• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di DAS Ciliwung hulu, maupun hasil penelitian yang relevan terkait dengan DAS, permukiman dan kawasan resapan air secara garis besar dapat dikelompokan menjadi :

a. Penelitian yang bertujuan mengkaji pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologi DAS Ciliwung hulu menggunakan berbagai model yaitu : HEC-1, Answers, Regresi, dan Indeks konservasi,

b. Penelitian yang bertujuan mengelola kawasan di DAS Ciliwung hulu yaitu mengelola kawasan rekreasi alam dengan konsep daya dukung DAS.

c. Penelitian yang bertujuan mengkaji kesesuaian pemanfaatan lahan DAS Ciliwung hulu dengan berbagai kriteria yaitu: kriteria kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian dan kriteria kesesuaian kawasan untuk kawasan lindung, menggunakan Sistem informasi geografis (SIG) dan remote sensing;Automatic land evaluation system (ALES),Multi criteria dimention model (MCDM).

d. Penelitian yang bertujuan mengkaji posisi, peran dan pengembangan kelembagaan di DAS Ciliwung.

e. Penelitian yang bertujuan mengkaji pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang menggunakan metode SIG, Location quotient danshift and share

serta model dinamik di wilayah Jabotabek.

f. Penelitian yang bertujuan mengkaji aspek hukum dari pembangunan perumahan di kawasan resapan air.

Berdasarkan penelusuran pada hasil-hasil penelitian tersebut, belum ditemukan penelitian yang bertujuan mengelola kawasan permukiman berkelanjutan di DAS Ciliwung hulu dengan menggunakan model sistem dinamik yang menggabungkan hard system (GIS) dengan soft system (ISM dan MDS) menjadi model dinamik. Keluaran hasil penelitian berupa alokasi dan distribusi permukiman secara spatial dilengkapi dengan skenario kebijakan penataan permukiman. Selanjutnya ringkasan hasil peneltian terdahulu tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti , Tahun dan Judul Konsep dan Metoda Hasil

1. Singgih Irianto tahun 2000: Kajian Hidrologi DAS Ciliwung

Menggunakan model HEC-1 untuk membuat simulasi perubahan penggunaan lahan.

Hasil simulasi menunjukkan terjadi peningkatan kontribusi DAS Ciliwung hulu terhadap banjir Jakarta dari 43,2%(1981) menjadi 50,7%(1999). Penelitian ini tidak menghitung alokasi optimal pemanfaatan lahan dan lokasi penyebarannya.

2. .Sugiharto tahun 2001: Arahan Pemanfaatan Lahan Untuk Kegiatan Permukiman Berdasarkan Analisis Kesesuaian Lahan dan Penilaian Kualitas Sub Daerah Aliran Sungai (Sub-Das). Studi kasus: Sub DAS Cileunyi, kabupaten Bandung).

Metode analisis kualitatif menggunakan kriteria kesesuaian lahan dan analisis kuantitatif melalui ukuran fluktuasi debit aliran dan tingkat erosi tanah.

Hasil analisis mengindikasikan bahwa tidak seluruh kawasan di sub DAS Cileunyi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman sehingga arahan pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman di kawasan ini dilakukan dengan prioritas. Penelitian ini tidak merancang model pengelolaan.

3. Bappeda Prov DKI Jakarta dan LP-IPB tahun 2002 : Kajian Pemanfaatan Ruang Jabotabek

Alat yang digunakan untuk analisis adalah GIS,Location Quotient, shift and share.

Di Jabodetabek telah terjadi alih fungsi lahan, serta pemanfaatan lahan belum optimal karena banyak yang belum sesuai RTRW. Penelitian ini tidak membuat alokasi optimal permukiman, khususnya di Kabupaten Bogor sebagai wilayah resapan air.

4. Isman Kadar tahun 2003 : Pengaruh RTRW Kab Bogor Terhadap Konservasi Air dan Penerimaan Daerah

Alat yang digunakan untuk menganalisis adalah model dinamis dengan menggunakansoftware Stella

Apabila pemanfaatan ruang Kabupaten Bogor sesuai RTRW, maka akan terjadi peningkatan debit puncak aliran permukaan di DAS Ciliwung dan kenaikan penerimaan daerah. Studi ini hanya menghitung komposisi optimal penggunaan lahan, tanpa melihat bagaimana alokasi dan pengendaliannya.

5 Nana M. Arifjaya dan Lilik B Prasetyo tahun 2004 : .Dampak Perubahan Lahan Terhadap Perubahan Aliran Permukaan di Setiap Kecamatan di DAS Ciliwung Hulu

Metoda analisis yang digunakan adalah GIS

Perlu perbaikan daerah hulu Sungai Ciliwung, untuk menanggulangi banjir. Penelitian hanya menunjukkan indikasi rusaknya DAS hulu tidak membuat lokasi dan alokasi pemanfaatan ruangnya.

6. Laela Qodariah, Nana Mulyana Arifjaya, Ibnu Maryanto, 2004 : Analisis Curah hujan, Erosi dan sedimentasi Akibat Perubahan Tata Guna LahanDi Sub DAS Ciliwung Hulu

Menggunakan Simulasi Answers

Metoda Answers Simulasi menghasilkan beberapa skenario penggunaan lahan pada kejadian hujan maksimum. Hasil simulasi menunjukan skenario dengan komposisi pengunaan lahan optimal adalah hutan 54,1 %, Teh seluas 23 %, tanaman semusim 12,8 %, permukiman 9,7 %. Komposisi penggunaan lahan seperti itu mampu menurunkan laju erosi sebesar 64,3 % ,sedimen menurun 59% dan debit puncak 2,04 mm/detik dan

Peneliti , Tahun dan Judul Konsep dan Metoda Hasil

jumlah aliran permukaan sebesar 8,2 mm.. Penelitian ini hanya

membahas alokasi pemanfaatan ruang tidak membahas penyebarannya secara ruang.

7. Qodarian Pramukanto tahun 2004 : Strategi Pengelolaan Rekreasi Alam Berdasarkan Daya Dukung Kawasan: Studi Kasus Daerah Tangkapan Air Cisampay Sub DAS Ciliwung hulu

Menggunakan konsep daya dukung dan daya tampung lingkungan

Kajian membahas lokasi dan alokasi kawasan rekreasi alam berdasarkan kapasitas rancangan potensialnya dan menghitung daya tampungnya.

8. Arwin Sabar tahun 2004 : Kajian Aspek Hidrologi, Tata Guna Lahan dan Konservasi Sumberdaya Air di Kawasan Bopunjur

Menggunakan Konsep konservasi sumberdaya air yaitu Indeks Konsevasi Alami(Ika)

Beban limpasan air akbat konversi lahan di kawasan Bopunjur menjadi permukiman dapat dikendalikan dengan mengembalikan fungsi hidrologi kawasan sesuai dengan azas konservasi air dimana indeks konservasi aktual > indeks konservasi alami dihitung berdasarkan daya dukung lingkungan setempat. Pelestarian air tanah dikawasan permukiman dapat dilakukan dengan membuat bidang resapan, sumur resapan dan waduk resapan.

9. Chendy Tafakresnanto dan Wahyu Widiono tahun 2004 : Kajian Pemanfaatan Lahan DAS Ciliwung dan Cisadane

Menggunakan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian dengan perangkat lunak ALES.

Kajian menghasilkan rincian arahan fungsi pemanfaatan lahan di DAS Ciliwung hulu untuk kegiatan pertanian.

10 Muhajirin tahun 2004 : Kebijakan Pemda Kabupaten Dalam Pengendalian Pembangunan Perumahan Di kawasan Resapan Air Bandung Utara

Metoda pendekatan yang digunakan adalah analisis komparasi terhadap peraturan perundangan dan analisis deskriptif

Penelitian menunjukkan faktor pendorong yang berpengaruh terhadap pembangunan perumahan : pertumbuhan penduduk, nilai lahan, konsistensi penerapan kebijakan/peraturan perundangan, kelembaga an, dan daya beli masyarakat. Faktor pembatas perkembangan permukiman: kondisi fisik (jenis tanah, kelerengan, bencana alam). Penelitian ini hanya mengevaluasi kebijakan perijinan pembangun, tidak membuat strategi pengendalian tata ruang.

11. Sabri tahun 2004 : Analisis Alih Fungsi Lahan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Kesediaan Membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat

Metoda pendekatan :Contingent Valuation Method , analisis kesediaan membayar dan analisis persepsi. Alat yang digunakan adalah GIS,remote sensing, skala likert, dan SPSS.

Penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan luas kawasan terbangun dan menurunnya luas kawasan yang berfungsi sebagai resapan, cukup besarnya kesediaan masyarakat membayar iuran konservasi dan luas kawasan terbangun yang dikenai iuran konservasi. Penelitian ini tidak menata kawasan terbangun/ permukiman maupun membuat model kelembagaan.

Peneliti , Tahun dan Judul Konsep dan Metoda Hasil

12. Apik Karyana tahun 2005 : Analisis Posisi, Peran Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan DAS: Studi Kasus Di DAS Ciliwung)

Metoda Pendekatan:Konsep

Participatory Rural Appraisal (PRA),

Metoda Importance Performance Anlysis(IPA),dan Learning Organization(LO)

Penelitian menunjukkan bahwa koordinasi antar instansi masih lemah, yang berakibat pada lemahnyalaw enforcement, dan berdampak pada penataan ruang DAS Ciliwung. Penelitian yang dilakukan tidak membuat optimasi penataan ruang permukiman. Model institusi yang disarankan adalah untuk pengelolaan DAS Ciliwung yang disebut Badan Layanan Umum Pengelola DAS Ciliwung..

13 Hikmat Lukman tahun 2006 : Kajian Hidrologi DAS Ciliwung Hulu

Menggunakan metoda regresi linier untuk menghitung debit limpasan serta

base flow

Selama 1993 sampai 2002 trend debit aliran limpasan cenderung naik , sedangkantrend base flow menurun, hal tersebut menunjukkan

terjadinya kerusakan lahan di DAS. Penelitian haanya membahas kondisi hidrologi DAS tidak membahas pemanfaatan ruang .

14. Syartinilia, HS. Arifin, LB Prasetyo, S. Tsuyuki tahun 2006 Identification of Potensial Protection Area Using GIS and Remote Sensing, A Case Study in The Upper Stream of Ciliwung Watershed of West Java, Indonesia

Alat analisis yang digunakan adalah

Multi Citeria Decision Making(MCDM) dan GIS

Meneliti wilayah yang perlu dilindungi dengan menggunakan kriteria kawasan lindung untuk Rencana Tata Ruang Bopunjur. Hasil analisis diperbandingkan dengan RTRW Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan tidak membuat optimasi pemanfaatan lahan untuk permukiman, hanya menyediakan informasi dasar bagi perencanaan penggunaan lahan.

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Juli 2007 sampai Maret 2008. Lokasi penelitian adalah DAS Ciliwung hulu yang terletak pada koordinat 1060 50′50′′ sampai 1070 0′ 40 ′′ BT dan 60 36′ 10′′ sampai 6047′ 0′′ LS”. Sebagian besar DAS Ciliwung hulu berada di wilayah Kabupaten Bogor (30 desa) sisanya sebagian kecil berada di wilayah Kota Bogor (1 Kelurahan). Terdapat empat kecamatan di Kabupaten Bogor yang wilayahnya masuk dalam DAS Ciliwung hulu yaitu Kecamatan Sukaraja (2 desa), Kecamatan Ciawi (7 desa), Kecamatan Cisarua(10 desa), dan Kecamatan Megamendung (11 desa) (Gambar 11).

Gambar 11. Batas administrasi DAS Ciliwung Hulu

Luas DAS Ciliwung hulu 14.876,37 ha terdiri dari 6 sub-DAS yaitu :

a. Sub DAS Ciesek : terletak di kecamatan Megamendung, dan Cisarua dengan luas 2.499,76ha (16,80%).

b. Sub DAS Ciliwung hulu : terletak di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung dengan luas 5.906,78 ha (39,71%).

c. Sub DAS Cibogo : terletak di Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung dengan luas 1.375,77 ha (9,25%).

d. Sub DAS Cisarua : terletak di Kecamatan Cisarua, luas 2.218,92 ha (14,92%). e. Sub DAS Cisukabirus : terletak di Kecamatan Ciawi dan Megamendung

dengan luas 1.696,91 ha (11,41%).

f. Sub DAS Ciseuseupan: terletak di Kecamatan Ciawi dan Megamendung dengan luas 1.178,23 ha (7,92%) (Gambar 12).

Gambar 12 Sub DAS di DAS Ciliwung Hulu

3.2. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Wilayah pengamatan difokuskan pada kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung Kabupaten Bogor, ketiga kecamatan tersebut merupakan bagian terbesar dari wilayah DAS Ciliwung hulu, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Wilayah

perencanaan adalah DAS Ciliwung hulu dengan luas 14.876,37 ha. Wilayah perencanaan tersebut menggunakan batas DAS, karena DAS adalah satu kesatuan ekosistem yang secara bio-fisik tidak dapat disekat-sekat oleh batas administrasi. Hal tersebut sesuai dengan UUPPLH No 32/2009 yang menyebutkan bahwa DAS adalah suatu ekoregion.

Batas DAS Ciliwung hulu diperoleh dengan cara mendeliniasi peta kontur dan sungai di wilayah Kecamatan Cisarua, Megamendung, Ciawi, Sukaraja. Deliniasi dilakukan dengan menggunakansoftware ArcView 3.3. Berdasarkan UU No 7/2004 tentang Sumberdaya Air, DAS didefinisikan sebagai kawasan yang dibatasi secara topografis oleh punggung bukit, yang mana bila air hujan jatuh diatasnya akan dialirkan menuju suatuoutlet tertentu. Berdasarkan hal itu, kriteria yang digunakan dalam pendeliniasian DAS adalah topografi berupa punggung bukit, dan arah aliran sungai. Untuk itu digunakan peta kontur dan peta sungai yang berasal dari peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 10.000. Penentuan koordinat DAS mengacu peta DAS Ciliwung hulu dari BPDAS Citarum-Ciliwung, PPLH- IPB dan Biotrop.

Ruang lingkup kawasan yang diteliti adalah kawasan permukiman yaitu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UUPP No 4/1992; UUPR No 26/2007). Kawasan permukiman terdiri dari kawasan perumahan (rumah tinggal, villa, wisma), kawasan non perumahan (perdagangan, jasa, industri kecil/rumah tangga, hotel, restoran) dan sarana prasarana permukiman (fasilitas permukiman, dan jaringan jalan).

Ruang lingkup pengelolaan permukiman pada penelitian ini difokuskan pada perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Penurunan fungsi ekologi DAS Ciliwung hulu diakibatkan oleh perkembangan permukiman yang pesat, sehingga untuk mengatur dan mengendalikan perkembangan permukiman diperlukan perencanaan lokasi dan alokasi permukiman, evaluasi terhadap kawasan

permukiman yang ada (eksisting) dan rencana tata ruang serta kebijakan untuk mengendalikan perkembangan permukiman.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data sosial, ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah pakar, pejabat Pemda Kabupaten Bogor dan lokasi studi. Pakar ditentukan secara purposive sesuai dengan kriteria pakar yaitu bidang ilmu relevan dengan pengelolaan permukiman dan memahami issu yang sedang diteliti, atau praktisi dalam hal pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu. Berdasarkan hal tersebut, maka pakar dalam penelitian ini terdiri atas akademisi dan praktisi yang terkait dengan pengelolaan permukiman di DAS Ciliwung hulu yaitu permukiman, penataan ruang, pengelolaan lingkungan, pengelolaan DAS, dan kelembagaan.

Sumber data sekunder terdiri atas Bapeda Kabupaten Bogor, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Dinas Cipta karya Kabupaten Bogor, Dinas Kependudukan Kabupaten Bogor, Kantor statistik Kabupaten Bogor, Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Ciawi, BP DAS Citarum Ciliwung, UPT B P Sumberdaya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, PPLH IPB, Biotrop, Bakosurtanal, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, perpustakaan , dan media elektronik.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer terdiri atas pendapat pakar dan observasi lapangan. Pengumpulan data primer untuk menggali pendapat pakar tentang kelembagaan yang relevan dengan pengelolaan permukiman dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuestioner (Lampiran 1). Pengumpulan data primer untuk mengoreksi keakuratan hasil analisis citra dilakukan dengan observasi lapangan untuk mencatat koordinat titik-titik pengecekan yang mewakili 6 klasifikasi tutupan lahan menggunakan GPS. Titik-titik pengecekan berjumlah 49

titik, ditentukan secara purposive terdiri atas 6 klasifikasi tutupan lahan yang tersebar di Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung dan Sukaraja (Lampiran 2).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri atas peta digital dan dokumen (hard copy dan soft copy). Peta digital terdiri atas: Rupa Bumi Indonesia (RBI), jenis tanah, curah hujan, batas DAS Ciliwung hulu, tutupan lahan tahun 1992, 1995, 2000, Citra tahun 2006, hidrogeologi, indeks konservasi alami, lahan kritis tahun 2006, kawasan rawan longsor, izin lokasi tahun 2005, serta RTRW Kabupaten Bogor 2000-2010 dan 2005-2025. Dokumen terdiri atas: kependudukan, KB, hidrologi, lingkungan, fasilitas sosial, perizinan, peraturan perundang-undangan, tugas pokok dan fungsi instansi terkait, kebijakan serta dokumen dan literatur yang relevan dengan pengelolaan kawasan permukiman di DAS. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah dokumen dan literatur, serta mengunduh dari media elektronik. Selain itu pengumpulan data sekunder tentang kebijakan permukiman diperdalam dengan cara diskusi dengan pejabat dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Bapeda, Dinas Cipta Karya dan Dinas Kependudukan & KB pada Pemda Kabupaten Bogor. Selanjutnya uraian lebih lengkap tentang data sekunder dapat dilihat pada Bab V, VI dan VII.

Dokumen terkait