• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dampak Adopsi Benih Toreng Hibrida terhadap Keragaman Fenotip Plasmanutfah Terong Lokal

Adopsi benih hibrida memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan komoditas sayuran lain, walaupun komersialisasi varietas terong hibrida sudah dimulai pada tahun 1988, yakni introduksi dari Taiwan (“Farmer Long” dan “Ping Tung Long”), serta pada tahun 1993, yakni varietas hibrida asli dalam negeri (“Mustang”). Adopsi benih hibrida secara menyeluruh terjadi pada tahun 2000.

Status Plasmanutfah Tahun 2000

Koleksi plasmanutfah hasil eksplorasi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang bekerjasama dengan Wageningen University dalam proyek ATA tahun 1990 diidentifikasi dengan ditanam ulang, serta diperbanyak dan dimurnikan kembali di Kebun Percobaan PT East West Seed Indonesia seperti terlihat pada Tabel 5 sampai Tabel 8. Lampiran 1 menunjukkan koleksi plasmanutfah terong lokal di Jawa Barat, merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari hasil identifikasi Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Sayuran pada tahun 1991 sebagai acuan dalam identifikasi dan karakterisasi plasmanutfah yang dilakukan pada penelitian ini. Jika dibandingkan antara hasil karakterisasi dan identifikasi saat penelitian, karakter yang diperoleh tidak banyak berbeda, yang memberikan implikasi bahwa kemurnian genetika dari plasmanutfah yang terkoleksi relatif sama dengan aslinya, walaupun secara fisiologis, viabilitas benih sangat rendah dimana daya berkecambah benih umumnya kurang dari 70%, bahkan ada yang tidak berkecambah sama sekali walaupun telah dilakukan perlakuan fisika dan kimia, terkait dengan penyimpanan selama hampir 20 tahun.

Upaya perlakuan kultur embrio (embryo rescue) juga dilakukan, walaupun

hasilnya sangat rendah, yakni kurang dari 30%. Karakterisasi yang dilakukan pada tahun 1991 didasarkan pada pengelompokan tipe buah, yakni terong asoi, terong apel, terong goong, marukan, kapol/kalapa, kopek dan pondoh, tanpa memperhatikan karakter agronomis lainnya, sehingga saat ini terjadi kesulitan untuk mengetahui kemurnian genetika dan kekerabatan dari masing-masing tipe.

  36  

Tabel 5. Karakteristik plasmanutfah terong panjang ungu di Jawa Barat bagian utara tahun 2000

Foto Deskripsi Nomor

Galur Foto Deskripsi

Nomor Galur Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah panjang dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar ungu (5RP, 3/10), dan daging buah putih. Panjang buah 25 cm, diameter 4 cm, 150 gram/buah. 5-17 Batang ungu, bunga ungu (5RP, 4/12), buah panjang (20 cm), tangkai ungu (4 cm), warna daging buah putih, diameter 5 cm, 160 gram/buah. 18 Batang ungu, bunga ungu, buah panjang (25 cm), tangkai hijau (4 cm), warna dasar ungu coklat (5RP, 4/2), dan daging buah hijau, diameter 5 cm, 125 gram/buah. 4 Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah ekstra panjang (36 cm), tangkai ungu (7 cm), warna dasar ungu (5RP,3/8), dan daging buah putih, diameter 3.5 cm, 120 gram/buah. 19 Batang ungu, bunga ungu, buah panjang (25 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar putih bercorak hijau- ungu, dan daging buah hijau, diameter 4 cm, 125 gram/buah. 1-3 Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah ekstra panjang (32 cm), tangkai ungu (7 cm), warna dasar ungu hitam (5RP, 3/2), dan daging buah hijau, diameter 3.5 cm, 120 gram/buah. 20

Keragaman plasmanutfah sebelum terjadinya komersialisasi benih terong dapat dilihat pada Tabel 5. Koleksi plasmanutfah sampai tahun 2000 dikelompokkan menjadi 4, yaitu terong panjang ungu, terong pondoh, terong

 

kapol atau kalapa dan terong bulat. Analisis klaster pada Gambar 12 menunjukkan bahwa plasmanutfah sebelum tahun 2000 dapat dikelompokkan menjadi 4 klaster.

Terong panjang ungu.

Koleksi terong panjang ungu dikelompokkan menjadi 6, yaitu tipe Ciledug (galur nomor 5-17), yakni terong panjang ungu dengan nilai munsell 5RP, 3/10 yang banyak ditemukan di wilayah Cirebon dan Tangerang; tipe kopek ungu (galur nomor 18), dengan nilai munsell 5RP, 4/12, yang ditemukan di Karawang, Bogor dan Tapaksera Bandung; terong panjang warna ungu-coklat (purple, galur nomor 4) dengan nilai munsell 5RP, 4/2, terong panjang ungu-coklat-lurik hijau (galur nomor 1-3), terong panjang tipe China (mengular) dengan nilai munsell 5RP, 3/8 (galur nomor 19) dan 5RP, 3/2 (galur nomor 20). Kedua terong terakhir diduga merupakan galur-galur rekombinasi dari terong introduksi dari Taiwan (Farmer’s Long dan Ping Tung Long) pada tahun 1988 dan telah beradaptasi di Cirebon dan Indramayu. Koleksi terong panjang ungu sebanyak 20 aksesi, dengan tipe Ciledug sebanyak 13 aksesi mendominasi dalam kelompok ini.

Secara morfologis dapat ditunjukkan beberapa perbedaan utama pada kelompok terong panjang ungu ini adalah pada nilai chroma pada munsell dan ukuran buah, baik panjang, diameter maupun bobot buah serta intensitas antosianin pada batang dan daun. Terong panjang tipe China (mengular) memiliki antosianin yang lebih pekat dibandingkan dengan keempat tipe lainnya. Namun perbedaan-perbedaan karakter di atas bukan merupakan keragaman yang signifikan dalam analisis dendogran atau kekerabatan. Hasil pengelompokan dengan analisis klaster pada Gambar 12 menunjukkan bahwa keduapuluh galur terong panjang ungu yang terdapat dalam Tabel 5 merupakan satu kesatuan klaster dalam klaster pertama. Dengan kata lain, keragaman galur-galur terong panjang ungu tersebut sangat rendah atau tingkat kekerabatannya sangat tinggi, walaupun secara morfologis atau fenotipik terdapat perbedaan karakter yang mencolok antara satu tipe dengan tipe lainnya. Klaster ini memiliki ciri utama dalam rasio panjang dan diameter buah harus lebih dari 5 dan atau bobot buah 120 gram sampai 160 gram, sehingga ada beberapa galur dari kelompok terong bulat yang masuk dalam kategori klaster pertama ini.

  38  

Terong pondoh

Kelompok terong pondoh terbagi menjadi 2 warna yaitu hijau dan ungu-hitam. Perbedaan morfologis utama antara kelompok terong pondoh dengan kelompok terong panjang ungu maupun terong kapol atau kalapa adalah pada ukuran buah yakni perbandingan antara panjang dan diameter buah. Terong pondoh memiliki panjang seperti tipe Cileduk atau kopek namun diameter buah lebih besar dibandingkan kedua tipe terong tersebut. Selain itu penciri utama dari terong pondoh adalah kepadatan buah dan jumlah biji dalam buah sehingga lebih keras dan memiliki bobot buah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pertama. Umumnya buah yang terbentuk berasal dari bunga tunggal, dan bunga dalam tandan selalu rontok.

Kelompok ini memiliki 5 tipe seperti terlihat pada Tabel 6, yaitu terong panjang hijau (galur nomor 27-32) dengan nilai munsell 7.5 GY, 6/10 berbentuk silindris; terong panjang bercorak coklat dengan nilai munsell 7.5 GY, 7/10 pada warna dasar berujung buah runcing (galur nomor 26), terong panjang tipe Jepang dengan bentuk buah membesar di tengah sampai ke ujung buah dengan nilai munsell 7.5 GY, 8/4 dan 5RP, 3/2 (galur nomor 21-25), serta bentuk buah yang membesar di tengah dengan kedua bagian pangkal dan ujung buah mengecil dan nilai munsell 5RP, 3/2 dengan lurik hijau di bagian bawah (galur nomor 26). Jumlah aksesi dalam kelompok ini adalah 18, yang didominasi oleh tipe terong pondoh dengan nilai munsell 7.5 GY, 6/10. Perbedaaan tiap-tiap tipe dalam kelompok ini adalah pada nilai munsell dan chroma.

Hasil analisis klaster pada Gambar 12 menunjukkan bahwa kelompok terong pondoh termasuk dalam klaster 2 kecuali galur nomor 26 dan galur nomor 38. Klaster yang terbentuk ini sesuai dengan pengelompokan secara visual dari karakter morfologi tanaman seperti terlihat pada Tabel 6 yang menunjukkan adanya keragaman pada warna kulit buah. Galur 26 dan 38 yang merupakan kelompok terong pondoh tidak termasuk dalam klaster 2, yang diduga karena warna buah yang dimiliki oleh galur ini adalah skore 10 atau multi warna (kombinasi warna hijau, ungu dan putih). Dari hasil analisis klaster menunjukkan bahwa kelompok terong pondoh yang memiliki keragaman secara morfologis,

 

juga menunjukkan bahwa beberapa galur terong pondoh berada di luar klaster terong pondoh.

Tabel 6. Karakteristik plasmanutfah terong pondoh di Jawa Barat bagian utara tahun 2000

Foto Deskripsi Nomor

Galur Foto Deskripsi

Nomor Galur Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah panjang (20 cm/7 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar hijau (7.5GY 6/10), dan daging buah hijau, 300 gram/buah.

27-32 Batang ungu, bunga

ungu, bentuk buah panjang gemuk (12 cm/9 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar putih berorak hijau ungu, dan daging buah putih, 250 gram/buah. 26* Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah panjang (17 cm/7 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar hijau (7.5GY, 7/10) bercorak ungu, dan daging buah hijau, 250 gram/buah.

38 Batang ungu, bunga

ungu, bentuk buah panjang gemuk (14/8.75 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar ungu hitam (5RP,3/2), dan daging buah hijau, 300 gram/buah. 21-25 Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah panjang gemuk (15cm/10 cm) dengan tangkai hijau (4 cm), warna dasar hijau (7.5GY, 8/4), dan daging buah hijau. Bobot buah 300 gram/buah.

33-37 Batang ungu, bunga

ungu, bentuk buah seperti telunjuk (12 cm/2 cm), tangkai buah hijau (5 cm), warna dasar hijau dengan garis-garis lebih tua, daging buah berwarna hijau, 60 gram/buah.

  40  

Kedua galur terong pondoh tersebut masuk dalam klaster 3, yakni klaster terong kapol atau kalapa. Galur nomor 26 mempunyai ciri spesifik dalam warna kombinasi hijau, putih dan ungu-hitam (red purple) pada kulit buah, sedangkan galur nomor 38 mempunyai ciri khas pada warna kulit buah hijau dengan bercak ungu. Galur-galur yang termasuk dalam klaster 2 dan yang membedakan dengan klaster 1 adalah galur-galur yang memiliki rasio panjang dan diameter buah lebih besar dari 1.3 dan atau kurang dari 3.0 dengan bobot buah lebih dari 250 gram.

Terong kalapa atau kapol

Kelompok ini disebut tipe kapol atau kalapa karena bentuk buah seperti buah kelapa. Ciri khas dari kelompok ini adalah ukuran panjang dan diameter memiliki perbandingan sama atau lebih kecil dari satu, dengan ukuran panjang dan diameter sekitar 9 atau 10. Warna buah bervariasi dari hijau, ungu pucat, sampai coklat-hitam atau purple. Ciri lain dalam kelompok ini adalah pada warna kelopak buah yang sangat kontras dengan warna kulit buah. Kelompok ini memiliki 5 tipe, yaitu: terong kalapa berwarna ungu-coklat dengan nilai munsell 5RP, 3/6 (galur nomor 48); terong kalapa warna ungu-hitam dengan nilai munsell 5RP, 3/2 (galur nomor 49), terong kalapa ungu pucat dengan nilai munsell 5RP, 8/2 (galur nomor 50-54), terong kalapa hijau dengan nilai munsell 7.5GY, 5/10 (galur nomor 44-47) dan terong kalapa hijau pucat dengan nilai munsell 7.5 GY, 8/2 (galur nomor 42 dan 43). Tipe terakhir ini berbeda dengan keempat tipe lainnya karena nilai perbandingan antara panjang dan diameter buah lebih besar dari satu seperti terlihat pada Tabel 7. Seperti halnya pada kelompok terong pondoh, kelompok terong ini memiliki daging buah yang pada dan jumlah biji yang banyak sehingga buah lebih keras dan bobot buah lebih tinggi dibandingkan dengan terong panjang ungu.

Perbedaan tiap-tiap tipe dalam kelompok ini ada pada nilai munsell dan atau nilai chroma, serta antosianin pada batang dan daun. Selain itu juga dapat terjadi perbedaaan pada bunga kembar yang sering ditemui dengan ciri khusus buah yang berbentuk belimbing atau bergerigi karena putik yang melebar dan ovule berjumlah lebih dari satu. Kilap buah atau glossiness juga menunjukkan perbedaan pada tiap-tiap tipe dalam kelompok terong kalapa ini, mulai dari sangat pucat sampai sangat mengkilap. Kelopak bunga atau buah umumnya lebih

 

panjang dibandingkan dengan kelompok terong lainnya. Koleksi terong kalapa sebanyak 13 aksesi, yang didominasi oleh terong kalapa ungu pucat dan terong kalapa hijau.

Tabel 7. Karakteristik plasmanutfah terong kapol atau kalapa di Jawa Barat bagian utara tahun 2000

Foto Deskripsi Nomor

Galur

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah ovoid/kalapa dengan tangkai hijau, warna dasar ungu coklat (5RP, 3/6), dan daging buah hijau. Panjang buah 10 cm, diameter 10 cm dan tangkai buah 6 cm. Bobot buah 250 gram.

48

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah ovoid/kalapa dengan tangkai hijau, warna dasar ungu hitam (5RP, 3/2), dan daging buah hijau. Panjang buah 10 cm, diameter 9 cm, tangkai buah 5 cm. Bobot buah 200 gram.

49

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah kalapa dengan tangkai hijau, warna dasar ungu pucat (5RP, 8/2), dan daging buah hijau. Panjang buah 10 cm, diameter buah 10 cm dan tangkai buah 6 cm. Bobot buah 250 gram.

50-54

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah kalapa dengan tangkai hijau, warna dasar hijau (7.5GY, 5/10), dan daging buah hijau. Panjang buah 7 cm, diameter buah 8 cm, panjang tangkai buah 4.8 cm. Bobot buah 200 gram.

44-47

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah kalapa dengan tangkai hijau, warna dasar hijau pucat (7.5GY, 8/2), dan daging buah hijau. Panjang buah 17 cm, diameter buah 10 cm, tangkai buah 5 cm. Bobot buah 350 gram.

  42  

Hasil analisis klaster terhadap perbedaaan-perbedan karakter yang dimiliki oleh tiap-tiap galur dalam kelompok terong kapol atau kalapa ini digambarkan dalam Gambar 12. Dendogram menunjukkan bahwa ada 11 galur dari 13 galur terong kapol atau kalapa termasuk dalam klaster 3, yakni galur nomor 44 sampai galur nomor 54, sementara dua galur lainnya, yakni galur nomor 42 dan galur nomor 43 yang tidak termasuk dalam klaster 3, tetapi masuk dalam klaster 2. Sebaliknya galur nomor 26 dan galur nomor 38 yang termasuk dalam kelompok terong pondoh, masuk dalam klaster 3. Galur no 42 dan 43 memiliki rasio panjang dan diameter buah 1.7 yang termasuk dalam kategori klaster 2, yakni terong pondoh, walaupun bobot buah 350 gram. Sementara itu galur nomor 26 memiliki rasio panjang dan diameter buah sebesar 1.3, dan galur nomor 38 memiliki nilai rasio panjang dan diameter buah sebesar 2.4. Dengan adanya beberapa galur dalam kelompok yang tidak termasuk dalam klaster 3 atau masuknya galur kelompok lain ke dalam klaster ini menunjukkan keragaman yang dimiliki oleh galur-galur terong kapol atau kalapa. Ciri khas dari klaster ini adalah galur-galur yang memiliki rasio panjang dan diameter buah kurang lebih 1.3 dan bobot buah lebih besar atau sama dengan 200 gram.

Terong bulat

Kelompok terong bulat merupakan kelompok terong dengan ciri-ciri sebagai berikut: bentuk buah bulat dengan warna buah hijau lurik, multi warna, hijau polos, ungu ataupun putih; kandungan biji per buah sangat tinggi, rasa buah renyah, dengan kandungan air yang sangat rendah dibandingakan dengan terong panjang, percabangan tanaman cenderung merambat ke samping dengan ukuran daun kecil-kecil, ruas-ruas tanaman yang memendek, dan dikonsumsi mentah sebagai lalab. Dari ukuran buah baik panjang maupun diameter dan bobot buah, kelompok terong bulat ini dibedakan menjadi terong asoi atau marukan dengan bobot buah 90-100 gram, dan terong kapol atau apel dengan ukuran panjang dan diameter lebih besar dari terong asoi serta bobot buah lebih dari 120 gram. Secara geografis, terong bulat banyak ditemukan di wilayah Jawa Barat, sehingga ketika dikaitkan dengan kebiasaan pola konsumsi terong bulat secara mentah, maka terong bulat disebut juga sebagai terong lalab.

 

Tabel 8. Karakteristik plasmanutfah terong bulat di Jawa Barat bagian utara tahun 2000

Foto Deskripsi Nomor

Galur

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau, dan daging buah hijau. Panjang, diameter dan tangkai: 4, 4, 3 cm. Bobot 90 gram.

68-73 (asoi dan marukan)

Batang hijau, bunga putih, bentuk buah bulat dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau, dan daging buah putih. Panjang, diameter, tangkai: 4, 4.5, 4 cm. Bobot 100 gram.

74-86 (asoi dan marukan)

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat gepeng dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau tua, dan daging buah putih. Panjang, diameter dan tangkai: 5, 7, 3 cm. Bobot 120 gram.

67 (gelatik)

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau dan ungu, dan daging buah hijau. Panjang, diameter dan tangkai: 3, 5, 2.5 cm. Bobot 100 gram.

61-66*

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat dengan tangkai hijau, warna dasar putih , dan daging buah putih. Panjang, diameter dan tangkai: 3, 5, 3.5 cm.Bobot 90 gram.

59-60

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak ungu, dan daging buah putih. Panjang, diameter dan tangkai: 4, 4, 3 cm. Bobot 80 gram.

56-58

Batang hijau, bunga putih, bentuk buah bulat apel dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau tua, dan daging buah putih. Panjang, diameter dan tangkai: 5, 6, 3 cm. Bobot 100 gram.

87-88

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat apel dengan tangkai hijau, warna dasar putih bercorak hijau, dan daging buah hijau. Panjang, diameter dan tangkai: 6, 7, 3 cm. bobot 120 gram.

89-93

Batang ungu, bunga ungu, bentuk buah bulat apel dengan tangkai ungu, warna dasar hijau bercorak ungu, dan daging buah hijau. Panjang buah 5 cm, diameter 8 cm, panjang tangkai buah 3.25 cm. Bobot 120 gram.

  44  

Koleksi plasmanutfah terong bulat sampai tahun 2000 ada 39 aksesi, yang terbagi dalam beberapa tipe didasarkan pada warna batang, warna mahkota bunga, warna buah, serta intensitas hijau-lurik yang dimiliki. Sebagian koleksi plasmanutfah terong bulat merupakan tipe terong marukan atau asoi, yakni 21 aksesi yang berwarna hijau lurik, 3 aksesi berwarna ungu, 2 aksesi berwarna putih dan 6 aksesi multi warna. Sedangkan koleksi plasmanutfah terong apel atau kapol ada 6 aksesi berwarna hijau lurik dan satu aksesi berwarna ungu. Sebagaian besar koleksi plasmanutfah terong bulat ini berasal dari Karawang. Terong bulat selain ditanam dalam populasi besar, juga ditanaman dalam skala pekarangan dengan pemeliharaan yang lebih mudah dibandingkan dengan terong panjang, untuk perbanyakan benih dan atau dilakukan oleh masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Terong telunjuk merupakan kelompok terong banci, karena tidak termasuk kedalam keempat kelompok terong lainnya. Warna buah menyerupai kelompok terong bulat atau terong lalab, sementara itu bentuk buah panjang berukuran telunjuk tangan, dengan buah terbentuk secara tunggal atau dalam tandan. Ukuran buah rata-rata adalah: 12 cm panjang, 2 cm diameter dan 60 gram bobot buah. Jumlah biji dalam buah pada terong telunjuk sebanyak biji yang terkandung dalam buah terong bulat.

Analisis klaster pada Gambar 12 menunjukkan bahwa terong telunjuk, yakni galur nomor 39, 40 dan 41 termasuk dalam klaster 4. Terong bulat secara morfologis memiliki keragaman dalam bobot, ukuran panjang dan diameter buah, warna bunga, batang dan buah. Klaster 4 selain merupakan klaster terong telunjuk, juga merupakan kelompok terong bulat yang memiliki ukuran buah lebih kecil atau sama dengan 100 gram, yakni galur nomor 56 sampai galur 88, kecuali galur nomor 67. Sesuai dengan keragaman morfologis, galur-galur terong bulat yang memiliki bobot buah 120 gram tidak termasuk dalam klaster 4, tetapi masuk dalam klaster 1. Galur-galur tersebut merupakan terong bulat tipe apel, yakni galur nomor 55, 67, 89, 90, 91, 92 dan 93. Dengan adanya beberapa galur terong bulat yang masuk dalam klaster terong panjang ungu atau klaster 1 menunjukkan bahwa ada keragaman bobot buah yang dimiliki oleh galur-galur kelompok terong

 

bulat ini memisahkan setiap galus dalam pengklasteran, sementara warna bunga dan batang tidak menjadi penciri dalam pembentukan klaster terong bulat.

Gambar 12. Analisis klaster plasmanutfah terong sebelum tahun 2000 (data diolah dari Lampiran 2)

Status Plasmanutfah setelah Adopsi Benih Hibrida

Data plasmanutfah di wilayah penelitian pada tahun 2011 dikumpulkan berdasarkan wawancara dengan petani responden, dengan menanyakan keberadaan plasmanutfah yang terkumpul pada tahun 2000. Responden dipaparkan deskripsi tentang plasmanutfah atau diminta untuk menyebutkan nama lokal dari plasmanutfah yang biasa digunakannya untuk bahan tanaman, ataupun digunakan oleh petani lain di sekitar lokasi penelitian.

Tabel 9 menunjukkan status plasmanutfah di wilayah penelitian. Di Karawang terjadi pengayaan plasmanutfah dalam bentuk dan warna yakni terong oval/banci (oval hijau lurik gelap dan terang, oval ungu, oval putih), apel hijau, apel putih, terong panjang putih dan terong panjang hijau bergaris diduga sebagai hasil perkawinan silang antara terong bulat dan terong panjang (Gambar 13). Pengayaan plasmanutfah di Karawang terjadi karena adopsi benih terong hibrida di Karawang relatif baru, yakni setelah tahun 2000, Sementara itu terong hibrida merupakan tipe baru, yakni terong panjang, sedangkan terong lokal asli setempat umumnya adalah terong bulat seperti terlihat pada Tabel 9.

Obse r v a t ions S im ila ri ty 49 47 45 46 44 53 51 38 54 52 50 48 26 43 42 36 34 35 33 30 28 31 29 32 27 37 24 23 25 22 21 88 87 85 84 76 75 82 80 78 77 86 83 81 79 74 65 64 63 66 62 61 73 72 71 70 69 68 60 59 57 58 56 41 40 39 20 12 13 10 7 11 8 6 16 15 17 14 9 5 92 90 93 91 89 67 55 19 18 2 4 3 1 -1621.37 -1047.58 -473.79 100.00

  46                         

Gambar 13. Plasmanutfah varian baru di wilayah Karawang sebagai dampak dari adopsi benih terong hibrida

Plasmanutfah lokal kelompok terong bulat di Karawang dikategorikan lestari, karena hampir semua tipe, baik terong asoi atau marukan maupun terong apel atau kapol tetap ditemukan dan digunakan oleh petani di Karawang. Petani responden di Kecamatan Jatisari menggunakan terong kapol atau apel dengan melakukan perbanyakan benih sendiri dari pertanaman yang sedang berjalan dan menyimpan di dalam botol untuk pertanaman musim berikutnya. Petani di Tirtamulya dan Rawamerta menggunakan terong asoi atau marukan untuk usaha tani dengan memperbanyak dari pertanaman di sawah ataupun di pekarangan rumah. Plasmanutfah lokal di Karawang sebesar 67% tetap lestari, dan 33% terdesak. Plasmanutfah yang terdesak dari Karawang adalah kelompok terong panjang ungu atau kopek ungu.

Berbeda dengan kondisi plasmanutfah terong lokal di Karawang, kondisi plasmanutfah di wilayah Indramayu terdesak oleh terong hibrida. Hampir seluruh petani responden di Indramayu menggunakan benih hibrida secara total, kecuali satu responden dari Lelea yang masih menggunakan terong kalapa. Benih terong hibrida “Mustang” pertama kali dikomersialisasikan di Patrol dan Sukra, Kabupaten Indramayu pada tahun 1992-1993 (Hidayati 2002). Dua kelompok terong yang digunakan dalam usaha tani di Indramayu adalah terong panjang ungu

Apel putih Oval putih

Telunjuk putih Oval multi warna

 

dan terong panjang hijau. Terong panjang ungu merupakan kelompok terong yang sudah lebih dari 15 tahun digunakan oleh petani, sementara itu terong

Dokumen terkait