• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDITOR EKSTERNAL

E. Pendeteksian Kecurangan

2. Komponen Keahlian

Menurut Murtanto dan Gudono (1999) keahlian auditor di Indonesia terdiri dari lima komponen :

a. Ciri-ciri Psikologis

Merupakan Self-presentation-image attributes of experts

seperti kemampuan di dalam komunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian merupakan komponen ciri-ciri psikologis. Shanteau dan Peters (1989) dalam Murtanto dan Gudono (1999), menyelidiki persepsi antara siswa psikologi akuntansi terhadap pentingnya

33 komunikasi, kreativitas, dan kepercayaan pada keahlian pada praktek pajak.

1) Kemampuan komunikasi

Internal auditor harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena internal auditor harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. (Prima Consulting Group, 2000)

2) Kreativitas

Menurut Sawyer, et al (2005), kreativitas internal auditor dapat dipupuk melalui :

a) Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktik-praktik yang berjalan saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu mencoba untuk meraih sesusatu yang baik.

b) Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan komponen-komponen dan dinamika yang terdapat di dalamnya.

c) Penysatuan. Mengkombinasikan informasi untuk mentranformasikan konsep-konsep yang terpisah menjadi sesusatu yang baru dan lebih baik.

34 3) Kemampuan bekerja sama

Menurut Sawyer, et al (2005:47), kemitraan akan sangat efektif dalam menjadikan internal auditor sebagai seorang musuh atau kritikus. Saling menghargai, mempercayai, dan kerjasama tim adalah susatu keharusan.

4) Keahlian internal auditor professional

Menurut Sawyer, et al (2005:48), internal audit professional membutuhkan seorang staf yang professional. Lingkup yang luas dari internal audit modern mensyaratkan pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik audit. Oleh karena itu, direktur internal audit harus mempertimbangkan beberapa atribut tertentu, seperti professional, kemampuan, dan kualitas karakter dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan karyawan dan mempertahankannya. Pendidikan akan mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang penting dalam kinerja internal audit professional.

b. Strategi Penentuan Keputusan

Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan yang sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam menghadapi keterbatasan manusia. Begitu pula dengan membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain, turut serta dalam membentuk keahlian audit.

35 c. Komponen Pengetahuan

Merupakan komponen penting dalam susatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.

d. Kemampuan Berfikir

Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengelola informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigius (Shanteau, 1988), perhatian pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan susatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan. e. Analisis tugas

Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam

auditing (Bonner, 1994).

Menurut Tunggal (2008), ciri internal auditor yang mempunyai kualifikasi keahlian yang baik adalah sebagai berikut:

36 a. Pendidikan dan Latihan

Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan, internal auditor harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi agar dapat melakukan verifikasi dan analisis dengan baik. Selain itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai masalah perusahaan yang diperiksa.

b. Pengalaman

Menurut Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo, dkk (2005) pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap kecurangan serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan dengan kecurangan tersebut. Menurut Mohammadi dan Wright (1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2001) dalam Budisusetyo, dkk (2005), pengalaman ternyata secara signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan yang dihadapi oleh auditor. Demikian pula menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991), bahwa auditor yang berpengalaman memperlihatkan pengetahuan yang lebih lengkap mengenai kesalahan yang ada dalam laporan keuangan. Dengan banyaknya pengalaman auditor, akan dapat memberikan masukan rinci terhadap masalah dan solusinya.

37 c. Kualitas Pribadi

Internal auditor yang kompeten memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Sifat ingin mengetahui

Internal auditor harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi perusahaan. Ia harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan baik ditingkat bawah maupun tingkat atas. Ia harus berusaha agar karyawan mau bicara secara terbuka tentang pekerjaannya. 2) Ketekunan

Internal auditor harus mencoba terus sampai ia mengerti susatu persoalan. Ia melakukan pengujian, memeriksa dan lainnya, sampai ia puas bahwa pekerjaan telah dilakukan seperti apa yang dijelaskan kepadanya.

3) Pendekatan yang membangun

Ia harus memandang susatu kesalahan sebagai susatu yang harus diselesaikan bukan sebagai susatu kejahatan. Ia harus memikirkan agar kesalahan tersebut dapat dihindarkan, bukannya menuduh siapa yang bertanggung jawab. Susatu kesalahan dianggap sebagai pedoman untuk perbaikan di masa yang akan datang.

4) Business sense

Dia menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap profitabilitas dan efisiensi kegiatan perusahaan secara luas.

38 Dia tidak dikuasai oleh pengetahuan yang mendasar atas kepercayaan dalam menetapkan “yang benar” atau “yang salah”.

5) Kerja sama

Dia melihat dirinya sebagai kawan-usaha, bukan sebagai saingan dengan siapa yang diperiksa. Tujuannya adalah membantu mereka dan meninjau kembali nasihat-nasihat yang diberikan dengan pihak perusahaan.

d. Imagination

Didefinisikan sebagai “perpaduan pemikiran ide-ide baru dari bagian-bagian yang dialami secara terpisah”. Disadari atau tidak, internal auditor selalu terbuka secara terus-menerus terhadap bagian-bagian yang terpisah ini dan merupakan susatu kewajiban bagi mereka untuk mengsatur susatu pola tertentu yang memungkinkan terjalinnya susatu penafsiran yang baik.

Pada peneliti terdahulu Sinaga (2008), memasukkan variabel perilaku etis sebagai komponen keahlian. Sinaga (2008) menggunakan variabel perilaku etis sebagai komponen keahlian adalah untuk mengetahui apakah perilaku etis internal audit sudah sesuai dengan kode etik audit sehingga internal audit tidak melakukan penyimpangan dalam menjalankan tugasnya. Dan hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa perilaku etis internal auditor berpengaruh signifikan terhadap kecurangan artinya, perilaku etis merupakan penilaian

39 terhadap perilaku profesionalitas seorang internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan yang berhubungan dengan aspek perilaku (behavioral).

Perilaku etis seseorang akan banyak dipengaruhi oleh masalah yang terjadi dalam lingkungan organisasinya. Husein (2003) meneliti bahwa nilai etis organisasi benar-benar berpengaruh terhadap perilaku etis akuntan. Auditor sering kali dihadapkan pada situasi dilema etika yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang saling bertentangan atau menyimpang (Budisusetyo dkk (2005).

Robinson (1995), dan Tang et al (2003) dalam Wilopo (2008), menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis. Perilaku ini terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan posisi/kedudukan (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber daya perusahaan (abuse resouces), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku etis dari auditor akan memberikan pengaruh terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Semakin tinggi perilaku etis auditor, semakin tinggi keberhasilan auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan.

40 3. Peranan Keahlian Internal Auditor dalam Mendeteksi dan

Mencegah Kecurangan

Pendeteksian dan pencegahan kecurangan mencakup identifikasi kategori kecurangan dan indikator-indikator kecurangan yang memerlukan tindak lanjut internal auditor untuk melakukan investigasi. Menurut Effendi (2008), ada tiga hal yang harus dimiliki oleh internal auditor agar pendeteksian dan pencegahan kecurangan lebih lancar antara lain :

a. Memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud. Dalam hal ini internal auditor harus mengetahui secara mendalam mengapa seseorang melakukan fraud termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, modus operandi (teknik-teknik) fraud yang biasa terjadi.

b. Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian internal dengan melakukan serangkaian pengujian untuk menemukan indikator terjadinya fraud.

c. Memiliki keakuratan dan kecermatan (accuracy) dalam mengevaluasi indikator-indikator fraud.

Ketiga hal tersebut dapat dimiliki oleh internal auditor setelah pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja di susatu organisasi.

41 G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang membahas tentang karakteristik-karakteristik keahlian yang dimiliki auditor adalah Murtanto dan Gudono (1999) yang mengkategorikan keahlian audit ke dalam lima peringkat. Peringkat pertama ditempati oleh ciri-ciri psikologis, kemudian diikuti oleh strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas. Sedangkan penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh keahlian internal auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan diantanya adalah Sinaga (2008), menyimpulkan bahwa komponen keahlian internal audit yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi penentuan keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan (5) perilaku etis secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan bagi internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan (fraud). Selain itu, hasil penelitian Darwito (2006) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel yang terdiri dari enam keahlian auditor, yaitu: (1) analisis tugas, (2) komponen pengetahuan, (3) strategi penentuan keputusan, (4) ciri-ciri psikologis, (5) kemampuan berpikir, dan (6) perilaku etis mempunyai pengaruh positif terhadap pemeriksaan kecurangan.

Penelitian yang membahas mengenai perilaku etis internal auditor adalah Budisusetyo, dkk (2005), menemukan bahwa nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen profesional pada internal auditor secara individu maupun simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

42 pengambilan keputusan etis dalam situasi dilema etika. Artinya, walaupun dihadapkan pada situasi dilema etika internal auditor mampu berperilaku etis dengan menerapkan nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen profesional mereka dalam menjalankan tugas.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Hartoko, dkk (1997), menyimpulkan bahwa pengalaman kerja seorang auditor berpengaruh terhadap pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap perhatian seorang auditor pada Kementerian tempat susatu kekeliruan terjadi.

Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991) menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Pengalaman secara signifikan berkaitan dengan keakuratan. Manejer audit dengan pengalaman kerja selama lima tahun lebih memiliki keakuratan dibandingkan dengan staf audit dengan pengalaman kerja ssatu tahun (Libby, 1985 dalam Aston, 1991).

Tabel 2.2

Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang No Peneliti Judul Variabel

Objek Penelitian dan Sampel Metode Analisa 1 Hartoko (1997) Pengaruh Pengalaman Pada Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan Independen: a. Pengalaman Auditor Dependen: a. Kekeliruan KAP di eks Keresidenan Surakarta. Sampelnya adalah 53 Auditor yang bekerja di KAP tersebut. Koefisien Korelasi Product Moment

43 2 Sinaga (2008) Peranan Keahlian Internal Audit Dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan (Fraud) Independen: a. Komponen Pengetahuan b. Ciri-ciri Psiikologis c. Kemampuan Berpikir d. Penentuan Keputusan e. Perilaku Etis Dependen: a. Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) 3 bank swasta yang ada di Jakarta yaitu Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, dsn Bank Lippo. Sampelnya adalah 60 internal auditor yang bekerka di tiga bank tersebut Regresi Linier Berganda 3 Penelitian Sekarang (2010) Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) Independen: a. Komponen Pengetahuan b. Ciri-ciri Psikologis c. Kemampuan Berpikir d. Penentuan Keputusan e. Perilaku Etis f. Analisis Tugas g. Pengalaman Auditor Dependen: a. Pendeteksian Kecurangan b. Pencegahan Kecurangan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Sampelnya adalah internal auditor yang bekerja pada Irjen Kementerian Perdagangan Regresi Linier Beraganda

Sumber: Data diolah