• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil Bank BNI

Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) yang dilaksanakan bank BNI khususnya BNI SKC Bogor dua tahun terakhir berupa terobosan pemanfaatan pengalokasian dana keuntungan bank BNI (sebagai institusi BUMN) sebesar 1-3%. Pola penyaluran KUK ini dinamakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB). Adapun pola penyaluran KUK yang umum dilakukan melalui jalur perbankan secara langsung (non LP IPB) dapat dilihat dari berbagai macam jenis kredit yang telah rutin dilaksanakan bank BNI selama ini seperti KMK, KI dan kredit konsumtif.

2. Langkah pendekatan penyaluran kredit KKB

Di dalam kajian ini komponen yang diteliti berkaitan dengan kebutuhan dasar yang bersifat kritis bagi usaha kecil dan pengaruh kredit KKB terhadap perkembangan usaha kecil. Dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh 75 responden terdiri dari 50 responden yang merupakan mitra binaan IPB dan 25 responden yang bukan mitra binaan IPB didapatkan data seperti yang termuat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Data realisasi kredit mitra binaan IPB Realisasi

Kredit (juta)

Sektor

Perdagangan Sektor Jasa Industri Sektor Lainnya Sektor Total

Jumlah

(orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) (orang) Jumlah Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%)

1 -< 5 0 0 0 0 1 2 0 0 1 2 5 -< 10 3 6 0 0 1 2 0 0 4 8 10 -< 15 7 14 4 8 10 20 2 4 23 46 15 -< 20 8 16 2 4 3 6 0 0 13 26 20 -< 25 2 4 0 0 1 2 1 2 4 8 25 – 30 3 6 2 4 0 0 0 0 5 10 Total 23 46 8 6 16 32 3 6 50 100

Tabel 7. Data realisasi kredit mitra binaan Non IPB Realisasi Kredit (juta) Sektor Perdagangan Sektor Jasa Sektor Industri Total Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) 5 - < 10 5 20 1 4 0 0 6 24 10 - < 15 1 4 2 8 0 0 3 12 15 - < 20 2 8 0 0 2 8 4 16 20 - < 25 1 4 0 0 1 4 2 8 25 – 30 7 28 1 4 2 8 10 40 Total 16 64 4 16 5 20 25 100 a. Karakteristik usaha

Berdasarkan pengumpulan data dari 75 responden yang dikumpulkan dari nasabah yang merupakan mitra binaan IPB dan non mitra binaan IPB dapat diperoleh gambar karakteristik usaha yang ditekuninya sebagai berikut :

1) Identitas pemilik usaha

Nasabah kredit KKB mempunyai berbagai latar belakang sosial ekonomi. Jenis kelamin responden menunjukkan bahwa 68% nasabah adalah pria dan 32% nasabah adalah wanita. Alamat nasabah berada pada lingkup kabupaten dan kota Bogor. Dilihat dari tingkat pendidikan responden, 72% pemilik usaha mempunyai pendidikan setingkat SMP dan SMA, sedangkan sisanya (28%) berpendidikan di atas SMA, yaitu setara D3 dan Sarjana. Tingkat usia responden mayoritas berada pada usia matang, yakni 34-47 tahun (78%).

2) Permodalan

Sebelum mendapatkan kredit KKB, sebagian besar nasabah belum pernah mendapatkan bantuan kredit dari pihak manapun sebelumnya. Dilihat dari aspek pendapatan total sebelum mendapatkan kredit, didapatkan bahwa mayoritas responden beromzet Rp. 10.000.000,-

hingga Rp. 20.000.000,- dan setelah bergabung dengan program KKB mayoritas pendapatan responden mengalami peningkatan 10 - 20%. 3) Jenis Pembiayaan

Jenis pembiayaan yang diterima responden mayoritas kurang dari Rp. 25.000.000 (90%), baik untuk pembiayaan KI maupun KMK. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang mempunyai usaha dan modal kecil, serta ada unsur perlu tidaknya agunan, terutama bagi mitra binaan. Sedangkan jangka waktu kredit untuk KMK mayoritas selama 3 (tiga) tahun (72%) dan untuk KI selama 5 (lima) tahun (14%).

4) Jenis usaha

Bidang usaha yang dipilih responden meliputi bidang usaha yang mempunyai potensi di daerah Bogor, yakni industri (32%), perdagangan (46%), jasa (16%) dan bidang usaha lainnya (6%) yang meliputi bidang pertanian dan perkebunan. Lama usaha yang dilakukan responden adalah belum lama, yakni 2-5 tahun. Jenis usaha yang ditekuni sebagian besar adalah perdagangan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman, serta sembako. Tempat yang dijadikan untuk usaha kebanyakan adalah rumah tempat kediaman sendiri.

5) Persyaratan kredit

Mayoritas responden menyatakan bahwa persyaratan awal mengajukan kredit KKB dinilai berat/sulit dipenuhi diantaranya, yaitu persyaratan mengumpulkan ijasah dan membuat profil perusahaan.

6) Proses realisasi kredit

Sebanyak 84% responden menyatakan bahwa proses realisasi kredit KKB dinilai sedang, yaitu antara 3-7 hari kerja. Hal ini sebagian besar dikarenakan persyaratan kredit belum semuanya dapat dipenuhi oleh mitra binaan dalam satu waktu. Proses realisasi dilaksanakan jika semua persyaratan telah diterima secara lengkap oleh pihak bank.

b. Hasil Analisis Khi Kuadrat

Tabel 8. Rekapitulasi realisasi kredit Program KKB Realisasi kredit ( Rp. juta) Mitra Binaan IPB (orang) Mitra Binaan Non IPB (orang) Total binaan (orang) Persentase (%) 1- < 5 1 0 1 1,33 5 - < 10 4 6 10 13,33 10 - < 15 23 3 26 34,67 15 - < 20 13 4 17 22,67 20 - < 25 4 2 6 8,00 25 – 30 5 10 5 20,00 Jumlah 50 25 75 100,00

Berdasarkan data di atas, maka data yang dianalisis adalah data yang memiliki persentase di atas 10% untuk mendapatkan tabel kontingensi dan selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan nilai fh seperti yang termuat dalam Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Kontingensi realisasi kredit

Mitra Binaan 5-< 10 10-< 15 15-< 20 25-30Realisasi kredit (Rp juta) Total

IPB (orang) 4 23 13 5 45

Persen (%) 6 34 19 7 66

Non IPB (orang) 6 3 4 10 23

Persen (%) 9 4 6 15 34

Jumlah (orang) 10 26 17 15 68

Persen (%) 15 38 25 22 100

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa, total frekuensi tertinggi adalah kelompok realisasi kredit Rp. 10 -< 15 juta (38%). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut merupakan pasar potensial, sehingga memerlukan perhatian yang lebih bila dibandingkan kelompok lainnya. Kelompok realisasi kredit Rp. 10-<15 juta lebih banyak menekuni sektor ekonomi perdagangan dan industri dibandingkan sektor ekonomi lainnya, maka Bank BNI diharapkan dapat memprioritaskan sektor ekonomi yang diminati kelompok tersebut.

Tabel 10. Perhitungan khi kuadrat untuk kelompok realisasi kredit Mitra Binaan Kelompok Realisasi (Rp. Juta)

F fh fo (fo-fh) (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

IPB 5-<10 45 6,62 4 -2,62 6,85 1,04 10-<15 45 17,21 23 5,79 33,57 1,95 15-<20 45 11,25 13 1,75 3,06 0,27 25-30 45 9,93 5 -4,93 24,27 2,44 Non IPB 5-<10 23 3,38 6 2,62 6,85 2,03 10-<15 23 8,79 3 -5,79 33,57 3,85 15-<20 23 5,75 4 -1,75 3,06 0,53 25-30 23 5,07 10 4,93 24,27 4,78 Jumlah 68,00 68 0 135,50 16,86

Dari data pada Tabel 10 dilakukan perhitungan untuk khi kuadrat hitung sebesar 16,86 pada taraf nyata 5% dan db = (3-1)x(2-1) = 3. Nilai khi kuadrat tabel adalah 7,82 pada α 5% dan 11,34 pada α 1%. Dalam hal ini khi kuadrat hitung lebih besar bila dibandingkan dengan khi kuadrat tabel, yaitu 16,86 > 7,82 dan 11,34 pada α 5% dan 1%, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini dapat dikatakan telah terjadi perbedaan realisasi kredit antara mitra binaan IPB dan mitra binaan non IPB.

Besarnya dana yang dapat disalurkan pada program KKB adalah Rp. 10-100 juta, tetapi pada realisasinya baik mitra binaan IPB maupun mitra binaan non IPB hanya mendapatkan kredit Rp. 10–25 juta. Hal ini menunjukkan meskipun program KKB merupakan salah satu program

Corporate Social Responsibility (CSR) atau program bina lingkungan, tetapi

pihak perbankan tetap memberlakukan prinsip keberhati-hatian dibalik status binaan yang telah disepakati dengan pihak yang dijadikan mitra (misal LP LPPM IPB ataupun LSM).

Dilihat dari jumlah realisasi kredit, mitra binaan non IPB mayoritas mendapatkan kredit antara Rp. 25-30 juta, sedangkan mitra binaan IPB mayoritas realisasi kreditnya Rp. 10-15 juta. Perbedaan ini disebabkan karena

mitra binaan IPB pada umumnya masih berbentuk usaha perorangan yang dinilai belum memenuhi syarat-syarat perbankan, seperti kemampuan permodalan dan kolateral, disamping tentunya risiko yang dinilai dari prinsip manajemen risiko.

Target realisasi program KKB bank BNI SKC Bogor pada tahun 2007 sebesar Rp. 1,5 Miliar, dengan kelompok realisasi kredit mayoritas antara Rp. 10-15 juta/mitra binaan, maka semakin banyak jumlah mitra binaan yang mendapatkan fasilitas kredit.

c. Kinerja kemitraan

Analisis terhadap kinerja kemitraan ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari program kemitraan. Faktor internal kemitraan terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Strenghts (kekuatan)

i. Prosedur pengurusan yang tidak berbelit

Untuk mengajukan permohonan kredit para nasabah tidak dipersulit dengan berbagai berkas yang harus diisi, cukup dengan mengisi formulir permohonan kredit KKB (Lampiran 10).

ii. Syarat pengajuan mudah

Syarat pengajuan juga mudah dan ditambah dengan tidak diwajibkannya memiliki agunan, terutama untuk pengajuan kredit di bawah Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). Sedangkan khusus untuk mitra binaan non IPB diwajibkan untuk memiliki agunan.

iii. Proses realisasi kredit cepat

Dalam proses realisasi kredit tidak diperlukan waktu yang lama, yaitu 3 (tiga) - 7 (tujuh) hari kerja sejak data yang telah lengkap diterima oleh petugas Bank BNI.

iv. Tingkat suku bunga pinjaman rendah

Dibandingkan dengan suku bunga pinjaman produk kredit usaha kecil lainnya yang sejenis seperti BNI Usaha Mikro yang memiliki bunga 14,75% -15,25 % efektif/tahun, maka tingkat suku bunga pinjaman kredit KKB jauh lebih rendah (6% - 12% /tahun).

v. Organisasi UKM yang bersifat sederhana, sehingga pengelolaannya lebih mudah.

vi. UKM yang ada bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. vii. Petugas pendamping dari LP LPPM IPB proaktif, karena selain

memberikan ilmu dan keterampilan, petugas LP LPPM IPB juga mendampingi nasabah dalam pengelolaan usahanya, sehingga dapat diminimalkan nasabah yang pailit.

2) Weaknesses (kelemahan) i. Keterbatasan modal

Program ini sangat tergantung pada laba yang diperoleh oleh Bank BNI pada tahun sebelumnya, karena Program kredit Kemitraan KKB ini modalnya berasal dari 1- 3% dari laba bersih perusahaan.

ii. Masih lemahnya mutu SDM dan kemampuan manajerial UKM. iii. Program KKB belum populer di masyarakat

Program KKB ini baru berjalan kurang lebih 3 (tiga) tahunan dan bukan merupakan produk inti dari kredit perbankan, sehingga belum populer di masyarakat.

iv. Keterbatasan petugas Bank BNI, sehingga mengalami kesulitan dalam memantau semua mitra binaan.

3) Opportunities (peluang)

i. UKM memiliki potensi pasar yang besar

Potensi industri/usaha mikro masih cukup besar untuk dijadikan lahan pemberian kredit.

ii. KKB didukung program pemerintah

Program KKB ini didukung oleh pemerintah dalam rangka program pengentasan kemiskinan.

iii. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir

Masyarakat masih banyak mencari sumber dana pembiayaan dari rentenir, sehingga masyarakat punya potensi untuk beralih dari program KKB.

4) Threats (ancaman)

i. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta)

Sebelum program ini dikembangkan telah banyak bank-bank pesaing lainnya yang telah terlebih dahulu berhubungan dengan UMKM, terutama bank-bank yang mempunyai jaringan yang lebih luas seperti BRI dan Bank Danamon.

ii. Lembaga Non Bank (BUMN lainnya)

Program kemitraan ini merupakan program pemerintah (Kementerian BUMN), maka setiap BUMN saling berlomba dalam memberikan kredit kepada UMKM dengan penawaran yang lebih menarik, di antaranya oleh PT Telkom dan PT Sucofindo.

iii. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis.

d. Analisis Matriks IFE dan EFE

Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap lingkungan internal dan internal program kemitraan, sehingga diperoleh faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program. Skor yang diperoleh dari matriks ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki, serta menunjukkan kemampuan dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya.

1) Matriks IFE

Faktor yang menjadi kekuatan utama program adalah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dengan bobot 0,110 dan rating 4, sehingga diperoleh skor 0,441. Selain itu, faktor kekuatan lain yang dapat dimanfaatkan adalah syarat pengajuan yang mudah (0,432) dan tingkat suku bunga pinjaman rendah (0,400), UKM yang bergerak cepat menghasilkan (0,384), petugas pendamping dari LPPM proaktif (0,316), proses realisasi kredit cepat (0,307) dan organisasi UKM yang bersifat sederhana (0,263). Secara lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks IFE program KKB

Faktor Internal Bobot (a) Rating (b) (c=axb)Skor Kekuatan :

1. Prosedur pengurusan tidak berbelit 2. Syarat pengajuan mudah

3. Proses realisasi kredit cepat

4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari LP LPPM proaktif

0,110 0,108 0,082 0,100 0,075 0,102 0,084 4,000 4,000 3,750 4,000 3,500 3,750 3,750 0,441 0,432 0,307 0,400 0,263 0,384 0,316 Jumlah (A) 2,544 Persentase (%) 84 Kelemahan :

1. Keterbatasan modal untuk program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan

manajerial UKM

3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank BNI

0,064 0,116 0,069 0,089 1,750 1,500 1,500 1,250 0,112 0,174 0,104 0,111 Jumlah (B) 0,501 Persentase (%) 16 Total (A+B) 3,044

Kelemahan utama program ini adalah masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM dengan bobot 0,116 dan rating 1,5, sehingga diperoleh skor 0,174. Selain itu, faktor kelemahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah keterbatasan petugas bank BNI (0,111),

keterbatasan modal program KKB (0,112) dan belum populernya program KKB ini di masyarakat (0,104), sehingga keberadaannya belum banyak diketahui.

Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total skor 3,044, nilai ini berada di atas rataan 2,5, menunjukkan posisi internal program kemitraan yang cukup kuat, dimana program memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal (David, 2006).

Dengan nilai sebesar 84% untuk faktor kekuatan dan 16% untuk faktor kelemahan hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kelemahan bukan merupakan keterbatasan bagi suatu program yang memiliki ruang lingkup tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang.

2) Matriks EFE

UKM memiliki potensi pasar yang besar merupakan peluang utama program ini, dengan bobot 0,205 dan rating 3,25 sehingga diperoleh skor 0,666. Faktor peluang lain yang dapat mendukung perkembangan program adalah masih banyaknya masyarakat yang terjerat rentenir (0,531) dan adanya dukungan program pemerintah (0,408).

Tabel 12. Matriks EFE program KKB

Faktor Eksternal Bobot (a) Rating (b) (c=axb)Skor Peluang :

1. UKM memiliki potensi pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir

0,205 0,163 0,163 3,250 2,500 3,250 0,666 0,408 0,531 Jumlah (A) 1,605 Persentase (%) 57 Ancaman :

1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank (BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan

politik yang bersifat dinamis

0,142 0,163 0,163 3,000 2,250 2,500 0,427 0,367 0,407 Jumlah (B) 1,201 Persentase (%) 43 Total (A+B) 2,807

Sementara itu, faktor yang menjadi ancaman utama program ini adalah keberadaan keberadaan bank pesaing sejenis seperti BRI dan Bank Danamon, yang saat ini memiliki segmen pasar sama dengan bobot 0,142 dan rating 3, sehingga diperoleh skor 0,427. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis (0,407) dan Lembaga non bank (BUMN lainnya) dengan bobot 0,367 merupakan ancaman lain yang dapat mempengaruhi keberlangsungan program. Lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 12.

Dari hasil analisis perhitungan faktor strategi eksternal didapatkan total skor 2,807. Nilai ini berada di atas rataan 2,5, berarti menunjukkan bahwa program kemitraan memiliki strategi efektif untuk memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman/pengaruh negatif eksternal (David, 2006). Dengan nilai peluang sebesar 57% dan ancaman sebesar 43%, maka ancaman dari bank pesaing seperti BRI dan Bank Danamon, BUMN lainnya dan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik bukan merupakan ancaman yang serius.

e. Analisis Matriks IE

Penentuan posisi strategi matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai matriks EFE pada sumbu Y (David, 2006). Total nilai matriks IFE sebesar 3,044 dan nilai matriks EFE sebesar 2,807. Dengan demikian posisi program kemitraan terletak pada sel IV, yaitu stabil. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada sel ini adalah mempertahankan strategi yang telah ada. Dengan posisi program KKB yang berada pada posisi stabil, maka dapat ditunjukkan bahwa program kemitraan memiliki hubungan yang saling memperkuat dan saling menguntungkan bagi ketiga belah pihak, yaitu bagi bank BNI program KKB merupakan salah satu jalan masuk untuk menggarap kredit sektor UKM yang terkenal dengan tingkat risiko kredit bermasalah yang kecil dan nantinya akan memperkuat NPL yang dapat meningkatkan keuntungan.

Bagi mitra binaan dengan adanya program KKB ini mendapatkan perhatian dalam hal permodalan, teknologi, informasi dan dukungan pemasaran produk. Sedangkan bagi Perguruan Tinggi (PT), khususnya IPB, program KKB sebagai bentuk pengabdian PT yang sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam aspek pemberdayaan masyarakat, khususnya UKM dan membantu bank BNI dalam menyiapkan tenaga pendamping di lapangan.

Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program kemitraan, serta posisi persaingan program yang berada pada sel IV dan selanjutnya akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Posisi program kemitraan berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

Total Sk

or Faktor Strate

gi

Ekst

ernal

Total Skor Faktor Strategi Internal

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0

Tinggi I II III

Menengah IV V VI

Rendah VII VIII IX

Gambar 4. Matriks IE program KKB

f. Analisis Matriks SWOT

Pengembangan strategi pada matriks ini dilakukan sesuai hasil matriks IE, dimana posisi program kemitraan terletak pada sel IV, yaitu stabil. Pencocokan faktor strategi internal dan eksternal dalam keadaan saat ini, lingkup strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah

3,0 2,0 1,0

ditetapkan. Namun untuk pengembangan program ke depan dapat dilakukan dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Strategi penyaluran kredit KKB

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE dan EFE, dapat disusun matrik SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi yang dapat dilakukan, yaitu strategi S-O, W-O, S-T dan W-T (David, 2006). Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks SWOT program KKB

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) 1. Prosedur pengurusan

tidak berbelit

2. Syarat pengajuan mudah 3. Proses realisasi kredit

cepat

4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM

bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak

cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari

LP LPPM proaktif Kelemahan (W) 1. Keterbatasan modal program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM 3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank Peluang (O) 1. UKM memiliki potensi

pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir Strategi S-O a. Melakukan perluasan

pasar dan jaringan pemasaran kredit b. Mempertahankan

komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri c. Meningkatkan volume

kredit UKM

Strategi W-O a. Meningkatkan

pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN

b. Memaksimalkan sumber daya yang ada c. Melakukan pelatihan

SDM UKM Ancaman (T)

1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank

(BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi

sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis

Strategi S-T a. Mengembangkan model

analisa kredit yang sederhana

b. Meningkatkan mutu pelayanan

Strategi W-T a. Peningkatan mutu

produk UKM dan pengembangan kemitraan dengan usaha yang lebih besar b. Koordinasi internal

untuk memantapkan posisi UKM dalam peta usaha potensial

a. Strategi Kekuatan-Peluang (S-O)

1) Melakukan perluasan pasar dan jaringan pemasaran kredit

Pangsa pasar yang dilayani secara geografis lebih banyak terpusat di daerah Bogor Kota. Dalam hal ini, memperluas pangsa pasar masih sangat mungkin dilakukan pada daerah-daerah transisi, perkotaan dan perdesaan, mengingat pasar pasar yang berada di daerah tersebut mempunyai daya serap yang cukup besar dengan banyaknya industri-industri kecil yang berkembang. Dengan mempertahankan tentang kemudahan persyaratan yang diperlukan dalam pengajuan kredit, memungkinkan dapat diterima di berbagai segmen pasar, baik di daerah kota maupun kabupaten.

2) Mempertahankan komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri.

Sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2006 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka sebagai BUMN, bank BNI berkewajiban mendorong upaya pengembangan potensi UKM agar menjadi tangguh dan mandiri. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pengusaha UKM, sebaiknya pengusaha UKM agar lebih diberikan kemudahan dalam proses pengurusan dan pengajuan kredit, mengingat potensi pasar yang masih luas. Selain itu program-program pembinaan terhadap UKM untuk lebih diintensifkan, karena masih banyaknya masyarakat yang memilih pembiayaan pada lembaga-lembaga illegal, seperti rentenir yang sifatnya sangat merugikan pengusaha itu sendiri, yaitu adanya fakta bunga berbunga beserta angsuran tetap.

3) Meningkatkan volume kredit UKM

Potensi pasar yang masih luas dapat dimanfaatkan dengan melakukan penetrasi pasar, dengan cara mencari debitur baru yang

potensial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan produk pinjaman dengan skim take over. Selain itu, pengusaha-pengusaha UKM yang sudah memiliki tabungan atau pinjaman lainnya di bank, dapat ditawarkan pinjaman dengan prosedur yang mudah dan proses yang cepat.

b. Strategi Kekuatan-Ancaman (S-T)

1) Mengembangkan model analisa kredit yang sederhana

Model analisa kredit yang sederhana ditambah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dan tingkat bunga pinjaman yang bersaing, diharapkan mampu meningkatkan volume kredit yang ada. Prosedur penyaluran kredit kemitraan yang ada saat ini dinilai tidak terlalu memberatkan UKM, dengan proses realisasi pengajuan kredit yang cepat menjadi nilai tambah keberlangsungan program dalam menarik minat UKM, yang merupakan pangsa pasar utama program ini. Pada umumnya bank menerapkan prinsip Character, Capacity, Capital,

Condition of Economic dan Collateral (5C) dalam penyaluran kredit.

Dalam implementasinya, kelima faktor tersebut akan berbeda penerapannya untuk UKM. UKM pada umumnya tidak memiliki jaminan yang dapat diandalkan apalagi permodalan, maka dalam penyaluran kredit kepada UKM prinsip yang perlu ditekankan hanya pada

Character, Capacity dan Condition of Economic (3C) (Yusuf, 2005).

Berdasarkan karakternya, mitra binaan memiliki track record baik dalam pengembalian pinjaman/pembayaran angsuran. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki oleh mitra binaan adalah baik, sehingga layak untuk menjadi mitra binaan dan diberi kredit oleh bank BNI.

Dilihat dari kapasitas mitra binaan, mayoritas belum pernah mendapatkan kredit dari pihak manapun sebelumnya dan dengan omzet pendapatan yang bervariasi mulai dari Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp

150.000.000,- (Lampiran 8) tiap bulannya, maka hal tersebut dapat dijadikan jaminan kepastian pengembalian kredit yang diberikan.

Dilihat dari kondisi ekonomi, produk-produk mitra binaan yang pada umumnya berada di sektor perdagangan, khususnya makanan dan minuman dapat diterima oleh konsumen dan UKM tersebut juga bersifat fleksibel, artinya mampu bersaing dalam skala usaha tertentu. Maka dari itu mitra binaan tersebut layak diberi pinjaman dan pembinaan, agar nantinya menjadi UKM tangguh dan mandiri.

2) Meningkatkan mutu pelayanan

Dengan semakin banyaknya bank-bank pesaing dan tumbuh suburnya lembaga-lembaga keuangan non-bank yang menawarkan produk serupa, maka hal ini dapat dianggap sebagai ancaman yang harus diwaspadai. Untuk itu, peningkatan mutu pelayanan terhadap mitra binaan merupakan salah satu cara agar kerjasama dengan mitra binaan tetap berjalan. Dengan dukungan dari petugas pendamping yang proaktif, maka perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat bukan merupakan suatu ancaman berarti, malah dapat dijadikan suatu peluang untuk meningkatkan kegiatan program kemitraan.

c. Strategi Kelemahan-Peluang (W-O)

1) Meningkatkan pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN.

Usaha untuk lebih mengenalkan program kepada masyarakat luas dinilai sangat penting dilakukan, mengingat program ini belum populer di masyarakat. Kegiatan pameran, bekerjasama dengan pemerintah daerah

Dokumen terkait