• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN PeubahVegetatif dan Generatif

Utama Ratun Utama Ratun

HASIL DAN PEMBAHASAN PeubahVegetatif dan Generatif

Hasil analisis menunjukkan tinggi tanaman ratun dan jumlah anakan produktif setiap genotipe tidak berbeda nyata baik pada penggenangan 0, 2 dan 5 cm. Terdapat varietas yang berbeda nyata pada penggenangan 2 cm, yaitu Hipa-5 yang berbeda nyata dengan IPB106-F-8-1. Secara statistik jumlah anakan produktif semua genotipe tidak berbeda nyata, walaupun hasil pengamatan menunjukkan jumlah anakan produktif yang dihasilkan hampir semua genotipe tinggi, terutama pada penggenangan 2 cm. Jumlah anakan yang banyak atau > 35 anakan dihasilkan varietas Rokan, Hipa-5 dan Cimelati, yang terjadi pada penggenangan 2 cm.

Untuk umur berbunga, terdapat interaksi antara tinggi genangan dan genotipe. Tinggi penggenangan 0 cm mempercepat umur berbunga genotipe IPB106-F-8-1 dan Hipa-5. Umur panen tidak berbeda nyata antar genotipe (Tabel 16).

Penggenangan yang baik atau yang diberikan secara berselang dan macak- macak dapat mempengaruhi iklim mikro tanaman. Kondisi demikian, dapat membuat tanah menjadi lembab dan memungkinkan lebih banyak oksigen yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan akar, dibandingkan tanah yang padat dan

kering. Menurut Catling (2002) akar berpengaruh terhadap pertumbuhan bagian atas tanaman. Selanjutnya Gardner et al. (1991) menjelaskan ketersediaan air diperlukan tanaman untuk perbesaran luas daun, sehingga meningkatkan fotosintesis. Penggenangan setinggi 5 cm dapat membuat akar sulit tumbuh dan menyebar serta kekurangan oksigen. Akibatnya jumlah anakan yang dihasilkan lebih sedikit (Berkelaar 2001).

Tabel 16. Karakter pertumbuhan ratun pada berbagai tinggi genangan air

Genotipe Tinggi genangan (cm) Tinggi tanaman (cm) Jumlah Anakan produktif Umur berbunga (hari) Umur panen (hari IPB106-7-47-Dj-1 0 100. 7 abcd 22.3 a 19.7 abc 53.3 ab

2 106.0 abc 16.0 a 17.0 bcd 54.0 ab 5 97.0 abcd 20.7 a 18.0 abcd 54.7 ab IPB106-F-8-1 0 101.0 abcd 20.0 a 10.7 e 56.3 a 2 114. 7 a 12.3 a 13.7 de 53.0 ab 5 109.3 ab 16.0 a 20.0 ab 53.0 ab Cimelati 0 81.3 bcd 23.7 a 16.3 bcd 55.3 ab 2 96.3 abcd 35.3 a 18.3 abcd 54.7 ab 5 92.0 abcd 16.0 a 16.0 bcd 57.0 a Hipa-5 0 75.5 d 22.0 a 11.0 e 56.0 a 2 82.0 bcd 35.3 a 18.3 abcd 53.3 ab 5 77.3 cd 23.3 a 22.3 a 52.3 ab

Rokan 0 87.0 abcd 13.0 a 15.0 abcd 53.0 ab

2 90.0 abcd 39.0 a 14.7 cde 51.7 b

5 91.3 abcd 21.3 a 18.7 abcd 53.7 ab

Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Komponen Hasil

Hasil analisis menunjukkan bahwa penggenangan selama periode reproduktif berpengaruh terhadap jumlah gabah total dan jumlah gabah isi per malai tanaman utama dan ratun. Untuk jumlah gabah total per malai tanaman utama, Rokan dan IPB106-7-47-Dj-1 menghasilkan jumlah gabah total tertinggi pada penggenangan macak-macak atau 0 cm. Pada level ini galur IPB106-7-47- Dj-1 nyata berbeda dengan penggenangan 5 cm, dan jumlah gabah total varietas Rokan nyata meningkat dan lebih tinggi pada penggenangan 0 cm dibandingkan penggenangan 2 cm dan 5 cm. Pada penggenangan 0 cm kedua genotipe tersebut (IPB106-7-47-Dj-1 dan Rokan) berbeda nyata dengan varietas Cimelati dan Hipa-

5. Demikian juga dengan ratun, penggenagan 0 cm nyata meningkatkan jumlah gabah total ratun genotipe IPB106-7-47-Dj-1, IPB106-F-8-1, Cimelati dan Hipa-5, sedangkan pada Rokan jumlah gabah total meningkat pada penggenangan 2 cm (Tabel 17).

Tabel 17. Komponen jumlah gabah total dan jumlah gabah isi lima genotipe padi Genotipe

Tinggi Genangan

(cm)

Total gabah/malai Gabah isi/malai

Utama Ratun Utama Ratun

IPB106-7-47-Dj-1 0 241.7 ab 198.3 bc 102.3 abc 112.7 bc

2 194.3 abcd 87.0 gh 111.3 ab 58.7 cde

5 112.3 e 176.3 bcd 39.7 d 130.3 b

IPB106-F-8-1 0 219.3 abcd 263.0 a 99.7 abc 203.0 a

2 211.3 abc 251.7 a 77.3 abcd 211.7 a

5 165.0 cde 120.0 efg 110.7 ab 80.3 bc

Cimelati 0 157.3 cde 142.7 def 37.7 d 88.0 bc

2 155.3 cde 79.3 gh 63.7 bcd 17.3 e 5 108.3 e 57.0 h 45.0 d 22.0 de Hipa-5 0 129.3 de 205.0 b 35.3 d 130.0 b 2 161.0 cde 156.3 bcde 62.7 bcd 74.0 c 5 174.3 bcde 79.3 gh 52.7 cd 17.3 e Rokan 0 250.3 a 100.0 fgh 55.0 cd 96.0 bc

2 164.0 cde 151.7 cde 99.3 abc 101.0 bc 5 149.0 cde 105.3 efgh 117.3 a 71.3 cd

Ket. : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% berdasarkan uji wilayah berganda Duncan.

Hasil analisis juga menunjukkan, penggenangan 5 cm nyata menurunkan jumlah gabah isi tanaman utama galur IPB106-7-47-Dj-1. Pada ratun penggenangan 5 cm menurunkan jumlah gabah isi galur IPB106-F-8-1 dan Hipa- 5. Sebaliknya penggenangan yang lebih rendah yaitu 0 cm meningkatkan jumlah gabah isi genotipe Cimelati, Hipa-5, IPB106-7-47-Dj-1 dan IPB106-F-8-1. Adapun penggenangan 2 cm pada galur IPB106-7-47-Dj-1 berbeda nyata dengan penggenangan 5 cm.

Jika dibandingkan dengan tanaman utama, terlihat beberapa genotipe yang ratunnya menghasilkan jumlah gabah total dan jumlah gabah isi yang setara bahkan lebih tinggi dibandingkan tanaman utama. Pada penggenangan 0-2 cm ratun galur IPB106-F-8-1 menghasilkan jumlah gabah total dan gabah isi tertinggi dibandingkan genotipe lainnya. Malai yang dihasilkan juga lebih panjang

dibandingkan genotipe lainnya. Untuk varietas hibrida Hipa-5, walaupun jumlah gabah total dan jumlah gabah isi ratun tidak setinggi galur IPB106-F-8-1, tetapi penggenangan 0 cm dan 2 cm tetap memberikan hasil ratun yang lebih tinggi dibandingkan penggenangan 5 cm (Tabel 17).

Studi lain menjelaskan hubungan antara distribusi hasil fotosintesis pada daun dengan kemampuan menghasilkan ratun, yang menyebutkan sekitar 65% - 80% dari hasil fotosintesis daun didistribusikan ke ruas kedua dan ketiga tanaman ratun, yang berkorelasi positif dengan hasil dan komponen hasil ratun (Ai-zhong et al. 2007).

Dalam hubungannya dengan varietas pada hibrida, Xiaobin (2004) menjelaskan rata-rata fotosintesis dan akumulasi bobot kering padi varietas hibrida lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida. Persentase bahan yang terdapat pada batang setelah panen tanaman utama (tunggul) secara nyata dan positif berkorelasi dengan butir matang, jumlah gabah isi, dan jumlah gabah total. Translokasi cadangan yang tersisa di tunggul bagian bawah tinggi, dan terus meningkat dari awal pengisian biji hingga pematangan. Hasil penelitian menunjukkan redistribusi cadangan pada awal pengisian penting untuk menghasilkan biji yang bernas atau padat. Selain itu meningkatnya rasio karbohidrat/butir sebelum fase pembungaan dapat mempercepat transfer karbohidrat yang dapat digunakan berbagai aktivitas penting berupa pengisian biji, menekan gabah hampa dan meningkatkan gabah yang bernas (Zhenqi et al. 2007).

Kandungan Klorofil dan Sukrosa Daun

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan mengekstraksi daun ratun di laboratorium, diketahui bahwa tinggi genangan air tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil dan sukrosa daun ratun semua genotipe, baik klorofil a, b maupun klorofil total, kecuali varietas Hipa-5. Interaksi antar genotipe menunjukkan penggenangan 0 cm pada galur IPB106-7-47-Dj-1 dan varietas Hipa-5 berbeda nyata dengan galur IPB106-F-8-1. Adapun penggenangan air 2 cm tidak berbeda nyata terhadap kandungan klorofil daun ratun semua genotipe, baik klorofil a, klorofil b maupun klorofil total, kecuali varietas Hipa-5. Pada varietas Hipa-5, penggenangan air 2 cm dari permukaan tanah nyata

meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan klorofil total dibandingkan penggenangan 5 cm. Jumlah klorofil a lebih tinggi dibandingkan klorofil b (Tabel 18). Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Menurut Lee et al. (2004) peningkatan kandungan klorofil a dan klorofil b menyebabkan kemampuan tanaman dalam menangkap cahaya lebih tinggi, sehingga fotosintesis lebih tinggi. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya.

Peningkatan kandungan klorofil b yang pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II (LHC II). Penyesuaian tanaman terhadap radiasi yang rendah juga dicirikan dengan membesarnya antena untuk fotosistem II. Membesarnya antena untuk fotosistem II akan meningkatkan efisiensi pemanenan cahaya (Hidema et al. 1992). Klorofil b yang berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger 2002).

Respon yang berbeda pada varietas Hipa-5 terhadap tinggi genangan dan perubahan kandungan klorofil, menunjukkan adanya interaksi antara keduanya. Penggenangan 2 cm meningkatkan kandungan klorofil a, b dan klorofil total varietas Hipa-5 dan berbeda nyata dengan penggenangan 5 cm. Untuk kandungan sukrosa daun, penggenangan air tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan sukrosa, baik antar tinggi genangan maupun antar genotipe. Kandungan sukrosa daun ratun semua varietas yang diuji secara statistic tidak berbeda nyata baik antar tinggi genangan maupun antar genotipe. Rata-rata kandungan sukrosa daun pada penggenangan 2 cm dari permukaan tanah adalah 6.84 mg/g bobot basah. Galur PTB IPB106-7-Dj-7-1 memiliki kandungan sukrosa total sebanyak 8.87 mg/g bobot basah (Tabel 18).

Tabel 18. Hasil analisis kandungan pigmen dalam bobot segar daun ratun pada perlakuan tingi genangan air.

Genotipe Tinggi Genangan (cm) Klorofil a (μmol/100 cm2) Klorofil b (μmol/100 cm2) Klorofil total (μmol/100 cm2) Sukrosa IPB106-7-47-Dj-1 0 4.47 ab 1.49 ab 5.96 a 6.15 a

2 3.07 abc 0.83 abc 3.91 abc 8.87 a

5 3.26 abc 0.88 abc 4.14 abc 7.63 a

IPB106-F-8-1 0 1.55 c 0.30 c 1.85 c 7.08 a

2 2.78 abc 0.92 abc 3.70 abc 5.41 a

5 2.74 abc 0.71 abc 3.44 abc 6.65 a

Cimelati 0 2.90 abc 0.93 abc 3.83 abc 7.50 a

2 2.48 abc 0.73 abc 3.21 abc 8.55 a

5 2.84 abc 0.81 abc 3.65 abc 7.79 a

Hipa-5 0 3.93 abc 1.40 ab 5.33 ab 5.91 a

2 4.63 a 1.58 a 6.21 a 8.34 a

5 2.21 bc 0.59 bc 2.80 bc 5.19 a

Rokan 0 3.38 abc 0.97 abc 4.35 abc 6.27 a

2 3.68 abc 1.31 ab 4.99 abc 6.18 a

5 2.38 abc 0.58 bc 2.96 abc 7.08 a

Ket. : Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% berdasarkan uji wilayah berganda Duncan.

Batang tanaman padi setelah dipanen (tunggul) dapat disebut sebagai bagian tanaman yang dorman. Tunggul harus tetap bertahan dan sehat, terutama daya tumbuh sistem perakarannya. Kondisi tunggul menunjukkan bahwa jika asimilat tersedia cukup, dan tingkat kesuburan batang dan akar dapat dipertahankan, maka tunas baru dari ratun atau anakan pertama dapat tumbuh antara hari kedua hingga hari kesepuluh setelah panen tanaman utama (De Datta dan Bernasor 1988). Ketersediaan air melalui penggenangan setelah panen tanaman utama, diduga berperan penting dalam membantu pergerakan karbohidrat yang tersisa pada tunggul tanaman. Karbohidrat pada tunggul dapat dimanfaatkan bagian lain tanaman, termasuk untuk merangsang pertumbuhan tunas baru, menghasilkan daun dan anakan ratun (Dawn 2001; Jason 2005).

Bobot Kering Jerami dan Hasil Ratun

Hasil pengamatan terhadap bobot kering jerami ratun menunjukkan bahwa hampir semua tinggi genangan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering jerami semua genotipe, kecuali pada varietas Rokan.

Penggenangan 2 cm nyata meningkatkan bobot kering jerami Rokan dan