrik Pengamatan Diskusi ... 104

4 Rubrik Pengamatan Afektif ... 107

5 Rubrik Pengamatan Psikomotorik ... 111

6 Angket Tanggapan Siswa ... 114

7 Uji Normalitas Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal ... 116

8 Analisis Soal A ... 118

9 Analisis Soal B ... 124

10 Perhitungan Validitas Uji Coba Soal ... 130

11 Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 133

12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal ... 135

13 Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Soal ... 137

14 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal A ... 138

15 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal B ... 139

16 Soal Pretes ... 140

17 Soal Postes ... 144

18 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Diskusi ... 148

19 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ... 150

20 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 152

(15)

22 Analisis Uji Normalitas Pretes ... 157

23 Analisis Uji Normalitas Postes ... 159

24 Nilai Pretes Dan Postes Siswa ... 161

25 Analisis Ketuntasan Klasikal ... 162

26 Uji Peningkatan Hasil Belajar N- Gain... 163

27 Uji Kesamaan Dua Varian Pretes dan Postes ... 165

28 Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 167

29 Rekap Nilai Psikomotorik Siswa ... 169

30 Rekap Nilai Diskusi Siswa ... 171

31 Rekap Nilai Afektif Siswa ... 173

32 Rekap Nilai Angket Tanggapan Siswa ... 176

33 Rekap Nilai Karakter Siswa ... 178

34 Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X ... 185

35 Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Validator ... 182

36 Bahan Ajar ... 185

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah lakuberikut adanya pengalaman (Suprihatiningrum, 2013:15) . Pengalaman diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungan sekitar. Siswa akan dihadapkan pada suatu aktivitas yang menyebabkan perubahan perilaku karena belajar tidak hanya memerlukan kegiatan berpikir, tetapi juga diperlukan suatu perbuatan secara mandiri. Kegiatan belajar mengajar yang mengkondisikan siswa secara aktif akan membantu pembentukan diri siswa. Siswa yang mampu menerapkan berbagai aktivitas didalam proses tersebut akan belajar secara optimal.

Pemahaman materi dalam belajar setiap siswa bervariasi antara lain yaitu mudah memahami, sedang, dan sulit untuk memahami apa yang sedang dipelajari. Sama halnya dengan semangat siswa saat mengikuti pembelajaran, ada yang semangatnya tinggi tetapi ada juga yang sulit untuk berkonsentrasi. Kenyataan seperti ini sering dijumpai pada siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.

(17)

didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif mendengarkan dan menerima pemahaman yang hanya bersifat verbalistik yang akibatnya siswa sulit memahami dan mengaplikasikan konsep serta teori yang diberikan guru dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang lebih menarik dan media belajar yang mampu mebangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar siswa sehingga siswa dapat menerima materi dengan lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMK Assalamah Pati yang dilakukan pada bulan November 2013 menyebutkan bahwa siswa- siswa jurusan otomotif mengalami kesulitan menerima materi pelajaran kimia yang diberikan guru. Ini didasarkan dari nilai ulangan yang tidak memuaskan yaitu hanya 50 persen dari siswa yang lulus dengan nilai minimal 70. Data nilai ulangan harian SMK Assalamah Pati disajikan dalam Tabel 1.1 dibawah ini. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31.

Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Ulangan Harian Tuntas Tidak

Tuntas

Jumlah Siswa

Presentase Ketuntasan

SMK Assalamah Pati 11 11 22 50%

(Sumber: data yang diperoleh)

(18)

Teknologi informasi (internet) sudah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya di dunia pendidikan (Mukhtar dan Iskandar, 2012:1). Sekarang ini siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi sudah diperkenalkan dengan dunia Information Technology dalam proses pembelajaranya misalnya dengan mencari materi yang belum ada dalam buku pegangannya di internet.

Penerapan metode pembelajaran berbasis internet akan membantu siswa agar lebih melek lagi dengan dunia teknologi informasi karena tidak semua siswa paham dengan baik tentang hal ini. Salah satu metode yang dapat dilakukan yaitu dengan metode diskusi. Guru memberikan masalah kepada siswa dan siswa mencari jawaban dari masalah tersebut melalui internet. Pembelajaran berbasis internet dengan metode diskusi diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis, mendidiksiswa untuk bekerjasama dengan teman kelompoknya dan siswa akan terbiasa mencari berbagai informasi dari berbagai Sumber untuk belajar.

(19)

Keluhan mengenai berbagai dampak negatif teknologi informasi sesungguhnya menunjukkan bahwa kita kurang siap dalam memanfaatkannya untuk kemajuan hidup. Carver Mead dalam Ngainun (2012:16) menyatakan bahwa kita dibatasi bukan oleh teknologi yang kita miliki, melainkan oleh cara berpikir kita. Kita masih berpikir dengan cara yang sama seperti kita lakukan dua ratus tahun yang lalu, nilai-nilai tidak ada satupun yang terjadi. Tayangan televisi yang didominasi oleh acara-acara tidak bermutu semakin menambah kemerosotan moral. Ini dapat dilihat dari tanyangan sinetron yang secara tidak langsung mengajarkan kepada generasi muda untuk tawuran, menentang orang tua, memakai pakaian yang tidak selayaknya. Keadaan dimana semakin merosotnya moral perlu dibenahi agar bangsa ini mempunyai karakter yang bagus dan menjadi bangsa yang cakap teknologi dan moral sehingga bangsa ini dapat mengikuti perkembangan zaman dengan baik.

Kurniawan (2013:19) menyatakan bahwa fakta-fakta seputar kemerosotan karakter pada sekitar kita menunjukkan bahwa ada kegagalan pada pendidikan yang diterapkan dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam hal menumbuhkan remaja dan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Kestabilan hidup seseorang bergantung pada karakter yang dimilikinya. Karakter membuat individu menjadi matang, bertanggung jawab dan produktif.

(20)

pendidikan nasional yang tertuang dalam pasal I Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 (Kurniawan, 2013:20-21), yang menyebutkan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa untuk mempunyai kecerdasan, kepribadian, dan akhlak yang mulia. Ngainun (2012:18) menyatakan bahwa character building dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pendidikan.Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu diterapkan dalam pendidikan disekolah.

Zubaedi dalam Kurniawan (2013:110) menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak diajarkan dalam mata pelajaran khusus, namun dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah ada disekolah dan pada dasarnya mendidik karakter bukan hanya menjadi tugas sebagian guru tertentu sajaseperti guru PPKn, guru akidah akhlak, guru bimbingan konseling ataupun guru agama melainkan menjadi tanggung jawab bersama termasuk didalamnya seluruh guru mata pelajaran.Pengembangan nilai-nilai karakter dapat dimasukkan kedalam semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran kimia.

(21)

pendidikan karakter berfungsi sebagai wahana sistemik pengembangan kecerdasan moral yang membekali peserta didik dengan kompetensi kecerdasan plus karakter.Nilai-nilai karakter dapat dicantumkan dalam silabus dan RPP.Marzuki(2013) menyebutkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan disekolah dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Maksudin (2013) menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan karakter nondikotomik adalah terwujudnya keluaran pendidikan yang memiliki karakter saintis yang agamawan dan agamawan yang saintis.

Berdasarkan beberapa masalah, penulis berkeinginan untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran kimia berbasis teknologi informasi yaitu internet dan pendidikan karakter terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi dasar siswa. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul “Pembelajaran Kimia Berbasis Teknologi Informasi dan Karakter”.

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pembelajaran kimia berbasis teknologi informasi dan karakter efektif terhadap pencapaian kompetensi siswa pada siswa SMK?

1.3

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kimia berbasis teknologi informasi dan karakter terhadap pencapaian kompetensi pada siswa SMK.

(22)

Manfaat dari penelitian ini adalah karakter siswa berkembang, pemahaman siswa terhadap kompetensi konsep mol meningkat, dan siswa dapat memanfaatkan internet dengan baik. Selain itu sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang menanamkan karakter didalamnya yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

1.5

Batasan Masalah

Subjek penelitian ini adalah kelas X-TMO Sekolah Menengah Kejuruankompetensi konsep Mol dengan pembelajaran menggunakan metode diskusi yang memanfaatkan internet sebagai sumber mendapatkan materi siswa dan nantinya materi yang didapatkan akan didiskusikan. Selama pembelajaran berlangsung, akan diamati sikap siswa yang menunjukkan bahwa sikap siswa tersebut merupakan penanaman karakter. Karakter yang ditanamkan pada pembelajaran menggunakan metode diskusi dan internet sebagai sumber mendapatkan informasi ada tujuh yaitu bekerja sama, tanggung jawab, rasa ingin tahu, demokratis, kritis, terampil, dan percaya diri. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawatnya yaitu teman satu kelompoknya secara bergiliran setiap pertemuannya, sehingga satu siswa akan diamati oleh 3 sampai 4 siswa.

1.6

Penegasan Istilah

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini yang dikemukakan penulis agar tidak terjadi kesalahan penafsiran sebagai berikut :

(23)

Pembelajaran kimia yang dimaksudkan yaitu proses belajar mengarajar mata pelajaran kimia kompetensi konsep mol dengan menggunakan metode diskusi.

2. Teknologi Informasi

Teknologi informasi yang digunakan selama pembelajaran berlangsung yaitu pemanfaatan internet sebagai sumber mencari informasi siswa untuk mendapatkan materi yang selanjutnya digunakan sebagai bekal siswa dalam diskusi. Pencarian materi ini dilakukan dengan cara googling ataupun yang lebih dikenal dengan browsing.

3. Karakter

Tobroni dalam Kurniawan (2013:29) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat-istiadat. Menurut Ngainun (2013) ada 18 nilai karakter yang ditanamakan kepada siswa. Nilai karakter yang dimaksudkan dalam skripsi ini yaitu bekerjasama, rasa ingin tahu, tanggung jawab, kritis, percaya diri, demokratis, dan terampil.

4. Diskusi

(24)

5. Konsep Mol

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Belajar

Belajar menurut Winkel dalam Suprihatiningrum (2013:15) merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan- pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.Budiningsih dalam Suprihatiningrum (2013:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.Suprihatiningrum (2013:15)menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu dengan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh perubahan tingkah laku berupa pengalaman, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai dan sikap.

2.2

Hasil Belajar

(26)

performance). Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2013:37) hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Uno dalam Suprihatiningrum (2013:38) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran biasanya diarahakan pada salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Kartwoth dan Bloom dalam Mukhtar dan Iskandar (2012:25) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Yang masing- masing ranah dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan instruksional yang berkenaan dengan proses mental seperti pemahaman pengetahuan, menyebutkan, pengenalan, dll. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkat dengan aspek belajar yang berbeda- beda yaitu:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge) /(C1)

Kemampuan seseorang dalam menghapal atau mengingat kembali atau menggalang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

b. Tingkat pemahaman (komprehension)/ (C2)

Kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

c. Tingkat penerapan (application)/ (C3)

(27)

d. Tingkat analisis (analysis)/ (C4)

Kemampuan seseorang merinci dan membandingkan pengetahuan atau data yang begitu rumit serta mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat mengenal hubungan dan kedudukan masing-masing data terhadap data lain.

e. Tingkat sintesis (synthesis)/ (C5)

Kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga membentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

f. Tingkat evaluasi (evaluation)/ (C6)

Kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

Penilaian kognitif berupa tes. Bentuk tes kognitif diantaranya yaitu (1) pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah area tujuan instruktional yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan dalam lima tingkat, yaitu:

a. Tingkat penerimaan (receiving)

(28)

b. Tingkat tanggapan/ partisipasi (responding/ participation)

Kerelaan untuk memerhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu bentuk kegiatan.

c. Tingkat menilai

Memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.Misal sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.

d. Tingkat organisasi (organization)

Kemampuan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding dengan nilai yang lainnya.

e. Tingkat karakteristik (characterization)

Kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa agar menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam kehidupannya sendiri.

Penilaian afektif dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. (http://susila-besmart.blogspot.com)

3. Ranah Psikomotorik

(29)

a. Persepsi

Kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaaan antara ciri- ciri fisik yang khas pada masing- masing rangsangan.

b. Kesiapan

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan Terbimbing

Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yangdiberikan (imitasi).

d. Gerakan yang Terbiasa

Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi contoh yang diberikan.

e. Gerakan yang Kompleks

Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri dari atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien.

f. Penyesuaian pada Gerakan

(30)

g. Kreativitas

Kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak- gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Misalnya tingkah laku siswa ketika praktik, kegiatan diskusi, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar (http://susila-besmart.blogspot.com).

2.3

Pembelajaran

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Menurut aliran kognitif, pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Aliran humanistik mendiskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Hamdani, 2010:23).

2.4

Keefektifan Pembelajaran

(31)

membawa hasil. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu adanya pengaruh yang dapat menghasilkan nilai yang lebih besar dalam pembelajaran dengan tercapainya tujuan belajar.

Berdasarkan teori belajar tuntas, pembelajaran dikatakan efektif jika seorang siswa dipandang tuntas belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang–kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2007:254).

Dari uraian di atas dan keterbatasan peneliti maka yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran pada penelitian ini hanya ditinjau dari aspek:

1. Rata-rata hasil belajar kognitif diatas KKM yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah yaitu diatas 70.

2. Proporsi ketuntasan belajar siswa telah memenuhi proporsi ketuntasan belajar klasikal sebanyak 85% atau 18 dari 22 siswa.

3. Rata-rata skor psikomotorik dan afektif kelas dalam kategori tinggi.

2.5

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi (TIK)

(32)

(Soesianto dan Indrajit, 2004) dalam http://trikmedia.blogspot.com. Konsep-konsep tersebut diantaranya adalah:

a. Penggunanaan teknologi IT untuk membantu tenaga pendidik dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Terutama digunakan sebagai alat penggambaran/ilustrasi sehingga siswa memperoleh gambaran jelas keterkaitan antara teori dengan gambaran nyatanya. Program aplikasi yang sering digunakan untuk keperluan ini adalah: Simulation Game, Multy media presentation, Interactive Study Case, dan sebagainya.

b. Course Management

Penggunaan TI untuk membantu pengajar maupun siswa dalam melakukan interaksi, kooperasi, dan komunikasi dalam penyelenggaraan sebuah kelas dengan mata ajar tertentu. Misalnya, pemanfaatan aplikasi jaringan (Web) dalam mencari informasi untuk menyelesaikan tugas rumah(PR) dan tugas-tugas lainnya yang dapat dilakukan dengan cara di-download.

c. Virtual Class

(33)

d. Computer Based Training (CBT)

Konsep ini dianggap paling ampuh dalam menerapkan sistem belajar secara mandiri. Cara seperti ini seorang siswa dapat mencari berbagai Sumber literatur yang diperlukannya dari internet.

e. Knowledge Portal

Knowledge Portal (Portal Pengetahuan) adalah sekumpulan alamat situs web yang memiliki berbagai macam reverensi dari berbagai disiplin ilmu.

f. Cyber Community

Kata cyber berasal dari kata cybernetic, yaitu cara pengendalian dari jarak jauh. Jadi kata cyber memiliki konotasi adanya “pengendalian” dan “jarak yang

jauh”. Belakangan ini, kata cyber lebih dikaitkan dengan keberadaan intenet yang merupakan produk perkembangan teknologi elektronik.

Mukhtar dan Iskandar (2012:326) menyebutkan bahwa teknologi informasi dalam pendidikan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran yaitu dengan:

1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa secara bersistem

2. Memecahkan masalah belajar secara menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling terkait

(34)

4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi dimana pemecahan masalah secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih dari pada pemecahan masalah secara terpisah.

Metode pembelajaran berbasis teknologi informasi (internet) bagi siswa merupakan sebuah keharusan (Mukhtar dan Iskandar, 2012:328). Adapun metode yang dapat digunakan oleh guru yaitu: diskusi, demontrasi, problem solving, inkuiri, dan discovery. Cara yang dapat dilakukan yaitu: guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa mencari hal-hal yang berkaitan dengan topik yang diberikan guru, guru memberikan tugas- tugas ringan yang mengharuskan siswa mencari dari internet misalnya mencari materi untuk dijadikan bahan diskusi, dan guru memberikan tugas untuk mencari hal-hal terbaru dan termuthakir dari internet yang kemudian mendiskusikannya di kelas.

(35)

dan bersifat formal. (2) Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk belajar. Salah satunya media massa, bentuk media massa secara garis besar yaitu media cetak (surat kabar, majalah, buku) dan media elektronik (televisi, radio, internet).

Internet sebagai sumber belajar dapat mempermudah siswa untuk menambah pengetahuan serta wawasannya dengan mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya secara cepat dan dimana saja. Internet menurut segi ilmu pengetahuan adalah sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio maupun animasi dalam bentuk media elektronik. Semua orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja serta dari mana saja (http://belajar-komputer-mu.com).

(36)

2.6

Diskusi

Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu,atau untuk menyelesaiakan keputusan bersama. Selama diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan (Soetomo, 1993) dalam http://vikiwulandari.blogspot.com.

Metode diskusi adalah satu dari alat yang paling berharga dalam daftar strategi yang dimiliki oleh seorang pengajar (Zaini, 2008:117). Maidar (2010) dalam http://vikiwulandari.blogspot.com menyatakan bahwa metode diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Jadi, metode diskusi adalah salah satu strategi yang paling efektif bagi siswa untuk bertukar pendapat dalam sebuah kelompok sehingga siswa dapat menarik kesimpulan secara bersama-sama mengenai masalah yang sedang dibicarakan.

(37)

Kekurangannyaadalahmemerlukan waktu yang panjang,menghendaki pembuktian logis, tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal, dan adanya siswa yang memonopoli pembicaraan dan ada pula siswa yang pasif.

2.7

Pendidikan Karakter (

character building

)

Semakin berkembangnya teknologi dan informasi (IPTEK) yang mampu menghadirkan kemudahan dan kenyamanan hidup juga mengundang serentetan persoalan. Haitami dalam Kurniawan (2013:17) menyatakan bahwa kemajuan zaman yang terjadi saat ini, yang semula dipandang akan memudahkan pekerjaan manusia, kenyataannya juga menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi manusia, yaitu kesepian dan keterasingan baru, yang ditandai dengan lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan silahturahmi.

(38)

baik.Salah satu cara pembenahan karakter bangsa yang semakin merosot ini yaitu dengan memasukkan karakter dalam pendidikan.

Ahmad dalam Kurniawan (2013:26) merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun ruhani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Mangun dalam Kurniawan (2013:27) menyatakan bahwa pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Kurniawan (2013:27) berpendapat bahwa pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada siswa terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan ruhani, secara formal, informal, dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagian dan nilai yang lebih tinggi (baik nilai insaniyah maupun ilahiyah). Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk terbentuknya kepribadian anak baik jasmani maupun rohani secara formal maupun nonformal.

(39)

negara. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, ahklak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Tobroni dalam Kurniawan (2013:29) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat-istiadat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai-nilai, sifat dan watak yang dimiliki oleh individu.

Pendidikan karakter menurut Teguh dalam Kurniawan (2013;31) menyangkut bakat (potensi dasar alami), harkat (derajat melalui penguasaan ilmu dan teknologi), dan martabat (harga diri melalui etika dan moral). Suyanto dalam Kurniawan (2013:31) menyatakan pendidikan karakter sebagai pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Agus dalam Kurniawan(2013:31) menyatakan pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter- karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya dalam keluarga, anggota masyarakat, dan warga negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya melibatkan pengetahuan saja, akan tetapi memasukkan moral sebagai bekal individu agar dapat memasuki dunia masyarakat dengan baik.

(40)
[image:40.595.118.518.228.713.2]

kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) pantang menyerah, (17) peduli lingkungan, (18) peduli sesama. Kurniawan (2013) juga mendiskripsikan 18 nilai pendidikan karakter yang disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter (Kurniawan, 2013:41)

No Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama yang lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama yang lain

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9 Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau didengar

10 Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya

11 Cinta tanah air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas diri dan kelompoknya

12 Menghargai prestasi

(41)

No Nilai Deskripsi 13 Bersahabat/

Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain

14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lainn merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15 Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16 Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

2.8

Pembelajaran Kimia Berbasis Teknologi Informasi dan

Karakter

(42)

dengan observer dari teman satu kelompoknya masing-masing secara bergiliran setiap pertemuan. Jadi, satu siswa diamati oleh 4 siswa.

2.9

Hipotesis

Ha : pembelajarankimia berbasis TIK dan karakter efektif terhadap hasil

belajar pencapaian kompetensi konsep mol

Ho : pembelajarankimia berbasis TIK dan karakter efektif terhadap hasil

[image:42.595.130.552.313.707.2]

belajar pencapaian kompetensi konsep mol

2.10

Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Karakter

Masalah :

1. Hasil belajar masih rendah 2. Karakter masih rendah

Harapan :

1. Hasil belajar meningkat 2. Karakter berkembang

Penyusunan Perangkat Pembelajaran Kompetensi Konsep Mol menggunakan Metode Diskusi berbasis TIK dan Karakter

Penerapan Pembelajaran Diskusi

Pembelajaran berbasis TIK dan

Karakter Pembelajaran

dengan menggunakan metode diskusi

Hasil Belajar Meningkat dan Karakter Berkembang

Kognitif Afektif Psikomotorik

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen design (quasi experiment)pembelajaran kimia berbasis Teknik Informatika (TIK) dan karakter. Yang diteliti pada penelitian ini adalah efektif atau tidaknya treatment (perlakuan) yaitu pembelajaran berbasis teknologi informasi dan karakter. Keefektifan ini dihitung darihasil belajar yaitu berdasarkan hasil pretes-postes siswa.

3.2

Lokasi, Waktu, dan Subyek Uji Coba

Penelitian dilakukan dan dilaksanakan di SMK Assalamah Pati, Jawa Tengah. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap. Penelitian dilakukan di kelas X-TMO dengan jumlah siswa 22 orang.

Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

sampling jenuh. Digunakan teknik ini karena sampel yang digunakan merupakan semua anggota populasi dan jumlah sampel kurang dari 30 (Darmadi, 2012: 67). Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2013 / 2014 bulan Apri-Mei 2014.

3.3

Desain Penelitian

(44)

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Design

Keterangan: P1 : Pretes

Xe : Perlakuan yang diberikan

P2 : Postes

3.4

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1.1Metode Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, obyektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arikunto, 2010:199). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar psikomotorik dan afektif siswa. Observasi ini dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran.

3.4.1.2 Metode Tes

Metode ini bertujuan untuk memperoleh data yang akan menjadi ukuran pencapaian kompetensi dasar konsep mol yaitu pencapaian hasil belajar berdasarkan nilai KKM (70). Perangkat tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda.

3.4.1.3Metode Angket

Angket respon berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa terhadap pembelajaran. Angket ini meliputi pernyataan mengenai ketertarikan siswa terhadap materi yang dipelajari,

Pretes Treatment Postes

(45)

kemudahan siswa dalam memahami konsep dan keterlaksanaan proses pembelajaran. Hasil angket dianalisis secara deskriptif kemudian ditarik kesimpulan.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah soal pretesdan postes,lembar observasi afektif, lembar observasi psikomotorik, dan angket respon siswa.

3.5

Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Tahap Awal

3.5.1.1Uji Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran

1. Validitas Perangkat Pembelajaran

Kriteria perangkat didapatkan dari perhitungan rerata nilai respon validator terhadap pembelajaran melalui lembar validasi kemudian dibandingkan sesuai dengan Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Perangkat

Rata- rata nilai responden Kriteria Skor akhir 82 – 100 Sangat Baik/ Sangat

Layak A

63 – 81 Baik/ Layak B

44 – 62 Cukup C

25 – 43 Kurang D

(46)

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Validator

RPP Sangat baik dan layak digunakan Lembar diskusi Baik dan layak digunakan Lembar Psikomotorik Sangat baik dan layak digunakan

Lembar Afektif Sangat baik dan layak digunakan Angket Siswa Sangat baik dan layak digunakan

2. Instrumen Penilaian Tes (tes hasil belajar kognitif)

Tes hasil belajar kognitif berupa soal pilihan ganda, dengan analisis berdasarkan validitas butir soal. Komponen validitas butir soal dijabarkan sebagai berikut:

a. Daya Beda

Arikunto (2012:228) daya beda dihitung menggunakan rumus:

Keterangan: D : Daya Beda

Ba : banyaknya jawaban benar pada kelompok atas Bb : banyaknya jawaban benar pada kelompok bawah Ja : banyaknya peserta kelompok atas

Jb : banyaknya peserta kelompok bawah

Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda Soal

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek Jelek Cukup

Baik Sangat baik

(47)

dibagi 2 dengan bobot yang sama menjadi soal A dan B. Deskripsi hasil analisis daya beda soal yang telah diujicobakan disajikan dalam Tabel 3.5. Data analisis butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 untuk soal A dan Lampiran 15 untuk soal B.

Tabel 3.5 Hasil Analisis Daya Beda Soal

Kriteria Soal A Soal B

Sangat Jelek

3 (1 soal) -

Jelek 4, 9, 17, 20 (4 soal) 1,12 (2 soal)

Cukup 5, 7, 15, 16, 19 (5 soal) 3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,16,18,19,20 ( 15 soal)

Baik 1,2,6,8,10,11,12,13,14,18 (10 soal)

2,15,17 (3 soal)

Baik Sekali - -

b. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar (Arikunto, 2012:222). Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran ini dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Suatu soal memiliki indeks 0,00 artinya bahwa soal terlalu sukar, dan sebaliknya jika soal memiliki indeks 1,00 artinya bahwa soal tersebut terlalu mudah. Tingkat kesukaran dihitung menggunakan rumus Arikunto (2012:223) :

Keterangan:

P : tingkat kesukaran

(48)

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval P Kriteria

P = 0,00

0,00 < P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70 0,70 < P ≤ 1,00

P = 1,00

Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah

Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 38 siswa kelas XI-TMO untuk soal pretes dan protes SMK Assalamah Pati diperoleh hasil analisis tingkat kesukaran soal yang diujicobakan. Soal yang diujicobakan berjumlah 40 soal yang dibagi 2 dengan bobot yang sama menjadi soal A dan B. Deskripsi hasil analisis daya beda soal yang telah diujicobakan disajikan dalam Tabel 3.7. Data analisis butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 untuk soal A dan Lampiran 15 untuk soal B.

Tabel 3.7 Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria Soal A Soal B

Terlalu mudah

-

Mudah 12,5,15,4,9 (5 soal) 9,16,18,5,10,13 (6 soal) Sedang 1,2,6,8,10,11,13,14,18,7,16,19,17,3

(14 soal)

1,2,3,4,6,7,8,11,12,14,15,17,19 (13 soal)

Sukar 20 (1 soal) 20 (1 soal)

Terlalu sukar

-

c. Validitas

(49)

Keterangan:

rpbis : koefisien korelasi point biserial

Mp : skor rata- rata kelas yang menjawab benar butir yang bersangkutan

Mt : skor rata- rata total

St : standar deviasi skor total

p : proporsi peserta yang menjawab benar butir yang bersangkutan q : 1- p

Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikasi (thitung)

dengan rumus:

Hasil perhitungan thitung kemudian dibandingkan dengan tTabel. Item- item yang

mempunyai thitung lebih besar dari tTabel merupakan item yang valid. sedangkan

yang kurang dari tTabel merupakan item yang tidak valid, sehingga perlu direvisi

atau tidak digunakan.

(50)
[image:50.595.116.446.246.548.2]

Tabel 3.8 Analisis Validitas Butir Soal

Valid Tidak Valid

Soal A 1,2,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,16,18,19 (15 soal)

4,9,17,20,3 (5 soal) Soal B 2,3,4,6,7,8,9,11,15,17,18,20

(12 soal)

5,16,10,13,14,19,1,12 (8 Soal)

d. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 menurut Arikunto (2012:115) yang dinyatakan dengan rumus:

Keterangan :

= Reliabilitas tes secara keseluruhan = Varians skor total

= = Rata – rata skor total = Jumlah butir soal

Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas Soal

Interval Kriteria

0,8 < r11≤1.0 Sangat tinggi

0,6 < r11≤ 0,8 Tinggi

0,4 < r11≤ 0.6 Cukup

0,2 < r11≤ 0,4 Rendah

r11≤ 0,2 Sangat rendah

(51)

Tabel 3.10 Analisis Reliabilitas Soal

Reliabilitas Kriteria

Soal A 0,75 0,6 < r11≤ 0,8 (tinggi

Soal B 0,74 0,6 < r11≤ 0,8 (tinggi)

3. Instrumen Penilaian Nontes

a. Lembar Observasi Psikomotorik

a) Validitas lembar observasi aspek psikomotorik

Instrumen penilaian lembar observasi psikomotorik menggunakan validitas isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli.

b) Reliabilitas lembar observasi aspek psikomotorik

Perhitungan reliabilitas lembar observasi psikomotorik menggunakan kesepakatan antar raters dengan rumus Spearman sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = jumlah objek yang diamati = jumlah varians beda butir

[image:51.595.181.438.592.680.2]

Nilai r11 yang didapat, disesuaikan dengan Tabel 3.11

Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik

Interval Kriteria

0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

(52)

Berdasarkan uji coba, diperoleh r11 lembar observasi diskusi sebesar 0,97

dan lembar psikomotorik sebesar 0,83. Berdasarkan Tabel 3.11 klasifikasi reliabilitas, lembar observasi diskusi tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Pada lembar observasi psikomotorik tersebut mempuyai reliabilitas sangat tinggi. Hal ini berarti kedua lembar observasi psikomotorik dan diskusi mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Data analisis reliabilitass lembar observasi psikomotorik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17 lembar diskusi dan Lampiran 18 untuk lembar observasi selama pembelajaran berlangsung.

b. Lembar Observasi Afektif

a) Validitas lembar observasi aspek afektif

Instrumen penilaian lembar observasi afektif menggunakan validitas isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dalam mengukur indikator yang diamati. Penentuan validasi non tes ditentukan oleh pakar ahli.

b) Reliabilitas lembar observasi aspek afektif

Perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif menggunakan kesepakatan antar raters rumus Spearman sebagai berikut:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = jumlah objek yang diamati = jumlah varians beda butir

(53)
[image:53.595.182.441.101.185.2]

Tabel 3.12 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Afektif

Interval Kriteria

0,80 < r11≤ 1,0 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan uji coba, diperoleh r11 lembar observasi afektif sebesar0,98.

Berdasarkan Tabel klasifikasi reliabilitas, lembar observasi afektif tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Data analisis lembar observasi afektif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

c. Lembar Angket Siswa

Analisis tahap awal dari angket respon siswa adalah dengan menggunakan validas isi, dimana instrumen memiliki kesesuaian isi dengan indikator – indikator yang diamati. Validasi ini dilakukan oleh validator (pakar ahli). Reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus alpha Cronbach yaitu:

( Arikunto, 2006: 196)

Varians : Keterangan:

= reliabilitas instrumen = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek

(54)
[image:54.595.204.414.113.199.2]

Tabel 3.13 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Angket Siswa Inteval Kriteria

0,8 < r11≤1.0

0,6 < r11≤ 0,8

0,4 < r11≤ 0.6

0,2 < r11≤ 0,4

r11≤ 0,2

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Bedasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan r11 sebesar 0,5.

Jika dilihat berdasarkan Tabel klasifikasi reliabilitas, lembar angket siswa termasuk dalam kriteria cukup. Data analisis reliabilitas angket siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.

3.5.2 Analisis Tahap Akhir 3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data yang akan menentukan uji berikutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non-parametrik.

Pasangan hipotesis yang diuji:

Ho : data populasi berdistribusi normal

Ha : data populasi tidak berdistribusi normal

Rumus normalitas (Chi Kuadrat) menurut Sudjana (2005:273) sebagai berikut:

Keterangan:

χ2

: nilai chi kuadrat

(55)

: banyak kelas interval

Selanjutnya nilai χ2

hitung yang diperoleh dibandingkan antara nilai χ2Tabel dengan

derajat kebebasan (dk) = k-3 danα = 5%. Data yang diuji berdistribusi normal jika

χ2

hitung ≤ χ2Tabel.

Uji normalitas pada tahap akhir ini diambil dari nilai pretes dan postes. berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, didapat hasil seperti yang terlihat pada Tabel 3.14. Data uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 untuk uji normalitas pretes dan Lampiran 22 untuk uji normalitas postes.

Tabel 3.14 Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes

χ2

hitung χ2Tabel Keputusan

Pretes 2,86 7,81 Data terdistribusi normal

Postes 3,75 7,81 Data terdistribusi normal

Berdasarkan Tabel 3.14 dapat disimpulkan bahwa kedua data yang diambil dari nilai pretes dan postes berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik.

3.5.2.2Uji Ketuntasan Belajar Klasikal

Ketuntasan belajar kelas dihitung secara klasikal (keberhasilan kelas). Menurut Mulyasa (2002:99) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal:

Keterangan: n = jumlah seluruh

(56)

3.5.2.3Kategori Tingkat Keberhasilan Pembelajaran

[image:56.595.163.457.289.377.2]

Analisis tingkat keberhasilan pembelajaran digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi berbasis TIK dan Karakter. Kategori tingkat keberhasilan pembelajaran dilakukan pada nilai postesyang diperoleh setelah pembelajaran pada dengan kriteria seperti pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Keefektifan Pembelajaran Rentang Nilai Rata- rata Kriteria

85 – 100 Sangat efektif

75 – 84 Efektif

65 – 75 Cukup efektif

55 – 64 Kurang efektif

< 55 Tidak efektif

3.5.2.4Uji Peningkatan Hasil Belajar

Uji peningkatan hasil belajar digunakan untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah proses pembelajaran. Uji peningkatan hasil belajar belajar dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-tes). Hipotesis :

H0 : ada peningkatan hasil belajar signifikan

Ha : tidak ada peningkatan hasil belajar signifikan

Rumus yang digunakan : (Sudjana, 2005:242)

t

hitung

=

(57)

n = subjek pada sampel

Kriteria pengujian : H0 ditolak jika thitung> t(1-α) (n-1), yang artinya terjadi

peningkatan hasil belajar yang signifikan. (Sudjana, 2002:242)

Kemudian data dianalisis dengan uji normalized gain. Uji ini digunakan untuk mengetahui besar peningkatan nilai pretesdan postes. Rumus untuk menghitung N–gain rata-rata yaitu:

Kriteria tingkat pencapaian n-gain : 0,00 - 0,29 kategori rendah; 0,30 - 0,69 kategori sedang; 0,70- 1,00 kategori tinggi (Wiyanto dalam Suyanto dalam Romlah, 2013).

3.5.2.5Hasil Belajar Psikomotorik

Analisis hasil belajar psikomotorik dilakukan secara deskriptif melalui lembar observasi yang disediakan.Penilaian hasil belajar psikomotorik diukur melalui 5 aspek dengan menggunakan skala penilaian dari 1 hingga 4. Setelah skor dijumlahkan kemudian dibuat tabel klasifikasi seperti dibawah ini.

Tabel 3.16 Hasil Klasifikasi Skor Psikomotorik Skor Siswa Kriteria

17 – 20 Sangat baik

13 – 16 Baik

9 – 12 Cukup

5 – 8 Kurang

Tabel 3.17 Hasil Klasifikasi Skor Psikomotorik Tiap Aspek Skor Siswa Kriteria

> 78 Sangat baik

56 – 77 Baik

39 – 55 Cukup

(58)
[image:58.595.158.467.123.197.2]

Tabel 3.18 Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Rata – rata skor responden Kriteria Skor Akhir

76 – 100 Sangat Baik A

51 – 75 Baik B

26 – 50 Cukup C

1 – 25 Kurang D

3.5.2.6Hasil Diskusi

Analisis hasil diskusi dilakukan secara deskriptif melalui lembar observasi yang disediakan.Penilaian diskusi diukur melalui 9 aspek dengan menggunakan skala penilaian dari 1 hingga 3. Setelah skor dijumlahkan kemudian dibuat tabel klasifikasi seperti dibawah ini.

Tabel 3.19 Hasil Klasifikasi Skor Diskusi Skor Siswa Kriteria

22 – 27 Sangat baik

16 – 21 Baik

9 – 15 Cukup

Tabel 3.20 Hasil Klasifikasi Skor Diskusi Tiap Aspek Skor Siswa Kriteria

> 39 Sangat baik

24 – 38 Baik

9 – 23 Cukup

3.5.2.7Hasil Belajar Afektif

(59)

Tabel 3.21 Hasil Klasifikasi Skor Afektif Skor Siswa Kriteria

39 – 48 Sangat baik

30 – 38 Baik

21 – 29 Cukup

12 – 20 Kurang

Tabel3.22 Hasil Klasifikasi Skor Afektif Tiap Aspek Skor Siswa Kriteria

> 78 Sangat baik

56 – 77 Baik

39 – 55 Cukup 22 – 38 Kurang

Tabel 3.23 Kriteria Hasil Belajar Afektif

Rata – rata skor responden Kriteria Skor Akhir

76 – 100 Sangat Baik A

51 – 75 Baik B

26 – 50 Cukup C

1 – 25 Kurang D

3.5.2.8Hasil Respon Siswa

Analisis keefektifan angket respon siswa dilakukan secara deskriptif melalui lembar angket yang disediakan. Penilaian hasil respon siswa diukur melalui 8 aspek dengan menggunakan skala penilaian dari 1 hingga 4. Skala 1 menunjukkan gradasi paling rendah yaitu sangat tidak setuju (STS), skala 2 menunjukkan gradasi yang lebih tinggi dari STS yaitu tidak setuju (TS), skala 3 menunjukkan gradasi yang lebih tinggi dari TS yaitu setuju (S), dan skala 4 menunjukkan gradasi yang paling tinggi yaitu sangat setuju (SS). Hasil analisis skor yang didapat kemudian disesuaikan dengan Tabel 3.24.

Tabel 3.24 Kriteria Rata- rata Skor Angket Tanggapan Siswa

Rentang Kriteria

26 – 32 Sangat tinggi

(60)

14 – 19 Sedang

8 – 13 Rendah

3.5.2.9Karakter yang Ditanamkan

Analisis hasil karakter yang diharapkan muncul selama pembelajaran berlangsung dilakukan secara deskriptif melalui lembar observasi yang disediakan. Penilaian karakter diukur melalui 8 aspek dengan menggunakan skala penilaian dari 1 hingga 4. Hasil analisis skor yang didapat kemudian disesuaikan dengan tabel kriteria dibawah ini.

Tabel 3.25 Kriteria Rata- rata Skor Karakter Siswa

Rentang Kriteria

23 – 28 Sangat baik

18 – 22 Baik

13 – 17 Cukup

7 – 12 Kurang

Tabel 3.26 Klasifikasi Skor Nilai Karakter Tiap Aspek Skor Karakter Kriteria

> 78 Sangat baik

56 – 77 Baik

39 – 55 Cukup

(61)

BAB 4

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di SMK Assalamah Pati, pada kompetensi Konsep Mol pada kelas X-TMO diperoleh data sebagai berikut:

Data yang digunakan yaitu data hasil belajar dengan instrumen tes, yaitu pada pretes dan postes. Hasil analisis disajikan dalam Tabel 4.1. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

Tabel 4.1 Hasil Belajar Pretes Dan Postes Siswa

N Rata- rata Sd Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Pretes 22 34,5 11,13 50 15

Postes 22 79,1 9,78 95 60

(Sumber: Data yang diolah) 4.1.1 Analisis Data

Uji tahap ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Data yang digunakan pada analisis yaitu data nilai postesdan data gain

(62)

4.1.1.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau nonparametrik. Hasil uji normalitas data postes hasil belajar kognitif χ2hitung sebesar 3,75 dan χ2

Tabelsebesar 7,81. Karena χ2hitung< χ2Tabel, maka keputusan yang

diambil yaitu H0 diterima dan disimpulkan bahwa data postesberdistribusi

normal, sehingga uji selanjutnya memakai statistika parametrik. Data selegkapanya untuk uji normalitas postes ada pada Lampiran 23.

4.1.1.2 Ketuntasan Klasikal

Uji ketuntasan belajar klasikal dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mencapai keberhasilan kelas. Hasil uji ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Jumlah

Siswa

Rata- rata Postes

Jumlah siswa Tuntas

Jumlah Siswa Tidak Tuntas

Kriteria

22 79,1 20 2 Tuntas

(Sumber: data yang diolah)

Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas telah mencapai ketuntasan belajar klasikal karena 90% siswa yang tuntas yaitu 20 dari 22 siswa. Data selengkapnya uji ketuntasan klasikal dapat dilihat pada Lampiran 25.

4.1.1.3 Kategori Tingkat Keberhasilan Pembelajaran

(63)

Tabel 4.3 Kategori Tingkat Keefektifan Pembelajaran No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Keterangan

1 85 – 100 Sangat tinggi 8 Nilai rata-rata postes kelas yaitu 79,1.

Keberhasilan pembelajaran termasuk

kategori tinggi.

2 75 – 84 Tinggi 8

3 65 – 74 Cukup 5

4 55 – 64 Kurang 1

5 < 55 Tidak efektif

-(Sumber: data yang diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan kesimpulan bahwa keberhasilan pembelajaran termasuk dalam kategori keefektifan tinggi yang ditandai dengan nilai rata- rata postes yang mencapai angka 79,1. Data rata-rata nilai postes dapat dilihat pada Lampiran 24.

4.1.1.4 Keefektifan Pembelajaran

Tingkat keefektifan pembelajaran dilihat melalui hasil belajar siswa yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa

Hasil Belajar Rata-rata Nilai Siswa Kategori

Nilai Pretes 34,5 -

Nilai Postes 79,1 -

Gain (selisih) 45,5 -

Ketuntasan Klasikal 20 siswa Tinggi

Nilai Psikomotorik 13 Tinggi

Nilai Diskusi 18 Tinggi

Nilai Afektif 31 Tinggi

Tabel 4.5 Keefektifan Pembelajaran

Indikator Skor Tingkat pencapaian

Rata- rata hasil belajar kognitif 79,1 Lebih dariKKM 70 Ketuntasan klasikal 20 siswa Lebih dari 18 siswa Rata- rata hasil belajar psikomotorik 13 Tinggi

(64)

4.1.1.5Uji Peningkatan Hasil Belajar

[image:64.595.116.511.233.295.2]

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas setelah dilakukan pembelajaran. Data yang digunakan yaitu data gain (selisih antara nilai pretesdengan nilai postes). Hasil uji peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar Rata- rata

Gain

SD thitung tTabel Kriteria <g> Kriteria

44,5 5,096 40,99 1,72 Ada

peningkatan

0,68 Cukup (Sumber: data yang diolah)

Berdasarkan hasil uji peningkatan hasil belajar diperoleh peningkatan hasil belajar yang signifikan karena thitung lebih besar dari tTabel, maka dapat disimpulkan

bahwa setelah proses pembelajaran terjadi peningkatan yang signifikan. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai gain sebesar 0,68.Hal ini berartikelas mempunyai tingkat peningkatan belajar dengan kategori sedang.Hasil perhitungan uji thitung yaitu sebesar 9,37 dan ttabel sebesar 2,02. Ini berarti bahwapeningkatan

yang terjadi secara signifikan karena thitung > ttabel. Data selengkapnya untuk uji

peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada Lampiran 26 dan Lampiran 28. 4.1.3 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik dan Afektif 4.1.3.1 Hasil Belajar Psikomotorik

(65)
[image:65.595.105.533.586.721.2]

observasi. Observasi dilakukan oleh teman sekelompoknya masing- masing dengan bergantian setiap pertemuan.

Tabel 4.7 Skor Psikomotorik Tiap Aspek

Aspek yang Diamati Skor Kriteria

Persiapan Materi dan Bahan Diskusi 52,75 Cukup

Kerjasama 63,75 Baik

Menyimpulkan Hasil diskusi 57 Baik

Mengkomunikasikan hasil diskusi 57,75 Baik

Pengumpulan laporan Akhir 61,75 Baik

(Sumber: data yang diolah)

BerdasarkanTabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa 5 aspek yang dihitung terdiri dari empat aspek psikomotorik selama proses pembelajaran berlangsung mempunyai kriteria tinggi, dan satu aspek dengan kriteria cukup. Hal ini berarti seluruh aspek mendapatkan skor yang cukup baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29.

Hasil belajar psikomotorik siswa tidak hanya dihitung selama proses pembelajaran berlangsung, melainkan ketika proses diskusi berlangsung. Lembar penilaian diskusi terdiri dari 9 aspek dengan rentang skor masing- masing aspek 1 sampai 3. Observasi dilakukan oleh teman sekelompoknya, akan tetapi teman yang mengamati sama setiap pertemuan karena tidak semua aspek yang diamati ada pasa setiap pertemuan.

Tabel 4.8 Skor Diskusi Tiap Aspek

Aspek Diskusi yang Diamati Skor Ketegori Membuka dengan mengemukakan masalah dan tujuan 45 Sangat Baik

Mengalokasikan waktu 43 Sangat baik

Memberi kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan pikiran

54 Sangat baik Membuat catatan- catatan singkat pada akhir diskusi 48 Sangat baik

Turut mengambil bagian dalam diskusi 58 Sangat baik

Berbicara setelah dipersilakan ketua dengan penyampaian yang tepat dan tegas

(66)

Bertindak dengan sopan santun dan bijaksana 40 Sangat baik

Memahami pendapat orang lain 49 Sangat baik

Menjaga minat para peserta tetap besar dan diskusi tetap kondusif 31 Baik (Sumber: data yang diolah)

BerdasarkanTabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa dari 9 aspek yang dinilai, tujuh aspek diskusi mempunyai kriteria sangat baik, dan dua aspek dengan kriteria baik. Hal ini berarti seluruh aspek mendapatkan rata- rata skor yang sangat baik. Data selengkapnya untuk skor diskusi dapat dilihat pada Lampiran 30.

4.1.3.2 Hasil Belajar Afektif

[image:66.595.125.498.369.567.2]

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Observasi dilakukan oleh teman sekelompoknya dengan cara bergantian setiap pertemuan.

Tabel 4.9Skor Afektif Tiap Aspek

Aspek yang Diamati Skor Kriteria

Aktif 58,75 Baik

Bekerjasama 59 Baik

Rasa Ingin Tahu 57 Baik

Tanggung Jawab 57,75 Baik

Kritis 56,5 Baik

Percaya Diri 61,5 Baik

Demokrasi 54 Cukup

Terampil 59 Baik

Mengemukakan Pendapat 53,75 Cukup

Memperhatikan penjelasan orang lain 55,25 Cukup

Berpatisipasi dalam diskusi 56,5 Baik

Menyelesaikan tugas kelompok 53,5 Cukup

(Sumber: data yang diolah)

(67)

4.1.3.3 Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa

[image:67.595.109.508.288.640.2]

Rata-rata hasil angket tanggapan siswa sebesar 84,52. Hal ini berarti sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran berbasis TIK dan karakter dengan enggunakan metode diskusi. Angket berisi 8 pertanyaan tanggapan siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK dan karakter dengan menggunakan metode diskusi kompetensi konsep mol dan konsep mol dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10Skor Angket Tanggapan Siswa

Pernyataan SS S TS STS

Saya merasa senang dan termotivasi mengikuti pembelajaran kimia kompetensi konsep mol

9 13 0 0

Saya lebih mudah memahami materi konsep mol yang disampaikan dengan bantuan materi yang saya dapat dari internet

5 17 0 0

Saya lebih percaya diri untuk membuat pertanyaan karena saya mempunyai materi yang saya dapatkan dari internet

9 13 0 0

Saya lebih kritis menanggapi pertanyaan/masalah yang ada selama perbelajaran berlangsung

7 15 0 0

Saya menjadi lebih suka mempelajari kimia setelah mengikuti pembelajaran dengan mencari materi di internet

6 16 0 0

Setelah mengikuti pembelajaran, saya menyadari bahwa membaca dari berbagai sumber itu sangat penting dan bel

Gambar

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter (Kurniawan, 2013:41)
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Tabel 3.8 Analisis Validitas Butir Soal
Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, menurut Taniredja (2011) metode ceramah juga memiliki banyak kelemahan yaitu: (1) Komunikasi yang terjadi hanya satu arah, akibatnya siswa menjadi pasif

Kompres hangat adalah suatu tindakan pemberian kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi nyeri dan mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot

Mata kuliah Farmakokimia I berisi tentang aspek fisikokimia obat dalam hubungannnya dengan aktifitasnya, aspek kimia dari absorpsi, distribusi, dan ekskresi obat , aspek kimia

Hasil Perkitungan Koefisien Rekakiktas Variakel Pengalaman Pelatikan (SPSS) dengan Metode.

Dari definisi diatas, dapat diketahui perbedaan antara iklan dan periklanan, yaitu iklan lebih mengacu pada segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang

Antarmuka Bus CPU-Memory dan Memory-mapped I/O @2011,Eko Didik Widianto Antarmuka Bus CPU Bus Mikrokomputer Parameter Pewaktuan dan Siklus. Operasi Read

(3) Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Energi, dan Sumber Daya Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IX.A yang

Penelitian sebelumnya menunjukkan masih adanya perbedaan hasil penelitian tentang hubunganPendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah pada Indeks Pembangunan