• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.16 No.1 Januari 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Vol.16 No.1 Januari 2015"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

JOURNAL OF

Economic

Management

& Business

Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Proitabilitas Bank Tabungan Negara

Anwar Puteh 1

Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengangguran, Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Utara Periode 2008 - 2011

Cut Putri Mellita Sari 11

The Study Of Parents’ Income Toward Students’ Ability In Learning English A Case Study Of First Semester At Economic Faculty, Malikussaleh University

H a n i f 21

Pengaruh LDR, CAR dan EPS terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H u s a i n i 29

Analisis Ketidakpastian Pendapatan Nelayan Aceh

J a m i l a h 37

Pengaruh Faktor Internal terhadap Pertumbuhan Proitabilitas Bank Tabungan Negara (BTN)

Nurul Mawaddah 47

Analisis Kelayakan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Sistem Kemitraan Tinjauan dari Aspek Teknis, Manajemen dan Finansial

R o m a n o 59

Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin pada Masyarakat Nelayan di Wilayah Pesisir Aceh

Suadi, Eva Ayuzar dan Romano 69

Analisis Strategi Keberhasilan Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis - Lhokseumawe Pendekatan Matriks IFE dan EFE

Teuku Zulkarnaen 79

Analisis Hubungan Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan pada Bursa Efek Indonesia

Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Teuku Zulkarnain 97

(2)
(3)

JOURNAL OF

Economic

Management

& Business

Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Proitabilitas Bank Tabungan Negara

Anwar Puteh 1

Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengangguran, Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Utara Periode 2008 - 2011

Cut Putri Mellita Sari 11

The Study Of Parents’ Income Toward Students’ Ability In Learning English A Case Study Of First Semester At Economic Faculty, Malikussaleh University

H a n i f 21

Pengaruh LDR, CAR dan EPS terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H u s a i n i 29

Analisis Ketidakpastian Pendapatan Nelayan Aceh

J a m i l a h 37

Pengaruh Faktor Internal terhadap Pertumbuhan Proitabilitas Bank Tabungan Negara (BTN)

Nurul Mawaddah 47

Analisis Kelayakan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Sistem Kemitraan Tinjauan dari Aspek Teknis, Manajemen dan Finansial

R o m a n o 59

Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin pada Masyarakat Nelayan di Wilayah Pesisir Aceh

Suadi, Eva Ayuzar dan Romano 69

Analisis Strategi Keberhasilan Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis - Lhokseumawe Pendekatan Matriks IFE dan EFE

Teuku Zulkarnaen 79

Analisis Hubungan Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan pada Bursa Efek Indonesia

Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Teuku Zulkarnain 97

(4)

Diterbitkan Oleh :

Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Dewan Penasehat/Advisory Board

Rektor Universitas Malikussaleh

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Ketua Penyunting/ Chief Editor

Wahyuddin

Pengelola Penyunting/Managing Editor Khairil Anwar (Chief)

Iswadi, Anwar Puteh, Ichsan, Ghazali Syamni, Damanhur, Naufal Bachri, Husaini, Yulbahri Penasehat Editorial dan Dewan Redaksi/

Editorial Advisory and Review Board

Prof. A. Hadi Ariin (Unimal), Jullimursyida, Ph.D (Unimal), Adi Aif Zakaria, Ph.D (UI), Zafri Ananto Husodo, Ph.D (UI),

Fachruzzaman (UNIB), Erlina, Ph.D (USU), Muhammad Nasir, Ph.D (USK), Sofyan Syahnur, Ph.D (USK), Tafdil Husni, Ph.D (UNAND),

Jeliteng Pribadi, MA (USK), Sirkulasi & Secretary :

Kusnandar Zainuddin, Fuadi, Karmila, Ismail Kantor Penyunting/Editorial Ofice

Kampus Bukit Indah P.O. Box. 141 Lhokseumawe Telp. (0645) 7014461 Fax. (0645) 56941 E-mail : emabis@fe-unimal.org - Hompage: www.fe-unimal.org/jurnal/emabis

Jurnal E-Mabis Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh diterbitkan sejak tahun 2000 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Malikussaleh nomor SK. No.34/UM.H/KP/2000

Jurnal E-Mabis diterbitkan oleh FE Unimal bekerjasama dengan ISEI Lhokseumawe Dekan : Wahyuddin, Pembantu Dekan I : Khairil Anwar, Pembantu Dekan II: Iswadi, Pembantu Dekan III : Anwar Puteh, Pembantu Dekan IV : Ichsan

Jurnal E-Mabis terbit 4 kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.

ISSN : 1412-968X. keputusan terbit 4 kali setahun mulai Edisi Vol.13 Nomor: 1, Januari 2012

E-MABIS

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

& Business

(5)

Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Proitabilitas Bank Tabungan Negara

Anwar Puteh 1

Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengangguran, Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Utara Periode 2008 - 2011

Cut Putri Mellita Sari 11

The Study Of Parents’ Income Toward Students’ Ability In Learning English A Case Study Of First Semester At Economic Faculty, Malikussaleh University

H a n i f 21

Pengaruh LDR, CAR dan EPS terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H u s a i n i 29

Analisis Ketidakpastian Pendapatan Nelayan Aceh

J a m i l a h 37

Pengaruh Faktor Internal terhadap Pertumbuhan Proitabilitas Bank Tabungan Negara (BTN)

Nurul Mawaddah 47

Analisis Kelayakan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Sistem Kemitraan Tinjauan dari Aspek Teknis, Manajemen dan Finansial

R o m a n o 59

Strategi Nafkah Rumah Tangga Miskin pada Masyarakat Nelayan di Wilayah Pesisir Aceh

Suadi, Eva Ayuzar dan Romano 69

Analisis Strategi Keberhasilan Rumah Makan Ayam Penyet Pak Ulis - Lhokseumawe Pendekatan Matriks IFE dan EFE

Teuku Zulkarnaen 79

Analisis Hubungan Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan pada Bursa Efek Indonesia

Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

(6)
(7)

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP

PROFITABILITAS BANK TABUNGAN NEGARA

ANWAR PUTEH

Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

This study aim to determine the effect of external factors; BI rate (SBI) and ex-change rate to proitability of state bank (BTN), measured by return on assets (ROA) for the last 10 years. The data used of reseach is the data time series of monthly inancial reports of state bank (BTN) and BI rate (SBI) and exchange rate of data published by the Bank of Indonesia since 2004 to 2013. The method of data analysis used is Ordinary Least Square (OLS). Data analysis begins with descriptive statistics of variables, the classic assumption test, and test hypotheses. The results showed that SBI (BI Rate) showed that positive inluence to proitability. The results showed that SBI has positive inluence to proitability of state bank. Exchange rate showed that negative a signiicant inluence to proitability. Result showed together (simul -tan) internal factors as well as affecting to proitability (ROA).

(8)

LATAR BELAKANG

Kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan (Fabozzi, 1999:98). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang be -rada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-fak -tor yang berada di luar kendali manajemen peru -sahaan seperti kondisi perekonomian dan kondisi perindustrian .

Kinerja perbankan dapat diukur mengguna -kan rasio perban-kan. Salah satu rasio yang dapat mengukur kinerja perbankan adalah rasio prof -itabilitas. Faktor eksternal dapat mempengaruhi proitabilitas bank. Faktor eksternal merupakan variabel-variabel yang memiliki hubungan tidak langsung dengan manajemen bank, tetapi secara tidak langsung memberikan efek bagi perekono -mian yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan. Beberapa faktor eksternal tersebut ada -lah kurs dan suku bunga

Perkembangan tingkat suku bungan yang ditetapkan bank dapat dipengaruhi oleh faktor ek -sternal bank. Suku bunga SBI tentu saja berpen -garuh pada alokasi dana bank, karena dari laba yang diperoleh bank dana-dana tersebut mengalir ke pos-pos yang dapat terus meningkatkan laba bank seperti penyaluran dana untuk kredit pada pihak-pihak yang membutuhkan dana (lack of money) atau dana tersebut dialirkan untuk SBI karena lebih aman dan menguntungkan, sehingga diperlukan suatu analisis yang dapat menjelaskan bagaimana pengaruh tingkat suku bunga SBI yang disimulasi.

Disamping itu, Inlasi yang meningkat akan me -nyebabkan nilai riil tabungan merosot karena masyarakat akanmempergunakan hartanya untuk -mencukupi biaya pengeluaran akibatnaiknya harga-harga barang,sehingga akan mempengaruhiproitabilitas bank (Sukirno, 2006).

BUMN karena faktor tersebut bersifat tetap untuk masing-masing bank, namun dapat dilaku -kan pada salah satu bank dengan runtun waktu panjang atau dikenal dengan times series. Adapun

pertimbangan dalam memilih objek penelitian pada bank BTN, dikarenakan BTN memiliki nilai

ROA yang jauh lebih kecil dari bank BUMN lain -nya dan juga berluktuasi. Ini merupakan suatu fenomena yang dapat dijadikan sebuah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Perbankan

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tert -entu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasa diukur den -gan indikator kecukupan modal, likuiditas dan proitabilitas bank (Jumingan, 2008:239). Salah satu faktor penilaian kinerja bank seperti yang diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004 adalah faktor inansial yang digunakan sebagai penilaian kes -ehatan bank untuk menilai baik buruknya suatu kondisi bank yang terdiri dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivi -tas terhadap risiko pasar. Faktor-faktor ini dikenal dengan rasio CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity to market risk).

Proitabilitas (ROA)

Proitabilitas merupakan gambaran kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari ting-kat efesiensi dan efektiitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Horngren, 1993:369). Tingkat efesiensi sebuah perusahaan dapat dike -tahui jika proit yang dihasilkan pada setiap akhir periode dibandingkan dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan proit tersebut. ROA adalah salah satu rasio yang digu -nakan untuk mengukur proitabilitas bank, karena menggambarkan kemampuan perusahaan meng -hasilkan laba berdasarkan aktiva yang digunakan perusahaan secara keseluruhan. ROA adalah ting -kat kemampuan perusahaan yang mencerminkan sejauh mana total investasi perusahaan mampu menghasilkan laba bersih perusahaan (Harmono, 2009:235).

Faktor Eksternal Inlasi

(9)

dipasaran sedikit, sehingga masyarakat cenderung menyimpan uang dalam bentuk barang dibanding -kan simpanan di bank. Ada beberapa cara untuk mengukur inlasi, salah satunya adalah dengan Indeks Harga Konsumen. Bank Indonesia untuk mengukur tingkat inlasi biasanya menggunakan indikator IHK.

SBI (Suku Bunga Bank Indonesia)

SBI adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang menjadi acuan suka bunga dipasar uang dan juga dapat dijadikan sebagai pengawasan terhadap bank-bank yang lain, dike -luarkan oleh Bank Indonesia sesuai Rapat Dewan Gubernur (www.bi.go.id).

Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Kurs (nilai tukar) adalah nilai pada tingkat di -mana dua mata uang yang berbeda diperdagang -kan satu sama lain. Menurut Sukirno (2006: 397) kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya. Tingkat kurs mata uang merupakan harga dari mata uang sebuah negara dilihat dari segi mata uang negara lain, rasio dimana dua mata uang saling dipertu -karkan (Case dan Fair, 2004:376).

Pengaruh SBI (BI Rate) terhadap ROA Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu instrumen untuk mengendalikan inlasi. Apabila inlasi dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menai -kkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inlasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan, dan tentunya mempengaruhi proitabilitas bank. Ketika suku bunga BI naik, maka suku bunga deposito juga ikut naik dan akan berdampak langsung pada penurunan dana pihak ketiga (DPK), dikarenakan dana tersebut dipin -dahkan ketempat lainnya yang dapat menghasil -kan imbalan bunga yang lebih tinggi. Jadi dapat dikatakan SBI berpengaruh positif terhadap prof -itabilitas bank.

Hasil penelitian Oktavia (2009) yang men -unjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap ROA, hal ini disebabkan suku bunga merupakan salah satu instrumen konven

-sional untuk mengendalikan laju pertumbuhan tingkat inlasi. Kemudian Alper dan Anbar (2011), menyatakan tingkat bunga riil mempengaruhi kin -erja bank secara positif

Pengaruh Kurs Rupiah terhadap ROA

Hubungan risiko nilai tukar dengan kinerja perbankan adalah ketika nilai tukar berluktuasi maka akan mempengaruhi likuiditas sebuah bank dan kegiatan ekonomi melalui perubahan perilaku perbankan dalam pemberian kredit kepada nasa -bah. Hal ini dapat dilihat ketika nilai tukar dolar terhadap rupiah melemah atau menurun (kurs rupiah menguat), bank mengalami risiko nilai tu -kar -karena ada pihak peminjam dana menikmati penurunan harga dolar. Pihak tersebut memba -yar pinjaman kepada bank lebih sedikit karena dolar bisa didapat dengan uang rupiah yang lebih sedikit ketika dikonversi, sedangkan bank men -galami risiko nilai tukar karena harus membayar rupiah yang lebih banyak kepada deposan ketika bank mengkonversi dolar yang dibayarkan oleh kreditur. Berdasarkan argumen ini maka dapat di -simpulkan bahwa pada saat kurs rupiah menguat, maka pendapatan bank menurun, sebaliknya pada saat kurs rupiah melemah, pendapatan bank naik karena pihak peminjan dana membayar lebih ban -yak kepada bank pada saat rupiah melemah. Jadi kurs berpengaruh negatif terhadap proitabilitas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat Hipotesis test yang dilaku -kan pada Bank BTN dengan runtun waktu selama 10 tahun.. Populasi dalam penelitian ini berupa pengamatan selama 21 tahun yaitu sejak PT. Bank Tabungan Negara didirikan dan disahkan sebagai persero pada tahun 1992. Adapun pengamatan -nya berupa laporan keuangan bulanan Bank BTN, inlasi, suku bunga BI (SBI atau BI rate), dan

kurs rupiah terhadap dollar AS. Penentuan jum -lah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria observasinya (laporan

keuangan) sebagai sampel adalah:

(10)

2. Laporan laba rugi mengalami laba bersih sela -ma periode penga-matan.

Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah data yang lengkap dan dipubilasikan oleh BI adalah terhitung dari tahun 2004 sampai 2013 (10 tahun), untuk tahun 2002 dan 2003 tersedia data tidak lengkap dan dibawah tahun 2002 data tidak ter -sedia. Jadi jumlah sampel yang terbentuk dalam penelitian ini adalah 120 observasi atau n = 120.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (archival) yaitu laporan keuangan bulanan bank BTN dan data inlasi, suku bunga SBI dan kurs yang diperoleh dari si -tus resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi.

Operasionalisasi Variabel

1. Proitabilitas (ROA) adalah gambaran kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektiitas operasi peru -sahaan dalam memperoleh laba (Horngren, 1993:369).

Perhitungan rasio ROA berdasarkan SE BI No. 6/23/ DPNP/ tanggal 31 Mei 2004:

Laba Sebelum Pajak Rata-rata Aktiva

Untuk perhitungan laba sebelum pajak (EBIT) disetahunkan kemudian dibagi dengan bulan yang bersangkutan. Dalam hal ini, data berupa laporan keuangan bulanan, maka untuk EBIT bulan 1 disetahunkan dibagi 1, bulan 2 dibagi 2 dan seterusnya. Baru kemudian dibagi den -gan rata-rata aktiva bulan tersebut.

2. Inlasi adalah kenaikan tingkat harga keselu -ruhan (Case dan Fair, 2004:58). Inlasi diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). 3. SBI adalah Tingkat suku bunga yang dikeluar

-kan oleh Bank Indonesia sesuai Rapat Dewan Gubernur. (www.bi.go.id)

4. Kurs adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lainnya (Sukirno, 2006: 397). Perhitungan kurs meng -gunakan kurs tengah BI:

Kurs Jual + Kurs Beli 2

Metode Analisis

Analisis data diawali dengan statistik deskriptif variabel, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Un -tuk menguji kekuatan variabel-variabel penentu CAR,BOPO, LDR, Inlasi, SBI dan kurs terhadap ROA, maka dalam penelitian ini digunakan Ordi-nary Least Square (OLS) guna mengetahui arah,

pengaruh, dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen., dengan formulasi ekonometrika (Widarjono, 2007: 156), (Lind, et al 2008: 254),

Y = a + b1IFL + b2SBI + b3KURS + et

Dimana: IFL : Inlasi

SBI : Suku Bunga Bank Indonesia

KURS : Nilai Tukar Rupiah tehadap Dollar AS a : Konstanta standar deviasi (σ) dari semua variabel lebih kecil dari nilai rata-rata (mean). Artinya semua vari -abel tersebut memiliki sebaran data yang cukup baik, sehingga tidak terjadi outlier data yang me-ngakibatkan tidak normalnya distribusi data.

Hasil Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas

Berdasarkan Gambar 1 uji normalitas data ditunjukkan pada tampilan nilai statistik Jarque-Bera sebesar 70,48261 dengan nilai probabilitas 0,00000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai aplha 5% (0,00 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah normalitas data.

Uji Autokorelasi

Tabel 2 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan pendekatan Breusch-God -frey Serial Correlation LM Test.

Nilai uji Obs*R-squared sebesar 20,341den -ROA =

(11)

Tabel 1

Statistik Deskriptif Variabel Tahun 2004 - 2013

Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

ROA 0,710 3,260 1,795 0,369 120

SBI 5,750 12,750 7,880 1,874 120

Kurs 8.395 12.087 9,155 0,075 120

Sumber: BI, diolah (2014)

0 2 4 6 8 10 12 14 16

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

Series: Residuals

Sample 2004M01 2013M12 Observations 120

Mean 4.14e-16 Median -0.061218 Maximum 1.259175 Minimum -0.696028 Std. Dev. 0.318747 Skewness 1.294175 Kurtosis 5.719737

Jarque-Bera 70.48261 Probability 0.000000

Gambar 1

Sumber: Data sekunder diolah dengan Eviews 7(2014)

Tabel 2 Uji Autokorelasi

Keterangan Nilai

Obs*R-squared 20,341

Probabilitas 0,140

Durbin-Watson stat 2,022

Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2014)

Tabel 3 Uji Multikolinieritas

Variabel SBI

SBI

-KURS -0.03888

Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas

Keterangan F-statistic Obs*R-squared

Nilai 0,423472 0,862417

Probabilitas 0,6558 0,6497

Sumber: data sekunder diolah dengan Eviews 7(2014)

Tabel 5 Hasil Regresi

Variable Coeficient Std. Error t-Statistic Prob.

SBI 0,0173 0,0157 1,0997 0,2737

KURS -0,2399 0,0390 -6,1428 0,0000

C 3,9333 0,3961 9,9288 0,0000

R-squared 0,2525 F-statistic 19,7646

Adj. squared 0,2398 Prob(F-statistic) 0,0000

(12)

gan nilai p-value statistik adalah 0,140 lebih tinggi dari nilai aplha 5%. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa data ini terbebas dari masalah autokorelasi. Perolehan hasil dari autokorelasi dengan menggunakan pendekatan Breusch-God -frey Serial Correlation LM Test didukung oleh hasil pengujian pendekatan Durbin-Watson statis -tik yaitu sebesar 2,022 yang berada pada daerah penerimaan hipotesis null (1,780<2,022<2,199) artinya tidak adanya korelasi.

Uji Multikolenearitas

Uji multikolinearitas dalam penelitian ini akan menggunakan nilai korelasi untuk melihat

ada tidaknya multiko antar variabel bebas. Ada -pun variabel yang dihilangkan adalah inlasi, di -anggap ada hubungan antara variabel sehingga mengganggu variabel yang lain. Tabel 3 menun -jukkan uji multikolinearitas untuk 2 variabel.

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai secara keseluruhan pada semua variabel independen me -miliki korelasi antar variabel yang rendah dengan nilai korelasi di bawah 0.80 (Gujarati, 2003:359). Oleh karena itu di dalam model dapat disimpul -kan bahwa tidak terdapat indikasi masalah multi -kolinear. Sebuah model diduga memiliki masalah multikolinear jika korelasi antar variabel melebihi 0.80.

Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan Tabel 4 membuktikan bahwa dalam data penelitian ini tidak lagi menggandu -ng heteroskedastisitas. Ini dibuktikan de-ngan ni -lai Probabilitas F-statistik tidak signiikan yaitu sebesar 0,6558 (65,58%) atau lebih besar dari ni -lai alpha (α) sebesar 5%. Hal ini juga didukung oleh nilai probabilitas chi square sebesar 0,6497 (64,97%) lebih besar dari nilai aplha (α) sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.

Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari ha -sil regresi Ordinary Least Square seperti terlihat pada Tabel 5. Nilai koeisien masing-masing vari -abel dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

ROA = 3,9333 - 0,0173*SBI - 0,2399*Kurs

Nilai konstanta menunjukkan nilai sebesar 3,9333 yang artinya jika faktor eksternal (SBI dan Kurs) tidak mengalami perubahan naik turun (konstan) maka proitabilitas (ROA) adalah sebe -sar 3,9333.

Hasil Pengujian secara Simultan (Uji F) Berdasarkan Tabel 5 nilai F stastistik menun-jukkan variabel independen (SBI dan Kurs) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (ROA). Ini dapat dilihatdari nilai signiikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,00 > 0,05). Artinya Ha diterima, dimana tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, paling tidak ada salah satu dari variabel independen (Ha : paling tidak ada salah satu dari bk ≠ 0)

Kemudian hasil output diperoleh nilai koef -esien determinasi (Adjusted R2), yaitu sebesar 0,2525 atau 25,25%. Artinya faktor eksternal (variabel independen) hanya mampu menjelaskan proitabilitas bank sebesar 25,25%. Sisanya sebe -sar 74,75 dijelaskan faktor lain diluar model.

Hasil Pengujian secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Untuk melihat ada tidaknya pengaruh, maka dapat dilihat dari nilai signiikansi (p_value atau probabilitinya)

yakni lebih kecil dari nilai alpha 0,05 (p_value <

0,05). Jika signiikansi p_value < 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima yang berarti suatu vari -abel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5 maka hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada pembahasan.

Pembahasan

Pengaruh SBI terhadap ROA

(13)

naik. Sementara nilai signiikansi untuk variabel SBI sebesar 0,2737. Nilai tersebut lebih besar dari alpha 0,05 (0,2737 > 0,05). Artinya SBI berpen -garuh tetapi tidak signiikan terhadap proitabilitas (ROA).

Pada umumnya perkembangan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank dapat dipen -garuhi oleh faktor internal yang meliputi struktur aktiva produktif bank yang sebagian returnnya sangat dipengaruhi oleh luktuasi suku bunga BI. Adapun faktor eksternal ini terlihat dari kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank In -donesia mendorong terjadinya kenaikan tingkat suku bunga kredit, sehingga menyebabkan be -ban bunga pinjaman ikut naik dan pendapatan bunga bank yang diterima dari pinjaman akan ikut naik. Pendapatan bunga bank naik maka akan meningkatkan laba atau keuntungan bank yang bersangkutan. Disisi lain kebijakan suku bunga tinggi dapat menahan laju inlasi dan menarik dana masyarakat yang beredar kembali kesektor perbankan. Dan dana tersebut dapat dimanfaat -kan dengan baik oleh bank untuk dinvestasi-kan sehingga dapat menambah aktiva produktif dan kesempatan bank untuk meningkatkan proitnya semakin berpeluang besar. Hal ini berdampak pada pendapatan bank yang terus meningkat, dis -amping pendapatan bunga kredit dari pinjaman.

Berdasararkan argumen tersebut, maka kenai -kan SBI meningkat-kan proitabilitas bu-kan menu -runkan proitabilitas. Namun hasil penelitian berkebalikan, dimana semakin naik SBI maka se -makin naik proitabilitas. Hal ini bisa saja terjadi, pada saat BI menaikkan suku bunga BI, pihak bank sangat cepat merespon untuk menaikkan suku bunga kredit. Namun pada saat SBI turun, suku bunga bank tidak turun-turun. Jadi suku bun -ga Bank Indonesia turun belum tentu suku bun-ga kredit ikut turun. Dengan kata lain bank tidak ikut menurunkan suku bunga, otomatis pendapatan bank tetap atau bisa saja naik. Jadi penurunan SBI belum menjamin akan diikuti dengan penu -runan suku bunga kredit. Kebijakan yang diambil perbankan tidak berbanding lurus dengan otoritas moneter. Saat BI Rate turun, kebanyakan bank

justru menahan suku bunga kreditnya atau turun sedikit dengan tetap menjaga rentang spread suku

bunganya (selisih suku bunga kredit dengan suku

bunga deposito).

Dalam kasus ini, industri perbankan tidak bisa disalahkan juga. Aspek kehati-hatian meru -pakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan. Tentunya tanpa mengurangi tingkat proitabilitas yang ingin didapatkan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Oktavia (2009), Alper dan Anbar (2011), yang menunjukkan bah -wa suku bunga SBI berpengaruh positif, terhadap ROA.

Pengaruh Kurs terhadap ROA

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 1.5 nilai koefesien untuk variabel Kurs sebesar 0,239872 bertanda negatif. Ini membuktikan bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap proitabilitas (ROA). Jika variabel Kurs berubah atau mengalami penu -runan 1 (satu) persen, maka akan mengakibatkan kenaikan proitabilitas sebesar 0,239872. Artinya Kurs turun maka proitabilitas (ROA) bank ter -tambah. Sedangkan nilai signiikansi untuk vari -abel Kurs sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih ke -cil dari alpha 0,05 (0,0000 < 0,05). Artinya Kurs berpengaruh terhadap proitabilitas (ROA).

Pada perbankan, nilai tukar ini besar pen -garuhnya dari sisi perubahan perilaku perbankan dalam pemberian kredit kepada nasabah. Ketika nilai tukar dolar terhadap rupiah menurun (kurs rupiah menguat), bank mengalami risiko nilai tu -kar -karena ada pihak peminjam dana menikmati penurunan harga dolar. Pihak tersebut membayar pinjaman kepada bank lebih sedikit karena dolar bisa didapat dengan uang rupiah yang lebih sedik -it ketika dikonversi, sedangkan bank mengalami risiko nilai tukar karena harus membayar rupiah yang lebih banyak kepada deposan ketika bank mengkonversi dollar yang dibayarkan oleh kredi -tur, artinya bank tidak dapat menambah pendapa -tannya. Berdasarkan argumen di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada saat kurs rupiah men -guat, maka pendapatan bank menurun, sebaliknya pada saat kurs rupiah melemah, pendapatan bank naik karena pihak peminjan dana membayar lebih banyak rupiah kepada bank.

(14)

-abilitas, karena bank juga memiliki pendapatan dari penjualan jasa. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Oktavia (2009) dan Winarni (2011) yang menunjukkan bahwa kurs tidak berpengaruh terhadap proitabilitas.

KESIMPULAN

1. Suku Bunga Bank Indonesia berpengaruh positif terhadap proitabilitas perbankan. 2. Kurs berpengaruh negatif terhadap proitabili

-tas perbankan.

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini jauh memiliki keterbatasan anta -ra lain sebagai berikut:

1. Penelitian hanya menggunakan sebagian fak -tor internal dan eksternal sehingga masih me -mungkinkan timbulnya pertanyaan tentang keterkaitan faktor internal dan eksternal lain yang tidak diuji dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu objek penelitian yakni bank BTN, jadi penelitian ini terlalu sempit.

3. Pemilihan sampel menggunakan metode pur-posive sampling dengan pertimbangan data

yang tersedia lengkap. Metode ini merupakan

non probability sampling, kemungkinan besar

menghasilkan sampel tidak representatif, se -hingga sampel bias dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

SARAN

1. Penelitian selanjutnya hendaknya memas -ukkan faktor internal dan eksternal lainnya sehingga memiliki cakupan luas bagi pihak-pihak lainnya. Selain itu juga dapat dimasuk -kan variabel interveting atau moderating untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung sehingga menghindari asumsi-asumsi tertentu dan terjadinya multikolinearitas.

2. Karena penelitian ini bersifat time series,

maka sebaiknya dilakukan dalam rentan waktu yang jauh lebih panjang lagi dan mengguna -kan lebih dari satu objek penelitian sehingga dapat diperbandingkan.

3. Untuk menghasilkan Return On Assets (ROA)

(15)

REFERENSI

Alper, Deger dan Adem Anbar. 2011. Bank Speciic and Macroeconomic Determinants of Commercial Bank Proitability: Empirical Evidence from Turkey. Business and Economics Research Journal. Vol. 2, No 2 : 139-152.

Case, Karl E dan Ray C.Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro.Edisi Kelima.Terjemahan Beny -amin Molan. Jakarta: Indeks.

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Fabozzi, Frank. J. 1999. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition. International Edition. McGraw Hill. Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard. Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Horngren, T Charles. 1993. Pengantar Akuntansi Manajemen. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Jakarta: Grasindo

Oktavia, Linda Dwi. 2009. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Dan Inlasi Terhadap Kin -erja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk). Jurnal Online. Depok: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma.http://www.

gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_20205729.pdf

Peraturan Bank Indonesia. 2004. PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia. 2010. PBI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta Asing. Jakarta: Bank Indonesia.

Ponco, Budi. 2008. Analisis Pengaruh Car, NPl, BOPO, NIM Dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007). Tesis.

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Prayudi, Arditya. 2010. Pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA, dan NIM terhadap LDR. papers.guna-darma.ac.id/index.php/mmanagement/article/.../14225

Puspitasari, Diana. 2009. Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi pada Bank Devisa di Indonesia perioda 2003-2007). Tesis. Program Magister Manajemen.Universitas Diponegoro Semarang.

(16)

Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: RajaGraindo Persada.

Taswan. 2008. Akuntansi Perbankan. Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakara: YKPN

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua.

Depok: EKONISIA

Winarni. 2011. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Biaya Operasional

Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, SBI dan Kurs terhadap return on asset (Studi Kom-parasi antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa Dan Bank Asing). Jurnal Online. http://eprints. undip.ac.id/36901/2/jurnal_mm_B_winarni_34_pagi.pdf

Yuliani, 2007.Hubungan Eisiensi Operasional dengan Kinerja Proitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5. No 10:

(17)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT

PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN ACEH UTARA PERIODE 2008 - 2011

CUT PUTRI MELLITA SARI

Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

The purpose of this reseach is to examine the correlation of unemployment, pov-erty on economic growth; to examine directly the effect of unemployment on eco-nomic growth; and to examine indirectly the effect of unemployment on ecoeco-nomic growth and poverty as intervening variabel. The results show that unemploymment have negative efffect on economic growth in north aceh district. This reseach also carry out the directly and indirectly effect of unemployment on economic growth. The model is estimated by using path analysis. The result study show that coefecient of indirect correlation is greather than direct correlation. This means that unemploy-ment have indirectly effect on the economic growth in which poverty as intervening variables.

(18)

LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi secara menyeluruh merupakan komponen penting dalam pemban-gunan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengusahakan agar hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata. Untuk mencapai tujuan pembangunan digunakan berbagai peralatan, di-antaranya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pengangguran merupakan masalah ketenagak-erjaan yang dialami oleh banyak negara. Begitu seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap ren-cana-rencana pembangunan ekonomi masyarakat dikatakan dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran.

Kemiskinan merupakan fenomena yang ter-jadi hampir di semua negara sedang berkembang. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan hidupnya sampai taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kualitas sumberdaya manusia sehingga produktivitas dan pendapatan yang diperolehnya rendah.

Secara teori apabila tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat maka pertumbuhan ekono-mi akan rendah. Fenomena yang terjadi bahwa tingkat pengangguran cenderung naik dan turun, kemiskinan meningkat dan pertumbuhan ekono-mi meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah.

Terlihat bahwa tingkat pengangguran pada tahun 2008, 2009 dan 2011 berkurang, begitu juga tingkat kemiskinan pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Terlihat juga dengan jelas bahwa ting-kat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2010 dan tahun

2011 kembali meningkat. Pertanyaannya adalah mengapa tingkat pengangguran dan kemiskinan berkurang justru pertumbuhan ekonominya turun? Apakah pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan? Serta Apakah pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tingkat pengangguran mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi atau secara tidak langsung melalui variabel kemiskinan sebagai variabel mediasi?.

Melihat fenomena tersebut penulis tertarik un-tuk meneliti “Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 - 2011

Masalah Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, dapat ditarik suatu permasalahan dalam penelitian ini serta perlu dilakukan suatu pendekatan ekonome-tris :

1. Bagaimanakah hubungan antara penganggu-ran terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Apakah hubungan pengangguran ke pertum-buhan ekonomi di mediasi oleh variabel kemiskinan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan per-masalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk Mengetahui Apakah hubungan pen-gangguran ke pertumbuhan ekonomi di me-diasi oleh variabel kemiskinan.

Tabel 1

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 – 2011 (Persentase)

No Tahun TPT Tingkat kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi

1 2008 -2,97 -16,85 -13,05

2 2009 -9,55 -6,71 -10,68

3 2010 13,86 -1,74 -5,45

4 2011 -26,57 0,24 2,46

Sumber :- Statistik Daerah Kabupaten Aceh Utara, 2011

(19)

Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini dapat berguna untuk : 1. Memberikan informasi kepada para

pengam-bil keputusan untuk semakin memperhatikan Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan di Ka-bupaten Aceh Utara

2. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu terutama mengenai Hubungan Antara Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiski-nan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Ka-bupaten Aceh Utara Tahun 2008 - 2011

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Nasional Bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian di-katakan berkembang atau tumbuh bila terjadi per-tumbuhan output riil.

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jang-ka panjang dalam kemampuan suatu negara un-tuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduknya, Simon Kuznets (Jhingan,2000:57).

Menurut Sukirno (2006:8), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan. barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.

Menurut Tambunan (2008:21) mengartikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelan-jutan merupakan kondiisi utama atau suatu ke-harusan bagi kelangsungan pembangunan ekono-mi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun, yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penam-bahan pendapatan setiap tahun. Sedangkan menu-rut Budiono (1981 :1), pertumbuhan ekonomi ada-lah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Dalam melihat pertumbuhan ekonomi perlu diperhatikan aspek output total, jumlah pen-duduk dan waktu jangka panjang.

Pengangguran

Menurut BPS (2012:3) pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang

men-cari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau pendudk yang tidak mencari pekerjaan karena putus asa/merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/ mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Menurut Mankiw (2006:330) seseorang dika-takan bekerja apabila ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mendapatkan upah. Sese-orang dikatakan tidak bekerja apabila ia tidak bek-erja untuk sementara waktu atau sedang mencari pekerjaan.

Menurut Sukirno (2010:330-331) berdasar-kan kepada ciri pengangguran yang berlaku salah satunya digolongkan sebagai pengangguran ter-buka. Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari penambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memper-oleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu dan oleh karena itu dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, ke-majuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.

Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi yang diala-mi seseorang atau kelompok yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi (BAPPENAS dalam BPS, 2002:8). Sedangkan menurut BPS (2010:6), kemiskinan dideinisikan sebagai ketidakmamp -uan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dengan kata lain kemiskinan dipandang sebagai ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi ke-butuhan makanan yang bersifat mendasar.

(20)

kemiski-nan. Konsep ini dikenal dengan kemiskinan mut-lak (absolute). Walaupun tingkat pendapatan su-dah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekelilingnya, maka orang atau keluarga masih berada dalam keadaan miskin. Konsep ini dikenal dengan kemiskinan relative.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggu-nakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmamp-uan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, BPS (2008:29-30)

Pengaruh Tingkat Kemiskinan Dan Pengang-guran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Penelitian Sebelumnya

Maryanti (2009), yang meneliti di Provinsi Riau dengan judul Analisa Pertumbuahan Ekono-mi dan Tingkat KeEkono-miskinan di Propinsi Riau. Me-tode analisis data yang digunakan adalah Growth Theory dan Proverty Gap Index – PI. Hasil dari penelitian pertumbuhan ekonomi meningkat na-mun kontribusi sektor pertanian menurun digan-tikan sektor manufaktur dan sektor jasa semakin tinggi. Tingkat kemiskinan paling banyak adalah dari sektor pertanian (67,49%) kemudian sek-tor jasa (21,40%) dan seksek-tor manufaktur hanya (4,11%).

Octaviani (2001): Hasil penelitiannya meny-impulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka kemiski-nan, sebaliknya semakin kecil angka penganggu-ran akan menyebabkan semakin rendahnya ting-kat kemiskinan di Indonesia.

Laili (2011) : Hasil penelitiannya menunjuk-kan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur, sedangkan kepadatan penduduk berpen-garuh negatif dan signiikan terhadap tingkat kemiskinan. Kemudian pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk secara bersama-sama berpengaruh secara signiikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur tahun 2005 -2009.

Coki (2005) : Hasil penelitian yang dilaku-kannya menunjukkan bahwa kenaikan GDP tidak

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan kontribusi yang yang paling besar dalam pertumbuhan ekonomi adalah sektor indus-tri manufaktur di mana sektor tersebut merupakan pertumbuhan yang terjadi pada beberapa industri padat modal bukan padat karya.

Kerangka Pemikiran

Pengangguran dan kemiskinan merupakan permasalahan pokok makroekonomi. Peningka-tan pengangguran akan menyebabkan pendapaPeningka-tan turun dan tingkat produktivitas juga akan rendah, ini juga berarti investasi juga akan rendah yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan turun dan tingkat kemiskinan tinggi akibatnya permintaan terhadap barang/jasa akan rendah yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Gambar 2.1 berikut akan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yakni:

p3

p2 p1

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis

Hipotesis yang dapat di buat untuk permasala-han yang diajukan pada adalah :

H1 : Tingkat Pengangguran mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi H2 : Hubungan Pengangguran terhadap

Pertum-buhan Ekonomi di mediasi oleh variabel Kemiskinan

METODE PENELITIAN

Sampel dan Data

Sampel dalam penelitian ini adalah Kabu-paten Aceh Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Tingkat Pengangguran,

(21)

Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi periode 2008 -2011.

Alat Analisis

Analisis ini menggunakan alat-alat analisis deskriptif seperti rata-rata, nilai minimum, mak-simum, standar deviasi. Analisis ini ditujukan un-tuk memberikan gambaran tingkat pengangguran, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi (dalam konteks daerah) maupun pendapatan per kapita dihitung dengan formulasi berikut ini (kuncoro 2004) :

PDRBt - PDRBt-1 PDRBt-1

Dimana :

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto satu tahun sebelum tahun t

Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis ini digunakan untuk menguji hipo-tesis yang diajukan. Dengan Analisis Jalur (Path Analysis) dimungkinkan pengujian pengaruh simultan (efek langsung dan tidak langsung) se-buah variabel terhadap variabel lain. Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan ana-lisis lebih lanjut. Adapun uji asumsi yang digu-nakan adalah autokorelasi dan multikolinearitas (Ferdinand, 2002; Ghozali dan Fuad, 2005). Batasan Variabel

1. Tingkat Pengangguran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Seserorang yang tergolong dalam angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Variabel ini di ukur melalui Tingkat Pengang-guran Terbuka (TPT) dan dalam satuan persen. 2. Pertumbuhan Ekonomi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kenaikan output riil yang diukur dengan PDRB dan dalam satuan persen. 3. Tingkat Kemiskinan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori perkapita

per hari dan kebutuhan minimum untuk peru-mahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu ka-bupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang terletak di bagian pantai pesisir ut-ara pada 96.52.00o - 97.31.00o Bujur Timur dan 04.46.00o - 05.00.40o Lintang Utara. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas 3.296,86 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka; Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bener Meriah; Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur; dan Seb-elah Barat dengan Kabupaten Bireuen. Kabupaten Aceh Utara terbagi ke dalam 22 wilayah kecama-tan. Diantara kecamatan yang ada,Kecamatan Paya Bakong, Kecamatan Sawang dan Kecamatan Syamtalira Bayu adalah wilayah terluas. Selain itu kecamatan-kecamatan lain yang tergolong luas wilayahnya adalah kecamatan Nisam, Lhoksukon, Meurah Mulia, Cot Girek, Tanah Jambo aye, Kuta makmur, Langkahan, Matang Kuli dan kecamatan Seunuddon. Sedangkan delapan kecamatan lain-nya halain-nya memiliki luas kurang dari 100 km2 dan rata-rata di bawah 50 km2.

Aceh Utara hingga tahun 2006 memiliki 850 desa dan 2 kelurahan, yang terbagi ke dalam 56 buah mukim. Sebanyak 780 buah desa berada di kawasan dataran dan 72 desa di kawasan berbukit. Desa yang terletak di daerah berbukit dijumpai di 12 kecamatan. Yang paling banyak desanya di ka-wasan perbukitan adalah di Kecamatan Sawang, Syamtalira Bayu, Nisam, Kuta Makmur, dan Muara Batu. Di samping itu, terdapat 40 buah desa yang berada di kawasan pesisir.

Kondisi Ekonomi Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran di Kabupaten Aceh Ut-ara pada tahun 2009 mengalami penurunan ting-kat pengangguran dari tahun sebelumnya yaitu dari -2,97 menjadi -9,55 persen. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran kembali bertambah yaitu sebesar 13,86 persen dan pada tahun 2011 tingkat penggangguran turun hingga -26,57 persen.

(22)

runan tingkat pengangguran dari tahun 2008-2011 rata-rata -25,23 persen.

Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara mengalami penurunan yang signiikan dari tahun 2008-2011. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara masih tergolong tinggi, walaupun angka ini menunjukkan suatu penu-runan angka kemiskinan, yaitu mencapai -16,85. Tingkat Kemiskinan pada tahun 2009 – 2011 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan menunjukkan angka positif yang be-rarti kemiskinan meningkat menjadi 0,24 persen. Rata-rata penurunan tingkat kemiskinan di Ka-bupaten Aceh Utara dari tahun 2008-2011 adalah -6,27 persen per tahun.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat dari sisi lapangan usaha berdasarkan minyak dan gas bumi (migas) dan tanpa migas. Masing-masing lapangan usaha tersebut berpen-garuh terhadap capaian pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi Aceh Utara ber-dasarkan lapangan usaha migas terlihat mengala-mi penurunan yang sangat signiikan selama tahun 2008-2011, yaitu rata-rata -6,68 persen per tahun. Menurunnya pertumbuhan ekonomi ini disebab-kan oleh berkurangnya kontribusi nilai tambah dari beberapa industri besar di daerah ini yang se-belumnya sangat dominan peranannya, baik yang beroperasi dalam lapangan usaha pertambangan, seperti PT Arun dan Exxon Mobil, maupun indus-tri pupuk (PT. AAF dan PT. PIM), dan indusindus-tri kertas (PT. KKA). Pada tahun 2011, angka per-tumbuhan ekonomi kembali positif, walaupun juga masih relatif rendah (hanya 2,46 persen) Se-cara rata-rata, pertumbuhan ekonomi daerah ini tumbuh negatif selama 2008-2011 hanya -6,68 persen per tahun .

Analisis dan Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui perhi-tungan koefesien jalur dengan membuat dua per-samaan struktural yaitu perper-samaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan.

(Ghozali: 2001). Dalam hal ini dua persamaan yang bisa dibuat yaitu:

Kemiskinan = α + P2 Pengangguran + e1

Pertumbuhan Ekonomi = α + P1 Pengangguran + P3 Kemiskinan + e2

Hipotesis 1

(23)

Tabel 2

Tingkat Pengangguran Kabupaten Aceh Utara Selama Tahun 2008-2011

No Tahun Tingkat Pengangguran (%)

1 2008 -2,97

2 2009 -9,55

3 2010 13,86

4 2011 -26,57

Tingkat Pengangguran Rata-rata (%) -6.3075 Sumber: BPS dan Bappeda Aceh Utara (diolah)

Tabel 3

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Aceh Utara Selama Tahun 2008-2011

No Tahun Tingkat Kemiskinan (%)

1 2008 -16,85

2 2009 -6,71

3 2010 -1,74

4 2011 0,24

Tingkat Kemiskinan Rata-rata (%) -6,27 Sumber: BPS dan Bappeda Aceh Utara (diolah)

Tabel 4

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Utara Selama Tahun 2008-2011

NO Tahun PDRB (%)

1 2008 -13,05

2 2009 -10,68

3 2010 -5,45

4 2011 2,46

Pertumbuhan Rata-rata (%) -6,68

Sumber: BPS dan Bappeda Aceh Utara (diolah)

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada Ka-bupaten Aceh Utara pada tahun penelitian (2008-2011).

Hipotesis 2

Untuk menguji hipotesis kedua digunakan analisis jalur. Output SPSS memberikan nilai standardized beta Pengangguran pada persamaan (1) sebesar – 0.195 dan signiikansi pada 0.805 yang berarti Pengangguran tidak mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di kabupaten Aceh Utara. Nilai koeisien standardized beta -0.195 merupa-kan nilai path atau jalur p2. Pada output SPSS persamaan regresi (2) nilai standardized beta Pengangguran -0.335 dan Kemiskinan 0,791 dan tidak signiikan. Nilai standardized beta Pengang-guran -0.335 merupakan nilai jalur path p1 dan nilai standardized beta Kemiskinan 0,791 merupa-kan nilai jalur path p3. Hasil analisis jalur menun-jukkan bahwa Pengangguran tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi memiliki

hubungan langsung ke Pertumbuhan ekonomi, sementara dari pengangguran ke pertumbuhan ekonomi dimana variabel kemiskinan (sebagai variabel intervening) memiliki hubungan yang ti-dak langsung ke Pertumbuhan Ekonomi. Besarn-nya koefesien hubungan langsung adalah -0,335 sedangkan besarnya hubungan tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koeisien tidak langsungnya yaitu (-0,195) x (0,791) = - 0,154. Oleh karena koeisien hubungan tidak langsung lebih besar dari koeisien hubungan langsung, maka dapat dikatakan bahwa hubungan yang se-benarnya adalah hubungan tidak langsung.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu : 1. Tingkat pengangguran memiliki slope negatif

(24)

menurunkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga bisa dibuktikan melalui hasil persamaan regresi yang diperoleh yaitu: Y = -7.948 – 0.201X + e. Dimana Y adalah pertumbuhan ekonomi dan X adalah tingkat pengangguran. 2. Pengaruh variabel pengangguran terhadap

per-tumbuhan ekonomi sangat kecil yaitu hanya 0.239 atau 23.9 %. Sedangkan sisanya 76.1 % dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

3. Dari hasil uji t maka diperoleh bahwa t-hitung lebih kecil dibandingkan t-tabel yaitu t-hitung sebesar -0.794 dan t-tabel 12,706. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Aceh Utara. Hal ini disebabkan pada masa konlik beberapa industri besar selain kontribusinya terhadap perekonomian rendah juga banyak tutup , hal ini menyebab-kan sebagian besar karyawannya harus di PHK sehingga mereka tidak mempunyai pekerjaan dan terpaksa menganggur.Namun orang yang menganggur dalam sebuah rumahtangga, mempunyai anggota rumah tangga yang lain yang bekerja dengan tingkat pendapatan tinggi sehingga cukup untuk menyokong penganggur tersebut. Selain itu, karyawan yang di PHK

(25)

REFERENSI:

Badan Pusat Statistik, 2008. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan tahun 2008, Jakarta. _____________, 2010, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Aceh Utara tahun 2010. _____________, 2012, Aceh Utara Dalam Angka 2012.

_____________, 2012, IndikatorKesejahteraan Rakyat Kabupaten Aceh Utara tahun 2012. _____________, 2012, Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Aceh Utara tahun2012. Budiono, 1981, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE

Coki, A. Syahwier, 2005, Realitas Makroekonomi: Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan Vol.1 no.1, 2005, Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta

Esmara, Hendra, 1986, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,Universitas Dipe-nogoro

Jhingan, M.L, 2000, Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, terjemahan D.Guritno. Raja Graindo Persada, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta: Penerbit Erlangga, Jakarta.

Laili, Nur, 2011, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Kepadatan Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten / Kota Jawa Timur Tahun 2005-2009

Maryanti, Sri, 2009, analisa Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan di Propinsi Riau,Pekbis Jurnal, Vol, I, No.3, November 2009:150-158

Mankiw, N.Gregory, 2006, Principles of Economics, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi 3, Salemba Em-pat, Jakarta

Octaviani, Dian, 2001, Inlasi, Pengangguran dan Kemiskinnan di Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke, Media Ekonomi, Vol.7, No.8

Sukirno, Sadono, 2006, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ke-3, Jakarta, PT.Raja Graindo Per -sada, Jakarta.

(26)
(27)

THE STUDY OF PARENTS’ INCOME TOWARD

STUDENTS’ ABILITY IN LEARNING ENGLISH

A case Study of irst Semester at Economic Faculty, Malikussaleh University

H A N I F

Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

This research was done to know the study of parents’ income toward students’ ability in learning English. The purpose of this research is to ind out the inluance of parents’ income toward students’ ability in learning English. Family’s income is one of the students’ backgrounds that effect the students’ success in learning English at college. The test and questionares were used as an intrument to collect the data and information. The population of this study was the irst semester students of Eco-nomic faculty of Malikussaleh university was taken as the sample for this study. The data collected was analyzed by using the statiscal procedures. The anova analysis was used to test the hyothesis that the students who are coming from better ecomic family income will have higher capabilty in the English than those who come from lower economic family income. This inding revealed that the students from lower family income have the equal abilty in learning English with the students from mid-dle or higher family income one.

(28)

BACKGROUND

Teaching method and students’ backgrounds are the factors that effect the students’ success or failure. Students at any universities in Indonesia are coming from diffrent backgrounds. They are different in many ways; their family’s status, their culture and the language they used at home. Mean-while, the status of a family is usually associated with family’s income, parent’s educational level, parent’s occupation and social status. Family’s income is one of the students’ backgrounds that effect the students’ success in learning English. Students differ by the time they spend to study and to work depending on the family’s inancial status and attention of parents toward education. Parents face major challenges to provide optimal care and education for their children. The children are more likely to succeed academically if their parents support their learning actively. However, the challenges are felt among poor families that they have to sruggle in providing the basic needs to rise up their family members.

The students with lower family income often lack of the inancial, social and education support than the student with higher family income. Those who come from low-income family have to help their parents working part time to earn money to support their life. Contrary, the students who come from better economic status do not necessary to do it. Their parents can provide them with learning needs at home such as good English readers, text-books, exercise book, and other material related to the subject at school. They can also send their children to the English courses and or give a pri-vate tutor at home to reinforce their children work done for the school. Valdez (2001) stated in his essay that: at home, parents’ engagement in their children’s learning to strengthen children capa-bilities for intellectual growth and allows them to make sense out of everyday activities, thereby deepening their understanding of mathematics, science, and technology.

It is generally believed that the students from high and middle class family income status are better expose to learning environment at home because of the availability of extra learning fa-cilities. In contrast, the student from low family

income do not have such learning facilities, so the opportunity to get better of educational grade may not be very easy. In addition, Parker (1999:4) wrote that low income parents is associated with a higher level of frustration and aggravation with their children, and these children are more likely to have poor verbal development and exhibit high-er levels of distractibility and hostility in the class-room. His statement is supported by Dahl (2005) by saying that” in particular, children growing up in poor families are likely to have advese home environment or face other challenges which would continue to affect their development even if fam-ily income were to incraese substantially”.

Related to the above problems, some inding, however, are different in the ield. There are some students who succeed in their study even though they are coming from low economic family sta-tus. Beside the economic status, many other fac-tors also inluance the students’ success in their study; they are motivation, learning strategy and learning process. It can be seen from what Ryan et al (2006:4) found: children invidual’s chara-teristics often emerge as importan predictor of school success. The evidence suggest that vari-ous individual characteristics, namely general self esteem, educational aspiration can improve their language proiciency. Every student has potensial to become a successful learner and achieve the success of learning English task when obtaining the knowledge, depents on them how to integrate the learning srategy.

OPERATIONAL DEFINITION

This study attempts to isvestigate the inluanc-es of parent’s economic status in students’ English learning process. Since English learning is not separated from learning process, the learning pro-cess itself will be described as follows.

(29)

gain-ing understandgain-ing that leads to the modiication of attitudes and behavior through the acquaisition of knowledge, skills and values, through study and experiance.

English learning process depends on the stu-dents’ environment especially their family, in this case family’s income. According to Granzow (1999:208) income is money that received, espe-cially as pay for work, or as interest on savings.

THEORETICAL RATIONALE

Students’ parent economic situation-the abil-ity to pay fees, rent and support their children while studying is primary determinant of ability to access education. While access to education is determined by others factors, inancial one is signiicant. Karolyn (1998:15) stated that early education programs have larger effects for eco-nomically disadvantaged populations, primarily because these children come from homes with lower quality learning environments. Deinitions of at-risk students vary among educators. Accord-ing to Costello (1996:2):

Students are placed ‘at-risk’ when they experi-ance a signiicant mismath between their circum-stances and needs, and the capacity or willing-ness of the school to accept, accommodate, and respond to them in a manner that supports and enables their maximum social, emotional, and in-tellectual growth and development.

The condition of low family income is al-ways lack of food and clothes. The parents are very busy to fulill their basic needs, so that they have no time to encourage their children to learn. They can not provide their children with learn-ing facilities. The result is their children lazy to learn especially English because of lack learning facilities and encouragement. According to Ogwu (2004:24) the high socio-economic status parents are able to provide their young children with high quality child care books and toys to encourage them in their various learning activities at home.

Crinic and Lamberty (1994:94) believed that, segregating the nature of social-economic class, etnicity and race may well reduce the variety often enriching experiances thought to be pre-requisite for creating readiness to learn among children

so-cial class.

Economic status of the family therefore can refer to such a position in relationship to the social and economic position of parents occupying vari-ous positions among groups in the society. These positions are looked in relationship toward educa-tion achievement.

Socio-Economic Status

The another research done by Lubienski (2006) found that socio-economic status inluances stu-dents’ achievement; students from higher socio-economic families tend to get higher achievement compared to students with lower socio-economic status. First of all, the research found that the gaps appeared to be more closely tied to socio-econom-ic status than race, because students with high socio-economic status tend to have better access to computers, and learning tools such as calcula-tors, books, dictionaries etc. Teachers can provide better inputs for students to improve their learning achievement.

Culturally disadvantaged students may not receive an adequate education due to limited ex-periences with what the teacher is saying. These school experiances that reinforce inadequacy hin-der self-esteen and provide little motivation as to what real world provides (Bakken, 2002:5). Fur-thermore, Bakken(2002:7) added that:

“Many students who do not have easy access to better learning situation believe learning English is mostly memorizing subject which adds to their low achievement. However, students move away from this belief as they study more and deeper. The longer they remain in school, the farther be-low the avarage grade level they fall, inally drop out, become delinquent, and perhaps join the mass of unemployed youth”.

The children at the bottom of the socio-eco-nomic scale generally achive far below the normal levels. Several factors are suggested as factors why students fail to meet the standard requirements. At times, young people see no relationship between the day-to-day activities of the school and the op-portunities are open to them in the future.

(30)

eco-nomic power in the comunity showed srong inlu-ance”. Furthermore, he found that nearly 50% of the variance in test passing rates was determined by the demographic opportunity sructure such as inancial capital, human capital (level of parents’ education), cultural capital (status and expectacy), and geographic capital (level of urban inluance), rather than the oppotunity sructure provide d within schools (economic opportunity sructure). As English (2002:34) wrote that, demographic opportunity sructure is largely inluanced by eco-nomic opportunity sructure and other capitals, and it has srong impact on students’ achievement rate.

Social Class Classiications

According to Adler (1993:45) social economic status is traditionally measured by eduaction, in-come, and occupation. By using these criteria, the social classiication is grouped.

Numerous designations have been developed to categorize different levels of social class con-tinuum. The three most popular designations are: 1. Three subgroups: upper class, middle class,

and lower class

2. Five subgroups: upper class, upper-middle class, lower-middle class, upper-working class, and lower-working class.

3. Six subgroups: upper-upper class, lower upper class, upper middle class, lower-middle class, uper-lower class and lower-lower class.

These subgroups are considered only as abroad label. They cannot account for variety of pattert to be found within each class level or do justice to an individual who is catagorized as being at speciic class level. They sufice only to point out main group differences in life styles as they relate to such factors as home background, race, education, income, and occupational status.

The calculation of a social has been contro-versy. According to Anderson(1995:26), the even-tual classiication is devided into three different social groups namely labeled as ‘high’, middle’ and low’,. The indicators of social class are resid-cupatential area and parents’ oion represent social indices in their own right, while the employed/un-employed distinction is used as a slight modiica-tion of the occupamodiica-tional index.

Parental inluance

Heller and Fantuzzo (1993:22) discuss how parents are the earliest and most lasting inlu-ance that their children have in their lives. They explained that until the age of 18, children only spend 13% 0f their waking hours in school and 87% of their time with families.

According to Sandra (2001:32), families play a meaningful role in children’s education success and interface at family and school is an element that must be accounted for when examing chil-dren’s school performance: that is, parents and teachers are educators, but not all education is schooling. Parents play a key role in improving the understanding and school achievement of their children. However, schools need to play a key role in developing ideas, which will encourage greater parent parcipation and involment in their children’s lives. Furthermore, Heller and Fantuzzo (1993:30) note that teachers who include parent participation in their classroom on a regularly will have two results:

1. Parents fell more positive about their contribu-tions and abilities within themselves, and 2. Students show improvement in the areas of

academic achievement and attitudes.

Benjamin (1993:44) revealed that one the most important factors that inluance a child’s achievement in school, particulary reading level, is the level of the parents’ education. It found that the avarage level of proiciency is lower for stu-dents with parents that did not graduate from high school. It was found tha more highly educated parents succeed greater in providing their children with the cognitive skills that promote achievement in school. Martin (1990) said that parents who are not as highly educated have a tendency to be more isolated and fear commitment and responsibility when it comes to involment in their child’s aca-demic life.

Parents’ Occupation Inluance

Gambar

Sumber: Data sekunder diolah dengan Gambar 1Eviews 7(2014)
Tabel 1Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 2.1 berikut akan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini yakni:
Tabel 4Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk menganalisis adanya hubungan antara tingkat kesehatan rumah meliputi komponen rumah (langit- langit, dinding, lantai, jendela kamar

Dari hasil uji sensoris terhadap atribut warna minyak wijen, secara umum panelis memberikan nilai suka pada se- mua perlakuan dengan rata-rata nilai 3.07-3.37, namun tidak

Sehingga dapat mengetahui seberapa pengaruhnya terhadap hasil tangkapan Ikan Manyung ( Arius thalassinus ). Uji coba ini dilakukan di Perairan Pati Desa Banyu Towo

Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara pola tidur dengan kejadian hipertensi dan mengidenti fi kasi faktor risiko hipertensi pada orang yang mempunyai pola tidur

Berdasarkan seluruh uji coba yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa respon transien pengontrolan kecepatan motor BLDC dengan menggunakan kontroler FMRLC bergantung

Melakukan penelitian terlebih dahulu tentang bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau yang akan dapat digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan

Simpulan: Pemberian ekstrak tumbuhan tapak liman ( Elephantopus scaber L. ) dapat memperbaiki gambaran histopatologis ginjal tikus putih ( Rattus norvegicus ) model diabetes

Jika kita dapat merasakan bagaimanakah sesungguhnya kabar baik itu, kita tidak akan melupakan bagaimana hal yang diumumkan dalam Lukas 2: 10-11: “Lalu kata malaikat itu kepada