• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5 Kelembagaan Penataan Ruang Dan Permukiman

4.5.2 Implementasi Kebijakan Pengelolaan Permukiman d

Peraturan perundangan yang berkaitan langsung dengan penataan ruang permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah PP No 26/2008, Perpres No 58/2008 dan Perda Kabupaten Bogor No 19/2008. Peraturan Pemerintah (PP) No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan pedoman dalam pembuatan rencana tata ruang di seluruh Indonesia. Pada pasal 9 PP No 26/2008

disebutkan bahwa Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-

Cianjur (Jabodetabekpunjur) merupakan kawasan strategis nasional yang

memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu. Untuk mewujudkan ketentuan dalam PP No 26/2008 tersebut dibuat Perpres No 58/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Puncak-Cianjur(Jabodetabekpunjur).

Tujuan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah : a) mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai suatu wilayah perencanaan dengan memperhatikan kesejahteraan dan ketahanan; b) mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir; c) mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan berkelanjutan. Pasal 49 Perpres No 58/2008 menyebutkan bahwa rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi, kabupaten dan kota yang berada di kawasan Jabodetabekpunjur harus disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan (RTRK) Jabodetabekpunjur. Oleh karena sebagian besar (99,41 %) dari DAS Ciliwung hulu merupakan wilayah Kabupaten Bogor sisanya 0,59 % merupakan wilayah Kota Bogor, maka penataan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu harus berpedoman pada RTRW Kabupaten Bogor. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor telah disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam RTRK Jabodetabekpunjur dan diundangkan menjadi Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tersebut, Bupati Kabupaten Bogor telah mengeluarkan Peraturan Bupati Kabupaten Bogor No 75/2008 tentang pedoman operasional pemanfaatan ruang.

Keterkaitan antar peraturan perundangan yang menjadi payung dalam pengelolaan kawasan permukiman di DAS Ciliwung hulu meliputi perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang dan kelembagaan.

Perencanaan permukiman berdasarkan UUPR No 26/2007 tidak diizinkan berada di kawasan lindung. Kawasan lindung yang dimaksud UUPR No 26/2007 maupun Perpres No 58/2008 antara lain terdiri atas: hutan lindung; kawasan resapan air; sempadan sungai/danau/waduk/mata air; kawasan rawan bencana. Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tentang RTRW sebagai turunan dari UUPR

No 26/2007 justru memperbolehkan permukiman perdesaan (Pd2) dan

permukiman perkotaan (Pp3) berada di dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan. Permukiman perdesaan (Pd2) dan permukiman perkotaan(Pp3) tersebut disyaratkan mempunyai kepadatan rendah/jarang (KDB < 30%) dan berorientasi pertanian dan pariwisata/agrowisata. Permukiman di dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan yang dimaksud Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 terdiri atas : sempadan sungai/danau/mata air; kawasan resapan air; kawasan gerakan tanah tinggi (Tabel 18) . Rencana pembangunan jalan baru (kolektor primer III) menuju Kecamatan Cisarua dan Megamendung dari kecamatan lain di luar DAS Ciliwung hulu, dan pembangunan jalan baru (lokal primer I)di Kecamatan

Megamendung dan Cisarua diperkirakan dapat berpengaruh terhadap

perkembangan permukiman (Tabel 17).

Rencana pemanfaatan ruang untuk permukiman berdasarkan UUPR No 26/2007 dan Perpres No 58/2008 pengembangan permukiman dengan kepadatan rendah di kawasan pertanian. Dalam Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 menjadi tidak jelas karena membolehkan pengembangan permukiman bercirikan perkotaan di kawasan yang berfungsi sebagai perdesaan (Tabel 18). Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang diuraikan secara garis besar dalam UU No 26/2007 dan Perpres No 58/2008, dan dibahas lebih detail dalam Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 (Tabel 18).

Pengendalian pemanfaatan ruang pada UUPR NO 26/2007 dan Perpres No 58/2008 terdiri atas : peraturan zonasi, perizinan, insentif& disinsentif, serta sanksi, sedangkan dalam Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 ditambahkan jasa

lingkungan. Perpres No 58/2008 mengatur secara rinci tentang perizinan. UUPR No 26/2007 mengatur secara rinci sanksi administratif. Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tidak membahas perizinan dan sanksi administrarif secara rinci, tetapi membahas secara rinci partisipasi masyarakat dalam pengendalian permukiman (Tabel 19).

Koordinasi tidak disebutkan secara jelas dalam UUPR No 26/2007 tetapi Perpres No 58/2008 menyebutkan koordinasi teknis penataan ruang kawasan strategis nasional dilakukan oleh Menteri. Koordinasi kelembagaan dan kebijakan kerja sama antar daerah dilakukan dan/atau difasilitasi oleh badan kerja sama antar daerah. Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tidak membahas koordinasi secara jelas, pembahasan difokuskan pada pembentukan Badan atau Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD atau TKPRD), sebagai badan atau tim yang bersifat ad-hoc di daerah, berfungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah (Tabel 20).

Kerjasama antar daerah tidak dibahas dalam UUPR No 26/2007. Bidang yang dapat dibuat kerjasama antar daerah dibahas pada Perpres No 58/2008 yaitu persampahan, banjir, perencanaan dan pengembangan transportasi, listrik, air baku, penataan ruang dan jaringan komunikasi. Perda Kabupaten Bogor No 19/2008 tidak secara jelas membahas bidang yang dapat dibuat kerjasama antar daerah, tetapi memfokuskan diri pada perjanjian kerjasama dalam memanfaatkan jasa lingkungan. Kerjasama tidak hanya dilakukan antara daerah, tetapi juga dengan setiap penyedia jasa lingkungan (perorangan atau lembaga). Bentuk kerjasama dan kesepakatan diatur melalui peraturan bupati (Tabel 20).

Tabel 17 Perencanaan Tata Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu Komponen Perencanaan PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

2. Rencana Permukiman Kawasan permukiman 1. Berlokasi diluar kws lindung, berupa kws perkotaan atau perdesaan 2. Berlokasi di luar kws yg ditetapkan sebagai kws rawan bencana; 3. Memiliki akses menuju

pusat kegiatan masyarakat di luar kws; 4. Memiliki kelengkapan

prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.

1. Zona B1 untuk perumahan dgn tingkat hunian padat

2. Zona B3 dan B4 untuk perumahan tingkat hunian rendah, dilakukan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun diatur Perda.

3. Pemanfaatan ruang pada Zona B3 intensitas lahan terbangun rendah dilakukan rekayasa teknis dan koef isien zona terbangun diatur Perda. 4. Zona B6 untuk permukiman dan

fasilitasnya dan/penyangga fungsi Zona N1. dilakukan rekayasa teknis & koefisien zona terbangun <50%.

Permukiman terdiri atas permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. Permukiman perdesaan : a) permukiman perdesaan di luar kws yang berfungsi lindung (PD 1); b) permukiman perdesaan yg berada di dalam kws lindung di luar kws hutan (PD 2)

PD 2 diarahkan utk hunian kepadatan rendah, bangunan tidak memiliki beban berat terhadap tanah, memiliki keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun terhadap potensi lingkungan (pertanian, peternak an, kehutanan, pariwisata /agrowisata).

Permukiman perkotaan terdiri atas : permukiman perkotaan di luar kws lindung (Pp1 dan Pp2) dan di dalam kws lindung diluar kws hutan (Pp3)

Pp 2 diarahkan utk permukiman sedang, industri berbasis tenaga kerja & non polutan, jasa, dan perdagangan,

Pp 3 diarahkan utk hunian rendah sampai sangat rendah /jarang, merupakan bangunan tunggal, berorientasi lingkungan (pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan, agro wisata dan pariwisata) melalui rekayasa teknologi, bangunan tdk memiliki beban berat thd tanah, dan tersebar.

2. Rencana jaringan jalan baru

Tidak diatur secara khusus Tidak diatur secara khusus 1. Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi kolektor primer III, merupakan jalan lingkar kabupaten dan jalan tembus antar wilayah kabupaten /kota perbatasan:

• Cigombong – Caringin – Ciawi – Megamendung – Cisarua;

2. Rencana pengembangan jaringan jalan baru berfungsi lokal primer I, meliputi ruas:

• Cipayung – Megamendung;

• Cibanon – Gadog – Cikopo Selatan – Cisarua – Jogjogan

• Cilember – Batulayang – Ciburial – Tugu – Cisarua – Cibeureum – Taman Safari;

• Pasar Cisarua – Kopo;

• Sukagalih – Cibeureum

Tabel 18 Rencana Pemanfaatan Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu

Komponen Pemanfaatan

Ruang

PP No 26/2008 (RTRWN)

Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur) Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

1. Kawasan Permukiman

Pemanfaatan ruang utk permukiman petani dan/nelayan

1. Di zona permukiman hunian rendah B3, B4, dilarang melakukan pembangunan yg mengurangi areal produktif pertanian dan wisata alam; mengurangi

1.Pengembangan permukiman bercirikan perkotaan dilakukan dgn memperhatikanfungsi kws sebagai kws perdesaanyang harus dijaga dan tidak mengganggu ekosistem kws.

Komponen Pemanfaatan

Ruang

PP No 26/2008 (RTRWN)

Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur) Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

dengan kepadatan rendah di kws peruntukan pertanian dan perikanan

daya resap air; dan/atau mengubah bentang alam. 2. Kegiatan pembangunan permukiman yg diperkenan

kan di zona B6 dilakukan berdasarkan hasil kajian mendalam dan komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari ketua badan yang tugas dan fungsi nya mengkoordinasikan penataan ruang nasional.

2. Pengembangan permukiman melalui sistem cluster utk menghindari penum pukan dan penyatuan antar kws permukiman, diantara cluster permukiman disediakan RTH

3. Pengembangan pemukiman khusus, melalui penyediaan tempat peristirahatan pada kws pariwisata, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, memperhatikan LH dan selaras dengan rencana tata ruang.

2. Peranserta Masyarakat

Tidak diatur secara detail

Tidak diatur secara detail 1. Masyarakat berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati

rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

2. Bentuk peranserta masyarakat: dalam pemanfaatan ruang :

• bantuan pemikiran dan pertimbangan

• penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW dan rencana tata ruang kawasan.

• perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW.

• bantuan teknik dan pengelolaan dlm pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tabel 19 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu

Komponen Pengendalian

PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

1. Pengendalian tata ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang melalui : 1. Peraturan zonasi sistem nasional; 2. Arahan perizinan;

3. Arahan pemberian insentif & disinsentif; 4. Arahan sanksi.

Pengendalian pemanfaatan ruang melalui : 1. Peraturan zonasi,

2. Perizinan,

3. Pemberian insentif dan disinsentif, 4. Pengenaan sanksi.

Pengendalian dilakukan melalui 1. Arahan peraturan zonasi; 2. Arahan perizinan;

3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif;

4. Arahan pemanfaatan jasa lingkungan, dan

5. Arahan sanksi.

2. Zonasi Peraturan Zonasi untuk kws peruntukan

permukiman disusun dgn memperhatikan: 1. Penetapan amplop bangunan; 2.Penetapan tema arsitektur bangunan; 3.penetapan kelengkapan bangunan dan

lingkungan;

4.penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

1. Pembangunan di Zona B1 dilaksanakan melalui penerapan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun, diatur Perda.

2. Pembangunan di Zona B3 dan B4 dilaksanakan dgn intensitas rendah, menerapkan rekayasa teknis dan koefisien zona terbangun diatur Perda. 3. Pembangunan di zona B6 dilaksanakan dgn

rekayasa teknis, koefisien zona terbangun

Peraturan zonasi permukiman disusun dgn memperhatikan:

1. Penetapan amplop bangunan; 2. Penetapan tema arsitektur bangunan; 3. Penetapan kelengkapan bangunan dan

lingkungan;

4. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan

Komponen Pengendalian

PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

maksimal 50%.

3. Perizinan 1. Arahan perizinan merupakan acuan bagi

pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam PP ini.

2. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.

3. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

4. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri.

1. Setiap pemanfaatan ruang harus sesuai dgn rencana rinci tata ruang dan peraturan zonasi yang telah ditetapkan.

2. Izin pemanfaatan ruang diatur oleh Pemerintah dan Pemda menurut kewenangannya. 3. Izin pemanfaatan ruang pd masing-masing

daerah yg telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan PerPres ini tetap berlaku sesuai dgn masa berlakunya

4. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dgn. ketentuan PerPres ini : a. Apabila belum dibangun, izin disesuaikan dgn

rencana rinci tata ruang

b. Apabila telah dilakukan pembangunan, izin diberikan sampai habis masa berlakunya, c. Apabila telah dilakukan pembangunan dan tidak dpt dilakukan rekayasa teknis, izin dibatalkan, diberikan ganti rugi yang layak. d. Apabila izin sudah habis dan pemanfaatan

ruang tdk sesuai, harus disesuaikan dgn rencana rinci dan peraturan zonasi. 5. Pemanfaatan ruang tanpa izin

a. Apabila tdk sesuai PerPres, ditertibkan dan pemanfaat ruangnya disesuaikan rencana rinci dan peraturan zonasi

b. Apabila pemanfaatan ruangnya sesuai PerPres, pengurusan izin dipercepat 6. Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasar

kan hak adat dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, karena RTR Jabodetabekpunjur ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai ketentuan peraturan perundangan

7. Sepanjang rencana tata ruang wilayah dan/atau

1. Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

2. Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan

kewenangannya.

3. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Komponen Pengendalian

PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

rencana rinci tata ruang berikut peraturan zonasi belum ditetapkan, RTR Kawasan Jabodetabek punjur merupakan acuan pemberian izin 4. Insentif dan

disinsentif

1. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan peraturan zonasi yg diatur PP ini 2. Disinsentif dikenakan terhadap peman

faatan ruang yg perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasar kan ketentuan dalam PP ini

3. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh Pemerintah kepada Pemda dan masyarakat. 4. Pemberian insentif dan pengenaan dis

insentif dilakukan oleh instansi ber wenang sesuai dgn kewenangannya. 5. Pemberian insentif dan pengenaan

disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Menteri.

Insentif dan atau disinsentif diterapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai ketentuan perundang-undangan.

1. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dgn rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan peraturan zonasi yg diatur Perda ini. 2. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang

yang perlu dicegah, dibatasi, atau di kurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan Perda ini, dan terhadap pemegang izin dan/atau perolehan lahan atas izin yg diberikan yg pd kurun waktu tertentu blm melaksanakan rencana pembangunan 3. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam

pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah kepada Pemda dan masyarakat.

4. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.

5. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif

dikoordinasikan oleh Bupati. 5. Sanksi administratif 1. Terhadap pemanfaatan ruang yg tidak

sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional;

2. Terhadap pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi sistem nasional; 3. Terhadap pemanfaatan ruang tanpa izin ;

tidak sesuai izin, dan atau melanggar ketentuanyang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN; 4. Terhadap pemanfataan ruang yg meng

halangi akses terhadap kws yg dinyatakan

Melakukan tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi;

Setiap orang yang melanggar RTRW dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.

Komponen Pengendalian

PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

sbg milik umum berdasarkan UU 5. Terhadap pemanfaatan ruang yg izinnya

diperoleh melalui prosedur yg tidak benar.

6. Sanksi pidana Tidak diatur Tidak diatur Tidak diatur

7. Peran serta masyarakat

Tidak diatur 1. Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan

oleh bupati/walikota berdasarkan arahan dan rekomendasi gubernur dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

2. Penyelenggaraan pengawasan oleh pemerintah dan Pemda melibatkan partisipasi masyarakat. 3. Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dgn

kondisi masyarakat setempat dan peraturan perundangan .

1. Masyarakat berhak berperan serta dalam pengendalian pemanfaatan ruang 2. Bentuk peran serta masyarakat :

• Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, termasuk pemberian informasi atau laporan mengenai pelaksanaan pemanfaatan ruang;

• Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkena an dengan penertiban pemanfaatan ruang

3. Peranserta masyarakat dapat disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Bupati dan/atau pejabat. 4. Pelaksanaan peranserta masyarakat dikoordinasikan

oleh pemerintah daerah.

Tabel 20. Kelembagaan Penataan Ruang yang Berkaitan dengan Pengelolaan Kawasan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu

Komponen Kelembagaan PP No 26/2008 (RTRWN) Perpres No 54/2008( RTR Jabodetabekpunjur)

Perda Kab Bogor No 19/2008 (RTRW Kab Bogor 2005-2025)

1. Koordinasi Tidak diatur secara khusus Koordinasi teknis penataan ruang kws sebagai kws

strategis nasional dilakukan oleh Menteri. Koordinasi kelembagaan dan kebijakan kerja sama antardaerah dilakukan dan/atau difasilitasi oleh badan kerja sama antar daerah.

Untuk menunjang penataan dan pemanfaatan ruang, Pemerintah Daerah dapat membentuk BKPRD atau TKPRD. BKPRD atau TKPRD adalah badan atau tim yang bersifat ad-hoc di daerah, berfungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

2. Kerjasama antar daerah Tidak diatur secara khusus Di bidang perencanan dan sistem pengembangan pra sarana transportasi, persampahan, listrik, jaringan komunikasi , pengelolaan limbah, penyediaan air baku, pengelolaan banjir, dan penataan ruang

1) Pemda dapat mengadakan perjanjian kerja sama pemanfaatan jasa lingkungan yg ada di dalam wilayahnya dengan pengguna jasa lingkungan di daerahnya dan/atau wilayah lain disekitarnya sesuai dengan peraturan perundangan.

2) Bentuk kerjasama dan kesepakatan lainnya dalam pemanfaatan jasa lingkungan diatur dgn Peraturan Bupati

4.5.3 Institusi yang Terlibat Dalam Pengelolaan Permukiman di DAS Ciliwung Hulu

Pengelolaan DAS merupakan suatu upaya pengelolaan sumberdaya yang menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, sehingga keberhasilannya sangat ditentukan oleh berbagai pihak yang terlibat. Institusi yang terlibat dalam penataan ruang DAS Ciliwung hulu dapat dibagi menjadi institusi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.

Institusi yang berkaitan dengan penataan ruang maupun permukiman di DAS Ciliwung hulu meliputi pemerintah pusat, provinsi dan daerah. Sebagai

bagian dari kawasan strategis nasional penataan ruang Kawasan

Jabodetabekpunjur dibuat dan dikontrol oleh pemerintah pusat melalui BKPRN dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep PU. Saat ini telah dikeluarkan Perpres No 58/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Dengan demikian segala bentuk penataan ruang di kawasan ini harus berpedoman pada Perpres tersebut. Rencana tata ruang yang dibuat pusat tersebut merupakan payung bagi perencanaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di kawasan Jabodetabekpunjur. Sehingga secara kelembagaan peran dari Pemda Kabupaten Bogor dalam penataan ruang maupun permukiman di DAS Ciliwung hulu adalah mengoperasionalkan Rencana Penataan Ruang Jabodetabekpunjur untuk lingkup Kabupaten Bogor.

Institusi di tingkat kabupaten Bogor yang paling banyak berperan adalah Dinas Tata Ruang dan Lingkungan hidup, Badan perencanaan Daerah (Bapeda) dan Dinas Ciptakarya (bidang tata bangunan dan bidang perumahan). Keterlibatan institusi penataan ruang di DAS Ciliwung dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsi masing-masing institusi (Tabel 21).

Tabel 21 Tugas Pokok dan Fungsi Institusi Terkait Penataan Ruang dan Permukiman

Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang & Permukiman PUSAT

1.BKPRN

1. Perumusan dan Koordinasi di bidang : perencanaan, penanganan masalah, dan penyusunan peraturan tata ruang.

Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang & Permukiman pemda; penatagunaan tanah dan SDA lainnya dengan rencana tata ruang 3. Pemantauan terhadap pelaksanaan RTRWN dan memanfaatkan hasilnya

untuk penyempurnaan rencana tata ruang.

4. Penyelarasan RTRWN, RTRWP, RTRW Kab/Kota dalam rangka pengembangan wilayah , serta pengembangan dan penetapan prosedur pengelolaan tata ruang.

5. Pembinaan terhadap kelembagaan dan SDM penyelenggara penataan ruang; penentuan prioritas terhadap kawasan-kawasan strategis nasional dalam rangka pengembangan wilayah; dan standardisasi perpetaan tata ruang.

2.Ditjen Penataan Ruang Dep PU

Tugas :Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penataan ruang

Fungsi:

1. Perwujudan dan pembinaan perwujudan tata ruang daerah; 2. Penjabaran rumusan kebijakan Departemen dalam mendukung

sinkronisasi rencana dan pelaksanaan pembangunan di bidang pekerjaan umum berbasis penataan ruang;

3. Penyiapan rencana terpadu pengembangan infrastruktur jangka menengah sebagai bahan penyusunan rencana strategis sektor; 4. Perumusan norma, standar, pedoman manual, dan kriteria di bidang

penataan ruang;

5. Penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional dan pulau; 6. Pemberian pembinaan teknis dan bantuan teknik penataan ruang

wilayah (propinsi, kabupaten/kota, dan kawasan perkotaan dan perdesaan);

7. Penyiapan dukungan pelaksanaan koordinasi penataan ruang secara nasional.

3. Ditjen Cipta Karya Dep Pu

Tugas : merumuskan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Cipta Karya.

Fungsi :

1. Penyusunan kebijakan, program & anggaran serta evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya.

2. Pembinaan teknis dan penyusunan NSPM untuk air minum, air limbah, persampahan, drainase, teriminal, apsar dan fasos-fasum lainnya. 3. Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman

perkotaan dan perdesaan.

4. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Serta standarisasi bidang permukiman, air minum, penyehatan lingkungan permukiman dan tata bangunan.

5. Penyediaan infrastruktur PU bagi pengembangan kawasan perumahan rakyat.

6. Fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan.

7. Penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuh/nelayan, perdesaan, daerah perbatasan, kawasan terpencil dan pulau-pulau kecil. 8. Penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan

air.

9. Pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan bangunan gedung dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara.

10. Penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan infrastruktur permukiman akibat bencana alam dan kerusuhan sosial.

Institusi Tugas Pokok dan Fungsi Terkait Penataan Ruang & Permukiman

4. BP DAS Citarum-Ciliwung

Tugas dan Fungsi :

1. Penyusunan Rencana pengelolaan DAS, 2. Penyusunan dan Penyajian Informasi DAS, 3. Pengembangna model, Pengelolaan DAS,

4. Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan DAS,

Dokumen terkait