• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis

2. Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)

a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan, cirri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pencegahan kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan internal auditor dalam mecegah kecurangan.

Keahlian auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang meliputi komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis sangat diperlukan terutama dalam pencegahan kecurangan. Menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan dapat dilakukan dengan mengefektifkan pengendalian internal, fraud awareness,

112 dan menilai risiko terjadinya fraud. Keberhasilan dalam mengefektifkan pengendalian internal baik secara aktif maupun pasif dapat terwujud jika auditor memiliki keahlian yang tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito (2006). Dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang terdiri atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan.

b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.168)>0.10 sehingga Ha2 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa komponen keahlian merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta dan prosedur-prosedur. Penelitian ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum mengetahui secara mendalam sebab-sebab terjadinya fraud (Effendi, 2008). Dalam hal ini pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan

113 karena berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa hanya sebesar 31.1% yang berpendidikan akuntansi. Pencegahan kecurangan dapat dilakukan dengan pengendalian internal aktif maupun pasif (Tuanakotta, 2007:164). Sedangkan, pengetahuan akan pengendalian internal sebagian besar diperoleh melalui pendidikan akuntansi.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam Darwito (2006), penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan nyata pemeriksaan kecurangan.

c. Pengaruh Ciri-ciri Psikologis terhadap Pencegahan Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.862)>0.10 sehingga Ha3 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Semakin baik ciri-ciri psikologis auditor tidak menjamin bahwa auditor akan mampu lebih baik dalam mencegah kecurangan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri psikologis merupakan self-presentation-image attributes of experts

114 seperti kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian. Kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan bekerja sama merupakan hal terpenting bagi auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum memiliki kemampuan yang nyata dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, kreativitas, dan kepercayaan diri sehingga belum mampu untuk dapat mencegah kecurangan apabila tidak dibarengi oleh komponen keahlian lainnya.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologis internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. d. Pengaruh Kemampuan Berpikir terhadap Pencegahan

Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.078)<0.10 sehingga Ha4

diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan berpikir auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Hubungan antara Kemampuan Berpikir terhadap Pencegahan Kecurangan bersifat positif. Semakin baik kemampuan berpikir auditor maka auditor akan mampu lebih baik dalam mencegah kecurangan.

115 Penelituan ini mendukung teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999), kemampuan berpikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Karakteristik kemampuan berpikir meliputi kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigius, perhatian pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan susatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan. Teori yang digunakan Darwito (2006) juga mengemukakan bahwa belajar menjadi seorang fraud auditor berarti belajar untuk berpikir seperti pencuri ”dimanakah letak kerangka terlemah dari rantai pengendalian intern”. Dengan mengetahui kelemahan pengendalian intern maka akan memudahkan auditor internal dapat menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab terjadinya kecurangan karena auditor internal telah berupaya memasang pagar-pagar pengamanan baik secara aktif maupun pasif untuk melindungi aset.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. e. Pengaruh Strategi Penentuan Keputusan terhadap Pencegahan

Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.397)>0.10 sehingga Ha5 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa strategi penentuan

116 keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.

Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung hanya dapat mendeteksi kecurangan karena mampu mengambil keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi akurat. Akan tetapi auditor belum mampu mengambil keputusan yang akurat mengenai cara-cara pencegahan kecurangan melalui pengendalian intern, fraud awareness, dan upaya menilai risiko terjadinya fraud.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa strategi penentuan keputusan internal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan.

117 f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pencegahan Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.645)>0.10 sehingga Ha6 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan analisis tugas auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung cenderung hanya mampu memahami dan melakukan penilaian terhadap kesulitan tugas untuk mendeteksi kecurangan. Agar dapat mengeliminir sebab-sebab terjadinya kecurangan, auditor dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menganalisis tugasnya yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu dalam mengatasi berbagai macam kecurangan. (Murtanto dan Gudono, 1999).

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam Darwito (2006). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan analisis tugas auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan.

g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.577)>0.10 sehingga Ha7 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor

118 Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan.

Penelitian ini tidak mendukung teori yang digunakan oleh Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo, dkk (2005) pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap kecurangan serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan dengan kecurangan tersebut. Mohammadi dan Wright (1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2001) dalam Budisusetyo, dkk (2005) menyatakan bahwa pengalaman ternyata secara signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan yang dihadapi oleh auditor. Demikian pula menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991), bahwa auditor yang berpengalaman memperlihatkan pengetahuan yang lebih lengkap mengenai kesalahan yang ada dalam laporan keuangan. Dengan banyaknya pengalaman auditor, akan dapat memberikan masukan rinci terhadap masalah dan solusinya.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan nyata terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan yang terjadi.

119 h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pencegahan Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.000)<0.10 sehingga Ha8

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Hubungan antara Perilaku Etis auditor terhadap pencegahanan kecuranga bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mencegah kecurangan.

Penelitian ini mendukung Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada bagian standar umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan”. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mencegah kecurangan karena memiliki perilaku yang etis sebagai auditor internal pemerintah. Di tengah-tengah perkembangan zaman yang sedang banyak terjadi degradasi moral ternyata audior Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mampu bersikap independen dengan tetap mematuhi kode etik sebagai auditor internal pemerintah sehingga pencegahan

120 kecurangan dapat dilakukan dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pimpinan lembaga.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa perilaku etis internal auditor berpengaruh nyata terhadap pencegahan kecurangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat kecurangan pemerintah.

121 BAB V