• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas jaringan akses

KONSTRUK INDIKATOR NILA

4.6. Hasil Consumer Decision Model dengan Impulse Buying

Setelah mengetahui efektivitas iklan televisi mobile broadband Smartfren serta berhasil mengetahui jalur yang signifikan dalam mengahantarkan pesan iklan dalam bentuk informasi iklan dari media televisi menuju pembelian nyata baik secara langsung maupun melalui pembentukkan niat beli terlebih dahulu. Ingin diketahui apakah ada impulse buying yang bekerja selain evaluasi Consumer Decision Model (CDM) yang memetakan pikiran konsumen sehingga iklan efektif hingga pembelian nyata. Gambar 26 adalah modifikasi Consumer Decision Model (CDM) untuk menguji keberadaan impulse buying.

Model dimodifikasi dengan menambahkan garis regresi dari variabel pesan iklan (F) langsung menuju variabel niat beli (I) yang akan diteruskan kepada variabel pembelian nyata (P). Modifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui adakah impulse buying yang mempengaruhi pesan iklan dalam hal ini iklan televisi versi “I Hate Slow” langsung kepada niat beli mobile broadband Smartfren yang diharapkan berlanjut kepada pembelian nyata.

Gambar 26. Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-I-P (Data Diolah, 2012)

1. Evaluasi outer model CDM dengan impulse buying (F-I-P)

Seperti pada proses-proses pengolahan dengan menggunakan SmartPLS sebelumnya, dilakukan evaluasi outer model dengan menghapus loading factor yang bernilai < 0,7 sehingga tersisa beberapa indikator saja yang mampu mereflektifkan masing-masing laten dalam model tersebut, terlihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Hasil Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F- I-P setelah didrop (Data Diolah, 2012)

Setelah seluruh indikator memiliki nilai factor loading >0,7 maka didapat informasi tentang indikator yang paling mereflektifkan dari masing-masing laten, dapat dilihat dalam Tabel 14.

Tabel 14. Nilai tertinggi interrelasi indikator dengan laten CDM dengan Impulse Buying (F-I-P)

LATEN Nilai interelasi reflektif tertinggi

Pesan iklan (F) F3 Merek 0,813

Merek (B) B3 Merek 0,851

Kepercayaan konsumen (C) C3 Merek 0,825 Sikap konsumen (A) A3 Merek 0,849

Niat beli (I) I3 Merek 0,824

Pembelian nyata (P) P2B Kesan 0,877 Sumber: Data Olah (2012)

Dapat diketahui dari Tabel 14 bahwa sebagian besar tahapan dari

Consumer Decision Model (CDM) dipengaruhi oleh merek Smartfren yang dapat dikatakan baru dalam industri mobile broadband. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam industri tersebut konsumen menantikan adanya produk baru yang dapat memberikan layanan internet yang lebih handal dibandingkan produk sejenisnya yang terlebih dahulu memasuki industri.

2. Evaluasi inner model CDM dengan impulse buying (F-I-P)

Setelah melakukan evaluasi outer model maka dilakukan evaluasi

inner model untuk mengetahui hubungan antar variabel laten baik berupa variansi maupun koefisien serta jalur yang signifikan. Dari Gambar 27, terlihat nilai variansi sebagai hubungan antar variabel laten. Hasil empiris dari pengujian model menunjukkan bahwa pesan iklan (F) dapat menjelaskan variansi pengenalan merek (B) sebesar 57,1% dan sisanya sebesar 42,9% dijelaskan oleh variabel lain. Variansi kepercayaan konsumen (C) dapat dijelaskan oleh pesan iklan (F) dan pengenalan merek (B) sebesar 49,3% dan sisanya dijelaskan sebesar 50,7% dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan untuk variansi sikap konsumen (A) dapat dijelaskan oleh variabel pesan iklan (F) dan variabel pengenalan merek (B) sebesar 35,1% dan sisanya sebesar 64,9% dijelaskan oleh variabel lain.

Variansi niat beli konsumen (I) dapat dijelaskan oleh variabel pesan iklan (F), pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), dan sikap konsumen (A) sebesar 28,4% dan sisanya sebesar 71.6% dijelaskan oleh variabel lain. Variabel pesan iklan (F), pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), sikap konsumen (A), dan niat

beli (I) dapat menjelaskan variansi pembelian nyata (P) sebesar 20,6% oleh dan sisanya sebesar 79,4% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 15 memperlihatkan hasil secara statistik yang diperoleh dengan pengolahan menggunakan SmartPLS untuk melakukan evaluasi inner model berupa koefisien dan signifikasi jalur yang efektif.

Tabel 15. Path Coefficients CDM dengan Impulse Buying (F-I-P)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) A -> I 0.458989 0.450356 0.123565 0.123565 3.714564 B -> A 0.356198 0.343564 0.148015 0.148015 2.406494 B -> C 0.475809 0.458635 0.14031 0.14031 3.391141 C -> I 0.076614 0.089771 0.171189 0.171189 0.44754 F -> A 0.275136 0.307307 0.129945 0.129945 2.11732 F -> B 0.755501 0.74994 0.056921 0.056921 13.27276 F -> C 0.269292 0.283998 0.125119 0.125119 2.152282 F -> I 0.026812 0.02993 0.152082 0.152082 0.176303 I -> P 0.454144 0.460404 0.084891 0.084891 5.349748 Sumber : Data Olah (2012)

Pada Tabel 15 terlihat bahwa pesan iklan (F) memiliki pengaruh positif langsung terhadap pengenalan merek (B) memiliki nilai koefisien jalur sebesar 0,756 dan signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Selain itu pesan iklan (F) juga memiliki pengaruh positif langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A). dengan nilai koefisien masing-masing 0,269 dan 0,275 dengan nilai signifikan keduanya pada p ≤ 0,05 (T statistic > T tabel 1,96). Pesan Iklan (F) juga mempunyai pengaruh positif tidak langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A) masing-masing sebesar 0,360 dan 0,269. Pengenalan merek (B) memiliki pengaruh positif langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dengan nilai koefisien 0,476 dan signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Pengenalan merek (B) memiliki pengaruh positif langsung terhadap sikap konsumen (A) dengan nilai koefisien 0,356 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (T statistic > T tabel 1,96). Kepercayaan konsumen (C) memiliki pengaruh positif langsung terhadap niat beli (I) dengan nilai koefisien 0,077 namun tidak signifikan karena T statistic < T tabel 1,96 atau dapat dikatakan tidak

efektif. Sikap konsumen (A) mempunyai pengaruh positif langsung terhadap niat beli (I) dengan nilai koefisien 0,459 serta signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Niat beli (I) memiliki pengaruh positif langsung terhadap pembelian nyata (P) dengan nilai koefisien sebesar 0,454 serta signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Jalur-jalur signifikan sejauh ini sama dengan evaluasi pada

consumer decision model sebelum modifikasi, adapun jalur hasil modifikasi antara pesan iklan (F) dengan niat beli (I) memiliki koefisien 0,027 namun tidak signifikan T statistic > T tabel 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat impulse buying. Dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Hasil bootsrapping Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-I-P (Data Diolah, 2012)

Terlihat dari gambar di atas bahwa Impulse buying tidak efektif Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 29 yang merupakan penyederhanaan dari gambar sebelumnya.

Gambar 29. Evaluasi jalur Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-I-P (Data Diolah, 2012)

Tidak Berpengaruh TidakBerpengaruh P I C B A F

Perhatikan gambar tersebut, terlihat bahwa jalur impulse buying

dari pesan iklan (F) menuju niat beli (I) tidak signifikan sehingga tidak mampu mengahantarkan sampai kepada pembelian nyata (P). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi impulse buying melalui niat beli (I) setelah menyaksikan iklan televisi mobile broadband Smartfren versi “I

Hate Slow”.

Gambar 30 menunjukan Consumer Decision Model (CDM) yang telah dimodifikasi untuk menguji adanya keberadaan impulse buying

secara langsung dari pesan iklan (F) menuju pembelian nyata (P), tanpa mengalami beberapa evaluasi yang mendalam. Berikut ini adalah gambar dari consumer decision model yang telah dimodifikasi:

Gambar 30. Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-P (Data Diolah, 2012)

Model dimodifikasi dengan menambahkan garis regresi dari variabel pesan iklan (F) langsung menuju variabel pembelian nyata (P). Modifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui keberadaan impulse buying yang mempengaruhi pesan iklan dalam hal ini iklan televisi versi “I Hate Slow” langsung tanpa melalui tahapan consumer decision model

bahkan tanpa niat beli sekalipun.

3. Evaluasi outer model CDM dengan impulse buying (F-P)

Evaluasi outer model dilakukan dengan menghapus loading factor

yang bernilai < 0,7 sehingga tersisa beberapa indikator saja yang betul- betul mampu mereflektifkan masing-masing laten dalam model yang telah dimodifikasi tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Hasil Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F- P setelah didrop (Data Diolah, 2012)

Setelah seluruh indikator memiliki nilai factor loading > 0,7 maka dapat diketahui indikator yang paling mereflektifkan dari masing- masing laten, sebagai berikut:

Tabel 16. Nilai tertinggi interrelasi indikator dengan laten CDM dengan Impulse Buying (F-P)

LATEN Nilai interelasi reflektif tertinggi

Pesan iklan (F) F3 Merek 0,882

Merek (B) B3 Merek 0,876

Kepercayaan konsumen (C) C3 Merek 0,885 Sikap konsumen (A) A2B Kesan 0,812 Niat beli (I) I3 Merek 0,818 Pembelian nyata (P) P2B Kesan 0,875 Sumber: Data Olah (2012)

Tabel 16 menyatakan bahwa secara umum tahapan dari consumer decision model dipengaruhi oleh merek Smartfren dan kesan iklan yang mudah dimengerti. Hal ini mengindikasikan iklan versi “I Hate Slow” tersebut mampu mengemas pesan sehingga mudah dimengerti konsumen dan membantu dalam memperkenalkan merek Smartfren yang tergolong baru. Hal tersebut mendorong konsumen untuk ingin mencoba mobile broadband Smartfren yang tergolong baru karena seperti dalam iklannya yang sederhana, Smartfren ingin menjadi solusi dari masalah lambannya akses internet.

4. Evaluasi inner model CDM dengan impulse buying (F- P)

Setelah melakukan evaluasi outer model maka dilakukan evaluasi

inner model untuk mengetahui hubungan antar variabel laten baik berupa jalur signifikan, koefisien maupun variansi yang ditimbulkan.

Dari Gambar 31, terlihat nilai variansi sebagai hubungan antar variabel laten. Hasil empiris dari pengujian model menunjukkan bahwa pesan iklan (F) dapat menjelaskan variansi pengenalan merek (B) sebesar 42,7% dan sisanya sebesar 57,3% dijelaskan oleh variabel lain. Variansi kepercayaan konsumen (C) dapat dijelaskan oleh pesan iklan (F) dan pengenalan merek (B) sebesar 45,8% dan sisanya sebesar 54,2% dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan untuk variansi sikap konsumen (A) dapat dijelaskan oleh variabel pesan iklan (F) dan variabel pengenalan merek (B) sebesar 40,8% dan sisanya sebesar 59,2% dijelaskan oleh variabel lain. Variansi niat beli konsumen (I) dapat dijelaskan oleh variabel pesan iklan (F), pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), dan sikap konsumen (A) sebesar 31% dan sisanya sebesar 69% dijelaskan oleh variabel lain. Variabel pesan iklan (F), pengenalan merek (B), kepercayaan konsumen (C), sikap konsumen (A), dan niat beli (I) dapat menjelaskan variansi pembelian nyata (P) sebesar 28,3% oleh dan sisanya sebesar 71,7% dijelaskan oleh variabel lain.

Tabel 17 memperlihatkan hasil secara statistik yang diperoleh dengan pengolahan menggunakan SmartPLS untuk melakukan evaluasi

inner model berupa koefisien dan signifikasi jalur yang efektif.

Tabel 17. Path Coefficients CDM dengan Impulse Buying (F- P)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) A -> I 0.511046 0.52864 0.123697 0.123697 4.131426 B -> A 0.442083 0.43165 0.114112 0.114112 3.874114 B -> C 0.435217 0.421784 0.123623 0.123623 3.520508 C -> I 0.063096 0.063445 0.136563 0.136563 0.46203 F -> A 0.255308 0.258767 0.12378 0.12378 2.062601 F -> B 0.653673 0.672163 0.065912 0.065912 9.917378 F -> C 0.306603 0.323463 0.112436 0.112436 2.726916 F -> P 0.281615 0.289253 0.077406 0.077406 3.63814 I -> P 0.379856 0.371243 0.097645 0.097645 3.890173 Sumber : Data Olah (2012)

terlihat bahwa pesan iklan (F) memiliki pengaruh positif langsung terhadap pengenalan merek (B) memiliki nilai koefisien jalur sebesar

0,654 dan signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Selain itu pesan iklan (F) juga memiliki pengaruh positif langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A). dengan nilai koefisien masing-masing 0,307 dan 0,255 dengan nilai signifikan keduanya pada p ≤ 0,05 (T statistic > T tabel I,96). Pesan Iklan (F) juga mempunyai pengaruh positif tidak langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dan sikap konsumen (A) masing-masing sebesar 0,284 dan 0,289. Pengenalan merek (B) memiliki pengaruh positif langsung terhadap kepercayaan konsumen (C) dengan nilai koefisien 0,435 dan signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Pengenalan merek (B) memiliki pengaruh positif langsung terhadap sikap konsumen (A) dengan nilai koefisien 0,442 dan signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Kepercayaan konsumen (C) memiliki pengaruh positif langsung terhadap niat beli (I) dengan nilai koefisien 0,063 namun tidak signifikan karena T statistic < T tabel 1,96 atau dapat dikatakan tidak efektif. Sikap konsumen (A) mempunyai pengaruh positif langsung terhadap niat beli (I) dengan nilai koefisien 0,511 serta signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Niat beli (I) memiliki pengaruh positif langsung terhadap pembelian nyata (P) dengan nilai koefisien sebesar 0,380 serta signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93). Hubungan langsung hasil modifikasi antara pesan iklan (F) dengan pembelian nyata (P) memiliki koefisien 0,282 signifikan pada p ≤ 0,001 (T statistic > T tabel 2,93), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat

impulse buying. Lebih jelasnya perhatikan Gambar 32.

Gambar 32. Hasil bootsrapping Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-P (Data Diolah, 2012)

Dari hasil pendropan juga terlihat perbedaan indikator-indikator yang mereflektifkan masing-masing variabel laten dengan hasil pengolahan model sebelumnya. Pada model kali ini terdapat beberapa indikator yang sebelumnya tidak muncul antara lain, kesan internet cepat dengan sinyal yang kuat (F2A, B2A, A2A), namun indikator yang mereflektifkan paling tinggi di tiap variabel laten masih sama dengan sebelumnya yaitu merek mobile broadband Smartfren itu sendiri, direflektifkan dengan maskot “Kwik” yang mudah diingat. Dari Gambar 32 juga terlihat adanya impuls buying dari variabel pesan iklan (F) langsung menuju variabel pembelian nyata (P) untuk lebih jelasnya perhatikan gambar yang telah disederhanakan berikut ini:

Gambar 33. Evaluasi jalur Consumer Decision Model dengan Impulse Buying F-P (Data Diolah, 2012)

Gambar yang telah disederhanakan tersebut memperlihatkan bahwa

impulse buying secara efektif menghantarkan konsumen secara langsung untuk melakukan pembelian nyata (P) mobile broadband Smartfren setelah menyaksikan pesan iklan (F) dalam bentuk iklan televisi versi “I Hate Slow”. Hal tersebut terjadi walaupun tanpa evaluasi yang mendalam seperti tahapan Consumer Decision Model (CDM).

Setelah mengetahui hasil pengolahan Consumer Decision Model

(CDM) yang telah dimodifikasi dapat disimpulkan bahwa impulse buying terjadi pada kelompok yang berani mencoba hal baru, dalam hal ini mencoba membeli mobile broadband Smartfren dengan merek yang baru diharapkan dapat menjadi solusi berinternetan serta menawarkan

Tidak Berpengaruh TidakBerpengaruh P I C B A F

performa nyata yaitu internet menjadi solusi berinternetan dengan cepat dan sinyal yang kuat sebagaimana terkesan dalam iklan. Hal ini menyebabkan kelompok orang tersebut berani melakukan pembelian nyata terhadap mobile broadband Smartfren meskipun awalnya tidak mempunyai niat beli, hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan internet yang tinggi membuat konsumen mencari solusi internet yang cepat dengan menggunakan merek baru karena merek terdahulu dirasa tidak memberikan kepuasan bagi konsumen. Hal ini juga didukung oleh iklan yang direspon baik oleh konsumen dibarengi dengan penawaran harga

mobile broadband Smartfren maupun modem Smartfren yang jauh lebih murah dari pada para pesaingnya, yang memacu konsumen berani melakukan pembelian tanpa tahap evaluasi yang mendalam terlebih dahulu.

4.7. Analisis Diskriminan

Metode ini digunakan untuk menemukan fungsi diskriminan mahasiswa yang membeli dengan yang tidak membeli sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian nyata mobile broadband Smartfren, dengan mencari koefisien dan bobot faktor pada masing-masing kelas. Dalam penelitian kali ini analisis diskriminan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian baik menurut persepsi responden yang membeli maupun yang tidak membeli mobile broadband Smartfren meliputi pengaruh lingkungan (L), perbedaan individu (I), dan proses psikologi (P) yang dituangkan kedalam delapan belas pertanyaan. Uji diskriminan dilakukan dengan mengolah data menggunakan software MINITAB 14.

Data yang digunakan adalah sebanyak 100 responden yang merupakan mahasiswa yang pernah menyaksikan iklan mobile broadband Smartfren

versi “I Hate Slow” baik yang melakukan pembelian maupun yang tidak melakukan pembelian. Data tersebut kemudian diubah dahulu kedalam bentuk data interval. Langkah awalnya yakni memeriksa penempatan klasifikasi responden untuk mengetahui apakah responden sudah berada di kelas atau karakteristik yang tepat atau tidak dengan menggunakan variabel-

variabel prediktor yang telah divalidasi sebelumnya. Penempatan klasifikasi 100 responden dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Penempatan klasifikasi 100 responden

Sumber : Data Olah (2012)

Tabel 18 menunjukkan hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis diskriminan. Bagian pertama menginformasikan bahwa metode yang digunakannya adalah metode linier dengan variabel yang digunakan adalah membeli atau tidak membeli. Variabel prediktor yang digunakan sebanyak delapan belas yang terdiri dari: Status Kemahasiswaan (LI), Saran dari Teman (L2), Kebiasaan Keluarga (L3), Lokasi Tempat Tinggal (L4), Wiraniaga / SPG (L5), Pengeluaran Perbulan (I1), Variasi Speed (I2), Harga Paket (I3), Kuota Akses(I4), Jaringan Akses (I5), Pengetahuan Atribut Produk (I6), Pengetahuan Tempat Pembelian (I7), Kepercayaan Merek (I8), Kepribadian (I9), Gaya Hidup (I10), Iklan (P1), Media Informasi Televisi (P2), dan Pengalaman Menggunakan Layanan Internet Sebelumnya (P3). Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa dari 100 data responden yang diinput dinyatakan sebanyak 38 responden adalah pembeli sedangkan 62 responden tidak membeli mobile broadband Smartfren.

Tabel 19. Penempatan misklasifikasi dengan 100 responden

Sumber: Data Olah (2012)

Summary of classification True Group Put into Group 0 1 0 45 13 1 17 25 Total N 62 38 N correct 45 25 Proportion 0.726 0.658

N = 100 N Correct = 70 Proportion Correct = 0.700 Discriminant Analysis: BELI/TIDAK versus L1, L2, ...

Linear Method for Response: BELI/TIDAK

Predictors: L1, L2, L3, L4, L5, I1, I2, I3, I4, I5, I6, I7, I8, I9, I10, P1, P2, P3

Group 0 1 Count 62 38

Pada Tabel 19 Terdapat perbedaan pada klasifikasi responden dari yang semula ditetapkan, bahwa hanya 45 responden yang idealnya memenuhi klasifikasi sebagai responden yang membeli dan 25 responden yang tidak membeli mobile broadband Smartfren. Perbedaan hasil tersebut disebut dengan istilah misklasifikasi. Misklasifikasi adalah suatu keadaan ketika seorang responden menyatakan masuk klasifikasi membeli namun setelah dianalisis nilai maksimumnya cenderung berada di kelompok klasifikasi tidak membeli, begitu pula sebaliknya. Ketidakcocokan klasifikasi ini terjadi karena variabel-variabel prediktor yang kurang signifikan dalam menjelaskan secara pasti kelas klasifikasi yang dimaksudkan, sehingga terjadi overlap pada sebaran normal mahasiswa. Pada kasus seperti ini perlu dilakukan penghapusan pada data responden yang mengalami misklasifikasi tersebut. Penghapusan tersebut dilakukan untuk mencapai nilai proportion correct mencapai 100%, sehingga mendapatkan persamaan fungsi yang paling tepat. Data 30 responden yang mengalami misklasifikasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penghapusan responden yang mengalami misklasifikasi dilakukan dari nomor urut paling bawah, karena baris pada MINITAB selalu berubah naik saat dilakukan penghapusan baris. Setelah data yang masuk misklasifikasi dihapus, jumlah data yang tersisa sebesar 70 data. Data tersebut kembali di

run, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Penempatan misklasifikasi dengan 70 responden

Sumber : Data Olah (2012)

terlihat bahwa masih terdapat perbedaan antara jumlah responden dengan jumlah N correct atau dapat dikatakan masih terdapat misklasifikasi sebanyak satu orang responden. Nomor urut responden yang mengalami misklasifikasi tersebut dapat dilihat dalam lampiran 4. Setelah melakukan penghapusan kembali terhadap responden tersebut, maka data kembali di

Summary of classification True Group Put into Group 0 1 0 44 0 1 1 25 Total N 45 25 N correct 44 25 Proportion 0.978 1.000

run dan akhirnya tidak lagi ditemukan misklasifikasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Klasifikasi responden sudah tepat

Sumber : Data Olah (2012)

Dari Tabel 21 terlihat bahwa dengan jumlah total responden sebanyak 69 responden diperoleh nilai proportion correct sebesar 100%, terdiri atas 44 responden yang masuk klasifikasi tidak membeli dan 25 masuk ke klasifikasi membeli broadband Smartfren. Diperoleh persamaan rumus diskriminan yang tepat untuk mengklasifikasikan antara kelompok yang membeli dan yang tidak membeli mobile broadband Smartfren, seperti terlihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai Linear Discriminant Function dengan 18 faktor

Sumber : Data Olah (2012)

Tabel 22 memperlihatkan nilai koefisien dan bobot dari masing- masing variabel prediktor yang menyusun fungsi diskriminan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Linear Discriminant Function for Groups 0 1 Constant -33.538 -40.669 L1 0.864 3.689 L2 0.678 6.477 L3 1.907 2.671 L4 1.004 -2.948 L5 1.967 5.455 I1 1.701 2.917 I2 0.237 0.461 I3 -0.739 -2.231 I4 3.563 2.153 I5 -0.571 -5.937 I6 2.390 3.237 I7 1.581 -0.941 I8 1.604 4.770 I9 -3.517 -4.923 I10 3.932 0.195 P1 3.291 -4.245 P2 1.895 8.254 P3 -0.207 4.253 Summary of classification True Group Put into Group 0 1 0 44 0 1 0 25 Total N 44 25 N correct 44 25 Proportion 1.000 1.000

1. Dk0 = -33.538 + 0,864 L1 + 0,678 L2 + 1,907 L3 + 1,004 L4 + 1,967 L5+ 1,701 I1 + 0,237 I2 – 0,739 I3 + 3,563 I4 – 0,571 I5 + 2,390 I6 + 1,581 I7 + 1,604 I8 – 3,517 I9 + 3,932 I10 + 3,291 P1 + 1,895 P2 –0,207 P3………..…..………….(5) 2. Dk1 = -40,669 + 3,689 L1 + 6,477 L2 + 2.671 L3 - 2.948 L4 + 5.455 L5+ 2.917 I1 + 0.461 I2 – 2.231 I3 + 2.153 I4 -5.937 I5 + 3.237 I6 - 0.941 I7 + 4.770 I8 - 4.923 I9 + 0.195 I10 - 4.245 P1 + 8.254 P2 + 4.253 P3……….………..………..…………(6) Keterangan:

Dk0 = Kelompok tidak membeli I4 = Kuota akses

Dk1 = Kelompok membeli I5 = Jaringan akses

L1 = Status kemahasiswaan I6 = Pengetahuan atribut produk L2 = Saran dari teman I7 = Pengetahuan tempat pembelian L3 = Kebiasaan keluarga I8 = Kepercayaan merek

L4 = Lokasi tempat tinggal I9 = Kepribadian L5 = Wiraniaga / SPG I10 = Gaya hidup I1 = Pengeluaran perbulan P1 = Iklan

I2 = Variasi speed P2 = Media informasi televisi I3 = Harga paket P3 = Pengalaman Menggunakan

Layanan Internet Sebelumnya Fungsi diskriminan tersebut di atas digunakan untuk mengklasifikasikan antara orang yang membeli atau tidak membeli mobile broadband Smartfren, proses klasifikasi dilakukan dengan memasukkan jawaban mereka seputar 18 faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian tersebut ke dalam dua fungsi tersebut. Selanjutnya proses penempatan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai maksimum antara dua fungsi tersebut, dalam hal ini orang tersebut akan dikategorikan dalam kelompok yang memberikan hasil nilai maksimum berdasarkan jawaban yang telah dimasukkan dalam fungsi diskriminan tersebut.

Setelah mendapatkan fungsi diskriminan di atas tanpa responden lagi yang mengalami misklasifikasi dilakukan analisis diskriminan kembali dengan metode stepwise menggunakan SPSS 16. Untuk memperoleh faktor- faktor yang paling mempengaruhi keputusan pembelian mobile broadband

Smartfren sehingga dengan adanya faktor-faktor tersebut saja sudah dirasa cukup untuk dapat mengklasifikasikan responden dengan tepat dalam

kelompok yang membeli dan tidak membeli mobile broadband Smartfren. Hasil stepwise terlihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil analisis diskriminan dengan Stepwise

Sumber : Data Olah (2012)

Data yang diolah pada analisis stepwise adalah data 69 responden yang tidak mengalami misklasifikasi pada analisis diskriminan sebelumnya dengan MINITAB 14. Tabel 23 memperlihatkan bahwa terjadi reduksi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Hasil stepwise

mengungkapkan dengan menggunakan sebelas dari delapan belas faktor sudah dirasa cukup untuk dapat mengklasifikasikan antara orang yang membeli dengan yang tidak membeli mobile broadband Smartfren. Setelah mendapatkan faktor-faktor tersebut maka langkah selanjutnya adalah kembali melakukan analisis diskriminan dengan software MINITAB 14, hal ini dillakukan untuk membuktikan ketepatan hasil tentang penentuan kesebelas faktor antara software SPSS dengan software MINITAB.

Hasil analisis diskriminan dengan MINITAB 14 kembali memperlihatkan bahwa dengan hanya menggunakan sebelas faktor yang diperoleh dari hasil stepwise terlihat sudah tidak ada misklasifikasi, hal ini membuktikan bahwa sebelas faktor tersebut saja sudah dapat

Classification Function Coefficients BELITIDAK 0 1 L1 1.485 3.651 L2 .081 5.160 L4 1.947 -1.398 L5 1.723 4.739 I5 2.738 -3.559 I7 1.719 -.425 I8 1.404 4.604 I10 3.314 -.346 P1 3.858 -2.824 P2 .401 5.804 P3 -.979 3.221 (Constant) -29.253 -33.338 Fisher's linear discriminant

mengklasifikasikan kelompok pembeli dan non-pembeli dengan tepat, lebih jelasnya perhatikan Tabel 24

Tabel 24 Analisis diskriminan 11 faktor dengan MINITAB

Sumber : Data Olah (2012)

Tabel 24 di atas memperlihatkan adanya reduksi fungsi diskriminan yang sebelumnya mencakup keseluruhan faktor (variabel prediktor) dengan

stepwise dibuat lebih sederhana hanya dengan sebelas faktor, yaitu sebagai berikut: 1. Dk0 = -28,560 + 1,485 L1 + 0,081L2 + 1,947L4 + 1,723 L5 + 2,738I5 + 1,719 I7 + 1,404I8 + 3,314 I10 + 3,858P1 + 0,401P2 – 0,979 P3……..……..………...…………(7) 2. Dk1 = -32,645 +3,651 L1 + 5,160 L2 -1,398 L4 + 4,739 L5 – 3,559 I5 - 0,425 I7 + 4,604 I8 - 0,346 I10 – 2,824 P1 + 5,804 P2 + 3,221 P3……..……..………...…………(8) Keterangan:

Dk0 = Kelompok tidak membeli I7 = Pengetahuan tempat pembelian

Dk1 = Kelompok membeli I8 = Kepercayaan merek

L1 = Status kemahasiswaan I10 = Gaya hidup L2 = Saran dari teman P1 = Iklan

L4 = Lokasi tempat tinggal P2 = Media informasi televisi L5 = Wiraniaga / SPG P3 = Pengalaman Menggunakan I5 = Jaringan akses Layanan Internet Sebelumnya

Predictors: L1, L2, L4, L5, I5, I7, I8, I10, P1, P2, P3 Group 0 1

Count 44 25 Summary of classification True Group Put into Group 0 1 0 44 0 1 0 25 Total N 44 25 N correct 44 25 Proportion 1.000 1.000

N = 69 N Correct = 69 Proportion Correct = 1.000 Linear Discriminant Function for Groups

0 1 Constant -28.560 -32.645 L1 1.485 3.651 L2 0.081 5.160 L4 1.947 -1.398 L5 1.723 4.739 I5 2.738 -3.559 I7 1.719 -0.425 I8 1.404 4.604 I10 3.314 -0.346 P1 3.858 -2.824 P2 0.401 5.804 P3 -0.979 3.221

Dari fungsi diskriminan yang telah diperoleh di atas dapat dijabarkan hal-hal sebagai berikut. Kelompok yang tidak membeli dipengaruhi adalah kelompok yang takut untuk mencoba hal baru seperti mobile broadband

Smartfren. Hal tersebut dipicu oleh berbagai faktor seperti gaya hidup dan statusnya sebagai mahasiswa mengarahkannya untuk memutuskan tidak membeli mobile broadband Smartfren, hal ini dikarenakan kelompok ini mempertimbangkan berbagai aspek seperti kepercayaan terhadap merek Smartfren yang tergolong baru, tempat pembelian produk, jaringan akses dan lokasi tempat tinggal yang membuatnya khawatir tidak akan mendapatkan koneksi internet seperti yang diumbar dalam iklan dan media informasi televisi, sehingga tetap tidak berhasil membuatnya melakukan pembelian nyata. Semakin ia mendengar saran dari teman dan wiraniaga ia semakin tidak tertarik membeli, meskipun pengalaman penggunaan layanan internet lain sebelumnya membuatnya ingin berpaling namun kepercayaannya masih lebih condong kepada merek mobile broadband atau layanan internet lain yang lebih senior.

Sedangkan kelompok yang membeli mobile broadband Smartfren adalah kelompok yang berani mencoba hal yang baru. Hal tersebut dipicu oleh berbagai faktor sebagai berikut, pengalaman menggunakan layanan internet atau mobile broadband lain sebelumnya membuatnya ingin berpaling kepada merek lain yang dapat memberikan koneksi internet yang cepat hal ini juga didorong statusnya sebagai mahasiswa yang mempunyai kebutuhan tinggi akan internet. Kelompok dalam klasifikasi ini terpengaruh dengan media informasi televisi sehingga menumbuhkan kepercayaan terhadap merek mobile broadband Smartfren meskipun banyak pertimbangan seperti lokasi tempat tinggalnya terhadap jaringan akses Smartfren yang tergolong baru, pengetahuan tempat pembelian, dan gaya hidupnya. Selain itu saran dari teman dan wiraniaga yang atraktif juga membuat kelompok ini melakukan pembelian nyata, hal ini dikarenakan teman dianggap sebagai orang terdekat yang tidak akan menjerumuskan

Dokumen terkait