• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

C. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan, cirri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan internal auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Jenis-jenis kecurangan seperti kecurangan pada laporan keuangan baik on book meupun off book, penyalahgunaan aset, dan korupsi dapat dideteksi dengan mudah jika auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai keahlian yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito (2006), dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang

104 terdiri atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan.

b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.331)>0.10 sehingga Ha2 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor belum memiliki pengetahuan yang memadai dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum mengetahui secara mendalam mengapa seseorang melakukan fraud

termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, karakteristik fraud, teknik-teknik fraud yang biasa terjadi (Effendi, 2008). Dalam hal ini pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan karena berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa hanya sebesar 31.1% yang berpendidikan akuntansi.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Dimana dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan.

105 c. Pengaruh Ciri-ciri Psikologis terhadap Pendeteksian

Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.809)>0.10 sehingga Ha3 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.

Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor yang memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, kreativitas, dan kepercayaan diri tidak menjamin auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mampu untuk dapat mendeteksi kecurangan (Murtanto dan Gudono, 1999). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologis internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan.

d. Pengaruh Kemampuan Berpikir terhadap Pendeteksian Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.560)>0.10 sehingga Ha4 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan berpikir auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan.

Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan harus meningkatkan kapasitas

106 yang lebih besar untuk menampung segala macam informasi yang relevan agar mampu beradaptasi pada situasi yang baru, dan mampu dalam mengindari tekanan yang dapat mengganggu objektivitas sehingga mampu mendeteksi kecurangan (Murtanto dan Gudono, 1999). Agar dapat mendeteksi kecurangan yang terjadi auditor harus mampu berpikir seperti pencuri. Oleh karena itu, kemampuan berpikir saja tidak cukup dimiliki oleh auditor akan tetapi harus dibarengi dengan komponen keahlian lainnya agar auditor semakin mampu dalam mendeteksi kecurangan.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan.

e. Pengaruh Strategi Penentuan Keputusan terhadap Pendeteksian Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.028)<0.10 sehingga Ha5

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Strategi Penentuan Keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hubungan antara Strategi Penentuan Keputusan auditor terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin objektif auditor mengambil keputusan, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.

107 Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. Artinya, auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan karena mampu mengambil keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi akurat.

Hasil penelitian ini konsisten penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa strategi penentuan keputusan internal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan.

f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.057)<0.10 sehingga Ha6

diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan analisis tugas auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hubungan antara Analisis Tugas auditor terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin besar

108 kemampuan auditor dalam menganalisis tugas maka auditor akan mampu lebih baik dalam mendeteksi kecurangan.

Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan karena mampu memahami dan mampu melakukan penilaian terhadap kesulitan tugas dengan baik. Agar dapat mendeteksi kecurangan dengan tepat, auditor dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menganalisis tugasnyayang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu dalam menentukan keputusan terhadap suatu kecurangan. (Murtanto dan Gudono, 1999)

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan analisis tugas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan.

g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.807)>0.10 sehingga Ha7 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hasil di atas menunjukkan jika keahlian auditor Inspektorat Jenderal

109 Kementerian Perdagangan hanya berupa pengalaman maka auditor belum mampu untuk dapat mendeteksi kecurangan.

Pemeriksaan kecurangan lebih merupakan sebagai proses intuitif bukan suatu metodologi analitis formal. Keahlian dalam pemeriksaan kecurangan tergantung pada mind set (pengalaman) karena pemeriksaan kecurangan terutama dipelajari melalui pengalaman bukan dari buku-buku teks audit maupun kertas kerja tahun lalu (Darwito, 2006). Pengalaman dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan disebabkan oleh auditor yang memiliki masa kerja antara 1 sampai dengan tiga tahun sebesar 41.4%. Dan frekuensi auditor dalam melakukan audit sebanyak lebih dari 15 kali hanya sebesar 46.6%.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan yang terjadi. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulchia (2008) yang menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan. h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pendeteksian Kecurangan

Pada variabel ini, p value (0.006)<0.10 sehingga Ha8

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai

110 pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hubungan antara Perilaku Etis auditor terhadap pendeteksian kecurangan bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.

Beradasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada bagian standar umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan”. Auditor tidak saja harus menggunakan seluruh kemampuan dan kecermatannya tetapi juga dituntut untuk mematuhi kode etik yang ditetapkan. Dengan demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan. Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan karena memiliki perilaku yang etis sebagai auditor internal pemerintah karena telah mampu untuk mematuhi kode etik sebagai auditor internal pemerintah sehingga pendeteksian kecurangan dapat dilakukan dengan tepat.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap

111 kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat kecurangan pemerintah.

2. Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor