• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.5 Hasil Identifikasi Jenis Karagenan

Hasil identifikasi jenis karagenan yang diperoleh terhadap uji kelarutan yaitu karagenan larut dalam air panas di atas suhu 60oC, tidak larut dalam air dingin, larut dalam susu panas, tidak larut dalam susu dingin tetapi mengembang, larut dalam larutan gula pekat panas, tidak larut dalam larutan garam pekat. Hal ini menunjukkan karagenan yang diperoleh adalah bentuk kappabukan karagenan bentuk iotamaupun bentuk lamda (Indriani dan Sumarsih, 1991).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Karakteristik simplisia dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty) adalah kadar air 8,64%, kadar sari larut dalam air 22,5%, kadar sari larut dalam etanol 1,10%, kadar abu total3,20%, dan kadar abu total tidak larut asam 0,13%.

b. Ada pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap rendemen karagenan yang diisolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty).

c. Karagenan yang diisolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty)telah memenuhi persyaratan United States Pharmaceuticals XXX.Identifikasi karagenan menurut kelarutannya menunjukkan karagenan hasil ekstraksi adalah dalam bentuk kappakaragenan. Hasil spectrum diperolehtipe karagenan bentukkappa.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk memanfaatkankaregenan hasil isolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty) dalam bidang formulasi obat sebagai penginduksi hewan percobaan dalam uji antiinflamasisehingga diperoleh bahan tambahan obat alami.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, I.A.,dan Norris.J.N. (1985).Taxonomy of Economic Seaweeds; With Reference to some Pacific and Caribbean species.California Sea Grant College Program.Halaman 49.

Anggadiredja, J.T., Achmad Z., Heri P., dan Sri, I. (2010). Rumput Laut.

Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 14-19, 26-39, 52-60, 65.

Anggraini.(2004). Karagenan, Apaan Sich?

http://jlcome.blogspot.com/2007/10/karagenan-apaan-sich.html. Diakses tanggal 15 Juni 2013.

Angka S.L., Suhartono T.S. (2000). Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat KajianSumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.Halaman 49-56.

Aslan, L.M. (1998). Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Kanisius. Halaman 11-14, 17, 24.

Anonim1. (2011). Karagenan.http://hanan08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/

karagenan/. Diakses 02 Agustus 2013

Anonim2. (2011). Eucheuma Cottonii Alirkan Rezeki.

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=98c123bd19 7ef70134ff6e4e4b3246c7&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5 Diakses 02 Agustus 2013

Basmal, J., Sedayu, B.B., dan Utomo, B.S.B. (2009). Mutu Semi Refined Carrageenan (SRC) Yang Diproses Menggunakan Air Limbah Pengolahan SRC Yang Didaur Ulang. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 4(1): 1–11.

Chapman, V., dan Chapman, D.J. (1980). Seaweeds and Their Uses. Edisi ke-3.

New York: Chapman and Hall. Halaman 333.

Dahuri, R. (2002). Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.

Orasi Ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dawes, C.J. (1981). Marine Botany. Florida: A Wiley-Interscience Publication.Halaman 41.

Departemen Perdagangan. (1989). Ekspor Rumput Laut Indonesia. Jakarata.

Departemen Perdagangan. Halaman 57.

Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Depkes RI.

Halaman133-135, 150-156.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Depkes RI.

Halaman 33, 649, 682.

Handito, D., Anggarahini, S., dan Marseno,D.W. (2005).Ekstraksi Dan Identifikasi Karagenan Dari Rumput Laut Eucheuma cottoniiPulau Lombok.http://ilib.ugm.ac.id/download.php?datald=9726Diakses

tanggal 15 Juni 2013.

FAO.(1990). Training Manual on Gracilaria Culture and Seaweed Processing inChina. Rome. Halaman 37-42.

Faridah, L. (2001). Studi Tentang Pembuatan Tepung Instan Karagenan dari Rumput Laut Kappaphycusalvarezi.Skripsi.Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Fardiaz D. (1989).Hidrokoloid. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Halaman 13-175

Guiseley K.B., Stanley N.F., Whitehouse, P.A. 1980.Carrageenan.Dalam:

DavidsRL. Hand Book of Water Soluble Gums and Resins. New York, Toronto,London: Mc Graw Hill Book Company. Halaman 125-142.

Glicksman M. 1969. Gum Technology in the Food Industry. New York:Academic Press. Halaman214-224.

Istini, S., Zatnika, A., dan Suhaimi.(1985). Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut Seafarming Workshop Report November Part II, Bandar Lampung.

Indriani dan Sumarsih.(1991). Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.Cetakan pertama.Jakarta:Swadaya. Halaman 1, 8.

Milala, V. (2012).Karakterisasi Simplisia dari Beberapa Jenis Rumput Laut dan Isolasi Agar Serta Identifikasi Secara Sektrofotometri Infra Merah.Medan. Seminar. Program Studi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Tjut Nyak Dien.

Moirano A.L. (1977). Sulphated Seaweed Polysaccharides.Di dalam Food Colloids.Editor: Graham M.D.,The AVI Publishing Company Inc.

WestportConnecticut. Halaman 347-381.

Mukti E.D.W. (1987). Ekstraksi dan Analisa Sifat Fisiko-kimia Karagenan dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottoniiMasalah Khusus. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Munthe, P. (2012). Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Identifikasi Karagenan Dari Talus Kappaphycus Alvarezii (Doty).

Skripsi.Medan:Program Ekstensi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi.

Universitas Sumatera Utara.

Polifrone, M., De Masi, F., dan Gargiulo, M.G. (2006).Alternative Pathway In The History Of Gracilaria Gracilis (Gracilariales, Rhodophyta) From Nort-Eastren Sicily (Italy). Journal Of Botanical Sciences.http://www.elsevier.com/locate/aqua-online.pdf. Diakses tanggal 4 Februari 2013.

Rasyid, A. (2003). Beberapa Catatan Tentang Karagenan. OseanaVolume XXVII. Nomor 4.

Rumajar, H., Fetty, I., Judith, H., Mandei, F.J., Rompas, O.V.W, dan Kembuan E.F. (1997). Penelitian Pemanfaatan Rumput Laut untuk Pembuatan Karagenan.BPPI.Sulawesi Utara.

Sadhori, S.N. (1998). Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 34-35, 96.

Satiadarma, K., Muhammad, M., Daryono, H.T., dan Rahmana, E.K. (2004).

Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya:

Airlangga University Press. Halaman 111-113.

Setyowati, D., Sasmita, B.B.,dan Nursyam, H. (2000).Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama Ekstraksi tehadap Peningkatan Kualitas Karagenan.

Penelitian, Fakultas Perikanan Bogor.

Sinaga, S.M. (2002). Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Identifikasi Karagenan dari Rumput Laut Halymenia durvillaei Bory de saint Vincent.

Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi USU.

Supratman, U. (2010). Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Widya Padjadjaran. Halaman 66-105.

Suryaningrum TD, Utomo BSB. 2002. Petunjuk Analisis Rumput Laut dan HasilOlahannya. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial EkonomiPerikanan dan Kelautan.

Syamsuar. 2006. Karakteristik Karagenan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Pada Berbagai Umur Panen, Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi.

Skripsi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Halaman 86.

Towle GA. 1973. Carrageenan. Di dalam: Whistler RL. Industrial Gums.Second Edition. New York: Academic Press. Halaman 83-114.

United States Pharmauceuticals Convention Inc. (2007). USP XXX- NF XXV.New York: Mack Printing Company. Halaman 1091.

World Health Organization.(1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials.Hongkong: Printed in England. Halaman 36.

Winarno, F.G. (1996). Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 13/72-85.

Lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2.Gambar talus rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 3.Gambar serbuk simplisia talus Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 4. Gambar mikroskopik serbuk simplisia talus Kappaphycus alvarezii (Doty) (10 x 40)

3 1

Keterangan : 1. Propagule

2. Parenkim yang berisi pigmen merah 3. Parenkim bagian pinggir

Lampiran 5.Perhitungan parameter mutu simplisia 1. Penetapan kadar air simplisia

2

% Kadar air = Volume Air (ml)

Berat sampel (g)x 100%

1. Berat sampel : 5,015 g Volume air : 0,4 ml

% Kadar air = 0,4 ml

5,015 gx 100% =7,98 % 2. Berat sampel : 5,020 g

Volume air : 0,5 ml

% Kadar air = 0,5ml

5,020gx 100%=9,96 % 3. Berat sampel : 5,018 g

Volume air : 0,4 ml

% Kadar air = 0,4ml

5,018gx100%=7.97 %

% Kadar air rata-rata = 7,98 % + 9,96 % + 7,97 %

3 = 8,64 %

Lampiran 5. (Lanjutan)

2. Penetapan kadar sari yang larut dalam air

% Kadar Sari Larut Dalam Air = Berat Sari

Berat Simplisiax100

20x 100%

1. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,227 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,227 5,000x100

20x 100%= 22,7 % 2. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,223 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,223 5,000x100

20x 100%= 22,3 % 3. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,225 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,225 5,000x100

20x 100%= 22,5 %

% Kadar sari larut dalam air rata-rata =22,7 % + 22,3 % + 22,5 %

3 = 22,5%

Lampiran 5. (Lanjutan)

3. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol= Berat Sari

Berat Simplisia x100

20x100%

1. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,010 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,010 5,000x100

20x 100%= 1,00%

2. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,011 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,011 5,000x100

20x 100%=1,10%

3. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,012 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,012 5,009x100

20x 100%= 1,20%

% Kadar sari larut dalam etanol rata-rata

=1,00 % + 1,10 % + 1,20 %

3 = 1,10%

Lampiran 5. (Lanjutan) 4. Penetapan kadar abu total

% Kadar Abu Total= Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

1. Berat simplisia : 2,0002 g Berat abu : 0,0590 g

% Kadar abu total = 0,0590

2,0002x 100% =2,95%

2. Berat simplisia : 2,0004 g Berat abu : 0,0698 g

% Kadar abu total = 0,0698

2,0004x 100%= 3,49%

3. Berat simplisia : 2,0003 g Berat abu : 0,0630 g

% Kadar abu total = 0,0630

2,0002 x 100%= 3,15%

% Kadar abu total rata-rata =2,95% + 3,49% + 3,15%

3 = 3,20 %

Lampiran 5. (Lanjutan)

5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

1. Berat simplisia : 2,0003 g

Berat abu : 0,0028 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0028

2,0003x100% =0,14%

2. Berat simplisia : 2,0001 g

Berat abu : 0,0024 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0024

2,0001x100% = 0,12%

3. Berat simplisia : 2,0002 g

Berat abu : 0,0026 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0026

2,0002 x 100% = 0,13%

% Kadar Abu yang tidak larut dalam asam rata-rata

=0,14% + 0,12% + 0,13%

3 = 0,13 %

Lampiran 6. Perhitungan identifikasi karagenan 1. Penetapan rendemen karagenan

% Rendemenkaragenan= Bobot hasil ekstraksi

Bobot sampel mula-mulax 100%

Contoh perhitungan pada perlakuan Suhu 800 C dan waktu ekstraksi 30 menit (T1C1).

Sampel 1 : Bobot sampel mula-mula = 20,155 g Bobot hasil ekstraksi =6,068 g

% Rendemen karagenan =6,068 g

20,155gx 100%

= 30,107 %

Cara perhitungan yang sama dapat diperoleh rendemen karagenan padaT1C2; T1C3; T2C1; T2C2; T2C3; T3C1; T3C2; T3C3.

Lampiran 6. (Lanjutan)

2. Penetapan susut pengeringan

% Susut Pengeringan =A

Bx 100%

Dengan ;

A = Bobot botol timbang dan sampel sebelum pengeringan dikurang bobot botoltimbang

B = Bobot botol timbang dan sampel setelah pengeringan dikurang bobot botol

timbang

Sampel A B

I 1,024 0,920

II 1,019 0,905

III 1,022 0,912

1. % Susut pengeringan = 1,024 g - 0,920 g

1,024g x 100%= 10,16%

2. % Susut pengeringan = 1,019 g - 0,905 g

1,019 g x 100%= 11,62%

3. % Susut pengeringan = 1,022 g - 0,912 g

1,022g x 100%= 10,76%

% Susut pengeringan rata-rata = 10,16% + 11,62% + 10,76%

3 = 10,85%

Lampiran 6. (Lanjutan)

3. Penetapan kadar abu total karagenan

% Kadar Abu Total= Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

Sampel Berat Karagenan Berat Abu

I 2.0005 0.3329

Lampiran 6. (Lanjutan)

4. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam =Berat abu total

Berat simplisia x 100%

Sampel Berat Karagenan Berat Abu

I 2.0001 0.0261

II 2.0002 0.0290

III 2.0004 0.0249

1. Berat simplisia : 2.0002g

Berat abu : 0.0261g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0261

2.0002 x100%= 1.30%

2. Berat simplisia : 2.0002 g

Berat abu : 0.0290 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0290

2.0002x100% = 1,45%

3. Berat simplisia : 2.0004

Berat abu : 0.0249

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0249

2.0004x100% = 1.24%

% Kadar abu yang tidak larut dalam asam rata-rata

=1,30% + 1,45% + 1,24%

3 = 1,33%

Lampiran 6. (Lanjutan)

5. Pengukuran viskositas larutan karagenan hasil isolasi

Jika t1 = 30 detik, pada viskositas(η1) = 300 cP (dari kurva kalibrasi alat yang mengkonversikan waktu menjadi viskositas), dan t2 larutan karagenan = 400 detik, maka viskositas( η2) yang diperoleh pada beban 25 g adalah:

Uji viskositas larutan T30, C90oC.

T30, C90oC

η1 η2 = t1

t2

300 cP

η2 = 31 detik 400 detik

=300 cP x 31 detik

400 detik = 23,5 cP

Cara perhitungan yang sama maka diperoleh viskositas larutan karagenan pada T30;C100, T60;C80, T60;C90, T60;C100, T120;C80, T120;C90, T120;C100

Lampiran 7. Gambar spektrum karagenan dengan Spektrofotometer FTIR

Lampiran 8. Pemeriksaan mutu karagenan hasil isolasi

Tabel hasil pemeriksaan karakteristik karagenan hasil isolasidibandingkan dengan Pustaka (USP XXX, 2007)

No Parameter Hasil Pustaka

1 Penetapan Viskositas 22-24,5 cP >5

2 Penetapan Susut Pengeringan 10,85% <12,5 % 3 Penetapan Kadar Abu Total 16.11% <35,0%

4 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

1,33% <2,0%

Tabelhasil penetapan viskositas larutan karagenan hasil isolasi

No Perlakuan

Tabel rendemen dan warna karagenan pada berbagai suhu dan waktu

No Suhu Waktu

Tabel hasil perhitungan rendemen karagenan hasil isolasi

% Rendemen Rata-Rata%

Karagenan

Hasil Isolasi Karagenan Hasil

Tabel hasil identifikasi karagenan menurut kelarutannya

No Medium Hasil Identifikasi

1 Air Panas Larut

2 Air dingin Tidak larut

3 Susu panas Larut

4 Susu dingin Tidak Larut tetapi mengembang

5 Larutan gula pekat Larut (Dipanaskan) 6 Larutan garam pekat Tidak larut

Lampiran 9. Gambar karagenan hasil isolasi dari Kappaphycus alvarezii (Doty)

A

B

C Keterangan :

A = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 30 menit B = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 60 menit C = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 120 menit

Lampiran 10.Gambar alat yang digunakan

Gambar viskometer Thomas Stromer

Gambar spektrofotometer FTIR

Dokumen terkait