• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian

Dalam dokumen Vol.16 No.1 Januari 2015 (Halaman 95-103)

TEUKU ZULKARNAEN

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian

Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis yang bergerak dalam jasa kuliner Di dukung 36 kar- yawan dan cabang tetap ramai di kunjungi para pelanggan setianya. Sudah beberapa tahun rumah makan ini menerima jasa delivery service untuk daerah kota Lhokseumawe. Selain itu, pesanan dalam skala besar untuk jamuan makan, meeting atau acara lain baik formal maupun informal juga sanggup di penuhi pengelola. Bahkan Pak Ulis kerap kali menawarkan discount khusus bagi para penikmatnya. Usaha Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis yang dirintis sejak tahun 2008. Adapun aktivitas bisnisnya adalah di bidang kuliner yang juga dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak. Selain di Lhokseumawe, usaha Ayam Penyet Pak Ulis juga memperluas jaringannya dengan membuka cabang di beberapa tempat sep- erti Langsa, Tebing Tinggi, Bireuen dan Banda Aceh hingga ke Pekan Baru

Karakteristik Responden yang ditinjau dari segi jenis kelamin dapat dijelaskan dimana untuk penilaian faktor internal, perempuan lebih domi- nan yang bekerja di rumah makan Ayam Penyet Pak Ulis, sebanyak 24 orang atau 66,7%. Sedan- gkan laki-laki sebanyak 12 orang atau 33,3%. Sedangkan untuk penilaian faktor eksternal, re- sponden laki-laki yang lebih dominan mengkon- sumsi Ayam Penyet Pak Ulis yaitu sebanyak 56 orang atau 56%. Dan sisanya perempuan seban- yak 44 orang atau 44%.

Untuk karakteristik usia diketahui dari 36 orang responden yang menilai faktor internal, segi usia < 20 tahun berjumlah 6 responden atau 16,7%, usia 21 – 25 tahun berjumlah 20 responden atau 55,6%, usia 26 – 30 tahun berjumlah 8 re- sponden atau 22,2%, diikuti oleh usia 31 – 35 ta- hun berjumlah 2 responden atau 5,6% dan tak ada seorang respondenpun yang berusia diatas 35 tahun. Sedangkan untuk faktor eksternal, usia re- sponden < 20 tahun adalah sebanyak 4 orang atau

4%. Usia berkisar antara 21−25 tahun sebanyak 15 responden atau 15%. Usia antara 26 – 30 ta- hun sebanyak 15 orang atau 15%. Usia responden antara 31 – 35 tahun sebanyak 36 orang atau 36% dan usia responden > 36 tahun yaitu sebanyak 30 orang atau 30%.

Untuk karakteristik tingkat pendidikan terakh- ir responden dari faktor internal, SLTA yang pal- ing dominan yaitu mencapai 28 orang atau sebesar 77,8%, selanjutnya disusul dengan lulusan diplo- ma/akademi sebanyak 6 orang atau 16,7%. Beri- kutnya tamatan SLTP sebanyak 2 orang atau 5,6% dan tidak ada responden yang lulusan SD atau Sarjana. Untuk pendidikan terakhir responden dari faktor eksternal lebih didominasi oleh sarjana yaitu sebanyak 48 orang atau 48%. Di ikuti oleh responden yang berpendidikan terakhir SLTA ada- lah sebayak 31 orang atau 31%. Diploma/akademi sebanyak 17 orang atau 17% dan sisanya SLTP sebanyak 4 orang sedangkan yang terkait dengan jenis pekerjaan respondendari sisi internal terdiri 4 (empat) jenis, yaitu tukang masak/koki, kasir, pelayan, dan tukang parkir. Jumlah responden yang bekerja sebagai pelayan lebih dominan yaitu sebanyak 20 orang atau 55,6%, disusul oleh tu- kang masak/koki sebanyak 11 orang atau 30,6%. Kasir sebanyak 3 orang atau 8,3% dan terakhir tu- kang parkir sebanyak 2 orang atau 5,6%.

Berbeda dengan jenis pekerjaan responden eksternal/konsumen. Lebih di dominasi oleh kon- sumen yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 29 orang atau 29% dan di ikuti oleh wirausahawan sebanyak 41 orang atau 41%. Pelajar/mahasiswa sebanyak 4 orang atau 4%. Responden yang ber- profesi sebagai TNI/Polri sebanyak 1 orang atau 2,5%. Karyawan swasta sebanyak 9 orang atau 9% dan lainya sebanyak 16 orang atau 16%.

Dari segi pendapatan, responden internal mendapatkan penghasilan yang tidak jauh ber- beda. Responden yang berpenghasilan antara Rp 500.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 sebanyak 29 orang atau 80,6%. Dan responden yang ber- penghasilan antara Rp 1.050.000 sampai dengan 1.600.000 sebanyak 7 orang atau 19,4%. Sedan- gkan untuk responden eksternal lebih didominasi oleh responden yang berpenghasilan diatas Rp 1.900.000 yaitu sebanyak 57 orang atau 57%. Disusul oleh responden yang berpenghasilan

antara Rp 1.650.000 – Rp 1.900.000 yaitu seban- yak 57 orang atau 57%. kemudian responden ber- penghasilan antara Rp 1.050.000 – Rp 1.600.000 yaitu sebanyak 27 orang atau 27% dan sisanya sebanyak 4 orang atau 4% yang berpenghasilan dibawah Rp 500.000.

Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) Berikut ini adalah penentuan nilai faktor inter- nal (Tabel 1)

Nilai pada bobot adalah asumsi dari peneliti dimana diberikan bobot sesuai dengan berapa be- sar pentingnya indicator tersebut pada perusahaan Ayam Panyet Pak Ulis. Bobot pada indikator- indikator tersebut berkisar antara 0,10 dan 0,15. Sedangkan total dari semua nilai bobot adalah 1 atau 100%.

Rating adalah nilai rata-rata jawaban re- sponden terhadap indikator yang ada pada kue- sioner. Nilai ini merupakan nilai dari skala likert antara 1 sampai dengan 5. Nilai rating pada pe- rusahaan ini berkisar antara 2,97 dan 4,08. Se- dangan nilai internal adalah nilai hasil kali antara bobot dengan rating. Nilai internal ini berkisar antara 0,297 dan 0,408. Total nilai internal pada perusahaan Ayam Penyet Pak Ulis adalah 3,792. Nilai internal inilah yang digunakan dalam matrik

Internal Factor Evaluation (IFE). Dengan ban-

tuan matriks tersebut dapat ditentukan dimana keberadaan perusahaan Ayam Penyet Pak Ulis, apakah berada pada strategi agresif, diversiikasi, defensif, dan turn around.

Analisis External Factor Evaluation (EFE) Berikut ini adalah penentuan nilai faktor ek- sternal (Tabel 2)

Nilai pada bobot adalah asumsi dari peneliti dimana diberikan bobot sesuai dengan seberapa besar pentingnya indikator tersebut pada perusa- haan Ayam Panyet Pak Ulis. Bobot pada indikator- indikator tersebut berkisar antara 0,10 dan 0,15. Sedangkan total dari semua nilai bobot adalah 1 atau 100%. Rating adalah nilai rata-rata jawaban responden terhadap indikator eksternal yang ada pada kuesioner. Nilai ini merupakan nilai dari skala likert antara 1 sampai dengan 5. Nilai rat- ing pada perusahaan ini berkisar antara 3,08 dan 4,08. Sedangkan nilai eksternal adalah nilai hasil

Tabel 1

Total Nilai Faktor Internal

Faktor Internal Bobot Rating/rata-rata Nilai Internal

Pengelolaan keuangan dilakukan oleh manajer yang berpengalaman

0,15 3,92 0,588

Adakah sikap pimpinan dan manajer memberikan kenyamanan terhadap karyawan

0,10 4,00 0,400

Pengelolaan Rumah Makan dilakukan oleh sistem kekeluargaan

0,10 3,36 0,336

Perusahaan memiliki modal yang cukup 0,15 3,92 0,588 Memiliki struktur organisasi yang efektif 0,10 2,97 0,297 Perusahaan memiliki citra yang baik 0,10 4,08 0,408 Perusahaan memiliki karyawan yang handal 0,10 3,94 0,394 Karyawan melaksanakan kerja team yang solid 0,10 3,81 0,381 Perusahaan memiliki bahan baku yang berkualitas 0,10 4,00 0,400

1,00 3,792

Sumber : Data Primer (data diolah), 2013

Tabel 2

Total Nilai Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Rating/rata-rata Nilai Eksternal

Lokasi usaha Ayam Penyet Pak Ulis termasuk strategis atau mudah dicapai

0,15 3,84 0,576

Fasilitas yang ada serta karyawan yang bekerja memberikan kenyamanan pada konsumen

0,10 4,10 0,410

Pelayanan yang diberikan ramah dan memuaskan 0,15 3,78 0,567 Fasilitas seperti sarana bermain merupakan daya

pikat pelanggan

0,10 3,90 0,390

Penyajian masakan dan pemesanan sangat cepat 0,10 3,14 0,314 Ayam Penyet Pak Ulis memiliki cita rasa yang ber-

beda dibandingkan produk sejenis yang ditawar- kan pesaing lain

0,15 4,00 0,60

Harga dapat dijangkau oleh masyarakat 0,15 3,95 0,592 Ayam Penyet pak Ulis menawarkan produk yang

berbeda dari pesaingnya

0,10 3,78 0,378

1,00 3,829

Sumber : Data Primer (data diolah), 2013

kali antara bobot dengan rating. Nilai eksternal ini berkisar antara 0,308 dan 0,612. Total nilai ekster- nal pada perusahaan Ayam Penyet Pak Ulis ada- lah 3,829. Nilai eksternal inilah yang digunakan dalam matrik External Factor Evaluation (EFE). Analisis Matriks IFE dan EFE

Dengan menggabungkan nilai total internal dan eksternal pada matriks IFE dan EFE dilihat bahwa Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis se- dang melakukan Strategi agresif hal ini berdasar- kan pada nilai faktor internal yaitu 3,829. Strategi ini berarti perusahaan berada dalam situasi yang sangat menguntungkan karena perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan dan kesempatan serta da- pat mengendalikan kelemahan dan ancaman den- gan baik. Berikut ini merupakan diagram analisis SWOT yang menunjukkan posisi Rumah Makan

Ayam Penyet Pak Ulis di Kota Lhokseumawe. Dengan bantuan diagram analisis SWOT dapat ditentukan dimana keberadaan atau strategi yang dilakukan Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis, yaitu berada pada strategi agresif.

1. Strategi agresif merupakan Perusahaan terse- but memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strate- gi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

2. Strategi diversiikasi meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan juga memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus diterap- kan adalah menggunakan kekuatan untuk me- manfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversiikasi (produk/pasar). 3. Strategi intensif merupakan Perusahaan meng-

Peluang Ancaman Kelemahan Kekuatan Intensif Defensif Agresif Diversiikasi 1 2 3 3,792 3,829 3 2 1

Ayam Penyet Pak Ulis

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT Tabel 3

Matriks SWOT IFE

EFE

STRENG-S

1. Manajer Rumah makan berpen- galaman

2. Kenyamanan karyawan 3. Sistem kekeluargaan 4. Modal yang cukup 5. Citra yang baik 6. Kemampuan Karyawan 7. Kerja tim yang solid 8. Bahan baku berkualitas

WEAKNES-W

1. Tempat parkir tidak memadai 2. Promosi produk kurang 3. Kemasan tidak berlogo

4. Jaringan pemasaran masih terbatas 5. karyawan kurang professional 6. Harga tidak kompetitif 7. Pangsa pasar belum optimal

OPPORTUNITIES-O

1. Preferensi dan pendapatan konsumen 2. Kebijakan pemerintah

3. Perubahan teknologi yang men- dukung

4. Pertumbuhan ekonomi yang men- dukung

5. Jumlah pendudduk bertambah 6. Budaya masyarakat se-tempat

STRATEGI-SO

(kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada)

1. Manajer terus menerus beradaptasi dalam pemamfaatan teknologi 2. Meningkatkan kapasitas produksi 3. Perluasan pangsa pasar

STRATEGI-WO

(memperkecil kelemahan dengan memam- faatkan keuntungan dari peluang yang ada) 1. Meningkatkan SDM para karyawan 2. Perluasan jaringan pemasaran 3. Memperbaiki strategi promosi 4. Pemamfaatan teknologi dengan biaya

murah

THREAT-T 1. Persaingan

2. Hambatan perdagangan 3. Kenaikan harga Ayam 4. Biaya produksi meningkat

5. Dampak negatif Ayam penyet terha- dap kesehatan

STRATEGI-ST

(kekuatan untuk menghindari ancaman) 1. Tetap menjaga kualitas , cita rasa

dan bumbu khas

2. Meningkatkan kinerja Rumah Makan

3. Memilih ayam yang sehat

STRATEGI-WT

(memperkecil kelemahan yang ada dan menghindari ancaman)

1. Melakukan promosi penjualan dan periklanan ntuk membangun dan mem- pertahankan citra merek

2. Tetap menjaga kualitas produk ayam penyet dan menetapkan harga yang terjangkau

hadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi juga memiliki beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimal- kan masalah internal sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).

4. Strategi defensif merupakan situasi yang san- gat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tinda- kan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).

Setelah diagram SWOT terbentuk, kemudian dibuat matriks SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin membantu untuk manajer mengembangkan empat tipe strategi SO, WO, ST dan WT. Matriks pada Rumah Makan Ayam Peny- et Pak Ulis di Kota Lhokseumawe adalah sebagai yang tergambarkan dalam Tabel 3.

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan pelu- ang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaat- kan peluang eksternal.

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimi- liki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strate- gi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak an- caman eksternal.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan peman- faatan peluang yang ada dengan cara meminimal- kan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang ber- sifat defensif dan berusaha meminimalkan kele- mahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal

Pembuktian Hipotesis

Pada analisis dan pembahasan diatas bahwa nilai internal sebesar 3,792 berarti berada pada sisi kanan matrik dan nilai eksternal sebesar 3,829 berarti berada pada sisi atas matriks sehingga nilai tersebut membetuk titik koordinat (3,792 , 3,829). Titik koordinat ini berada pada kuadran agresif. Dengan demikian hipotesis awal (Ho) diterima, Diduga strategi pemasaran yang diterapkan oleh Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis adalah Strategi Agresif.

KESIMPULAN

1. Dengan mengunakan metode Matriks IFE dan EFE terlihat bahwa perusahaan Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis menggunakan strategi Agresif. Yang mana perusahaan berada dalam situasi yang sangat menguntungkan karena pe- rusahaan dapat memanfaatkan kekuatan dan kesempatan serta dapat mengendalikan kele- mahan dan ancaman dengan baik.

2. Nilai internal dan eksternal diperoleh dari per- hitungan bobot yang diasumsikan oleh peneliti dengan nilai rata-rata jawaban responden ter- hadap internal dan eksternal faktor. Dengan demikian nilai internal sebesar 3,792 dan nilai eksternal sebesar 3,829.

SARAN

1. Dengan nilai internal dan eksternal berada pada kuadran agresif, hendaknya perusahaan dapat mempertahankan strategi agresif ini se- bagai strategi andalan.

2. Strategi agresif bukan berarti perusahaan tidak memiliki kelemahan yang harus diperbaiki. Adapun kelemahan yang harus diperbaiki oleh Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis adalah pada kecepatan penyajian yang masih lambat. Hendaknya penyajian ke pelanggan dapat lebih dipercepat. Dan stuktur organisasi juga belum efektif sehingga pekerja melakukan rangkap pekerjaan. Jadi hendaknya struktur organisasi yang sudah ada direkonsilidasi kembali.

REFERENSI

Arikunto, S (2002), Prosudur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta

Assauri, Sofjan. (1999). Manajemen Pemasaran. Penerbit PT. Raja Graindo Persada Jakarta. David, Fred R, (2006), ManajemenStrategi: Konsep-konsep, edisi kesembilan, INDEKS Kelompok

Gramedia, Jakarta

Fatima, Imaculata (2009), Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Flores Nusa Tenggara Trading Co. Ltd. (NTC) di Ruteng Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal

H. Nystrom (2007), http://id.wikipedia.org/wiki/Arti Deinisi/ Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli Ilmu Manajemen Pemasaran/ Marketing Dasar” 10 April 2010

Hermawan, Asep, (2006), Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Grasindo, Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/analisis_swot, 10 April 2010

Kotler, Philip (1998), Manajemen Pemasaran : Analisis, perencanaan dan pengendalian, Edisi ke- lima, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(2000). Marketing Management: Analysis, Planing, Implementation and Control, 9th . Prentice Hall. Upper Sadle Riverss. New Jersey.

(2002). Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, PT. Ikrar Mandiriabadi: Jakarta. Margono, (2010), http://id.wikipedia.org/wiki/populasi, 26 April 2010

M.grant, Robert, (1996), Analisis Strategi Kontemporer, Erlangga, Jakarta

Mark dan Spencer, http://id.wikipedia.org/wiki/strategi_keberhasilan, 20 Januari 2010 Mcnichon (2000), Manajemen Laba. Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Nawawi, (2010),”http://id.wikipedia.org/wiki/populasi, 26 April 2010

Putri, Budi Rahayu Tanama (2007), Analisis Strategi Pemasaran DOC Pedaging Pada PT. X Unit Bali, Jurnal

Pride dan Ferrel, (1995), http://id.wikipedia.org/wiki/ Segmentasi Pasar: Deinisi, Manfaat dan Kele- mahan dan Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Segmentasi Pasar” 11 April 2010 Rangkuti, Freddy, (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Steers, Richard M. Lyman W. Porter. (1991), Motivation and Work Behavior. New York: McGrew- Hill Inc.

Salusu, J. (1996), Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi

Nonproit, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Sudantoko, (2002), Manajemen Bisnis dan Manajemen Metode, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta Suharyadi, (2004), Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern, Salemba Empat, Jakarta Suryana, (2003), Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses menuju Sukses, Salemba Empat, Jakarta Stanton, William J. (2000), Prinsip Pemasaran, Edisi ketujuh, jilid kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta. Tjiptono, Fandy. (2002). Strategi Pemasaran. Penerbit : Andi. Yogyakarta.

Umar, Husein (1997), Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Umar, Husen, (2001), Study Kelayakan Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

WY. Stanton, (2007), http://id.wikipedia.org/wiki/Arti Deinisi/ Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli Ilmu Manajemen Pemasaran/ Marketing Dasar” 10 April 2010

ANALISIS HUBUNGAN KEPUTUSAN PENDANAAN

Dalam dokumen Vol.16 No.1 Januari 2015 (Halaman 95-103)