Hasil penelitian ini diperoleh dari subjek sebanyak 100 orang, yang dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan perlakuan intervensi, yaitu A (diet); B (olahraga jalan cepat); C (diet +olahraga jalan cepat); dan D (kontrol).
Pada awal dan akhir penelitian, umur terendah pada kelompok A 25 tahun 3 orang (12%) tertinggi 43 tahun 1 orang (4%), umur terendah pada kelompok B 26 tahun 2 orang (8%), tertinggi 54 tahun 1 orang (4%), umur terendah kelompok C 28 tahun 1 orang (4%), tertinggi 55 tahun 2 orang (8%), umur terendah kelompok D 25 tahun 1 orang (4%), tertinggi 55 tahun 1 orang (4%). Hasil uji statistik chi- square test tidak ada perbedaan bermakna pada (α>0.05) pada umur masing- masing tiap kelompok, umur rata-rata tertinggi pada kelompok C (42.48 ± 8.34) dan terendah pada kelompok A (32.60 ± 4.93). Dengan bertambahnya umur risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila perubahan
tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan 2001,Staessen, Jiguang, Giuseppe, Willem 2003). Umur merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat dimodifikasi.Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia. Kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur 50 an dan 60 an (Staessen, Jiguang, Giuseppe, Willem 2003).
Pada awal dan akhir penelitian, pendidikan terendah SLTA pada kelompok A 22 orang (88%) dan perguruan tinggi 3 orang (12%), pendidikan terendah SLTA pada kelompok B 24 orang (96%) dan perguruan tinggi 1 orang (4%), pendidikan terendah SLTA kelompok C 15 orang (60%) dan perguruan tinggi 10 orang (40%), pendidikan terendah SLTA kelompok D 22 orang (88%) dan perguruan tinggi 3 orang (12%). Hasil uji statistik chi-square test tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada tiap-tiap kelompok. Pendidikan sebagian besar berpendidikan SLTA terbanyak pada kelompok B (24/96%) dan perguruan tinggi terbanyak pada kelompok C (10/40%).
Pada awal dan akhir penelitian pekerjaan beragam pada semua kelompok, pada kelompok A staf 19 orang (76%) dan non staf 6 orang (24%), pada kelompok B staf 17 orang (68%) dan non staf 8 orang (32%), kelompok C staf 11 orang (44%) dan non staf 14 orang (56%), dan kelompok D staf 22 orang (88%) dan non staf 3 orang (12%). Hasil uji statistik chi-square test tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada pekerjaan. Pada umumnya subjek bekerja sebagai staf di pabrik, jumlah tertinggi pada kelompok D 22 orang ( 88%), sebagian kecil terdiri dari non staf tertinggi pada kelompok C dengan jumlah 14 orang (56%) .
Pada awal dan akhir penelitian pendapatan beragam pada semua kelompok, pada kelompok A < 1 jt 6 orang (24%), 1 – 1.9 jt 12 orang (48%), dan >2 juta 7 orang (28%); pada kelompok B < 1 jt 1 orang (4%), 1 – 1.9 jt 9 orang (36%), dan >2 jt 15 orang (60%); kelompok C < 1 jt 1 orang (4%), 1 – 1.9 jt 11 orang (44%), dan >2 jt 13 orang (52%); kelompok D < 1 jt 1 orang (4%), 1 – 1.9 jt 15 orang (60%), dan >2 jt 9 orang (36%). Hasil uji statistik chi-square test tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) dari pendapatan pada tiap-tiap kelompok. Sebagian besar subjek mempunyai pendapatan 1-1.9 juta dengan jumlah tertinggi 15 orang (60%) pada kelompok D, pada pendapatan > 2 jt jumlah tertinggi 15 orang (60%) pada kelompok B.
Pada awal dan akhir penelitian, jumlah besar keluarga rata-rata
Dampak atau kerugian apabila seseorang terserang prahipertensi menjadi hipertensi sangat luas. Dari sisi ekonomi terdapat dua kelompok kerugian yang dialami penderita. Pertama kerugian ekonomi yang terbagi menjadi empat bagian yaitu dampak terhadap konsumsi sehat, interaksi sosial, produktifitas jangka
pada kelompok A 3 orang (12%), jumlah besar keluarga rata-rata pada kelompok B 3 orang (12%), jumlah besar keluarga rata-rata pada kelompok C 4 orang (16%) dan jumlah besar keluarga rata-rata pada kelompok D 3 orang (12%). Hasil uji statistik chi-square test tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada jumlah besar keluarga rata-rata tertinggi pada kelompok C (4.20±0.82) dan terendah pada kelompok A (2.96±1.31). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada (α>0.05) dari karakteristik sosial ekonomi antar kelompok perlakuan. Hal ini mengindikasikan terjadi pengacakan yang cukup baik pada keempat kelompok pada awal penelitian.
pendek dan panjang. Kerugian kedua adalah dampak yang mempengaruhi variabel –variabel penting dalam kegiatan ekonomi jangka pendek dan panjang seperti dampak penyakit terhadap konsumsi dan pendapatan. Dari sisi sosial dan budaya penyakit dipandang sebagai pengakuan sosial dimana seseorang yang mengidap penyakit tertentu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. (DepKes RI 2003)
Tabel 11 Karakteristik sosial ekonomi menurut perlakuan
Variabel Kelompok p DASHI-J (n=25) Olahraga (n=25) DASHI- J+olahraga(n=25) Kontrol (n=25) Umur rata-rata 32.60±4.93 38.04±8.32 42.48±8.34 37.52±9.82 0.340 Pendidikan n (%) 0.825 SLTA 22 (88.0) 24 (96.0) 15 (60.0) 22 (88.0) PT 3 (12.0) 1 (4.0) 10 (40.0) 3 (12.0) Total 25(100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) Pekerjaan n(%) 0.357 Staf 19 (76.0) 17 (68.0) 11(44.0) 22 (88.0) Non Staf 6 (24.0) 8 (32.0) 14 (56.0) 3(12.0) Total 25(100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) Pendapatan n (%) 0.103 < Rp.1 juta 6 (24.0) 1(4.0) 1(4.0) 1(4.0) Rp. 1-1,9 juta 12 (48.0) 9 (36.0) 11 (44.0 15 (60.0) >Rp2 juta 7 (28.0) 15 (60.0) 13 (52.0) 9 (36.0) Total 25(100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) 25 (100.0) Besar keluarga 2.96± 1.31 3.4±1.23 4.20±0.82 3.08±1.47 0.275 Hasil uji Chi Square karakteristik sosek tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) antar kelompok perlakuan
Pengetahuan Gizi Pre dan Post
Pada awal penelitian rata-rata pengetahuan gizi subjek untuk semua kelompok adalah < 54. Hasil uji statistik anova ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada pretest pengetahuan gizi kelompok A (42.48±6.40) 78.66%, kelompok B (36.36±8.54) 67.33%, kelompok C (43.56±4.91) 80.66% dan kelompok D (37.56±10.10) 69.55% tertinggi pada kelompok C dan terendah pada kelompok B. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada postest pengetahuan gizi 2 bulan terakhir untuk kelompok A (44.40±4.33) 82.22%, kelompok B (43.68±4.83) 80.88%, tertinggi pada kelompok C (45.96 ± 4.04) 85.11% dan terendah pada
kelompok D (42.00±6.19)77.77%. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada
kenaikan post-pre pengetahuan gizi 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok B (7.32±8.36) 13.55% dan terendah pada kelompok A (1.92 ± 6.75) 3.55%, ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada selisih post–pre antara sesudah dan sebelum perlakuan. Hasil penelitian Aditianti (2003) yang dilakukan pada karyawan swasta
wanita di Jakarta, dari 47 orang subjek 29.8% berpengetahuan gizi baik (skor>80) 66.0%, sedang (skor 60-80) dan 4.2% kurang. Hal ini diduga karena adanya perbedaan karakteristik subjek atau alat yang digunakan. Penelitian Harahap (2009) pada pretest pengetahuan gizi kelompok diet DASHI-R adalah (51.0±11.6) dan untuk kelompok diet + konseling adalah (47.5 ± 16.7). Postest pengetahuan gizi 2 bulan terakhir untuk kelompok diet adalah (53.7 ± 11.3) dan untuk kelompok diet + konseling adalah (68.2 ± 12.9). Kenaikan Post-pre pengetahuan gizi 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R adalah (2.6 ± 6.7) dan untuk kelompok diet + konseling adalah (20.7 ± 12.9).
Tabel 12 Pengetahuan Gizi Pre-Post
Pengetahuan Gizi Kelompok p A (25) B (25) C (25) D (25) Pretest pengetahuan gizi Postest pengetahuan gizi Selisih post-pre 42.48±6.40 44.40±4.33 1.92±6.75 36.36±8.54 43.68±4.83 7.32±8.35 43.56±4.91 bc 45.96±4.04 2.40±3.77 37.56±10.10 bc 42.00±6.19 4.44±7.09 0.0021 0.0441 0.0221 1
bc ada perbedaan bermakna (α<0.05) antara sesudah dan sebelum perlakuan dalam kelompok
ada perbedaan bermakna (α <0.05) antara kelompok B dengan kelompok lainnya
Tingkat Kepatuhan
Pada awal penelitian tingkat kepatuhan subjek masing-masing kelompok adalah 100% dari 104 orang yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok A, yaitu subjek yang mendapat perlakuan diet DASHI-J, kelompok B, yaitu subjek yang mendapat perlakuan olahraga berjalan cepat, kelompok C, yaitu subjek yang mendapat perlakuan diet DASHI-J+olahraga jalan cepat, kelompok D yaitu kontrol. Setelah 2 bulan penelitian tingkat kepatuhan subjek berubah menjadi 96.16 % yang patuh, dan 3.84 % yang tidak patuh. Hal ini disebabkan karena ada 4 orang subjek yang beralasan tidak mau diambil darahnya (kelompok A,B,C), sedangkan kelompok D waktu pengambilan darah terlalu lama melebihi waktu yang telah ditentukan.
Profil Indikator Klinis Subjek
Rata-rata tekanan darah sistolik (TDS) awal untuk kelompok diet DASHI-J (A) adalah (120.40±2.00) mmHg dengan sistolik terendah 120 mmHg dan tertinggi 130 mmHg, rata-rata sistolik awal penelitian untuk kelompok olahraga jalan cepat (B) adalah (124.00±6.46) mmHg, kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) adalah (127.00±8.42) mmHg dan kelompok kontrol (D) adalah (122.80±5.42) mmHg dengan sistolik terendah 120 mmHg dan tertinggi 139 mmHg masing-masing
Pada awal penelitian kelompok DASHI-J+olahraga jalan cepat (C ) hasil uji statistik anova ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada rata-rata sistolik tertinggi pada kelompok C (127.00±8.42) mmHg dan terendah pada kelompok A (120.40±2.00) mmHg. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada rata-rata sistolik 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok D (120.10±3.85) mmHg dan terendah pada kelompok A (110.90±6.41) mmHg. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada penurunan sistolik 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok C (-12.00±8.04) mmHg dan terendah pada kelompok D (-2.70±5.10) mmHg. Berbeda pada penelitian diet DASHI-R rata-rata sistolik awal penelitian untuk kelompok diet DASHI-R adalah (129.0±5.3) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (129.2±5.3) mmHg, rata-rata sistolik 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R adalah (117.3±13.1) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (117.5±6.6) mmHg, penurunan sistolik 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R yaitu (-11.7±13.2) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (-11.7±6.3) mmHg.
untuk kelompok B,C dan D.
Rata-rata tekanan darah diastolik (TDD) awal kelompok diet DASHI-J (A) (80.80±2.77) mmHg, kelompok olahraga jalan cepat (B) (83.20±4.76) mmHg, kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) (83.80±4.85) mmHg dan kelompok kontrol (D) adalah (81.40±3.39) mmHg. Rata-rata kisaran diastolik 80- 89 mmHg untuk masing-masing kelompok. Hasil uji statistik anova ada perbedaan bermakna (α<0.05) rata-rata diastolik awal penelitian tertinggi pada kelompok C (83.80±4.85) mmHg dan terendah pada kelompok A (80.80±2.77) mmHg. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) rata-rata diastolik 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok D (78.60± 3.69) mmHg terendah pada kelompok A
(73.30±2.37) mmHg. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada rata-rata penurunan diastolik 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok C (-8.60±4.69) mmHg dan terendah pada kelompok D (-2.80±4.58) mmHg. Berbeda pada penelitian diet DASHI-R rata-rata diastolik awal penelitian untuk kelompok diet DASHI-R yaitu (82.5±4.2) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (85.3±3.8) mmHg, rata-rata
Perlatihan aerobik secara langsung juga mempengaruhi elastisitas arteriol. Perlatihan aerobik meningkatkan elastisitas arteriol dengan cara meningkatkan produksi ekpresi protein eNOS. Nitrit Oksid (NO) bersifat vasodilator dan bekerja pada lapisan otot polos di tunika media arteriol. Selain meningkatkan produksi NO perlatihan aerobik juga memperpanjang bioaktivitas NO dengan cara menurunkan proses oksidasi melalui peningkatan produksi anti oksidan (Higashi 1999; Green, Maiorana, O’Driscoll, Taylor 2004). Hasil penelitian ini tidak jauh diastolik 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R adalah (76.3±9.5) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (75.7±5.7) mmHg. Penurunan diastolik 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R adalah (-6.2 ±9.7) mmHg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (-9.5±5.4) mmHg. Menurut Cornelissen & Fagard (2005) dengan metode meta analisis terhadap subjek prahipertensi yang diberikan pelatihan aerobik saja selama 16 minggu terjadi penurunan -1.7 mmHg (1.3%) penurunan ini secara klinis tidak bermakna. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penelitian ini juga jauh lebih besar dari hasil penelitian Kraemer (2001) (-3.6 mmHg) untuk sistolik dan (-6.7 mmHg) untuk diastolik. Perbedaan hasil dari penelitian ini diduga karena karakteristik subjek dan metode latihan yang tidak sama pada setiap penelitian. Penelitian secara meta analisis oleh Cornelissen & Fagard (2005) menunjukkan bahwa setelah perlatihan aerobik penurunan resistensi vaskular sebesar 7.1%, norepinefrin sebesar 29% dan aktivitas renin sebesar 20%. Selain penurunan aktivitas simpatis perlatihan aerobik meningkatkan aktivitas parasimpatis. Perubahan keseimbangan saraf otonom secara klinik ditandai oleh penurunan denyut jantung baik saat istirahat maupun latihan. Latihan aerobik juga mempengaruhi sensitivitas baroreseptor. Penelitian oleh Laterza (2007) dan Brum, Da Silva, Moraira (2000) menunjukkan sensitivitas baroreseptor meningkat setelah menjalani program perlatihan aerobik.
berbeda dengan penelitian Wahyuni (2008) dengan penurunan sistolik 15.92 mmHg dan diastolik 8.58 mmHg. Sistolik awal 131.42 mmHg dan sistolik akhir 115.50 mmHg sedangkan diastolik awal 84.58 mmHg dan diastolik akhir 76.00 mmHg.
Pengaruh pelatihan aerobik (olahraga jalan cepat) terhadap tekanan darah adalah sebagai berikut: menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, penurunan sistolik > penurunan distolik, mekanisme penurunan tekanan darah, perubahan keseimbangan SSO (Susunan Saraf Otonom), penurunan aktivitas simpatis, peningkatan aktivitas parasimpatis, penurunan laju jantung istirahat, penurunan aktivitas RAA (Renin, Angiotensin, Aldosteron), peningkatan NO dan peningkatan sensitivitas baroreseptor.
Penurunan sistolik olahraga jalan cepat menyebabkan volume ventrikel dan isi sekuncup meningkat lebih besar, laju jantung dan curah jantung menurun lebih besar serta shear stress meningkat, produksi NO meningkat, dilatasi arteriol.
Mekanisme penyebab perbedaan penurunan tekanan sistolik pada olahraga jalan cepat disebabkan oleh pengaruhnya terhadap curah jantung. Mekanisme pertama mungkin disebabkan oleh peningkatan curah jantung akibat adaptasi struktural ventrikel. Olahraga jalan cepat meningkatkan beban volume sehingga meningkatkan volume ventrikel.(Sherwood.2004; Wilmore & Costill 2004; Divine 2006)
Mekanisme kedua mungkin adalah penurunan curah jantung akibat perbedaan pengaruh tipe perlatihan terhadap sistem saraf otonom. Pada penelitian ini olahraga jalan cepat menurunkan denyut jantung istirahat lebih besar yang selanjutnya akan menurunkan curah jantung sehingga menurunkan tekanan sistolik. ( Sherwood.2004; Wilmore & Costill 2004 )
Olahraga jalan cepat saja dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik. Besarnya penurunan tekanan sistolik maupun diastolik secara statistik bermakna tetapi secara klinik dapat atau sering tidak bermakna. Penurunan tekanan darah yang kecil ternyata sudah dapat mengurangi risiko terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan stroke. Penurunan tekanan darah sebesar 2 mmHg akan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan stroke sebesar 4% dan 6% (Mc Ardle, Katch, Katch, Lipincott William & Wilkins 2006). Bila
penurunan tekanan darah akibat perlatihan aerobik sebesar 8.6-16 mmHg maka risiko penyakit kardiovaskular akan berkurang sebesar 16% - 32% dan stroke sebesar 24% – 48%.
Menurut penelitian Carter, Ray, Downs, Cooke (2003) terhadap subjek prahipertensi memperlihatkan penurunan bermakna pada tekanan darah sistolik sebesar (-9 mmHg) dan tekanan darah diastolik sebesar (-8mmHg). Penelitian Ermita (2009) dengan Intervensi olahraga dan konseling selama 8 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar (-5mmHg). Menurut Winata (1999) dan Hagberg (1990) dengan melakukan program pelatihan berjalan
cepat selama 8 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar (-11.64±5.18) mmHg sedangkan tekanan darah diastolik mengalami penurunan (-8.09±2.29) mmHg (8.54%) penurunan ini menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik (α<0.05). Menurut penelitian Moore, Conlin, Ard, Svetkey (2001) pada 72 orang penderita hipertensi stadium satu isolated sistolik (sistolik 140-159 mmHg, diastolik <90 mmHg) dilakukan untuk melihat apakah diet DASH selama 8 minggu efektif untuk menurunkan tekanan darah, subjek dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Diet Amerika
2. Diet yang kaya buah dan sayur
3. Diet DASH
Jumlah natrium dari ketiga diet adalah sama dan konsumsi energi disesuaikan selama penelitian untuk mencegah perubahan berat badan. Diet DASH selama 8 minggu efektif menurunkan tekanan darah sistolik yang bermakna (α<0.05) sebesar (-11.2 mmHg) dan diet buah dan sayur sebesar (-8
mmHg). Sedangkan menurut Appel et al (1997) DASH yang dikembangkan di
Amerika diteliti dengan pendekatan klinis. Penelitian ini menunjukkan rata–rata sistolik turun 6 mmHg dan diastolik turun 3 mmHg untuk kelompok DASH sedangkan diet yang kaya akan buah dan sayur sistolik turun 3 mmHg dan diastolik turun 2 mmHg. Untuk subjek Hipertensi I penurunan tekanan darah kelompok DASH lebih tinggi lagi yaitu 11 mmHg untuk sistolik dan 6 mmHg untuk diastolik. Pada penelitian Harahap (2009) diet DASHI ala Riau dan konseling penurunan tekanan darah Sistolik (-11.7±13.2) mmHg dan penurunan
Diastolik (-6.2±9.7) mmHg untuk kelompok diet DASHI-R, untuk kelompok diet DASHI-R + konseling penurunan tekanan darah sistolik (-11.7±6.3) mmHg dan diastolik (-9.5±5.4) mmHg sebaliknya pada penelitian ini penurunannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Cornelissen & Fagard (2005).
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah diet DASHI-J efektif sebagai terapi utama untuk menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mendapat diet DASHI- J+olahraga jalan cepat (C), diet DASHI- J (A), maupun kelompok olahraga jalan cepat (B) dapat menunjukkan penurunan tekanan darah, sistolik dan diastolik lebih baik daripada kelompok kontrol (D). Pada kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) dapat menurunkan sistolik (-12.00 ± 8.04) mmHg dan diastolik (-8.60±4.69) mmHg, kelompok diet DASHI-J (A) dapat menurunkan sistolik (-9.50±6.12) mmHg dan diastolik (-7.50±3.54)
mmHg, kelompok olahraga jalan cepat (B) dapat menurunkan sistolik (-11.00±6.92) mmHg dan diastolik (-8.20±6.87) mmHg dan kelompok kontrol (D)
dapat menurunkan sistolik (-2.70+5.10) mmHg dan diastolik (-2.80+4.58) mmHg. Rata–rata denyut nadi awal penelitian untuk kelompok diet DASHI-J (A) adalah (81.28±2.88)x/menit, kelompok olahraga jalan cepat (B) adalah (80.80±2.58) x/menit, kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) adalah (80.96±3.37) x/menit dan kelompok kontrol (D) adalah (80.40±2.70) x/menit. Rata-rata kisaran denyut nadi untuk masing–masing tiap kelompok adalah 78-88 x/menit. Pada awal penelitian hasil uji statistik anova tidak ada perbedaan
bermakna pada (α>0.05) pada denyut nadi tertinggi pada kelompok A
(81.28±2.88) x/menit dan terendah pada kelompok D (80.40±2.70) x/menit. Tidak ada perbedaan bermakna pada (α>0.05) pada rata-rata denyut nadi 2 bulan terakhir, tertinggi pada kelompok A (79.04±3.37) x/menit dan terendah pada kelompok D (78.56±2.35) x/menit. Tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada penurunan denyut nadi tertinggi pada kelompok C (-2.32±2.43) x/menit dan terendah pada kelompok D (-1.84±2.38) x/menit. Pada penelitian Ermita (2009) setelah dilakukan analisis multivariat ditemukan bahwa frekuensi denyut nadi istirahat bradikardia pada awal observasi tampak memperkecil kemungkinan penurunan tekanan darah diastolik sebesar 90% dibandingkan dengan subjek yang memiliki denyut nadi normal. Hal ini berbeda dengan hasil analisis univariat,
yang mendapatkan bahwa frekuensi denyut nadi istirahat bradikardia mempunyai kecenderungan menurunkan tekanan darah diastolik sebesar hampir 3 kali lipat lebih besar di bandingkan subjek dengan frekuensi denyut nadi normal.
Rata-rata tekanan nadi pada awal penelitian untuk kelompok diet DASHI-J (A) (39.60±3.52) mmHg, kelompok olahraga jalan cepat (B) adalah (40.80±4.00) mmHg dan kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) (43.20±5.57) dengan tekanan nadi terendah 30 mmHg dan tertinggi 50 mmHg masing-masing untuk kelompok A,B,dan C, dan kelompok kontrol (D) (41.40±5.69) mmHg dengan tekanan nadi terendah 30 mmHg dan tertinggi 60 mmHg. Pada awal penelitian hasil uji statistik anova tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada rata-rata tekanan nadi tertinggi pada kelompok C (43.20±5.57) mmHg dan terendah pada kelompok A (39.60±3.52) mmHg. Tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada rata-rata
Tabel 13 Rata-rata dan standar deviasi tekanan darah dan nadi
tekanan nadi 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok D (41.50± 3.95) mmHg dan terendah pada kelompok A (37.60±7.62) mmHg. Tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada penurunan tekanan nadi 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok C (-3.40±7.18) mmHg dan terendah pada kelompok A (- 2.00±8.87) mmHg kecuali kelompok D mengalami kenaikan (0.10±6.47) mmHg.
Variabel Kelompok Awal±SD Akhir±SD Perubahan (+/-)± SD Hasil Uji (awal/akhir/selisih) Sistolik (mmHg) DASHI-J 120.40±2.00ac 110.90±6.41 acd -9.50±6.12 ad 0.0021/0.0002/0.0003 DASHI- J+OR 127.00±8.42ac 115.00±2.50 acd -12.00±8.04cd 0.0021/0.0002/0.000 Olahraga (OR) 3 124.00±6.46 113.00±2.50 bd -11.00±6.92bd 0.0021/0.0002/0.000 Kontrol 3 122.80±5.42 120.10±3.85 abcd -2.70±5.10 abcd 0.0021/0.0002/0.000 Diastolik 3 (mmHg) DASHI-J 80.80±2.77 ac 73.30±2.37ad -7.50±3.54 ad 0.0301/0.0002/0.0003 DASHI- J+OR 83.80±4.85 ac 75.20±2.69 cd -8.60±4.69 cd 0.0301/0.0002/0.000 Olahraga (OR) 3 83.20±4.76 75.00±4.95 bd -8.20±6.87 bd 0.0301/0.0002/0.000 Kontrol 3 81.40±3.39 78.60±3.69 abcd -2.80±4.58 abcd 0.0301/0.0002/0.000 Tekanan nadi 3 (mmHg) DASHI-J 39.60±3.52 37.60±7.62 -2.00±8.87 0.068/0.067/0.377 DASHI- J+OR 43.20±5.57 39.80±3.67 -3.40±7.18 0.068/0.067/0.377 Olahraga (OR) 40.80±4.00 38.00±6.58 -2.80±7.19 0.068/0.067/0.377 Kontrol 41.40±5.69 41.50±3.95 0.10±6.47 0.068/0.067/0.377
1,2,3 Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan ada perbedaan bermakna (α<0.05) antara kelompok dengan kontrol.
abcd Hasil uji statistik Multi Comparison /ANOVA menunjukkan ada perbedaan bermakna (α<0.05) antara bulan akhir
Pada penelitian Harahap (2009) penurunan tekanan nadi untuk kelompok
diet DASHI-R rata-rata(-5.5 mmHg) dan untuk kelompok DASHI-R +konseling
rata-rata (-2.1mmHg). Pada penelitian ini untuk kelompok diet DASHI- J+olahraga jalan cepat (C) penurunannya jauh lebih besar dibandingkan dari kelompok diet DASHI-R+konseling, sedangkan untuk kelompok diet DASHI-R penurunan tekanan nadi lebih tinggi dari penelitian ini. Pada penelitian olahraga+konseling menurut Ermita (2009) bahwa tekanan nadi rata-rata
Pada awal penelitian diet DASHI-J+olahraga jalan cepat rata-rata berat badan (BB) untuk kelompok diet DASHI-J (A) adalah (75.96±5.84) kg dengan berat badan terendah 66.2 kg dan tertinggi 87 kg, kelompok olahraga jalan cepat (B) adalah (74.64±5.92) kg dengan berat badan terendah adalah 63.2 kg dan tertinggi 88.2 kg, kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat (C) adalah (76.61±7.84) kg dengan berat badan terendah adalah 58.6 kg dan tertinggi 96 kg, sedangkan kelompok kontrol (D) rata-rata berat badan awal penelitian (73.75±6.72) kg dengan berat badan terendah 61.6 kg dan tertinggi 93 kg dalam kelompok. Hasil uji statistik anova menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) rata-rata berat badan awal penelitian tertinggi pada kelompok C (76.61±7.84) kg dan terendah pada kelompok D (73.75±6.72) kg.Tidak ada perbedaan bermakna (α >0.05) pada rata-rata berat badan 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok D (73.82±7.07) kg dan terendah pada kelompok C (72.31±7.95) kg. Ada perbedaan bermakna (α<0.05) pada penurunan berat badan 2 bulan terakhir tertinggi pada kelompok C (-4.18±0.40) kg dan terendah pada kelompok B (-1.98±0.89) kg, kecuali kelompok D mengalami kenaikan (0.07±1.16) kg.
tinggi atau tidak normal. Selama observasi cenderung memperkecil kemungkinan penurunan tekanan darah diastolik.
Pada penelitian Harahap (2009). Rata-rata berat badan awal penelitian untuk kelompok diet DASHI-R adalah (70.2±7.4) kg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (75.6±7.9) kg. Rata-rata berat badan 2 bulan terakhir untuk kelompok diet DASHI-R adalah (69.2±7.3) kg dan untuk kelompok diet + konseling adalah (71.8±8.4) kg. Rata-rata penurunan berat badan untuk kelompok diet DASHI-R adalah (-1.0±1.2) kg dan untuk kelompok diet + konseling adalah
(-3.7±2.2) kg. Penelitian DASH (Appel et al 1997) menyebutkan dari hasil klinis yang meyakinkan bahwa berat badan, konsumsi kalium, alkohol dan pola makan diet DASH berpengaruh terhadap tekanan darah. Hasil penelitian observasi serat dan karbohidrat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hall (1994) menyebutkan hasil analisis regresi linear menunjukan bahwa penurunan berat badan akan menurunkan sistolik, apabila terjadi penurunan berat badan 1 kg akan menurunkan sistolik 7.3 mmHg dan diastolik 2.6 mmHg. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok diet DASHI-J+olahraga jalan cepat lebih tinggi penurunannya dibandingkan pada penelitian diet DASHI-R dan DASHI-R+ konseling.
Upaya menekan prevalensi obesitas tidak cukup hanya dengan menganjurkan teratur berolahraga, tetapi harus disertai penyuluhan pengaturan pola makan. Aktivitas fisik pada penelitian ini menunjang teori bahwa aliran darah yang meningkat dapat menjaga endotel pembuluh darah arteri dengan dihasilkannya nitrit oksid suatu bahan yang bersifat vasodilator (Kusmana 2002). Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal sedangkan aktifitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olahraga ternyata dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi melalui olahraga yang teratur (aktivitas fisik jalan cepat selama 45–60 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olahraga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah dan apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
Menurut Hull (1996), dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan
ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi subjek hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Hasil penelitian sejalan dengan pendapat dari beberapa pakar seperti Wong, Gerdley, Fraumeni (2000) dan Liebert (2003) yang menyatakan bahwa obesitas berisiko menyebabkan hipertensi sebesar 2 – 6 kali dibanding yang bukan obesitas.
Peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan sekitar dua sampai tiga kilogram tergantung intensitas, lama dan jenis (Wadden, Bryne, Krauthamer 2006), menurunkan kadar trigliserida dan LDL ( Then 2007).
Pada awal penelitian rata-rata tinggi badan untuk kelompok diet DASHI-J (A) adalah (165.84±5.18) cm, dengan tinggi badan (TB) terendah 158 cm dan tertinggi 176 cm, rata-rata tinggi badan untuk kelompok olahraga jalan cepat (B) adalah (166.77±5.46) cm dengan tinggi badan terendah adalah 158 cm dan tertinggi 178 cm, rata-rata
Pada awal penelitian rata-rata indeks massa tubuh (IMT) kelompok diet DASHI-J (A) adalah (27.59±1.27) dengan IMT terendah 25.30 kg/m
tinggi badan (TB) untuk kelompok diet DASHI- J+olahraga jalan cepat (C) adalah (167.22±5.82) cm, dengan tinggi badan terendah 152 cm dan tertinggi 179 cm, dan rata-rata tinggi badan (TB) kelompok kontrol (D) adalah (164.74± 4.54) cm, dengan tinggi badan terendah 158 cm dan tertinggi 176 cm.Tidak ada perbedaan bermakna (α>0.05) pada tinggi badan (TB) tertinggi pada kelompok C (167.22±5.82) cm, dan terendah pada kelompok D (164.74±4.54) cm. Pada penelitian Harahap ( 2009) rata-rata tinggi badan untuk kelompok diet DASHI-R (159.1±6.3) cm, dan untuk kelompok diet +konseling adalah (161.9±6.5) cm,.
2 dan
tertinggi 29.9 kg/m2. Rata-rata IMT pada awal penelitian untuk kelompok
olahraga jalan cepat (B) adalah (26.82±1.29) kg/m2, kelompok diet DASHI-
J+olahraga jalan cepat (C) (27.35±1.83) kg/m2 dan kelompok kontrol (D) adalah