Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga
Ada lima faktor yang saling berhubungan yang berpengaruh dalam pemberdayaan perempuan yaitu, kesejahteraan, akses sumberdaya, partisipasi, kesadaran kritis dan kontrol. Apapun upaya yang akan
dilakukan dalam memberdayakan
perempuan, sudah semestinya mencakup kelima hal diatas, termasuk dalam pengembangan lembaga keuangan mikro sebagai salah satu sumber daya ekonomi bagi mereka.
Memfasilitasi perempuan miskin di satu wilayah untuk berkelompok dan mengembangkan kegiatan simpan pinjam di kelompoknya merupakan langkah awal
yang dilakukan selama ini. Setiap kelompok menyepakati bersama berapa jumlah simpanan-simpanan yang harus mereka lakukan, bagaimana caranya, dan ketentuan-ketentuan lainnya. Mereka memang harus mulai dengan menyimpan, bukan meminjam.
Membuka akses sumberdaya; dengan berkelompok dan berkoperasi mereka diakui keberadaannya, dapat akses informasi, dapat mengakses berbagai sumberdaya termasuk dana, pendidikan dan pelatihan melalui berbagai program yang dikembangkan di wilayahnya. Berpartisipasi secara aktif dalam berbagai aktivitas dalam kelompok mereka membangun kebersamaan, belajar
mengambil keputusan, belajar
berorganisasi. Selain itu kesadaran kolektif terhadap posisi dan keberadaan mereka dalam masyarakat setara dengan yang lain juga terbangun seiring dengan terbangunnya keyakinan diri mereka.
Mempunyai kontrol terhadap diri dan
berbagai aspek kehidupan dalam
masyarakat, secara kolektif mereka kemudian dapat ikut mengontrol proses
pengambilan keputusan dan alokasi
sumberdaya dalam masyarakat karena mereka telah terbiasa dalam kelompoknya. Selain itu, kelompok-kelompok ini juga telah member dampak sosial yang positif dalam masyarakatnya karena mereka juga menyisihkan sebagian keuntungan simpan pinjam untuk kegiatan sosial seperti beasiswa anak sekolah, santunan bagi orang perempuan tua dan tidak mampu bekerja, korban bencana dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan untuk Memberdayakan Perempuan Miskin Perdesaan melalui pengembangan kewirausahaan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga
Perempuan miskin perdesaan umumnya bersifat sangat tertutup, sehingga pemberdayaan untuk mereka membutuhkan
kesabaran dan pendekatan secara
personal/kelompok yang dilakukan secara intens serta melalui suasana informal.
Sesuai hasil penelitian bahwa keterlibatan perempuan miskin perdesaan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga,
41
dengan pendapatan yang dihasilkan
perempuan dari kegiatan ekonomi produktif baik disektor pertanian maupun non pertanian di perdesaan , menunjukkan bahwa perempuan mempunyai posisi sentral dalam ekonomi keluarga, maka
perempuan miskin perdesaan perlu
diberikan upaya-upaya pemberdayaan
perempuan melalui :
1. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya pelatihan bagi para ibu rumah tangga dalam rangka peningkatan keterampilan kerja para perempuan miskin .
2. Perempuan miskin perdesaan terbukti mampu memberi kontribusi yang cukup
memadai terhadap pendapatan
keluarganya, untuk itu diharapkan agar pemerintah daerah lebih memperhatikan kelompok perempuan tersebut berupa pemberian bantuan permodalan dengan bunga rendah agar dapat berwirausaha di luar sektor pertanian khusus pada masa jedah yaitu antara musim hujan dan musim kemarau (sesudah panen) sesuai keterampilan yang mereka miliki. 3. Menggalakkan sektor-sektor produktif
serta membantu didalam pemasaran produk. Dengan memberikan pelatihan manajemen pemasaran serta peran
pemerintah dalam dalam jaring
pemasaran.
Perempuan miskin perdesaan adalah sosok perempuan pedesaan baik yang dewasa maupun muda. Mereka adalah isteri atau anggota keluarga yang terlibat secara langsung atau tidak dengan tetap atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha dan kesibukan lainnya berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga dipedesaan.
Perempuan miskin dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama. Secara umum mereka menghadapi masalah yang sama pula. Yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar, tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang, pengetahuan dan keterampilan yang sangat terbatas dan tertinggal dalam usaha,
kurangnya sikap positif terhadap kemajuan
baik karena adat, agama, maupun
kebiasaan hidup. Perempuandalam proses
pembangunan dipedesaan bukanlah berarti
hanya sebagai suatu tindakan
perikemanusiaan yang adil belaka, tindakan
mengajar, mendorong perempuan
dipedesaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan merupakan suatu tindakan yang efisien. Ikut sertanya perempuan pada umumnya dalam pembangunan berarti pula memanfaatkan sumber daya manusia dengan potensi yang tinggi. Dalam pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, pemilikan tanah pertanian dari warga desa menyebabkan berkurangnya kesempatan atau peluang
kerja. Bagi mereka yang berhasil
mendapatkan pekerjaan itu, waktu yang dicurahkan oleh perempuan lebih banyak dengan hasil yang lebih rendah jika dibandingkan dengan lelaki dari golongan sosial ekonomi yang sama. Karena itu, salah
satu jalan untuk meningkatkan
kesejahteranan hidup masyarakat miskin perdesaan yang dapat dilaksanakan adalah
mengikut sertakan perempuan dalam
melaksanakan kegiatan- kegiatan produktif
melalui pendekatan kewirausahan
Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah tidak lain karena pendapatan lelaki tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Keikutsertaan anggota keluarga mencari nafkah merupakan upaya peningkatan
pendapatan guna mengatasi masalah
memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.
Namun demikian perempuan juga
diwajibkan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dan aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan, serta menjunjung karirnya.
Pemberdayaan Keluarga miskin
Dalam penelitian ini masalah
kemiskinan pedesaan, mengindentifikasi rumah tangga miskin di daerah pedesaan umumnya adalah petani pemilik lahan pertanian sempit yang sering kali menghuni lahan-lahan marginal dimana hasil produksi pertanian yang ada tidak mencukupi. Selain itu terbatasnya pelayanan produksi, ketidak efisienan pasar bagi hasil pertanian mengikat mereka dalam rendahnya kemampuan menabung. Selanjutnya kelangsungan hidup mereka
42 akan tergantung pada pekerjaan musiman
yang tidak pasti.
Ciri-ciri yang menandai rumah tangga miskin umumnya terjalin erat satu dengan yang lain dalam suatu mata rantai atau perangkap kemiskinan. kemiskinan merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan faktor-faktor lainnya. Sering terjadi bahwa akibat kemiskinan yang diderita, sebuah rumah tangga menjadi rapuh, mudah terserang penyakit, status ekonomi dan sosio kulturalnya tidak kunjung dapat ditingkatkan, sehingga keluarga ini menjadi lebih miskin lagi karena banyak harta miliknya yang terjual atau tergadaikan.
Pemberdayaan Ekonomi melalui Kewirausahaan
Pemberdayaan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah keatas (bottom- up) daripada pendekatan dari atas kebawah (top down). Lembaga- lembaga terkait dengan gerakan pemberdayaan mengambil tindakan berdasarkan kesadaran masyarakat. Kelompok perempuan yang paling berhasil adalah kelompok yang bergerak dibidang khusus misalnya bidang kesehatan atau pekerjaan, termasuk dalam bidang pertanian serta perempuan yang benar- benar
konsentrasi menekuni kewirausahaan, seperti industri kerupuk rumah tangga,
diversifikasi empon-empon pembuatan
kerajinan dari kain perca, pembuatan jilbab hiasan monte dan sulam pita.
Seperti yang dilakukan di kabupaten Sidoarjo, pembuatan jilbab hiasan monte dan sulam pita, serta para perempuan perdesaan di Kabupaten Mojosari dimana para perempuan perdesaan ini membuat diversifikasi empon-empon, jadi empon- empon hasil dari pertanian tidak hanya dijual mentah tetapi telah diversifikasi dalam bentuk jamu, bubuk instan, enting- enting jahe dan juga irisan kering untuk jamu. Lain halnya dengan para perempuan miskin perdesaan di Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, dengan industri kerupuk rumah tangga, mereka bisa mandiri dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Di Kabupaten Bondowoso para perempuan miskin perdesaan yang hidup dengan
didaerah pesisir pantai mereka juga
mengembangkan usaha melalui
diversifikasi hasil perikanan mulai dari ikan yang dikeringkan, dijadikan makanan siap saji.
Sasaran penelitian ini adalah peranan perempuan miskin diperdesaan. Peranan adalah perilaku atau tugas yang
diharapkan dilaksanakan seseorang
berdasarkan kedudukan atau status yaang dimilikinya. Untuk memperluas kesempatan
sekaligus memberdayakan perempuan
perdesaan diantaranya dengan
meningkatkan peran serta mereka dalam pembangunan melalui kewirausahaan.
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
Pemberdayaan Perempuan Miskin
Perdesaan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga.
Ada lima faktor yang saling berhubungan yang berpengaruh dalam
pemberdayaan perempuan yaitu,
kesejahteraan, akses sumberdaya,
partisipasi, kesadaran kritis dan kontrol.
Apapun upaya yang akan dilakukan dalam
memberdayakan perempuan, sudah
semestinya mencakup kelima hal diatas, termasuk dalam pengembangan lembaga keuangan mikro sebagai salah satu sumber
daya ekonomi bagi mereka Tujuan
Pemberdayaan perempuan Miskin melalui kewirausahaan adalah untuk meningkatkan tarafhidup keluarga serta meningkatnya partisipasi termasuk kelompok perempuan
dalam proses pembangunan. Melalui
berbagai langkah antara lain :
1. Penyadaran kritis tentang hak dan
kewajiban mereka sebagai warganegara,
dan peran perempuan dalam
pembangunan.
2. Mencerdaskan perempuan perdesaan,
agar menyadari potensi dan kelemahan mereka dan lingkungannya, menyangkut kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan serta kesehatan dan pendidikan) dan hak mereka dalam partisipasi pembangunan di daerahnya, serta menjadikan mereka mampu menemukan alternatif solusi yang dapat direalisasi.
43 partisipasi perempuan dalam setiap
tahap pelaksanaan program
(perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelestarian).
4. Menjadikan perempuan seorang wirausaha yang handal serta mandiri.
Upaya yang dilakukan untuk Memberdayakan Perempuan Miskin Perdesaan melalui pengembangan kewirausahaan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga
1. Perempuan miskin perdesaan umumnya bersifat sangat tertutup, sehingga pemberdayaan untuk mereka
membutuhkan kesabaran dan
pendekatan secara personal / kelompok yang dilakukan secara intens serta melalui suasana informal.
2. Perlu pemetaan dan pemahaman kondisi sosial kultural terlebih dahulu secara umum, sebelum Fasilitator mulai melakukan komunikasi intensif dengan perempuan perdesaan. Karena pada umumnya perilaku mereka sangat terikat dengan sosio kultural yang ada.
Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan melalui Pengembangan Kewirausahaan untuk Meningkatkan taraf hidup keluarga.
Keterampilan untuk berusaha akan
diarahkan pada peningkatan keterampilan yang dimiliki guna dicetak menjadi wirausaha yang handal. Upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan dan
keberdayaan perempuan miskin perdesaan menyangkut pada persoalan bagaimana upaya pemberdayaan perempuan miskin perdesaan melalui kewirausahaan yang dilakukan dapat menjamin para pelaku ekonomi rakyat memperoleh apa yang
menjadi hak mereka, khususnya
kesejahteraan dan taraf kehidupan yang
layak. Dengan model pemberdayaan
kewirausahaan melalui pendekatan
kelompok dan diversifikasi usaha
diharapkan para perempuan miskin akan
dapt meningkatkan kesejahteraan
keluarganya dengan menjadi seorang wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, Mochtar. 2000, ”Pengantar”.
Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (eds) Riset Partisipatoris- Riset
Pembebasan. Penyunting Wardaya
dan Hardiman. Gramedia Pustaka Umum
Elizabeth, R., 2007. “Peran Ganda Wanita tani Sebagai Pelaku Usaha Mencapai Strategi Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Petani di
Perdesaan”, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Hastuti, 2004, Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan Lokal dalam Perspektif Gender. Working Paper No. 50 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.
Hayati, Amelia, 2007, “Studi terhadap Pemberdayaan Perempuan dalam Pengembangan UMKM di Kabupaten Garut”, disampaikan pada Seminar
“Membangun Garut Melalui Sumber Daya Lokal Berpotensi Global”’
Kerjasama Pemerintah Daerah
Kabupaten Garut dan Lembaga
Penelitian UNPAD. Tanggal 11 Desember 2007.
Jamasy Owin, 2004, ”Keadilan,
Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan, Blantika Mizan.
Kreitner, Robert, 2003, prilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Kementrian Negara Pemberdayaan
Perempuan, 2006, Rencana aksi
peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan (PKHP), Jakarta.
Kasmis, 2007, Kewirausahaan, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Novirianti, D., 2005. Pemberdayaan hukum Perempuan Untuk Melawan Kemiskinan, Jurnal Perempuan No. 42 Sarman, Mukhtar dan Sajogyo, 2000,
Masalah Penanggulangan
Kemiskinan Refleksi dari kawasan Timur Indonesia, Puspa swara.
Suryana, 2003, Kewirausahaan, Pedoman Praltis, Kiat dan Proses menuju
44
Sukses, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, Edisi I.
Sajogyo 2000, Peranan Wanita dalam
Perkembangan Ekonomi, Obor
Jakarta.
Zulminarni, Nani, 2004, lembaga Keuangan Mikro Dalam Rangka Pemberdayaan Perempuan Miskin”,
Disampaikan dalam acara workshop
”berbagi Pengetahuan dan
Sumberdaya Keuangan Mikro di
Indonesia”’ yang diselenggarakan oleh GEMA PKM Indonesia dan BWTP di Jakarta 27 Agustus 2004. http://www.docstoc.com/docs/20860495/
Studi terhadap pemberdayaan
perempuan dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Garut.
http://www.docstoc.com/docs/19707820/P rogram Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan Temon, Kulonprogo DI Yogyakarta.
45