• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pendataan sebaran spasial populasi rusa timor di Pulau Peucang yang dilakukan di lima wilayah pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah populasi rusa di masing-masing wilayah pengamatan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1dan Gambar 2.2. Dilihat dari sebaran populasi menurut waktunya, hasil pengamatan menunjukkan bahwa ada perbedaan pola sebaran jumlah populasi rusa di setiap lokasi pengamatan. Di wilayah PSG dan KRC pada sore hingga malam hari (14.00-21.00 WIB) ternyata rusa timor memiliki pola sebaran populasi yang relatif sama (Gambar 2.3).

Tabel 2.1 Hasil uji X2 pola sebaran spasial populasi rusa timor di Pulau Peucang berdasarkan tempat dan waktu (14.00 – 21.00 WIB)

PSG KIA CLC KRC GNC

Chi square 11.33 18.00 46.67 16.09 34.24

df 18 8 10 19 6

Asymp sig 0,880 0,021 0,000 0,651 0,000

PSG=Pasanggrahan, KIA=Kiara, CLC=Calingcing, KRC=Karang Copong, GNC= Gunung Calling

Daerah PSG yang merupakan daerah paling banyak ditemukan rusa berkumpul pada waktu sore hingga malam hari menjadi pembanding dengan daerah lain. Menggunakan uji Chi square, diketahui bahwa wilayah PSG dan KRC menunjukkan pola sebaran rusa yang sama (p > 0.05) dengan jumlah populasi rusa relatif stabil.

Gambar 2.2 Peta sebaran rusa dan pembagian wilayah lapangan (1. Pasanggrahan (PSG), 2. Kiara (KIA), 3. Cihanda rusa (CHR), 4. Calingcing (CLC), 5. Karang copong (KRC), 6.Gunung Calling (GNC),7. Legon Madura (LGM), 8. Legon kobak (LGK), 9. Ciapus (CIA), 10. Kapuk (KPK), 11. Cangcuit (CCU). Garis pantai warna merah curam, hijau landai berpasir putih, kuning pasir dan karang, hitam berkarang).

Hal ini memberi indikasi bahwa rusa timor di Pulau Peucang pada sore hingga malam hari lebih terkonsentrasi memanfaatkan areal padang rumput (PSG) dan hutan pantai (KCP) dibandingkan daerah lain. Apabila dibandingkan dengan wilayah lain yakni KIA, CLC, dan GNC, hasil uji X2 menunjukkan bahwa pola sebaran rusa timor di dua kelompok wilayah tersebut berbeda nyata (P <0.05).Kondisi ini dapat dimaknai bahwa wilayah KIA, CLC dan GNC lebih digunakan rusa timor sebagai tempat untuk mencari makan pada siang hari dan menjadi daerah lintasan rusa pada sore hari untuk menuju daerah PSG dan KCP sebagai tempat istirahat pada malam hari. Selain itu ketiga daerah tersebut juga diperkirakan sebagai daerah overlap dari kelompok populasi rusa PSG dan KCP dalam mencari makan. Dilihat dari pola sebaran rusa timor di Pulau Peucang menurut ruang (spatial) dan waktu, maka secara keseluruhan hasil pengamatan tersebut gambaran singkat dari pola sebarannya dapat direkap seperti disajikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Rekapitulasi pola sebaran populasi rusa timor di Pulau Peucang menurut ruang dan waktu

Waktu (WIB) Sebaran Spasial (Lokasi)

Pagi (05.00-11.00) Di sekitar pantai sebelah barat dan selatan yang memiliki

pantai datar dan sebagian menuju ke GNC

Siang (11.00-14.00) Menuju ke arah jalur patroli (tengah Pulau Peucang)

Sore (14.00-18.00) Di dataran tinggi GNC dan rusa bagian CLC menuju KRC,

sedang rusa CHR, KIA, dan CCU menuju padang rumput PSG

Malam-Dini Hari (19.00-04.00)

Lebih banyak terkonsentrasi di PSG dan KRC

Gambar 2.3 Pertambahan/pengurangan jumlah rusa persatuan waktu pada jam

14.00 – 19.00 (terbagi ke dalam sebelas termin waktu) di lima

wilayah pengamatan.

Hasil ini menunjukkan bahwa rusa di Pulau Peucang lebih sering ditemukan di habitat dataran rendah yakni KRC dan padang rumput. Sebagai satwa herbivora khususnya sebagai pemakan rumput (grasser) maka kebiasaan rusa timor berada di padang rumput merupakan salah satu karakter dasar bioekologi rusa sebagaimana dilaporkan oleh Kencana (2000) dan Pattisellano (2009).

3 4 4 11 5 4 5 2 15 0 4 4 1 18 1 4 5 0 11 2 6 5 4 5 2 10 3 0 12 0 13 4 2 12 2 28 2 3 10 6 19 3 5 7 0 20 3 16 13 1 22 7 11 18 1 PSG KIA CLC KRC GNC

Berdasarkan bentuk sebaran penggunaan ruang (spasial), hasil pengamatan menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang lebih cenderung memanfaatkan ruang di sebelah barat pulau (GNC) dibanding dengan bagian timur. Diduga pilihan penggunaan ruang ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni kondisi tutupan vegetasi dan luas areal terbuka (space). Wilayah barat Pulau Peucang memiliki vegetasi pohon tinggi dan besar seperti kiara (Ficus drupacea) yang membentuk kanopi yang lebar sebagai naungan dan membentuk ruang terbuka yang cukup luas di bagian bawahnya. Secara relatif kondisi di bawah tegakan pohon yang besar dan lebat dengan ruang yang cukup luas dan kelembaban udara yang cukup tinggi (60 – 80 %), menyebabkan tempat tersebut sangat baik, aman dan nyaman sebagai tempat istirahat pada siang hari bagi rusa untuk melakukan kegiatan memamah biak (proses pencernaan pakan), sedang wilayah timur Pulau Peucang yang kurang dipilih diduga karena kondisi vegetasinya relatif rapat yang didominasi oleh pohon berdiameter kecil sehingga relatif sulit bagi rusa untuk bergerak secara leluasa. Selain itu, kondisi lapisan tanah di daerah timur pulau ini sangat tipis dan didominasi batu karang yang relatif tajam dan keras, dengan kondisi seperti ini tidak aman dan nyaman bagi rusa untuk memanfaatkannya. Di daerah timur pulau hanya digunakan oleh rusa jantan sebagai daerah jelajah sementara karena ditemukan beberapa jejak rusa jantan berupa semak yang terpuntir akibat pelepasan lapisan tipis pada ranggah (velvet) pada masa perubahan dari ranggah muda menjadi ranggah keras di lokasi-lokasi pengamatan.

Berdasarkan bentuk sebaran spasialnya, hasil analisis data dengan uji Chi scuare (X2) menunjukkan bahwa secara umum bentuk sebaran spasial rusa timor Pulau Peucang di lima lokasi pengamatan adalah mengelompok (Tabel 2.3). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2008) di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP).

Tabel 2.3 Bentuk sebaran spasial rusa timor di Pulau Peucang di lima wilayah pengamatan

Ekosistem

Populasi χ²hitung χ²tabel

Bentuk Sebaran Frek ẍ S² IP χ² λ²=IP(n-1) λ²0.025 λ²0.975 PSG 33 12.12 131.98 10.89 11.33 348.44 31.53 8.23 Mengelompok KIA 33 4.12 6.86 1.66 18.00 53.26 17.53 2.18 Mengelompok CLC 33 4.39 41.81 9.52 46.68 304.48 20.48 3.25 Mengelompok KRC 33 11.97 40.84 3.41 16.09 109.19 32.85 8.91 Mengelompok GNC 33 1.88 5.67 3.02 34.24 96.61 14.45 1.24 Mengelompok

PSG=Pasanggrahan, KIA=kiara, CLC=Calingcing, KRC=Karang copong, GNC= Gunung calling

Strategi sebaran mengelompok pada rusa timor ini di Pulau Peucang diduga kuat berkaitan dengan strategi ekologi (ecological strategy) dari rusa untuk mencegah atau menghindari diri dari serangan predator sekaligus memaksimumkan pemanfaatan energi pada saat mencari makan. Indikasi dari hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa ketika rusa berada di padang rumput dan bertemu dengan pengunjung atau petugas yang memberikan pakan, maka sikap waspada dari kelompok rusa jelas terlihat, meskipun sebagian besar rusa yang diduga sudah adaptif setelah menunjukkan sikap waspada mengikutinya dengan memberikan respon mendekat ke petugas. Sebaliknya ketika pemberian pakan dilakukan di hutan maka tak satupun rusa mendekat. Meskipun secara umum diketahui bahwa di Pulau Peucang tidak terdapat predator yang bersifat

aktif seperti macan kumbang, namun fakta menunjukkan bahwa rusa timor di dalam hutan selalu menunjukkan sikap agresif terhadap kemungkinan adanya serangan predator. Ada beberapa predator pasif yang ditemukan di Pulau Peucang seperti ular sanca dan biawak. Selain strategi dalam pola sebaran berkelompok seperti diuraikan di atas, strategi persebaran berkelompok ini terutama pada malam hari di areal padang rumput yang terbuka juga diduga terkait dengan strategi memperkuat ikatan sosial antar kelompok-kelompok populasi rusa yang ada.

Berdasarkan jumlah anggota kelompok rusa menurut pola sebarannya di setiap lokasi pada malam hari, maka dari hasil pengamatan diketahui bahwa anggota kelompok rusa di setiap daerah sebarannya bersifat tidak permanen (tetap), artinya anggota kelompoknya dapat berganti-ganti meskipun tidak setiap hari. Hasil pengamatan di areal sebarannya, terutama untuk daerah Karang Copong (KRC) dan Pasanggrahan (PSG) sebagai habitat untuk tidur pada malam hari jumlah anggota kelompok rusa berganti, karena kadang bertambah dan kadang berkurang. Suatu saat anggota kelompok rusa di Pasanggrahan dapat berada di Karang Copong atau sebaliknya tergantung pada jarak terakhir keberadaan anggota kelompok rusa tersebut pada siang hari. Jika keberadaan rusa lebih dekat ke Karang Copong (KRC) maka menjelang malam anggota kelompok rusa tersebut cenderung bergerak menuju ke KRC, sebaliknya apabila keberadaannya lebih dekat ke Pasanggrahan (PSG), maka rusa akan bergerak ke arah PSG untuk dijadikannya sebagai areal istirahat (tidur). Fenomena ini dapat dimaknai sebagai bagian dari strategi ekologi rusa didalam mengefisiensikan penggunaan energinya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dilihat dari jarak habitat mencari makan (feeding ground) ke habitat untuk istirahat (tidur) yakni Karang Copong (KRC) di utara dan Pasanggrahan (PSG) di selatan sebenarnya hanya sekitar 3 km dengan luas areal 200 – 250 ha, sehingga sesungguhnya dalam pergerakan hariannya, rusa timor mampu mencapai daerah-daerah tersebut, namun untuk efisiensi energi rusa cenderung memilih habitat terdekat untuk berkumpul dan beristirahat (tidur). Implikasinya fakta lapang menunjukkan bahwa anggota kelompok rusa pada malam hari di kedua habitat istirahatnya (KRC dan PSG) bisa berubah-ubah (bergantian) atau bersifat tidak permanen. Sebagaimana diketahui, luas wilayah jelajah (home range) rusa timor (Rusa timorensis russa)

masing-masing untuk jantan dewasa 1531 ± 1143 ha, jantan remaja 513 ± 40 ha, betina dewasa 225 ± 178 ha dan remaja betina 117 ± 15 ha (Spaggiari & Garine-Wichatitsky 2006).

Kondisi Vegetasi Habitat Rusa Timor

Analisis vegetasi untuk mengidentifikasi kondisi vegetasi habitat rusa timor di Pulau Peucang dilakukan di dua lokasi yang diketahui sebagai habitat utama yang paling sering ditemukan rusa berkumpul pada malam hari, yakni Pasanggrahan (PSG) dan Karang Copong (KRC). Hasil analisis vegetasi bawah (padang rumput) yang diketahui sebagai pakan rusa timor di wilayah Pasanggrahan disajikan dalam Tabel 2.4. Gambaran kondisi padang rumput PSG dan pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 2.4. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa terdapat sembilan jenis vegetasi bawah dimana empat jenis diantaranya memiliki kerapatan relatif paling tinggi, berturut-turut dari yang

terbesar adalah jampang pait (Cynodon dactylon) (K=25.14%), mata kancil (23.46%), bulu mata munding (15.08%) dan meniran (12.85).

Tabel 2.4 Kerapatan vegetasi ekosistem padang rumput Pasanggrahan

No Nama daerah Nama ilmiah Famili KI (Indiv/ha) KR (%) 1 Jampang kawat Cynodon dactylon Graminae 28.125 25,14 2 Mata kancil Desmodium trifolium Poaceae 6.250 23,46 3 Bulu mata munding Fimbristylia miliaceae Cyperaceae 16.875 15,08 4 Meniran Phylanthus urinaria Euphorbiaceae 4.375 12,85 5 Kirapet Parameria laevigata Apicinaceae 3.750 12,29 6 Gewor Commelina benghalensis Commelinaceae 5.625 5,03 7 Dom-doman Chrysopogon aciculata Graminae 1.875 1,68 8 Babadotan Phychostria robusta Rubiaceae 625 0,56 9 Jampang pait Axonopus compressus Graminae 625 0,56

KI = kerapatan Individu, KR=kerapatan relatif

Hasil analisis vegetasi habitat rusa untuk ekosistem pantai Pasanggrahan diketahui setidaknya ada 10 jenis vegetasi yang membentuk ekosistem pantai, masing-masing dengan tingkat kerapatan berbeda-beda (Tabel 2.5). Jenis vegetasi yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah dari jenis pohon yakni nyamplung (Calophylum inophylum) yakni 68.421%, dan dari jenis tanaman merambat adalah katang-katang (Ipomoea pescaprase) 9.474%. Jenis vegetasi pantai yang diketahui menjadi sumber pakan rusa timor adalah daun pandan muda dan daun waru

Gambar 2.4 . Ekosistem padang rumput Pasanggrahan (kiri) dan Pantai Pulau Peucang (kanan)

Tabel 2.5 Kerapatan vegetasi tingkat semai di ekosistem pantai Pasanggrahan Pulau Peucang

Nama daerah Nama ilmiah Famili KI(indiv/ha) KR (%) 1. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 6.500 68,421 2. Katang-katang Ipomoea pescaprae Convolvulceae 900 9,474 3. Tarum Idigofera suffruticosa Fabaceae 800 8,421 4. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 500 5,263 5. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 200 2,105 6. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 200 2,105 7. Waru laut Hibiscus tiliaceus Malvaceae 100 1,053 8. Malapari Porgamia pinnata Fabaceae 100 1,053

9. Bakung Lilium sp Liliaceae 100 1,053

10. Bintaro Cerbera manghas Apocinaceae 100 1,053 Hasil analisis vegetasi untuk tingkat pancang, tiang dan pohon di ekosistem pantai Pasanggrahan, masing-masing disajikan pada Tabel 2.6, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8. Hasil identifikasi jenis vegetasi diketahui masing-masing untuk tingkat

pancang, tiang dan pohon berturut-turut ditemukan sebanyak 9 jenis, 7 jenis dan 7 jenis dengan tingkat kerapatannya yang berbeda-beda. Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa dari jenis-jenis vegetasi tersebut diantaranya diketahui sebagai jenis pakan rusa timor. Untuk tingkat pancang jenis vegetasi yang diketahui sebagai pakan rusa timor adalah pandan dan areay kacepot, sedangkan untuk tingkat tiang adalah jenis jambu kopo dan untuk tingkat pohon adalah waru

Tabel 2.6 Kerapatan vegetasi tingkat pancang ekosistem pantai Pasanggrahan Nama daerah Nama ilmiah Famili KI (indiv/ha) KR (%) 1. Laban laut Vitex regundo Verbenaceae 1.200 40,00 2. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 700 23,33 3. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 200 6,67 4. Areuy asahan Tetracera scandens Dellinaceae 200 6,67 5. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 100 3,33 6. Areuy kacepot Salacia macropylla Celastraceae 100 3,33 7. Tarum Idigofera suffruticosa Fabaceae 100 3,33 8. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 100 3,33 9. Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 100 3,33 Tabel 2.7 Kerapatan vegetasi tingkat tiang ekosistem pantai Pasanggrahan No Nama daerah Nama ilmiah Famili KI(indiv/ha) KR (%)

1. Jambu kopo Eugenia subglauca Myrtaceae 500 20,00 2. Kiciap Ficus callosa Moraceae 500 20,00 3. Kilangir Chisocheton microcarpus Meliaceae 333 13,33 4. Heas Acmena acuminatissima Myrtaceae 333 13,33 5. Ipis kulit Decaspermum fruticosum Myrtaceae 333 13,33 6. Lame Alstonia scholaris Apocinaceae 167 6,67 7. Segel Dillenia excelsa Dilleniaceae 167 6,67 Tabel 2.8 Kerapatan vegetasi tingkat Pohon ekosistem pantai Pasanggrahan No Nama daerah Nama ilmiah Famili KI indiv/ha) KR (%)

1 Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 3.667 70,97 2 Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae 333 6,45 3 Kampis Hernandia peltata Hernandiaceae 250 4,84 4 Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 250 4,84 5 Kiciap Ficus callosa Moraceae 83 1,61 6 Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 83 1,61 7 Kenal Cordia subcordata Borraginaceae 83 1,61 Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi masing-masing untuk tingkat semai, pancang tiang dan pohon diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 2.9, Tabel 2.10, Tabel 2.11, dan Tabel 2.12. Khusus untuk tingkat semai atau tumbuhan bawah di areal padang rumput (Tabel 2.9) diketahui jenis vegetasi yang memiliki INP tertinggi adalah jampang kawat, mata kancil, bulu mata munding, kirapet, dan meniran. Jenis bulu mata munding adalah jenis yang disukai oleh rusa timor sebagaimana hasil penelitian Glend (2009) di Pangandaran.

Tabel 2.9. Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi di padang penggembalaan (grazing area) Pasanggrahan

Nama daerah Nama ilmiah Famili DR (%) FR (%) DR (%) INP (%) 1. Jampang kawat Cynodon dactylon Graminae 25,14 48,39 90,38 163,91 2. Mata kancil Desmodium trifolium Poaceae 23,46 6,45 1,41 31,33 3. Bulu mata munding Fimbristylia miliaceae Cyperaceae 15,08 12,90 1,43 29,42 4. Kirapet Parameria laevigata Apicinaceae 12,29 6,45 1,63 20,38 5. Meniran Phylanthus urinaria Euphorbiaceae 12,85 6,45 0,47 19,77 6. Gewor Commelina benghalensis Commelinaceae 5,03 3,23 1,40 9,65 7. Dom-doman Chrysopogon aciculata Graminae 1,68 3,23 1,40 6,30 8. Jampang pait Axonopus compressus Graminae 0,56 3,23 1,40 5,19 9. Badotan Phychostria robusta Rubiaceae 0,56 3,23 0,23 4,02

Tabel 2.10 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai di Pasanggrahan

Nama daerah Nama ilmiah Famili DR ( %) FR (%) INP (%)

1. Laban laut Vitex regundo verbenaceae 40,00 21,43 61,43 2. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 23,33 14,29 37,62 3. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 6,67 14,29 20,95 4. Liana asahan Tetracera scandens Dellinaceae 6,67 7,14 13,81 5. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 3,33 7,14 10,48 6. Areuy kecepot Salacia macropylla Celastraceae 3,33 7,14 10,48 7. Tarum Idigofera suffruticosa Fabaceae 3,33 7,14 10,48 8. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 3,33 7,14 10,48 9. Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 3,33 7,14 10,48

Jumlah 100 100 200

Tabel 2.11 Indeks Nilai Penting vegetasi pantai

Nama daerah Nama ilmiah Famili DR % FR % DoR % INP % 1. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 23,08 27,27 32,46 82,81 2. Pakis haji Cycas rumphii 15,38 9,09 18,02 42,50 3. Laban laut Vitex regundo Verbenaceae 15,38 9,09 15,06 39,53 4. Kecepot Salacia macropylla Celastraceae 7,69 9,09 8,40 25,18 5. Pandan Pandanus sp Pandanaceae 7,69 9,09 6,97 23,75 6. Kiciap Ficus callosa Moraceae 7,69 9,09 6,43 23,22 7. Jambu kopo Eugenia subglauca Myrtaceae 7,69 9,09 4,95 21,74 8. Lampeni Ardisia humilis Myrsinaceae 7,69 9,09 2,74 19,53

Jumlah 100 100 100 300

Tabel 2.12. Indeks Nilai penting Strata pohon vegetasi pantai

Nama daerah Nama ilmiah Famili DR % FR % DoR % INP (%) 1. Nyamplung Calophylum inophylum Cluciaceae 70,97 50,00 76,57 197,53 2. Kampis Hernandia peltata Hernandiaceae 4,84 5,56 13,13 23,53 3. Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae 6,45 11,11 2,40 19,97 4. Kitanjung Buchanaria arborescens Anacardiaceae 4,84 5,56 2,90 13,29 5. Kampis Hernandia peltata Hernandiaceae 3,23 5,56 1,34 10,12 6. Kiciap Ficus callosa Moraceae 1,61 5,56 0,91 8,08 7. Kenal Cordia subcordata Borraginaceae 1,61 5,56 0,68 7,85 8. Kiapuk Ceiba petandra Bombacaceae 1,61 5,56 0,45 7,62

Jumlah 100 100 100 300

Dilihat dari fungsi vegetasi sebagai pakan rusa timor, maka hasil perhitungan Indeks Keragaman jenis vegetasi pakan menunjukkan bahwa secara umum kondisi vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang berstatus rendah sampai sedang (Tabel 2.13). Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi keanwkaragaman jenis vegetasi pakan rusa timor di Pulau Peucang relatif rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya pengelolaan agar ketersediaannya dapat memenuhi kebutuhan populasi rusa yang ada.

Tabel 2.13 Indeks keragaman jenis pakan pada berbagai tingkat pertumbuhan pada ekosistem Pulau Peucang

Indeks keragaman pakan tingkat semai Besaran Status

Ekosistem padang rumput 1.3648 Rendah

Ekosistem pantai 0.5555 Rendah

Ekosistem ekoton 0.8520 Rendah

Ekosistem dataran rendah 0.9454 Rendah

Ekosistem dataran tinggi 1.0206 Rendah

Indeks keragaman pakan tingkat pancang

Ekosistem pantai 0.7051 Rendah

Ekosistem ekoton 1.4244 Rendah

Ekosistem dataran rendah 0.3466 Rendah

Ekosistem dataran tinggi 1.0691 Rendah

Indeks keragaman pakan tingkat tiang

Ekosistem pantai

Ekosistem ekoton 1.0222 Rendah

Ekosistem dataran rendah 1.5578 Sedang

Ekosistem dataran tinggi 1.3682 Rendah

Indeks keragaman pakan tingkat pohon

Ekosistem pantai 0.6740 Rendah

Ekosistem ekoton 0.6740 Rendah

Ekosistem dataran rendah 1.8068 Sedang

Ekosistem dataran tinggi 1.2413 Rendah

Habitat Preferensial Rusa Timor

Hasil analisis habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang berdasarkan frekuensi kehadiran rusa timor di suatu tempat menggunakan analisis regresi

Stepwise menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu tersebut adalah kelembaban udara (X8), ketinggian (X1), jarak dari jalur patroli (X3), jarak dari padang rumput (X5), dan temperatur (X7) dengan persamaan regresi Y= -6.61+1.74(X8) - 1.40 (X1) – 0.32(X3) + 0.17(X5) + 1.56(X7), dan nilai koefisien korelasi Pearson (r) sebesar 0.897 dan koefisien determinan (R2) sebesar 0.804 (p < 0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa rusa timor menyukai habitat dengan kelembaban yang lebih tinggi, dekat dengan jalur patroli, jauh dari padang rumput (menuju kawasan KRC), suhu tinggi dan daerah datar atau daerah dengan ketinggian rendah. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum rusa timor memiliki preferensi tertentu didalam memilih suatu tempat sebagai habitatnya. Di bawah ini disajikan uraian singkat tentang masing-masing faktor penentu habitat preferensial rusa timor di Pulau Peucang, sebagai berikut:

Faktor Kelembaban dan Suhu Udara

Rusa timor di Pulau Peucang menyukai habitat yang memiliki kelembaban dan suhu udara tinggi. Hasil pengamatan lapang diketahui bahwa pada waktu pagi rusa timor cenderung mendekati daerah pantai sebagai habitat dengan kondisi suhu udara lebih hangat, dan pada siang hari bergerak menuju ke tengah pulau dan berteduh di bawah pohon berkanopi lebar dengan kondisi kelembaban udara relatif tinggi (lebih sejuk). Kesukaan rusa timor menempati habitat dengan pohon berkanopi lebar ini serupa dengan kesukaan rusa merah (Cervus elaphus), namun tidak sama dengan rusa roe (Bokorwski 2004). Menurut Welch et al. (1990) habitat semak belukar lebih banyak digunakan oleh rusa merah dari pada rusa roe, sedangkan habitat dengan tumbuhan berkanopi lebar lebih banyak digunakan oleh rusa roe karena kaya tanaman herba.

Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara diketahui bahwa habitat yang paling disukai rusa timor di Pulau Peucang adalah habitat dengan suhu udara 28-31 oC, dan kelembaban udara sekitar 50 - 80%. Suhu udara ini termasuk dalam sebaran suhu yang toleran untuk rusa timor, karena menurut Tuckwell (1998) rusa timor kurang tahan terhadap udara dingin, sehingga biasanya rusa timor memerlukan shelter yang memadai untuk berlindung dan habitat yang memiliki sumber pakan berenergi tinggi agar dapat bertahan di habitat bercuaca dingin.

Pengamatan lapang menunjukkan bahwa pada malam hari rusa timor cenderung berada di daerah terbuka yang berdekatan dengan jalur patroli dengan lebar 0 – 20 m. Selain itu pada malam hari rusa timor juga banyak ditemukan beristirahat sambil memamahbiak di daerah padang rumput (grazing area) yang

tidak terlalu luas (+ 0.5 ha) dengan kondisi yang lebih hangat karena telah menerima paparan sinar matahari sepanjang hari.

Faktor Ketinggian Tempat

Rusa timor tidak menggunakan seluruh wilayah ketinggian di Pulau Peucang sebagai habitatnya, karena fakta lapang menunjukkan bahwa rusa timor ternyata cenderung memilih daerah datar sampai dengan ketinggian tertentu sebagai habitat preferensialnya. Hal ini dibuktikan bahwa daerah dengan ketinggian tertinggi (71 m) ternyata tidak digunakan rusa timor sebagai habitatnya. Hasil uji statistik (Chi Square - χ2

) menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap keberadaan rusa (nilai χ2 χ2

hitung = 15.50 > χ2

(0.05,2) = 5.99). Rekapitulasi hasil perhitungan X2 disajikan pada Tabel 2.14. Kondisi ini menunjukkan bahwa umumnya rusa timor lebih menyukai daerah datar sebagai habitatnya terutama untuk tempat istirahat pada malam hari, dan tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 40 m. Hasil perhitungan Indeks Neu membuktikan bahwa perbedaan ketinggian tempat berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap keberadaan rusa timor di Pulau Peucang (Tabel 2.15).

Meskipun secara umum rusa timor diakui sebagai satwa yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan termasuk toleransinya terhadap perbedaan ketinggi tempat hingga mencapai 2600 m (Padmala et al. 2003) namun fakta di Pulau Peucang menunjukkan bahwa umumnya rusa timor cenderung lebih menyukai daerah dengan ketinggi 20-40 m.

Tabel 2.14 Rekapitulasi perhitungan χ2

untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan ketinggian tempat

Ketinggian (m) Luas (Ha) Proporsi (%) Frekuensi observasi (Oi) Frekuensi harapan (Ei) (Oi-Ei)2/Ei 1 2 3 4 5 6 0 - 20 m 74 0.17 15 11.98 0.76 20 - 40 m 252 0.58 52 40.85 3.05 >40 m 106 0.25 3 17.17 11.69 Jumlah 432 70 70.00 15.50

Frekuensi harapan rusa (Ei) = kolom 3 x jumlah kolom 4 (Gaspersz 1994), χ2

hitung = 15.50 > χ2 (0.05,2) = 5.99.

Tabel 2.15 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap ketinggian tempat

Kelas Lereng

Ketersediaan Perjumpaan rusa Indeks

Luas (Ha) Proporsi (a) Tercatat (n) Proporsi (r) Seleksi (w) Terstandar (b) 0 - 20 m 74 17 15 21 1.235 0.46 20 - 40 m 252 58 52 74 1.276 0.48 >40 m 106 25 3 4 0.160 0.06 432 100 70 2.671 1.00

Berdasarkan Tabel 2.15 di atas terlihat bahwa rusa timor di Pulau Peucang hanya menyukai daerah dengan ketinggian 0 – 20 m sampai 20 – 40 m, dan tidak menyukai daerah yang lebih tinggi meskipun bebas dari gangguan manusia. Fenomena ini berbeda dengan rusa merah dalam penggunaan habitatnya selama musim panas dan dingin sesuai dengan pernyataan Palmer dan Truscott (2003) bahwa rusa merah selama musim dingin lebih cenderung menyukai habitat berketinggian rendah, lebih terlindungi dan memiliki tutupan tajuk yang tinggi.

Faktor Jarak dari Jalur Patroli

Jalur patroli diketahui mempengaruhi keberadaan rusa timor terutama pada siang hingga malam hari. Hasil uji statitik (Chi square –X2) menunjukkan bahwa rusa timor memiliki perbedaan tingkat kesukaan habitat dengan jarak tertentu dari jalur patroli ditandai dengan nilai χ2

hitung = 27.68 ≥ χ2

(0.05,3) = 7.81 (Tabel 2.16). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak suatu tempat sebagai habitat rusa dengan jalur patroli maka semakin sedikit dijumpai rusa timor.

Secara umum keberadaan rusa di sekitar jalur patroli paling banyak ditemukan pada jarak 0 sampai 100 m, sebagaimana dibuktikan dengan hasil perhitungan Indeks Neu (W>1) seperti disajikan pada Tabel 2.17. Rusa timor cenderung memilih habitat yang lebih dekat dengan manusia dengan jarak kurang dari 100 m dari jalur patroli. Kondisi menunjukkan bahwa rusa timor di Pulau Peucang justru merasa aman dan nyaman didekat orang dan merasa kurang aman apabila berada di tengah hutan. Rusa timor di Pulau Peucang dapat dikatakan sudah adaptif dengan manusia sehingga menunjukkan perilaku “jinak” bila berada di daerah jalur patroli, namun sangat agresif bila ditemukan di wilayah yang jauh dari jalur patroli (dalam hutan) karena cenderung lebih peka (sensitif) dengan menunjukkan perilaku agresif kemudian lari menjauh dari manusia.

Tabel 2.16 Rekapitulasi perhitungan χ2

untuk menguji hubungan antara kehadiran rusa dengan jarak dari jalur patroli

jarak dari jalur patroli (m) Luas (Ha) Proporsi (p) (%) Observasi (Oi) Harapan (Ei) (Oi - Ei)2 Ei 1 2 3 4 5 6 0 - 100 101.99 0.39 48 27.24 15.81 101 - 200 65.62 0.25 13 17.53 1.17 201 - 300 49.56 0.19 6 13.24 3.96 301 - 400 44.89 0.17 3 11.99 6.74 262.06 70 70 27.68

Frekuensi harapan (Ei) = kolom 3 x jumlah kolom 4 (Gaspersz 1994), χ2

hitung= 27.68 ≥ χ2 (0.05,3) = 7.81

Tabel 2.17 Indeks Neu preferensi habitat rusa terhadap jarak dari jalur patroli

jarak dari jalur patroli (m) Kehadiran Perjumpaan

Dokumen terkait