• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Pemeriksaan KarakteristikKaragenan

3.7.2 Penetapan susut pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat.

Sebanyak 1 g serbuk keringdimasukkan ke dalamcawan dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit. Zat diratakan dalam cawan hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm, dimasukkan ke dalam ruang pengering,dibuka tutupnya,dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Susut pengeringan dihitung terhadap bahan awal (Depkes, 1978).

Hasil perhitungan penetapan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 65.

3.7.3 Penetapan kadarabu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 1978).Hasil perhitungan penetapan kadar abu total karagenan dapat dilihat pada Lampiran6, halaman 66.

3.7.4 Penetapan kadarabu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan(Depkes, 1978). Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran6,halaman 67.

3.8Pemeriksaankaragenan hasil isolasi dengan Spektrofotometri FTIR Serbukkaragenan dicampur dengan KBr kemudian ditekan hingga diperoleh pelet, kemudian dimasukkan ke dalam alat Spektrofotometri FTIR,diukur serapannya pada frekuensi 4000-400 cm-1.Spektrum FTIR

karagenan hasil isolasi dapat dilihat pada Lampiran7,halaman 69.Gambar alat Spektrofotometer FTIRdapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 73.

3.9Identifikasi Jenis Karagenan Hasil Isolasi

Jenis karagenan hasil isolasi dapat diidentifikasi dengan melihat daya kelarutan karagenanpada berbagai media pelarut seperti diukur pada Tabel 3di bawah ini (Indriani dan Sumarsih,1991). Hasil dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 67.

Tabel 3 Identifikasi karagenan menurut kelarutannya

No Medium Kappa Iota Lamda

Tidak larut Larut

5 Larutan gula

Tidak larut Larut

(dipanaskan)

Larut

(dipanaskan)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasiyang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI terhadap rumput laut yang diteliti adalah jenis Kappaphycus alvarezii (Doty),divisi Rhodophyta, kelas Rhodophyceae, bangsa Gigartinales, suku Solieriaceae, marga Kappaphycus.

Hasil pemeriksaan makroskopik dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty) diperoleh talus bentuk gepeng, licin, lunak fleksibel (gelatinous),warna merah kecoklatan.Percabanganberselang-seling tidak teratur pada kedua sisi talus pada bagian bawah melebar dan mengecil ke bagian puncak, pinggir talus bergerigi dan ujung talusnya tajam seperti duri. Hasilidentifikasi talus Kappaphycus alvarezii (Doty) samadengan yang di teliti oleh Munthe (2012).Hasil ini juga

sama dengan yang diteliti oleh Milala (2012), karena ada persamaan tersebut bahan tumbuhan masih bisa digunakan oleh peneliti.

4.2 Hasil Karakterisisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan mikroskopis serbuk simplisia Kappaphycus alvarezii (Doty)terlihat adanyafragmen sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan, yang berisi pigmen berwarna merah dan terdapat sel–sel propagule ini merupakansel yang berperan untuk perkembangbiakan atau propagation.Hasil karakteristik simplisia talus Kappaphycus alvarezii (Doty)dibandingkandengan yang diteliti Munthe 2012 dapat dilihatpada Tabel 4.1 (Polifrone,et al., 2006).

Tabel 4.1. Hasil karakteristik simplisia talus Kappaphycus alvarezii(Doty)

No Parameter

Keterangan : * Hasil yang diteliti oleh Munthe (2012)

Hasil karakteristik simplisia yang di teliti menunjukkan bahwa kadar air telah memenuhi persyaratan karena tidak lebih dari 10%, sedangkan kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak tidak jauh berbeda dengan Munthe (2012).

Persyaratan untuk karakteristik simplisia diatas tidak tercantum dalam Materia Medica Indonesia (MMI) dan Farmakope Herbal Indonesia (FHI),

sehingga dapat digunakan sebagai acuan parameter untuk karakterisktik simplisia.

4.3 Hasil Isolasi Karagenan

Isolasi karagenan talus Kappaphycus alvarezii (Doty) mendapatkan hasil yang baik dan berwarna putih dapat untuk dilakukan dengan penambahan kalsium klorida (Sinaga, 2002).Tujuan penambahan hidrogen peroksida dimaksudkan untuk memperoleh serbuk karagenan yang putih. Ekstraksi karagenan dilakukan pada pH 9, karena stabil pada pH tersebut, danpada suasana asam karagenan akan terdegradasi(USP XXX, 2007). Hasil perhitungan rendemen karagenan hasil isolasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Munthe (2012).

Tabel 4.2. Hasil perhitungan rendemen karagenan hasil isolasidari talus Kappaphycus alvarezii(Doty)

Perlakuan

Berat Sampel (G) Karagenan hasil isolasi

% Rendemen Rata-Rata%

Karagenan

* Hasil yang diteliti oleh Munthe (2012)

Hasil perhitungan rendemen karagenan di atasmenunjukkan bahwa pada waktu ekstraksi 30 menit dengan suhu 80 – 100oC dan pada waktu ekstraksi 60

menit dengan suhu 80 – 90oC maka hasil % rendemen karagenan semakin meningkat, sedangkan pada waktu ekstraksi 60 menit dengan suhu 100oC dan pada waktu ekstraksi 120 menit dengan suhu 80 – 120oC hasil % rendemen karagenan semakin menurun. Semakin lama waktu ekstraksi dan semakin tinggi suhu maka % rendemen karagenan yang dihasilkan akan semakin menurun karena terjadi degradasi nutrisi terutama polisakarida.

Karagenan dapat terlepas dari dinding sel dan larut jika kontak dengan panas. Rumajar,dkk., (1997) mengemukakan bahwa degradasi panas yang terjadi akibat waktu ekstraksi yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan atau putusnya susunan rantai molekul. Besarnya suhu pada saat ekstraksi juga perlu diperhatikan. Suhu ekstraksi menurut Rasyid (2003) adalah 85-95oC, Setyowati (2000), pada suhu 90oC, Aslan (1998) pada suhu 90-95oC dan Mukti (1987), pada suhu optimum 90-95oC.

Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan karakteristik karagenan hasil isolasi dari talus Kappaphycus alvarezii(Doty) (USP XXX, 2007)

No Parameter 2 Penetapan Susut Pengeringan 10,85% 10,56% <12,5 3 Penetapan Kadar Abu Total 16,11% 15,07% <35,0%

4 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

1,33% 1,24% <2,0%

Keterangan:

* Hasil yang diteliti oleh Munthe (2012)

Pada Tabel 4.3 terlihat hasil pemeriksaan karakteristik kareganan yang diteliti tidak berbeda jauh dengan yang diteliti Munthe (2012) yaitu viskositas larutan karagenan dengan konsentrasi 1,5% yang diukur pada suhu 75oC diperoleh hasilnya berkisar antara 22,5-24 cP. Viskositas karagenan hasil isolasi

ini telah memenuhi standar mutu karena sesuai spesifikasi fisik karagenan dariFood and Agricultural Organization yang menetapkan bahwa viskositas larutan karagenan 1,5% yang diukur pada suhu 75oC adalah tidak kurang dari 5 cP (Handito, dkk.,2005).

Hasil penetapan susut pengeringan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh United States Pharmauceuticals XXX, 2007 yaitu tidak lebih dari 12,5%. Kadar abu total karagenan hasil isolasitidak lebih dari 35%, sedangkan kadar abu tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,0%.

4.4. Hasil Penetapan Karakteristik Karagenan secara Spektrofotometri FTIR

Gugus fungsional karagenan diidentifikasi dengan menggunakan Spektrofotometri inframerah atau Fourier Transform Infrared(FTIR). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil karakteristik karagenan secara Spektrofotometri FTIR

No Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)

Bali Sumatera Utara * Standar

1 OH 3325,28 3400,50 3400

2 CH alifatis 2930 2951,09 2954

3 C=O 1697,36 1635,64 1639

4 C-O 1157,29 1155,36 1157

5 Ester sulfat 1260,73 1226,73 1249

6 Ikatan glikosidik 1041,56 1041,56 1029

7 3,6-anhidro-D-galaktosa 933,55 921,97 1080-1010

8 Galaktosa-4-sulfat 848,68 848,68 850-840

Keterangan:

* Hasil yang diteliti oleh Munthe (2012) Standar = Menurut Sinaga, 2002

Pada Tabel 4.4hasil analisis dengan spektrofotometri FTIR bahwa spektrum hasil FTIR dari karagenan dibandingkan dengan Munthe, 2012 dan spektrum standar karagenan menunjukkan adanya karagenan yang yang

diperoleh adalah tipe kappa. Hal ini karena adanya gugus galaktosa-4-sulfat, dan gugus 3,6-anhidrogalaktosa.

4.5. Hasil Identifikasi Jenis Karagenan

Hasil identifikasi jenis karagenan yang diperoleh terhadap uji kelarutan yaitu karagenan larut dalam air panas di atas suhu 60oC, tidak larut dalam air dingin, larut dalam susu panas, tidak larut dalam susu dingin tetapi mengembang, larut dalam larutan gula pekat panas, tidak larut dalam larutan garam pekat. Hal ini menunjukkan karagenan yang diperoleh adalah bentuk kappabukan karagenan bentuk iotamaupun bentuk lamda (Indriani dan Sumarsih, 1991).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Karakteristik simplisia dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty) adalah kadar air 8,64%, kadar sari larut dalam air 22,5%, kadar sari larut dalam etanol 1,10%, kadar abu total3,20%, dan kadar abu total tidak larut asam 0,13%.

b. Ada pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap rendemen karagenan yang diisolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty).

c. Karagenan yang diisolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty)telah memenuhi persyaratan United States Pharmaceuticals XXX.Identifikasi karagenan menurut kelarutannya menunjukkan karagenan hasil ekstraksi adalah dalam bentuk kappakaragenan. Hasil spectrum diperolehtipe karagenan bentukkappa.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk memanfaatkankaregenan hasil isolasi dari talus Kappaphycus alvarezii (Doty) dalam bidang formulasi obat sebagai penginduksi hewan percobaan dalam uji antiinflamasisehingga diperoleh bahan tambahan obat alami.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, I.A.,dan Norris.J.N. (1985).Taxonomy of Economic Seaweeds; With Reference to some Pacific and Caribbean species.California Sea Grant College Program.Halaman 49.

Anggadiredja, J.T., Achmad Z., Heri P., dan Sri, I. (2010). Rumput Laut.

Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 14-19, 26-39, 52-60, 65.

Anggraini.(2004). Karagenan, Apaan Sich?

http://jlcome.blogspot.com/2007/10/karagenan-apaan-sich.html. Diakses tanggal 15 Juni 2013.

Angka S.L., Suhartono T.S. (2000). Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat KajianSumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.Halaman 49-56.

Aslan, L.M. (1998). Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Kanisius. Halaman 11-14, 17, 24.

Anonim1. (2011). Karagenan.http://hanan08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/

karagenan/. Diakses 02 Agustus 2013

Anonim2. (2011). Eucheuma Cottonii Alirkan Rezeki.

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=98c123bd19 7ef70134ff6e4e4b3246c7&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5 Diakses 02 Agustus 2013

Basmal, J., Sedayu, B.B., dan Utomo, B.S.B. (2009). Mutu Semi Refined Carrageenan (SRC) Yang Diproses Menggunakan Air Limbah Pengolahan SRC Yang Didaur Ulang. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 4(1): 1–11.

Chapman, V., dan Chapman, D.J. (1980). Seaweeds and Their Uses. Edisi ke-3.

New York: Chapman and Hall. Halaman 333.

Dahuri, R. (2002). Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.

Orasi Ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dawes, C.J. (1981). Marine Botany. Florida: A Wiley-Interscience Publication.Halaman 41.

Departemen Perdagangan. (1989). Ekspor Rumput Laut Indonesia. Jakarata.

Departemen Perdagangan. Halaman 57.

Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Depkes RI.

Halaman133-135, 150-156.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Depkes RI.

Halaman 33, 649, 682.

Handito, D., Anggarahini, S., dan Marseno,D.W. (2005).Ekstraksi Dan Identifikasi Karagenan Dari Rumput Laut Eucheuma cottoniiPulau Lombok.http://ilib.ugm.ac.id/download.php?datald=9726Diakses

tanggal 15 Juni 2013.

FAO.(1990). Training Manual on Gracilaria Culture and Seaweed Processing inChina. Rome. Halaman 37-42.

Faridah, L. (2001). Studi Tentang Pembuatan Tepung Instan Karagenan dari Rumput Laut Kappaphycusalvarezi.Skripsi.Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Fardiaz D. (1989).Hidrokoloid. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Halaman 13-175

Guiseley K.B., Stanley N.F., Whitehouse, P.A. 1980.Carrageenan.Dalam:

DavidsRL. Hand Book of Water Soluble Gums and Resins. New York, Toronto,London: Mc Graw Hill Book Company. Halaman 125-142.

Glicksman M. 1969. Gum Technology in the Food Industry. New York:Academic Press. Halaman214-224.

Istini, S., Zatnika, A., dan Suhaimi.(1985). Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut Seafarming Workshop Report November Part II, Bandar Lampung.

Indriani dan Sumarsih.(1991). Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.Cetakan pertama.Jakarta:Swadaya. Halaman 1, 8.

Milala, V. (2012).Karakterisasi Simplisia dari Beberapa Jenis Rumput Laut dan Isolasi Agar Serta Identifikasi Secara Sektrofotometri Infra Merah.Medan. Seminar. Program Studi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Tjut Nyak Dien.

Moirano A.L. (1977). Sulphated Seaweed Polysaccharides.Di dalam Food Colloids.Editor: Graham M.D.,The AVI Publishing Company Inc.

WestportConnecticut. Halaman 347-381.

Mukti E.D.W. (1987). Ekstraksi dan Analisa Sifat Fisiko-kimia Karagenan dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottoniiMasalah Khusus. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Munthe, P. (2012). Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Serta Identifikasi Karagenan Dari Talus Kappaphycus Alvarezii (Doty).

Skripsi.Medan:Program Ekstensi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi.

Universitas Sumatera Utara.

Polifrone, M., De Masi, F., dan Gargiulo, M.G. (2006).Alternative Pathway In The History Of Gracilaria Gracilis (Gracilariales, Rhodophyta) From Nort-Eastren Sicily (Italy). Journal Of Botanical Sciences.http://www.elsevier.com/locate/aqua-online.pdf. Diakses tanggal 4 Februari 2013.

Rasyid, A. (2003). Beberapa Catatan Tentang Karagenan. OseanaVolume XXVII. Nomor 4.

Rumajar, H., Fetty, I., Judith, H., Mandei, F.J., Rompas, O.V.W, dan Kembuan E.F. (1997). Penelitian Pemanfaatan Rumput Laut untuk Pembuatan Karagenan.BPPI.Sulawesi Utara.

Sadhori, S.N. (1998). Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 34-35, 96.

Satiadarma, K., Muhammad, M., Daryono, H.T., dan Rahmana, E.K. (2004).

Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya:

Airlangga University Press. Halaman 111-113.

Setyowati, D., Sasmita, B.B.,dan Nursyam, H. (2000).Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama Ekstraksi tehadap Peningkatan Kualitas Karagenan.

Penelitian, Fakultas Perikanan Bogor.

Sinaga, S.M. (2002). Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Identifikasi Karagenan dari Rumput Laut Halymenia durvillaei Bory de saint Vincent.

Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi USU.

Supratman, U. (2010). Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Widya Padjadjaran. Halaman 66-105.

Suryaningrum TD, Utomo BSB. 2002. Petunjuk Analisis Rumput Laut dan HasilOlahannya. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial EkonomiPerikanan dan Kelautan.

Syamsuar. 2006. Karakteristik Karagenan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Pada Berbagai Umur Panen, Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi.

Skripsi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Halaman 86.

Towle GA. 1973. Carrageenan. Di dalam: Whistler RL. Industrial Gums.Second Edition. New York: Academic Press. Halaman 83-114.

United States Pharmauceuticals Convention Inc. (2007). USP XXX- NF XXV.New York: Mack Printing Company. Halaman 1091.

World Health Organization.(1992). Quality Control Methods for Medicinal Plant Materials.Hongkong: Printed in England. Halaman 36.

Winarno, F.G. (1996). Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 13/72-85.

Lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2.Gambar talus rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 3.Gambar serbuk simplisia talus Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 4. Gambar mikroskopik serbuk simplisia talus Kappaphycus alvarezii (Doty) (10 x 40)

3 1

Keterangan : 1. Propagule

2. Parenkim yang berisi pigmen merah 3. Parenkim bagian pinggir

Lampiran 5.Perhitungan parameter mutu simplisia 1. Penetapan kadar air simplisia

2

% Kadar air = Volume Air (ml)

Berat sampel (g)x 100%

1. Berat sampel : 5,015 g Volume air : 0,4 ml

% Kadar air = 0,4 ml

5,015 gx 100% =7,98 % 2. Berat sampel : 5,020 g

Volume air : 0,5 ml

% Kadar air = 0,5ml

5,020gx 100%=9,96 % 3. Berat sampel : 5,018 g

Volume air : 0,4 ml

% Kadar air = 0,4ml

5,018gx100%=7.97 %

% Kadar air rata-rata = 7,98 % + 9,96 % + 7,97 %

3 = 8,64 %

Lampiran 5. (Lanjutan)

2. Penetapan kadar sari yang larut dalam air

% Kadar Sari Larut Dalam Air = Berat Sari

Berat Simplisiax100

20x 100%

1. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,227 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,227 5,000x100

20x 100%= 22,7 % 2. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,223 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,223 5,000x100

20x 100%= 22,3 % 3. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,225 g

% Kadar sarilarut dalam air = 0,225 5,000x100

20x 100%= 22,5 %

% Kadar sari larut dalam air rata-rata =22,7 % + 22,3 % + 22,5 %

3 = 22,5%

Lampiran 5. (Lanjutan)

3. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

% Kadar Sari Larut Dalam Etanol= Berat Sari

Berat Simplisia x100

20x100%

1. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,010 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,010 5,000x100

20x 100%= 1,00%

2. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,011 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,011 5,000x100

20x 100%=1,10%

3. Berat simplisia : 5,000 g

Berat sari : 0,012 g

% Kadar sari larut dalam etanol =0,012 5,009x100

20x 100%= 1,20%

% Kadar sari larut dalam etanol rata-rata

=1,00 % + 1,10 % + 1,20 %

3 = 1,10%

Lampiran 5. (Lanjutan) 4. Penetapan kadar abu total

% Kadar Abu Total= Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

1. Berat simplisia : 2,0002 g Berat abu : 0,0590 g

% Kadar abu total = 0,0590

2,0002x 100% =2,95%

2. Berat simplisia : 2,0004 g Berat abu : 0,0698 g

% Kadar abu total = 0,0698

2,0004x 100%= 3,49%

3. Berat simplisia : 2,0003 g Berat abu : 0,0630 g

% Kadar abu total = 0,0630

2,0002 x 100%= 3,15%

% Kadar abu total rata-rata =2,95% + 3,49% + 3,15%

3 = 3,20 %

Lampiran 5. (Lanjutan)

5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

1. Berat simplisia : 2,0003 g

Berat abu : 0,0028 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0028

2,0003x100% =0,14%

2. Berat simplisia : 2,0001 g

Berat abu : 0,0024 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0024

2,0001x100% = 0,12%

3. Berat simplisia : 2,0002 g

Berat abu : 0,0026 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam =0,0026

2,0002 x 100% = 0,13%

% Kadar Abu yang tidak larut dalam asam rata-rata

=0,14% + 0,12% + 0,13%

3 = 0,13 %

Lampiran 6. Perhitungan identifikasi karagenan 1. Penetapan rendemen karagenan

% Rendemenkaragenan= Bobot hasil ekstraksi

Bobot sampel mula-mulax 100%

Contoh perhitungan pada perlakuan Suhu 800 C dan waktu ekstraksi 30 menit (T1C1).

Sampel 1 : Bobot sampel mula-mula = 20,155 g Bobot hasil ekstraksi =6,068 g

% Rendemen karagenan =6,068 g

20,155gx 100%

= 30,107 %

Cara perhitungan yang sama dapat diperoleh rendemen karagenan padaT1C2; T1C3; T2C1; T2C2; T2C3; T3C1; T3C2; T3C3.

Lampiran 6. (Lanjutan)

2. Penetapan susut pengeringan

% Susut Pengeringan =A

Bx 100%

Dengan ;

A = Bobot botol timbang dan sampel sebelum pengeringan dikurang bobot botoltimbang

B = Bobot botol timbang dan sampel setelah pengeringan dikurang bobot botol

timbang

Sampel A B

I 1,024 0,920

II 1,019 0,905

III 1,022 0,912

1. % Susut pengeringan = 1,024 g - 0,920 g

1,024g x 100%= 10,16%

2. % Susut pengeringan = 1,019 g - 0,905 g

1,019 g x 100%= 11,62%

3. % Susut pengeringan = 1,022 g - 0,912 g

1,022g x 100%= 10,76%

% Susut pengeringan rata-rata = 10,16% + 11,62% + 10,76%

3 = 10,85%

Lampiran 6. (Lanjutan)

3. Penetapan kadar abu total karagenan

% Kadar Abu Total= Berat Abu

Berat Simplisia x 100%

Sampel Berat Karagenan Berat Abu

I 2.0005 0.3329

Lampiran 6. (Lanjutan)

4. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam =Berat abu total

Berat simplisia x 100%

Sampel Berat Karagenan Berat Abu

I 2.0001 0.0261

II 2.0002 0.0290

III 2.0004 0.0249

1. Berat simplisia : 2.0002g

Berat abu : 0.0261g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0261

2.0002 x100%= 1.30%

2. Berat simplisia : 2.0002 g

Berat abu : 0.0290 g

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0290

2.0002x100% = 1,45%

3. Berat simplisia : 2.0004

Berat abu : 0.0249

% Kadar abu tidak larut dalam asam = 0.0249

2.0004x100% = 1.24%

% Kadar abu yang tidak larut dalam asam rata-rata

=1,30% + 1,45% + 1,24%

3 = 1,33%

Lampiran 6. (Lanjutan)

5. Pengukuran viskositas larutan karagenan hasil isolasi

Jika t1 = 30 detik, pada viskositas(η1) = 300 cP (dari kurva kalibrasi alat yang mengkonversikan waktu menjadi viskositas), dan t2 larutan karagenan = 400 detik, maka viskositas( η2) yang diperoleh pada beban 25 g adalah:

Uji viskositas larutan T30, C90oC.

T30, C90oC

η1 η2 = t1

t2

300 cP

η2 = 31 detik 400 detik

=300 cP x 31 detik

400 detik = 23,5 cP

Cara perhitungan yang sama maka diperoleh viskositas larutan karagenan pada T30;C100, T60;C80, T60;C90, T60;C100, T120;C80, T120;C90, T120;C100

Lampiran 7. Gambar spektrum karagenan dengan Spektrofotometer FTIR

Lampiran 8. Pemeriksaan mutu karagenan hasil isolasi

Tabel hasil pemeriksaan karakteristik karagenan hasil isolasidibandingkan dengan Pustaka (USP XXX, 2007)

No Parameter Hasil Pustaka

1 Penetapan Viskositas 22-24,5 cP >5

2 Penetapan Susut Pengeringan 10,85% <12,5 % 3 Penetapan Kadar Abu Total 16.11% <35,0%

4 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

1,33% <2,0%

Tabelhasil penetapan viskositas larutan karagenan hasil isolasi

No Perlakuan

Tabel rendemen dan warna karagenan pada berbagai suhu dan waktu

No Suhu Waktu

Tabel hasil perhitungan rendemen karagenan hasil isolasi

% Rendemen Rata-Rata%

Karagenan

Hasil Isolasi Karagenan Hasil

Tabel hasil identifikasi karagenan menurut kelarutannya

No Medium Hasil Identifikasi

1 Air Panas Larut

2 Air dingin Tidak larut

3 Susu panas Larut

4 Susu dingin Tidak Larut tetapi mengembang

5 Larutan gula pekat Larut (Dipanaskan) 6 Larutan garam pekat Tidak larut

Lampiran 9. Gambar karagenan hasil isolasi dari Kappaphycus alvarezii (Doty)

A

B

C Keterangan :

A = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 30 menit B = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 60 menit C = Gambar karagenan hasil isolasi pada waktu 120 menit

Lampiran 10.Gambar alat yang digunakan

Gambar viskometer Thomas Stromer

Gambar spektrofotometer FTIR

Dokumen terkait