• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koperasi Syariah

Dalam dokumen Jurnal Economica Vol 1 No 1.pdf (1) (Halaman 52-61)

KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS DATA

3. Koperasi Syariah

Koperasi syariah di Indonesia dalam periode terakhir berkembang cukup pesat dan Continuitas yang tinggi dalam

mengembang usahanya dalam

memenuhi kebutuhan para anggotanya. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya berdiri koperasi-koperasi syariah di seluruh pelosok negeri.Pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah (KJKS/ UJKS) juga mengalami perkembangan yang pesat dan luar biasa, selain itu

KJKS/UJKS merupakan instrumen

pemberdayaan UMKM. Pelaksanaan

kegiatan usaha berbasis pola syariah ini dimulai pada tahun 2003, sebanyak 26

KSP/USP-Koperasi Syariah. Lalu

meningkat menjadi 100 KSP/USP

koperasi syariah pada tahun 2004. Tahun 2007 diperkirakan jumlah koperasi

syariah mencapai 3000 buah.Dan

peningkatan koperasi syariah terus meningkat, hingga akhir tahun 2010 ini lebih dari 4000 koperasi yang ada di masyarakat,yang tersebardi seluruh wilayah Indonesia.

Koperasi syariah menerapkan beberapa aspek dalam menjalankan kegiatannya

guna melayani para anggotanya,

termasuk juga aspek azas

keseimbangan, azas keadilan,azas kerjasama.Contohnya dalam produksi dimana produksi dalam koperasi menghasilkan sesuatu yang bisa di manfaatkan oleh anggotanya maupun masyarakat, maka pebankan dalam hal

ini sudah menerapkan aspek

keadilan.Keputusan Menteri mengenai petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi yang disahkan pada September

2004 menyebutkan bahwa setiap

koperasi yang akan memulai unit jasa keuangan syariah, diharuskan meyetor modal awal minimal Rp 15 juta untuk primer dan Rp 50 juta untuk koperasi sekunder.

Semua bank, koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa keuangan syariah diperkenankan menghimpun dana dari para anggota maupun masyarakat baik berupa tabungan, simpanan berjangka

dalam pembiayaan mudharabah,

musyarakah, murabahah, salam, istisna, ijarah dan alqadr. Selain kegiatan tersebut koperasi jasa keuangan juga diperkenankan menjalankan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan dan layak menerima.Termasuk juga waqaf yang di kelola secara terpisah.

50

Pengertian Usaha Mikro,Kecil dan Menengah(UMKM)

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan perusahaan ataupun usaha yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia(WNI) ,memiliki total aset tidak lebih dari Rp.600

juta(Di luar area perumaham dan

perkebunan). UMKM termsuk sub sektor ekonomi yang banyak menyerap tenaga kerja dan banyak diminati oleh masyarakat

kota.UMKM juga berperan dalam

perekonomian nasional sangat vital,karena UMKM masih bisa survive di tengah perkembangan dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. (Lampung Post, Oktober 2004).

Sedangkan menurut Keputusan

Presiden RI no. 99 tahun 1998, UMKM didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu di lindungi untuk mencegah dari persaingan saha yang tidak sehat. Sedangkan definisi yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengarah pada skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Usaha kecil menggunakan kurang dari lima orang karyawan,sedangkan usaha skala menengah menyerap antara 5-19 tenaga kerja.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) merupakan kelompok pelaku

ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu

upaya mengurangi pengangguran.UMKM

bergerak di berbagai sektor ekonomi namun yang paling dominan bergerak di bidang pertanian.

Adapun kriteria UMKM menurun

Undang-Undang Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha mikro,kecil dan menengah sebagai berikut:

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50 juta(selain tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300 juta

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50 juta sampai dengan paling banyakRp.500 juta(selain tanah dan bangunan tempat usaha)

b. Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp.2,5 Miliar

Kriteria Usaha Menengh adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan besih lebih dari Rp.500 juta sampai dengan paling banyak Rp.10 Miliar(selain tanah dan bangunan tempat usaha)

b. Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp.2,5 Miliar sampai dengn paling banyak Rp.50 Miliar.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995, Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Kuncoro, 2006:372). Sedangkan menurut BPS, usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga (IKRT). BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (Kuncoro, 2006:374).Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

51

Persoalan – Persoalan Yang Dihadapi UMKM di Indonesia

UMKM di Indonesia kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga UMKM sulit berkembang dan kalah besaing dengan produk-produk import dari luar negeri. Padahal UMKM itu sendiri berpotensi sangat besar dan berpeluang untuk memasuki pasar baik regional maupun internasional, menjadi unit usaha kecil yang modern dan kompetitif,sehingga UMKM bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional .

Penyebab sulit berkembangnya

UMKM di Indonesia ada dua pandangan yang berbeda yaitu:

1. Pandangan Kultural,yang menyebutkan bahwa Usaha kecill (ekonomi rakyat) kurang berkembang pesat karena adanya nilai-nilai atau tradisi suatu kelompok masyarakat yang memang tidak mampu mendinamisasi keadaan masyarakat. Karena ketidak sanggupan inilah yang

membuat UMKM tidak bisa

berkembang dan kurang diminati oleh masyarakat. Banyak UMKM yang hidup di bawah rata-rata bahkan hidup dalam kemiskinan karena tidak sanggup beradaptasi dengan masyarakat. Sifat malas dan tidak memiliki etos kerja menyebabkan timbulnya kemiskinan yang tinggi, karena dengan menganggur tidak akan memperoleh pendapatan, sehingga kemiskinan semakin banyak. Solusi yang bisa di tawarkan adalah perlu adanya suatu usaha yang dpat membangkitkan semangat orang-orang agar mau bekerja, diantaranya dengan terciptanya lapangan kerja yang mampu menampung sklill nya dan upah yang memadai, sehingga bisa memenuhi kebutuhannya.

2. Pendekatan Struktural, disebutkan

bahwa UMKM sulit berkembang

disebabkan oleh sruktur sosial-ekonomi

masyarakat yang timpang, yang

menyebabkan adanya sekelompok

tertentu yang sulit bahkan UMKM tidak bisa mengembangkan usahanya. Karena

pengaruh struktur perekonomian

Indonesia yang tidak menentu ini dan seringnya terjadi resesi, menyebabkan

banyaknya pengangguran yang tinggi akibat terjadinya kenaikan biaya produksi sedangkan selera pasar menurun karena terjadinya inflasi ,maka perusahaan banyak yang melakukan

PHK. Untuk mengatasi masalah

prekonomian yang seperti ini harus di

rombak struktur sosial-ekonomi

masyarakat secara signifikan. Termasuk dalam struktur sosial-ekonomi yang berhubungan dengan pelaku ekonomi, kekuasaan , dan sebagainya.

UMKM jika dilihat secara mendalam sudah berkembang pesat dn menyumbang sebagian besar GDP Indonesia. Namun seiring perubahan waktu banyak terjadi perubahan secara srtuktural yang terlihat pada pergeseran dalam distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan di antara sektor-sektor ekonomi yang ada. Perkembangan ekonomi modern semakin menggeser perekonomian tradisional. Pokok permasalahan yang dihadapi UMKM di bedakan menjadi dua:

Faktor Eksternal:

1. Pengakuan dan jaminan keberadaan UMKM. Unit usaha ekonomi rakyak yang pengelolaanyya secara tradisional seharusnya mendapat perlakuan yang selayaknya unit usaha yang di kelola secara modern. UMKM seharusnya mendapat fasilitas yang sama seperti usaha besar, begitu juga dalam peletakan lokasi UMKM juga harus di tempatkan di tempat yang strategis di daerah khalayak ramai seperti pasar swalayan. 2. Data persebaran UMKM yang tidak

jelas. Keterbatasan data persebaran ini menghambat upaya pembinaan maupun penyuluhan yang yang diberikan pihak swasta, pemerintah maupun masyarakat. Sehingga UMKM sulit berkembang karena tidak adanya informasi yang jelas mengenai pangsa pasar, kualitas produk, manajemen keuangan usahanya ,dan lain sebagainya.

3. Alokasi kredit sebagai pembiayaan yang timpang. Tidak meratanya distribusi pendanaan antarwilayah, antarsektor, antar golongan, dan antar desa-kota. Hambatan birokratis yang tidak bisa di

hadapi UMKM dalam memperoleh

52 maupun pengenbangannya. Oleh sebab

itu, persyaratan untuk memperoleh kredit harus disederhanakan agar UMKM tidak sulit dalam meminjam modal.

4. Produk yang dihasilkan UMKM

memiliki cirri dan karakteristik sebagai produk fashion dan kerajinan tangan life time yang pendek. Padahal selera konsumen selalu berubah-ubah, oleh sebab itu perlu adanya inovasi desain- desain produk yang sesuai dengan pangsa pasar dan sesuai dengan selera konsumen perlu dilakukan dalam

periode yang cepat, karena

keterlambatan mengantisipasi keinginan pasar bisa menghambat daya dukung perkembangan UMKM.

5. Rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan usaha rakyat. Produk industry rakyat selalu dinilai berkualitas rendah. Hal ini adalah pandangan keliru dan bisa

menghambat perkembangan UMKM

karena belum tentu pola produksi tradisional akan menghasilkan produk yang bermutu rendah. Banyak sekali hasil produk industry kerajinan rakyat yang mampu bersaing dengan di pasar internasional. Rendahnya nilai tukar UMKM ini disebakan karena rendahnya modal yang diperlukan sehingga dijual dengan system ijon seperti dalam produk pertanian.

6. Terbatasnya akses pasar bagi UMKM yang ingin memperluas pangsa pasarnya dan ingin mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan oleh modal besar

domestick maupun asing yang

menerobos segmentasi pasar yang sebelumnya dikuasai pengusaha dalam negeri termasuk UMKM.

7. Pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional. Ketidak siapan birokrasi yang berhubungan langsung

dengan UMKM menyebabkan

permasalahan dalam pengembangan UMKM.

Faktor Internal:

a. Terbatasnya penguasaan asset produksi terutama permodalan. Karena dalam pengembangan usaha yang luas tentunya

juga akan membutuhkan dana yang besar dalam usahanya.

b. Rendahnya sumber daya manusia.Yang

dimaksudkan di sini adalah

keterampilan yang dimiliki oleh pekerja masih sangat rendah, yang meliputi keterampilan teknik produksi dan

manajemen usaha.Rendahnya

keterampilan pekerja ini dapat di lihat dari rendahnua pendidikan para pekerja. c. Hambatan konsentrasi sumber daya ekonomi rakyat(pekerja).Hal ini para

pekerja kebanyakan masih

terkonsentrasi di daerah pedesaan pada sector pertanian ,padahal di sector pekerjaan lain sangat terbuka luas kesempatan untuk bekerja,misalnya saja perdagangan.

d. Kelembagaan usaha rakyat belum

berperan secara optimal. UMKM perlu

mendapatkan fasilitas dalam

mengembangkan usahanya. Perlu

adanya koordinasi antar usaha dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Peranan Pemerintah dan Bank Syari’ah

Terhadap Umkm

Pemerintah mempunyai peran yang besar dakam mengembangkan UMKM yang ada di Indonesia, karena pembuat kebijakan- kebijakan penting hanya dapat di lakukan oleh pemerintah. Seperti yang kita ketahui bersama UMKM di Indonesia dewasa ini mengalami persaingan hebat dengan produk import yang beredar di Indonesia.Hal ini tentu akan semakin mempersulit UMKM untuk mengembangkan usahanya, karena produk yang di hasilkan kalah saing dengan produk dari luar negeri. Keadaan ini tidak bisa di biarkan terus berlarut,karena dapat

mempengaruhi kondisi perekonomian

Indonesia.Hal ini bisa terjadi karena UMKM menyumbangkan PDB terbesar di Indonesia.

Langkah yang bisa di ambil

pemerintah terkait dengan kemajuan UMKM di Indonesia adalah denhan menerapkan beberapa kebijakan guna melindungi UMKM ,diantaranya:

a. Menetapkan kebijakan kuota terhadap produk yang akan masuk ke Indonesia, Hal ini di maksudkan agar produk yang

53 dihasilkan UMKM di Indonesia bisa

meraih pasar,di karenakan barang import menjadi sedikit akibat adanya pembatasan.

b. Menetapkan kebijakn tarif yang tinggi. Supaya produk yang di import harga jual di pasaran Indonesia menjadi lebih tinggi di bandingkan dengan produk luar negeri.Dengan demikian UMKM tetap bisa mengembangkan usahanya

c. Mempermudah UMKM dalam

mengurusi perizinan tempat maupun usaha, dengan birokrasi yang baik UMKM bisa dengan mudah mendapat pelayanan yang terkait dengan hal perizinan.

d. Memberi fasilitas yang layak seperti pengusaha-pengusaha besar,terutama

dalam hal fasilitas,contohnya

penempatan lokasi yang strategis dan fasilitas lain (air,jalan, dan lain-lain)

UMKM dalam mengembangkan

usahanya,tentu membutuhkan modal.Hal ini yang menjadi masalah UMKM,karena dalam menambah uangnya bila harus meminjam uang ke bank umum tentu prosesnya lama dan berbelit-belit. Maka peran Lembaga

Keuangan Mikro Syariah(BANK

SYARI’AH) sangat penting dalam hal

peminjaman modal kepada UMKM dengan syarat yang mudah dan prases yang cepat dan tidak memberatkan UMKM selain itu system transaksinya menggunakan sistem syariah.

Mekanisme Pembiayaan UMKM

Kredit UMKM merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada para nasabah usaha kecil, mikro,dan menengah baik langsung maupun tidak langsung, usaha tersebut dimiliki ataupun di operasinalkan oleh masyarakat yang tergolong miskin. Sedang menurut Badan Pusat Statistik, dengan batasan kredit maksimal Rp 50 juta (lima puluh juta rupiah).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 menerangkan:

a. Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki nilai kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta (dua ratus

juta rupiah) selain tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp 1 miliar (satu miliar rupiah) per tahun dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp 500 juta (lima ratus juta rupiah).

b. Kredit Usaha Menengah merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp 500 juta (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 5 miliar (lima miliar rupiah).

Pemerintah dalam mengurusi pembiayaan UKM bekerjasama dengan negara donor seperti World Bank, ADB dan sebagainya, yang akan mengucurkan dana bergulirnya dengan menggunakan sistem perbankan, sehingga uang mempunyai daya saing dan nilai tambah hingga mencapai satu titik satu pengembangan UKM, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Berbagai jenis pembiayaan UKM antara lain berasal dari : Lembaga perbankan, Lembaga non perbankan, Laba BUMN, Modal Ventura, dan lainnya

PEMBAHASAN

Pentingnya UMKM Sebagai Penggerak Perekonomian Nasoinal

Peran UMKM sangat besar terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia,hal ini dapat dilihat dari sumbangan terhadap PDB yang mencapai hampir 60% lebih yang

disumbangan UMKM terhadap

perekonomian di Indonesai.UMKM adalah salah satu komponen yang mampu bertahan di tengah krisis yang melanda Indonesia,hal ini dapat di buktikan ketika krisis yang terjadi tahun 2008.UMKM masih bisa

survival di tengah gulung tikarnya usaha- usaha besar.

Selain itu sektor UMKM menjadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar di Indonesia. Memasuki era liberalisasi ekonomi dan perdagangan ke depan ,tentunya usaha kecil semakin menghadapi tantangan hebat dalam persaingan dengan pihak asing yang produknya beredar di

54 Indonesia.Langkah-langkah penguatan

ekonomi harus segera di terapkan mengingat UMKM berkontribusi besar dalam perekonomian nasional.

Beberapa desain strategis yang bisa dilakukan untuk pengembangan UMKM sebagai berikut diantaranya :

a. Meningkatkan akses kesempatan

(acces of opportunity) terhadap hal-hal yang saat ini sangat sedikit atau

tertutup peluangnya untuk

pengembangan ekonomi rakyat.

Misalnya akses terhadap proses produksi seperti tanah,modal dan teknologi.

b. Memperkuat posisi transaksi dan

kemitraan usaha antar pelaku

ekonomi.Peningkatan posisi transaksi ekonomi ini bisa dilakukan melalui

pengembangan dan pembangunan

sarana dan prasarana perhubungan yang akan memperlancar pemasarn produknya.

c. Dalam kaitannya otonomi daerah maka proses industrialisasi harus mengarah ke perdesaan dengan memanfaatkan potensi local,yang umumnya adalah agroindustri.Dalam prose situ perlu di

hindari terjadinya “penggusuran”

ekonomi rakyat.

d. Peningkatan keterampilan SDM

disertai dengan peningkatan perangkat peraturan perundangan yang benar-

benar melindungi UMKM dan

mengkaji nulang perangkat

perundangan yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha kecil.

Dengan pengembangan UMKM ini, di harapkan perekonomian bisa membaik

secara berangsur-angsur.UMKM

memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian di Indonesia karena UMKM bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi

angkatan kerja sehingga angka

pengangguran di Indonesi bisa berkurang, UMKM juga membayar pajak kepada

pemerintah sehingga uang dari

pembayarannya itu bisa digunakan untuk pembanguna sarana umum dan perbaikan perekonomian di Indonesia.

UMKM mengambil peran penting dalam kemajuan perekonomian di Indonesia ,oleh sebab itu pemerintah harus memberikan dukungan dan bantuan kepada UMKM agar bisa berkembang dengan baik dan tidak kalah saing dengan produk luar.

Berdasarkan informasi dari data Usaha Kecil Menengah (UKM), BPS pada bulan Mei 2008 telah menjelaskan beberapa indikator kunci UMKM sebagai berikut: 1. Pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) bila dirinci menurut skala usaha mencapai 6,4 persen dan Usaha Besar (UB) tumbuh 6,2 persen. Pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia. 2. Jumlah populasi UKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.

3.Nilai investasi fisik UKM yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada tahun 2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa peran usaha UKM sangat besar terhadap kontribusi perekonomian di Indonesia. Data di atas belum termasuk sektor usaha mikro yang mempunyai banyak kegiatan dalam

menyumbangkan perekonomian di

Indonesia. UMKM terkenal dengan

ketahanannya terhadap gejolak siklus bisnis diIndonesia,yang terbukti saat terjadinya krisis moneter beberapa waktu lalu. UMKM

menjadi penyelamat perekonomian

Indonesia melalui penyerapan tenaga kerja informal yang pada masa resesi harus kehilangan tenaga kerja formalnya,serta sumbangan nya terhadap PDB Indonesia.

UMKM perlu di kembangkan dan di beri kelayakan fasilitas maupun perizinan

agar bisa mengembangkan

usahanya.UMKM sangat relevan untuk dilakukan di Indonesia. Di tengah krisis keuangan global yang sedang mengancam perekonomian tiap negara, mengembangkan

55 UMKM (sektor riil) dapat menjadi salah satu

pilihan mengantisipasi krisis keuangan global. Rachmat Gobel, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan, mengatakan bahwa krisis keuangan global yang tengah berlangsung hingga saat ini dapat dijadikan kesempatan

untuk memperkokoh dan mempercepat

implementasi kebijakan dengan berbagai insentif untuk sektor mikro untuk mewujudkan terciptanya masyarakat yang sejahtera utamanya UMKM.

Efektifitas BANK SYARI’AH dalam

Pembiayaan UMKM

Usaha kecil dan menengah (UKM)

sangat memerlukan peranan Lembaga

Keuangan Mikro Syari’ah (BANK SYARI’AH) terutama dalam hal permodalan yang digunakan untuk memperluas pasar dan

mengembangkan usahanya sehingga

berkontribusi besar dalam perekonomian nasional. Setelah terjadinya krisis ekonomi beberapa waktu lalu semakin menguatkan bahwa UMKM termasuk unit usaha yang bisa di andalkan dalam jangka panjang demi kebaikan perekonomian Indonesia,tidak heran kalau banyak pihak yang melirik UMKM,namun perhatian yang diberikan belum secara penuh bisa menyentuh persoalan yang mendasar yang dihadapi

BANK SYARI’AH sehingga benar-benar

bisa memperkuat dan mengembangkan

lembaga pembiayaan untuk UMKM

utamanya masyarakat kecil.

BANK SYARI’AH ini bisa terbentuk

karena didorong oleh adanya kebutuhan

masyarakat akan permodalan yang

digunakan dalam mengembangkan

usahanya.Masalah kebutuhan modal yang di alami sebagian banyak masyarakat tersebut di respon positif oleh sebagian orang yang bersedia meminjamkan sebagian uangnya

untuk modal UMKM.Dana yang di

pinjamkan kepada nasabah berasal dari uang

BANK SYARI’AH sendiri atau uang yang

berasal dari nasabah yang menyimpan

uangnya di BANK SYARI’AH. Dewasa ini pertumbuhan BANK SYARI’AH secara

kuantitas demikian semakin pesat, terus bertambah hingga mencapai sekitar 50 ribu unit, terdiri dari 47 ribu LKM dan 3 ribu

LKS. Pertumbuhan yang demikian pesat itu

telah membawa konsekuensi berupa

kelangkaan sumber daya, baik segi permodalan maupun sumber daya manusia

(SDM), sehingga banyak BANK SYARI’AH

yang mengalami kesulitan.

Dilihat dari potensi dan sumber pendanaan yang sudah berjalan, sebenarnya

BANK SYARI’AH mempunyai pendanaan

yang cukup baik dalam melayani nasabahnya serta dalam pengelolaan dana yang berbasis syariah. Apabila pengelolaan dana yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bisa saling berkoordinasi ,maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan yang besar.Contoh yang bisa diambil adalah dalam pengelola zakat, infak, dan shadaqah (ZIS),apabila dalam pengelolannya bisa lebih efektif dan berkoordinasi dengan institusi syariah lainnya tentu akan lebih bisa menstimulasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan ketetapan program- program yang di jalankan mengarah pada sasaran yang tepat.

Di dalam Ekonomi islam, terdapat beberapa instrumen lembaga keuangan yang bisa dijadikan jaring pengaman sosial yang

dapat dialokasikan bagi golongan

masyarakat yang membutuhkan bisa berupa zakat, infaq, shadaqah maupun wakaf

Dalam dokumen Jurnal Economica Vol 1 No 1.pdf (1) (Halaman 52-61)

Dokumen terkait