• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

YUANRI DWI WATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

(2)

ii

Kajian Program Penyaluran Kredit Usaha Kecil Melalui Program Kemitraan

(Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB)

merupakan gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2008

Yuanri Dwi Wati F. 052054115

(3)

iii

This program of partnership conducted by BUMN (as builder), in this case Bank BNI and small business as partner of construct work along with Bogor Bridge Agricultural University (IPB) represent institution of government having function as bridge institution, and also give recommendation for group of small (medium enterprise) to become candidate of partner construct.

Target of this study in general is to analyze pattern channeling of credit to small entrepreneur through program of partnership of BUMN and strategy of development partnership conducted by PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk of Bogor Small Credit Central unit with Advocacy Institute (LP) IPB.

Data collecting conducted by interview to get secondary and primary data from small medium enterprises by using questioner instrument form, observation and study of bibliography to learn and study literature with problems which the medium deal checked. The number of respondent consist of 75 respondent divided in two, 50 respondent from IPB partner of construct and 25 respondent from non IPB partner of construct. Data obtained in the primary and secondary data form, than analyzed descriptively to determine internal weakness and strengths, and also opportunities and threats of externals company. Analyze conducted with analysis of Internal Factor Evaluation (IFE), Externals Factor Evaluation (EFE), matrix Internal Externals (IE) and also analyze matrix Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) to formulate alternative of strategy of partnership in Credit of Partner of BUMN (KKB) supporting program.

According to study result obtained an internal factor influencing KKB program is proffering procedure which not twist and the proffering condition easy to. Externals factor influencing KKB program is market UKM potency which still be big and the number of competitor from bank of a kind BUMN and also private sector.

Given the partner link condition and position from result matrix analyze IE, can be compiled by some partner strategy alternative KKB supporting program, that are : (1) expense credit management clipping process like administration expense, (2) adding administrative personnel outsourcing (3) more intensive promotion through various media and (4) performing socialization about KKB by inviting all client from UKM group. Strategy expected can realize partnership target, that is create UKM self-supporting and taft.

(4)

iv

Bank BNI sebagai salah satu lembaga perbankan milik pemerintah atau badan usaha milik negara (BUMN) ikut berperan aktif dalam rangka turut melaksanakan, serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah untuk menumbuhkembangkan pengusaha-pengusaha baru dengan menyediakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB).

Kredit kemitraan BUMN merupakan program kemitraan BUMN dengan usaha mikro, kecil dan koperasi (UMKK) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan UMKK agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana yang berasal dari bagian laba BUMN, melalui pemberian pinjaman untuk usaha produktif dalam bentuk modal kerja maupun investasi kepada Mitra Binaan.

Program kemitraan ini dilakukan oleh BUMN (sebagai pembina), dalam hal ini Bank BNI dan usaha kecil sebagai mitra binaan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan instansi pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai lembaga pendamping (LP), serta memberikan rekomendasi bagi kelompok usaha kecil yang akan menjadi calon mitra binaan.

Tujuan kajian ini secara umum adalah untuk menganalisa pola penyaluran kredit kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan BUMN dan strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Unit Sentra Kredit Kecil Bogor dengan LP IPB.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan sekunder langsung dari usaha kecil dengan menggunakan suatu instrumen kajian berupa kuesioner, observasi dan studi kepustakaan untuk mempelajari dan mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Kuesioner dibagikan kepada 75 responden yang terdiri dari 50 responden mitra binaan IPB dan 25 responden yang merupakan mitra binaan non IPB. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisa secara deskriptif

(5)

v

(SWOT) untuk merumuskan alternatif-alternatif strategi kemitraan dalam mendukung program KKB.

Pola penyaluran kredit khususnya penyaluran kredit usaha kecil yang telah dilakukan bank BNI terbagi menjadi dua macam, yaitu penyaluran kredit secara langsung dan melalui program kemitraan (program KKB). Program KKB hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan bukan untuk keperluan konsumtif. Program KKB dibagi menjadi dua jalur, yaitu melalui lembaga pendamping (LP) LPPM IPB yang bertindak sebagai lembaga pendamping dan melalui jalur langsung.

Proses penyaluran dan pengembalian kredit KKB bank BNI pada dasarnya hanya dipengaruhi oleh Character, Capacity dan Condition of economic (3C) yang memadai karena pada umumnya UKM tidak memiliki Capital (modal) dan Collateral (jaminan).

Berdasarkan hasil kajian diperoleh faktor internal yang mempengaruhi program KKB adalah prosedur pengajuan yang tidak berbelit dan syarat pengajuan yang mudah. Faktor eksternal yang mempengaruhi program KKB adalah potensi pasar UKM yang masih besar dan banyaknya pesaing dari bank sejenis baik BUMN maupun swasta.

Dengan mengetahui posisi dan kondisi hubungan kemitraan dari hasil analisis matriks IE, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi kemitraan yang mendukung program KKB, yaitu : (1) pemangkasan biaya pada proses pengurusan kredit seperti biaya administrasi, (2) menambah tenaga administrasi outsourcing, (3) promosi yang lebih intensif melalui berbagai media dan (4) mengadakan sosialisasi tentang KKB dengan cara mengundang para nasabah dari kelompok UKM. Keempat strategi tersebut diharapkan dapat mewujudkan tujuan kemitraan, yaitu menciptakan UKM tangguh dan mandiri.

(6)

vi

©Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(7)

vii

YUANRI DWI WATI

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

(8)

viii Nomor Pokok : F. 052054115

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Menyetujui, Maret 2008 Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS

(Ketua) (Anggota)

Mengetahui,

Plh Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah,

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Prof. Dr. Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

ix

Kredit Usaha Kecil melalui Program kemitraan (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tesis ini.

3. Seluruh dosen pengajar dan staf serta karyawan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung.

4. Rekan-rekan MPI angkatan 7 yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. 5. Rekan-rekan PT BNI (Persero) Tbk Unit SKC Bogor yang telah membantu dalam

pengumpulan data tesis ini.

6. Suamiku dan kedua orang tua, serta kakakku yang dengan segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril maupun materiil, sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kerjasama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

(10)

x

Bogor, Maret 2008

(11)

xi

Tahun 1990 lulus Sekolah Dasar Negeri Bojongloa I Bandung, kemudian melanjutkan ke SMPN 3 Bandung lulus tahun 1993 dan lulus SMAN 5 Bandung pada tahun 1996. Pada tahun 2001 memperoleh gelar Sarjana Science dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Bandung dan pada tahun yang sama juga berhasil menyelesaikan Program D3 Jurusan Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung.

Setelah memperoleh gelar kesarjanaan, penulis bekerja di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Sumedang, kemudian mulai tahun 2003 diterima bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor sampai dengan sekarang.

Pada bulan September 2007 penulis menikah. Dalam usaha meningkatkan mutu dan mengembangkan wawasan untuk lingkungan kantor maupun di luar lingkungan kantor, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Industri Kecil Menengah pada tahun 2006 (Angkatan VII).

(12)

xii

RINGKASAN... iv

PRAKATA... ix

RIWAYAT HIDUP... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan... 8

II. LANDASAN TEORI... 9

A. Perbankan... 9

B. Kredit Bank... 12

C. Usaha Kecil dan Menengah dan Lembaga Pendukung... 17

D. Kemitraan... 19

III. METODE KAJIAN... 23

A. Pengumpulan Data... 23

B. Pengolahan dan Analisis Data... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

A. Keadaan Umum... 30

B. Hasil Kajian... 46

KESIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

(13)

xiii

1. Matriks IFE... 25

2. Matriks EFE... 26

3. Matriks SWOT... 28

4. Tingkat bunga kredit... 40

5. Formulir pengajuan KKB... 44

6. Data realisasi kredit mitra binaan IPB... 46

7. Data realisasi kredit mitra binaan non IPB... 47

8. Rekapitulasi realisasi kredit program KKB... 49

9. Kontingensi realisasi kredit... 49

10. Perhitungan khi kuadrat untuk kelompok realisasi kredit... 50

11. Matriks IFE program KKB... 54

12. Matriks EFE program KKB... 55

(14)

xiv

2. Bentuk hubungan kerjasama... 37 3. Alur proses kredit KKB Bank BNI... 45 4. Matriks IE program KKB... 57

(15)

xv

2. Pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan... 80

3. Pembobotan terhadap peluang dan ancaman... 82

4. Rekapitulasi bobot faktor internal dan eksternal... 84

5. Perhitungan rating bobot faktor internal dan eksternal... .... 85

6. Perhitungan khi kuadrat... 86

7. Tabel khi kuadrat... 87

8. Hasil rekapitulasi kuesioner Mitra Binaan IPB dan Mitra Binaan Non IPB 88 9. Contoh profil perusahaan mitra binaan... 90

10. Formulir pengajuan kredit KKB... 97

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian (Triandaru dan Santoso, 2000).

Bank pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer dana-dana (loanable

funds) dari penabung atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers)

atau unit defisit. Dana-dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dengan pemakai dana melalui pasar uang dan modal. Salah satu kegiatan utama lembaga keuangan, termasuk bank adalah menyalurkan dana kepada masyarakat. Penerimaan utama dari bank diharapkan dari penyaluran kredit. Mengingat penyaluran kredit ini tergolong aktiva produktif atau tingkat penerimaannya tinggi, maka sebagai konsekuensinya penyaluran kredit mengandung resiko relatif lebih tinggi daripada aktiva lainnya. Ditinjau dari segi likuiditasnya penyaluran kredit mempunyai tingkat likuiditas lebih rendah daripada cadangan primer dan sekunder. Lebih lanjut, likuiditas penyaluran kredit juga bervariasi, yaitu tergantung pada jangka waktu kredit, kolektibilitas atau kemungkinan tertagihnya (Reksoprayitno, 1997).

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Salah satu jenis kredit yang ditawarkan oleh bank

(17)

adalah kredit modal kerja. Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah.

Pertumbuhan kredit pada tahun 2006 berada jauh di bawah target awal 18%, kredit hanya tumbuh Rp. 78 triliun atau sekitar 10% dibandingkan dengan akhir tahun 2005. Rendahnya kucuran kredit membuat pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 5,5%. Target pertumbuhan kredit tahun 2007 dipatok 18-20%. Ini berarti nominal pertumbuhan kredit tahun 2007 ditargetkan sekitar Rp. 150 triliun. Dana perbankan sebesar Rp. 106 triliun untuk tahun 2005 akan dilaporkan untuk kredit sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Rp. 60,44 triliun. Selain itu, ada pengalokasian dana keuntungan BUMN sebesar 1-3% untuk pemberdayaan UMKM. Sampai pada akhir tahun 2004 ekspansi netto kredit perbankan kepada UMKM mencapai Rp. 72 triliun dari rencana bisnis perbankan sebesar Rp. 38,5 triliun, berarti angka realisasi kredit yang diberikan perbankan kepada UMKM mencapai 187% dari target, padahal tahun 2003 hanya tersalurkan 63,8% dari rencana bisnis sebanyak Rp. 42,3 triliun, sedangkan kredit bermasalah pada tahun 2004 hanya 3,44% (Hadinoto, 2007).

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk selanjutnya disebut Bank BNI sebagai salah satu lembaga perbankan milik pemerintah atau badan usaha milik negara (BUMN) ikut berperan aktif dalam melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan program pemerintah untuk menumbuhkembangkan pengusaha-pengusaha baru dengan menyediakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB).

Kredit kemitraan BUMN merupakan program kemitraan BUMN dengan usaha mikro, kecil dan koperasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan usaha mikro, kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana yang berasal dari bagian laba BUMN, melalui pemberian pinjaman untuk usaha produktif dalam bentuk modal kerja maupun investasi kepada Mitra Binaan. Penyaluran kredit kemitraan BUMN hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan tidak dimaksudkan untuk keperluan konsumtif. Pola penyaluran adalah langsung kepada end user (mitra binaan) dengan sasaran semua sektor usaha mikro, kecil dan koperasi yang

(18)

meliputi pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan dan jasa-jasa usaha mikro dan kecil lainnya.

Sebagai BUMN, Bank BNI berkewajiban mendorong upaya pengembangan potensi usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pola kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) melalui pemanfaatan dana dari bagian laba usaha BUMN. Bank BNI juga diwajibkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap pembinaan lingkungan masyarakat melalui program Bina Lingkungan, sebagaimana yang diatur di dalam surat Menteri Negara BUMN Nomor S-366/M-MBU/2002 tanggal 06 Mei 2002 tentang Program Bina Lingkungan. Dalam perkembangannya, Kementerian BUMN selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan Menteri BUMN nomor KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sebagai landasan hukum pengganti yang menyempurnakan tata cara penyelenggaraan PUKK dan program Bina Lingkungan (PUKKBL) yang semula diatur dengan SK nomor 316/KMK.016/1994 dan SK nomor S-366/M-MBU/2002 tersebut.

Dalam rangka mengoptimalkan penyaluran kredit kemitraan, BNI menjalin kerjasama dengan 17 perguruan tinggi. Bentuk kerjasamanya adalah pemberian fasilitas kredit kemitraan BNI kepada mitra binaan yang direkomendasikan oleh perguruan tinggi. Pihak perguruan tinggi melakukan verifikasi calon mitra binaan melakukan pembinaan, pelatihan dan pendampingan.

Penandatanganan kerjasama ini dilakukan oleh Direktur Utama BNI dengan 17 rektor atau pimpinan perguruan tinggi. Perguruan tinggi memiliki kunci strategis dalam pengembangan usaha kecil, selain jaringannya dalam menjangkau keberadaan usaha kecil, perguruan tinggi merupakan gudang ilmu, sumber ilmu dan sumber pengembangan ilmu sehingga berpeluang untuk mengkombinasikan dengan Tri Dharma perguruan tinggi, seperti penerapan teknologi atau hasil penelitian untuk pemberdayaan masyarakat. Setelah bekerjasama dengan 17

(19)

perguruan tinggi ini, tidak tertutup kemungkinan BNI juga akan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi lain dengan tujuan dapat mempercepat penyaluran kredit kemitraan ini.

Perguruan Tinggi yang menandatangani kerjasama adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Padjadjaran Bandung (UNPAD), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Andalas (Unand), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Jember, Universitas Tanjungpura Pontianak, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Lampung, Universitas Merdeka Malang, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Pancasila, Universitas Katolik Soegijapranata dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang berdiri sendiri dan berbentuk usaha orang perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (Hadinoto, 2007). Peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional memiliki nilai yang cukup strategis, bila ditinjau dari segi keberadaan dan fungsinya, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2002, usaha mikro dan kecil berjumlah 39.869.505 (99.85%) yang tersebar di berbagai sektor, usaha menengah 57.861 (0,14%) dan korporasi 2.084 (0,01%) (Hadinoto, 2007). Apabila dilihat dari batasan omzet sejumlah 37,6 juta pengusaha kecil (96,81%) mempunyai omzet di bawah Rp. 50 juta sedangkan yang mempunyai omzet di atas Rp. 50 juta ada sejumlah 1,3 juta pengusaha kecil (3,19%). Kemudian dikaitkan dengan tingkat pendidikan, pengusaha kecil pada umumnya memiliki tingkat pendidikan masih rendah dimana 94,2 % berpendidikan paling tinggi Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan hanya 5,8% berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) ke atas (Kadarisman, 2007).

Data BPS pada tahun 2002 dalam Hadinoto (2007) menunjukkan bahwa usaha kecil mendominasi jumlah usaha nasional, usaha kecil menengah (UKM)

(20)

mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam produk domestik bruto (PDB). Peranan UKM dalam PDB mencapai 56,7% terdiri dari 41,1% usaha mikro dan kecil dan 15,6% usaha skala menengah dari total PDB nasional. Pada tahun 2003 jumlah UKM mencapai 42,4 juta unit dan mampu menyerap lebih dari 79 juta tenaga kerja. Angka ini setara dengan 99,5% dari total jumlah tenaga kerja. Dari jumlah total 79 juta tenaga kerja tersebut, 70,3 juta orang bekerja di usaha mikro dan kecil sementara 8,7 juta lainnya di usaha menengah. Di sisi lain, dengan semakin ketatnya persaingan usaha sebagai dampak globalisasi pasar, maka pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil sangat diperlukan, agar usaha ini tidak terdesak dengan usaha besar dan investor mancanegara.

Dalam rangka menumbuhkan pengusaha-pengusaha baru, sekaligus memberdayakan dan meningkatkan kesempatan dan kemampuan usaha kecil dalam perekonomian nasional, pemerintah telah menciptakan berbagai kebijaksanaan antara lain pembinaan dan pengembangan usaha kecil melalui inkubator bisnis. Model inkubator bisnis dan teknologi bekerjasama dengan perguruan tinggi diharapkan menjadi salah satu faktor kunci sukses, karena perguruan tinggi merupakan sumber dan pakar teknologi yang dapat membantu tumbuhnya pengusaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu, kerjasama dengan perguruan tinggi merupakan wahana bagi pengembangan hasil-hasil penelitian yang dilakukan untuk menjadi produk komersial yang menguntungkan. Dalam hal ini pemerintah berperan sebagai fasilitator yang menumbuhkan embrio pembentukan inkubator dan pengembangannya di masa mendatang oleh dunia usaha dalam mempercepat tumbuhnya pengusaha kecil baru dan mandiri berbasiskan teknologi yang dapat menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.

Bila dilihat dari tantangannya, secara umum UKM mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal usaha kecil melekat pada dirinya, yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi terbatas. Sedangkan tantangan eksternal adalah sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan usaha

(21)

besar. Karakter usaha besar adalah standarisasi kegiatan dan mutu produk/jasa yang dihasilkan, maka bila usaha kecil ingin berkembang dan menjadi mitra usaha besar harus meningkatkan kemampuannya dalam menjamin mutu barang atau jasa. Masalah lain yang dihadapi oleh UKM adalah masih dirasakan tingginya suku bunga bank. Maka dari itu pemberdayaan UKM diharapkan dapat meningkatkan permodalan dan pengembangan manajemen yang baik, serta sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan profesional. Hal lainnya, UKM harus mampu memperluas pemasaran dan kemitraan dengan pengusaha besar dan BUMN.

Meskipun UKM telah mendapatkan dana dari berbagai pihak, masih ada persoalan lain di antara sejumlah persoalan yang mempengaruhi UKM sulit maju dan bantuan dana yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal ternyata tidak mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Juga belum terkoordinasinya peran pihak intermediasi secara terpadu antar lembaga dan instansi yang tekait dengan upaya pembinaan dan pengembangan UKM dalam memberikan solusi baru. Hal tersebut akan membuka peluang terjadinya tumpang tindih program dan nantinya berlanjut dengan ketidakefisienan dana yang dipakai, serta mengakibatkan UKM tidak maju, terutama yang berbasis hasil pertanian karena tidak mendapatkan bimbingan teknis yang diharapkan.

Bukan hanya informasi teknis (bahan baku, kapasitas alat produksi, jenis produk, volume produksi dan harga jual) yang diperlukan untuk mendukung kegiatan produksi termasuk pengambilan keputusan, tetapi juga informasi bisnis itu sendiri, seperti soal pemasaran, pangsa pasar, promosi, label atau merek, mutu produk, persaingan, sasaran usaha dan perluasan usaha, perizinan dan fasilitas penelitian, serta pengembangan. Di samping itu juga perlu diperhatikan masalah yuridis (akte pendirian usaha dari notaris, bentuk badan hukum, serta jaminan nilai dan status).

Program penyelenggaraan PUKKBL dilaksanakan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan menyisihkan 1-3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan

(22)

kemampuan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri dan unggul, sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat (Kementrian BUMN, 2003).

Dalam melaksanakan Surat Keputusan itu, tiap BUMN perlu melakukan penataan pengelolaan, yaitu menyederhanakan persyaratan kredit dan mempercepat proses pemberiannya. Mengacu kepada Surat Keputusan tersebut, bentuk program kemitraan (Irmalia, 2006) yang dapat dilakukan adalah :

1. Pemberian pinjaman dalam bentuk modal kerja dan pinjaman khusus.

2. Pemberian hibah dalam bentuk pendidikan, pelatihan, pemagangan dan bantuan pemasaran produk mitra binaan.

Program kemitraan ini dilakukan oleh BUMN (sebagai pembina), dalam hal ini Bank BNI dan usaha kecil sebagai mitra binaan bekerjasama dengan IPB merupakan instansi pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai lembaga pendamping, serta memberikan rekomendasi bagi kelompok usaha kecil yang akan menjadi calon mitra binaan.

Fungsi dari lembaga pendamping (LP) sebatas mengorganisir mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menjadi binaannya yaitu membantu pihak bank dalam pelaksanaan kegiatan seleksi, administrasi penyaluran dan kegiatan penagihan kredit. LP dirasakan perlu oleh pihak bank, dikarenakan jumlah tenaga/pegawai bank yang sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk seluruhnya dikerjakan oleh orang bank dan selain itu dalam penilaian kelayakan usaha calon mitra binaan, pihak perguruan tinggi dirasakan lebih kompeten dalam menilai apakah mitra binaan tersebut layak atau tidaknya untuk diberikan kredit. Program kemitraan ini dapat dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh dan mandiri.

Walaupun demikian kinerja dari program ini belum sepenuhnya seperti yang diharapkan. Dalam kajian ini, sebagai obyek kajian adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Unit Sentra Kredit Kecil Bogor sebagai pembina dengan mitra binaannya (industri kecil) dengan LP Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM).

(23)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan pada latar belakang, maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pola-pola penyaluran kredit usaha kecil (KUK) apakah yang telah dilakukan oleh PT BNI (Persero) Tbk Unit SKC Bogor selama ini, baik yang melalui jalur perbankan maupun melalui jalur kemitraan ?

2. Langkah-langkah pendekatan yang bagaimanakah yang dapat menciptakan keberhasilan penyaluran KUK oleh Bank BNI melalui LP LPPM IPB ? 3. Bagaimana bentuk strategi penyaluran KUK dari program kemitraan Bank

BNI melalui LP LPPM IPB ?

C. Tujuan

Tujuan kajian ini secara umum adalah untuk menganalisa pola penyaluran kredit modal kerja kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan BUMN dan strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Unit Sentra Kredit Kecil Bogor dengan LP LPPM IPB dan secara khusus bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi pola penyaluran kredit modal kerja yang sesuai bagi PT BNI (Persero) Tbk Unit SKC Bogor melalui jalur perbankan maupun program kemitraan BUMN bekerjasama dengan LP LPPM IPB.

2. Mengidentifikasi bentuk strategi penyaluran KUK dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses penyaluran dan pengembalian KUK melalui program kemitraan, yang dilakukan bank BNI bekerjasama dengan LP LPPM IPB.

3. Menyusun strategi penyaluran KUK program kemitraan yang dilakukan oleh PT BNI (Persero) Tbk dalam mendukung kegiatan usaha mitra binaannya, dengan LP LPPM IPB.

(24)

II. LANDASAN TEORI

A. Perbankan

Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas pengunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, menurut Reksoprayitno (1997), bank dibedakan menjadi : a. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik penghimpunan

dana maupun dalam penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun.

b. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil.

1. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development dan agent of services (Triandaru dan Santoso, 2000).

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur

(25)

atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pijaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat, yaitu sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik, apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melalui investasi, distribusi dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

c. Agent of Services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank dan jasa penyelesaian tagihan.

2. Peranan Bank

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting dalam sistem keuangan, peranan tersebut seperti termuat dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Triandaru dan Santoso, 2000), yaitu :

(26)

a. Pengalihan aset (asset transmutation)

Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih aset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi, jika bank menerbitkan sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun dan sebagainya) yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial

paper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit.

b. Transaksi (transaction)

Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham dan sebagainya) merupakan pengganti dari uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c. Likuditas (liquidity)

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuditas pemilik dana, dana dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan.

d. Efisiensi (efficiency)

Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank sebagai broker (brokerage) adalah mempertemukan para pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetri antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peranan lembaga keuangan menjadi penting untuk

(27)

memecahkan masalah ini. Indonesia, dengan pasar yang belum efisien dan adanya informasi yang tidak sempurna telah menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi menyebabkan Indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar global. Terlihat di sini lembaga perantara keuangan mempunyai peranan untuk menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna.

Pemerintah Indonesia dengan peraturannya akan dapat memberikan iklim untuk mendukung operasi lembaga tersebut. Kelonggaran atau pengetatan akan berdampak pada perkembangan indusri seperti yang terjadi di Jerman atau di Amerika. Jerman, dimana Universal Banking mendapat kelonggaran dari pemerintahnya sehingga biaya external financing menjadi lebih murah dan dapat mendorong industri agregatnya dan sebaliknya Amerika yang menggunakan Uni Bank sangat membatasi aktivitasnya sehingga biaya menjadi lebih mahal dan kurang mendukung perkembangan industri yang ada. Dari pengalaman di kedua negara tersebut, pemerintah Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menetapkan aturan agar biaya external financing menjadi lebih murah, sehingga mampu bersaing di pasar global dan dapat meningkatkan investasi agregat.

B. Kredit Bank

Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Undang-undang tersebut, penyediaan dana untuk nasabahnya tidak hanya dalam bentuk kredit. Penyediaan dana tersebut berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan

(28)

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, seperti tercantum dalam Pasal 1 UU No. 10 tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini biasanya mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank. Secara lebih spesifik dijabarkan dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan lain (Triandaru dan Santoso, 2000), yaitu : 1. Pertimbangan Penyaluran Dana

Dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Mengingat hal tersebut di atas dan adanya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank, serta adanya risiko yang selalu melekat dalam penyaluran dana, maka sebelum kredit disalurkan bank selalu ingin mengetahui segala sesuatu tentang kemampuan dan kemauan nasabah debiturnya untuk mengembalikan dana yang telah diberikan oleh bank.

Hal-hal yang selalu ingin diketahui bank sebelum menyalurkan dananya dalam bentuk kredit adalah :

a. Perijinan dan Legalitas

Bank tidak ingin menanggung resiko yang besar, apabila setelah dana digunakan oleh nasabah debitur, lalu di kemudian hari, sebelum nasabah mampu memenuhi kewajibannya kepada bank, kegiatan atau usaha nasabah tidak dapat dilanjutkan, karena tidak syah secara yuridis. Bentuk-bentuk perijinan dan aspek legalitas yang harus dipenuhi debitur sangat bervariasi tergantung pada bidang kegiatan atau usaha nasabah.

b. Karakter

Karakter nasabah sangat sulit untuk diidentifikasikan, karena penampilan dan profesi tidak selalu dengan konsisten mencerminkan karakter seseorang. Untuk menilai karakter suatu nasabah dan meramalkan perilakunya di masa mendatang, bank hanya dapat menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut, antara lain profesi, penampilan, lingkungan sosial, pengalaman, tindakan atau perilaku di masa lalu.

(29)

c. Pengalaman dan Manajemen

Pengalaman dan manajemen nasabah sangat mempengaruhi kemampuan nasabah untuk mengelola kegiatannya, sehingga dapat menghasilkan dana untuk membayar kewajibannya kepada bank. Pengalaman yang tidak sesuai dengan bidang kegiatan yang akan dijalankan dapat mengurangi kinerja usaha nasabah. Manajemen atas usaha nasabah yang tidak sesuai dengan kebutuhan juga akan mengurangi kinerja nasabah.

d. Kemampuan teknis

Kemampuan teknis nasabah menyangkut faktor yang dapat mendukung kelancaran kegiatan usaha nasabah secara teknis. Tersedianya bahan baku, adanya tenaga ahli, ketersediaan mesin dan peralatan, tempat usaha yang memenuhi syarat merupakan contoh-contoh faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan teknis nasabah dalam menjalankan kegiatannya.

e. Pemasaran

Bagi kegiatan nasabah yang memerlukan pemasaran atas suatu produk kegiatannya harus didukung oleh perencanaan pemasaran yang matang dan wajar. Rencana pemasaran ini tidak dapat dilaksanakan hanya dengan sepintas lalu.

f. Sosial

Keberadaan kegiatan yang dibiayai oleh bank sedikit banyak pasti membawa dampak tertentu terhadap masyarakat. Dampak tersebut merupakan sesuatu yang disukai oleh masyarakat, atau tidak disukai oleh masyarakat dan keduanya dapat terjadi bersamaan. Pihak bank harus ekstra hati-hati, apabila dampak yang ditimbulkan adalah sesuatu yang tidak disukai oleh masyarakat, terutama apabila ketidaksukaan tersebut dapat menyebabkan terganggunya usaha nasabah di masa mendatang. g. Keuangan

Sehat dan tidak sehatnya keadaan usaha nasabah dapat dilihat salah satunya melalui keadaan keuangannya, serta keadaan keuangan nasabah

(30)

dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Dari laporan keuangan ini, pihak bank dapat mengetahui tingkat keuntungan, jumlah dana yang diperlukan, waktu tambahan dana diperlukan dan kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada bank sesuai efisiensi alokasi dana dalam berbagai macam bentuk aktiva dan lain-lain.

h. Agunan

Agunan bukan merupakan faktor utama yang dijadikan oleh bank untuk menentukan keputusan pemberian dana kepada suatu nasabah tertentu. Namun mengingat analisis yang telah dilakukan bank terhadap berbagai aspek lain yang tidak selalu dapat mencerminkan kinerja nasabah di masa mendatang, maka pihak bank perlu berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terburuk. Antisipasi terhadap kemungkinan macetnya pemenuhan kewajiban oleh nasabah adalah kewajiban penyerahan berbagai bentuk agunan sebelum dana diberikan kepada nasabah.

2. Jenis-jenis kredit

Atas dasar tujuan penggunaan dana oleh debitur, kredit dapat dibedakan atas hal berikut :

a. Kredit Modal Kerja (KMK)

KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Apabila nasabah bergerak dalam bidang perdagangan sembako misalnya, KMK dapat digunakan untuk pembelian sembako, honor sopir truk dan lain-lain. KMK biasanya berjangka pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja nasabah. Ditinjau dari jangka waktunya, KMK terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu : 1) KMK revolving, apabila kegiatan usaha debitur dapat diharapkan

berlangsung secara kontinu dalam jangka waktu panjang dan pihak bank cukup mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasilitas KMK nasabah dapat diperpanjang setiap periodenya tanpa harus mengajukan permohonan kredit baru. KMK semacam ini

(31)

disebut sebagai KMK revolving. Bank hanya perlu secara berkala untuk meninjau kinerja nasabah berdasarkan laporan kegiatan usaha yang wajib diserahkan nasabah secara rutin. Hanya apabila pihak bank mulai meragukan kinerja nasabah, maka dapat saja meninjau kembali pemberian fasilitas KMK revolving kepada nasabah.

2) KMK einmalig, apabila volume kegiatan usaha debitur sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan atau pihak bank kurang mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka pihak bank merasa lebih aman memberikan KMK einmalig. Fasilitas KMK ini hanya diberikan sebatas satu kali perputaran usaha nasabah dan apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki KMK lagi, maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru. KMK jenis ini juga dapat diberikan kepada debitur yang kegiatan usahanya sangat tergantung pada proyek yang diperoleh.

b. Kredit Investasi (KI)

KI adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Apabila nasabah bergerak dalam bidang perdagangan sembako, misalnya KI dapat digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan untuk kantor, komputer untuk kantor, truk pengangkut sembako dan lain-lain. KI biasanya berjangka menengah atau jangka panjang, karena nilainya yang relatif besar dan cara pelunasan oleh nasabah melalui angsuran.

c . Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah. Penggunaan kredit ini, misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan barang-barang konsumsi yang lain.

(32)

C. Usaha Kecil dan Menengah dan Lembaga Pendukung 1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Depkop dan PKM, 1999).

Ciri-ciri usaha kecil : (a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), (c) Milik Warga Negara Indonesia, (d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar dan (e) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Menurut Hubeis (2006), UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan berikut :

a. Kelebihan :

1) Organisasi internal sederhana.

2) Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya, berorientasi ekspor dan substitusi impor.

3) Aman bagi perbankan dalam memberi kredit. 4) Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. 5) Mampu memperpendek rantai distribusi.

6) Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. b. Kekurangan :

1) Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2) Keterbatasan keuangan.

3) Ketidakmampuan aspek pasar.

4) Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. 5) Ketidakmampuan informasi.

(33)

6) Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. 7) Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama. 8) Sering tidak memenuhi standar.

2. Lembaga pendukung

Lembaga pembiayaan memberikan prioritas pelayanan dan kemudahan memperoleh pendanaan bagi Usaha Kecil, yang bermitra dengan Usaha Besar dan atau Usaha Menengah melalui :

a) Penyediaan pendanaan kemitraan.

b) Penyederhanaan tatacara dalam memperoleh pendanaan dengan memberikan kemudahan dalam pengajuan permohonan dan kecepatan memperoleh keputusan, serta pemberian keringanan persyaratan jaminan tambahan.

c) Penyebarluasan informasi mengenai kemudahan untuk memperoleh pendanaan kemitraan melalui penyuluhan langsung dan media massa yang ada.

d) Penyelenggaraan pelatihan membuat rencana usaha dan manajemen keuangan.

e) Pemberian keringanan tingkat bunga kredit kemitraan.

Lembaga pendukung lain berperan mempersiapkan dan menjembatani Usaha Kecil yang akan bermitra dengan Usaha Besar atau Usaha Menengah (Blessing, 2007) melalui :

a) Penyediaan informasi, bantuan manajemen dan teknologi, terutama kepada Usaha Kecil.

b) Persiapan Usaha Kecil yang potensial untuk bermitra, pemberian bimbingan dan konsultasi kepada Usaha Kecil.

c) Pelaksanaan advokasi kepada berbagai pihak untuk kepentingan Usaha Kecil.

(34)

D. Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (Blessing, 2007). Pada dasarnya, kemitraan usaha ini menjangkau pengertian yang luas. Kemitraan itu berlangsung antara semua pelaku dalam perekonomian, baik dalam arti asal usul atau kepemilikannya, yang meliputi BUMN, badan usaha swasta dan koperasi, maupun dalam arti ukuran usaha yang meliputi Usaha Besar, Usaha Menengah dan Usaha Kecil.

Selain aspek pelaku, dalam aspek obyeknya, kemitraan bersifat terbuka dan menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Menyadari bahwa upaya mewujudkan struktur perekonomian yang semakin seimbang dan kuat membutuhkan peran yang lebih besar dari Usaha Kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat, yang sebenarnya juga masih sangat memerlukan iklim usaha kondusif, pembinaan dan pengembangan, maka diperlukan perhatian yang lebih besar lagi untuk mengarahkan kemitraan usaha di antara Usaha Besar dan Usaha Menengah dengan Usaha Kecil.

Secara prinsip, kemitraan usaha tetap diarahkan dapat berlangsung atas dasar dan berjalan berdasar norma-norma ekonomi yang berlaku dan atau lazim, serta adanya kebutuhan dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam kaitannya dengan keperluan untuk memberi perhatian dan dorongan yang lebih besar kepada terwujudnya kemitraan Usaha Besar dan Usaha Menengah dengan Usaha Kecil, maka prinsip-prinsip di atas tetap diberlakukan. Penekanannya adalah pada penciptaan iklim dan pembinaan, sehingga dapat mempercepat perwujudannya. Kemitraan dalam rangka keterkaitan usaha diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan memberikan peluang kemitraan seluas-luasnya kepada Usaha Kecil, oleh Pemerintah dan dunia usaha.

(35)

1. Tujuan kemitraan

Menurut Lubis (2007) tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan kesempatan berusaha dan kemampuan manajemen dalam satu atau lebih aspek :

a) bidang produksi dan pengolahan. b) bidang pemasaran.

c) bidang sumber daya manusia (SDM). d) bidang teknologi.

e) penyediaan bahan baku.

f) pengelolaan usaha dan pendanaan. 2. Prinsip-prinsip kemitraan

a) Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki keterkaitan usaha.

b) Pelaksanaan hubungan kemitraan hendaknya diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.

c) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, SDM dan teknologi .

d) Dalam melakukan hubungan kemitraan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.

3. Pelaksanaan kemitraan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil pasal 27, pola usaha kemitraan dilaksanakan dengan pola berikut : a. Pola Kemitraan Inti Plasma

Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan ini menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan manajemen, serta menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan

(36)

dengan menjual hasil produksi kepada perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati dan mematuhi aturan atau petunjuk yang diberikan oleh perusahaan inti.

b. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Pola ini merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Bentuk kemitraan semacam ini biasanya ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama, yang di antaranya mencakup volume, harga, mutu dan waktu. Pola kemitraan ini dalam banyak kasus ditemukan sangat bermanfaat dan kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, produktivitas dan terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra.

c. Pola Kemitraan Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan pola hubungan usaha dalam pemasaran hasil antara pihak perusahaan pemasar dengan pihak kelompok usaha pemasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan pemasar. Beberapa petani atau kelompok tani bergabung dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya yang bermitra dengan toko swalayan atau mitra usaha lainnya, untuk memenuhi atau memasok kebutuhan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama antara para pihak-pihak yang bermitra. Peranan kelompok mitra adalah memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra memasarkan produk kelompok mitra konsumen atau industri. Pada dasarnya pola kemitraan ini adalah hubungan jual beli, sehingga memerlukan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra, baik perusahaan besar maupun kecil.

d. Pola Kemitraan Keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan dimana pihak perusahaan mitra baik berskala menengah atau besar memberikan hak

(37)

khusus pada perusahaan (usaha kecil) atau kelompok mitranya untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang dan jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut. Di antara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau komisi.

e. Pola Kemitraan Waralaba

Pola kemitraan waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.

4. Kewajiban UKM dalam kemitraan

a. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kinerja usahanya secara berkelanjutan, sehingga lebih mampu melaksanakan kemitraan dengan usaha besar atau usaha menengah.

b. Memanfaatkan dengan sebaik-baiknya berbagai bentuk pembinaan dan bantuan yang diberikan oleh usaha besar dan atau usaha menengah.

(38)

III. METODE KAJIAN

Kajian ini dilakukan di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Unit Sentra Kredit Kecil Cabang Bogor dan mitra binaan yang lokasinya berada di daerah Bogor. Kajian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu dari bulan Agustus – November 2007.

A. Pengumpulan Data

Dalam menganalisis dan membahas masalah pada kajian ini dibutuhkan data primer dan sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan teknik pengumpulan data berikut :

1. Wawancara terstuktur

Wawancara terstruktur ini dilakukan untuk mendapatkan data primer langsung dari usaha kecil dengan menggunakan suatu instrumen kajian berupa kuesioner (Lampiran 1) yang dibagikan kepada 75 responden, dimana 50 responden merupakan mitra binaan IPB dan 25 responden merupakan mitra binaan non IPB, serta pakar diisi oleh 4 (empat) orang pegawai Bank BNI yang terdiri dari Asistant Vice President (AVP), Manager (MGR), Penyelia dan Analis kredit.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melakukan pencatatan secara teliti dan sistematis terhadap obyek kajian dalam melengkapi teknik wawancara.

3. Studi Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mempelajari dan mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dapat memberikan informasi yang bersifat teoritis sebagai landasan teori dalam menunjang pelaksanaan penelitian.

(39)

B. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam kajian ini dilakukan beberapa analisis, yaitu analisis deskriptif

untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan yang dilakukan dengan permasalahan-permasalahan yang ada serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kemitraan digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan digunakan metode Strengths (kekuatan),

Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) atau

SWOT sebagai evaluasi kinerja kemitraan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1. Deskriptif Kualitatif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004). Data yang telah diperoleh, baik primer maupun sekunder diolah secara deskriptif dalam bentuk tabel, diagram dan kajian strategi dengan analisa SWOT sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja kemitraan dengan alat analisis yang sederhana dan cukup baik, efektif dan efisien dalam memisahkan masalah-masalah utama yang dihadapi perusahaan melalui analisis internal dan eksternal.

Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data internal (I) dan data eksternal (E). Informasi-informasi yang diperlukan dirangkum dalam formulasi strategi dengan melakukan evaluasi faktor internal (IFE) dan evaluasi faktor eksternal (EFE). Tahap selanjutnya adalah analisis matriks IE untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini.

Langkah selanjutnya adalah analisis matriks SWOT untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Analisis ini terdiri dari

Strengths, yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif

(40)

Weaknesses, yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan; Opportunities, yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan; Threats, yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan persaingan di pasar industri, dimana perusahaan berada digunakan matriks EFE (Umar, 2005).

2. Matriks IFE

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa data/informasi fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan produk/operasi.

Tabel 1. Matriks IFE

Faktor Strategis Internal Bobot (a) Rating (b) (a x b) Skor

A. Kekuatan : 1. 10. Jumlah (A) B. Kelemahan : 1. 10. Jumlah (B) Total (A+B)

(41)

3. Matriks EFE

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman ekternal yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan di pasar industri, dimana perusahaan berada, beserta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting, karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.

Tabel 2. Matriks EFE Faktor Strategis Internal Bobot

(a) Rating (b) (a x b) Skor

A. Peluang : 1. 10. Jumlah (A) B. Ancaman : 1. 10. Jumlah (B) Total (A+B) 4. Matriks IE

Gabungan kedua matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks IE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 (sembilan) sel strategi perusahaan, menurut Umar (2005) kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

(42)

1. Growth Strategy merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5). Strategi yang cocok digunakan adalah Strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.

2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 4 dan 5).

3. Retrenchment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9).

Skor Total IFE

Kuat Rataan Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi Skor Total 3,0 EFE Rataan 2,0 Rendah 1,0 Gambar 1. Matriks IE 5. Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer untuk mengembangkan empat alternatif strategi. Keempat tipe alternatif strategi yang dimaksud adalah:

a. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus berusaha

I II III Growth Growth Retrenchment

IV V VI Stability Stability Retrenchment

VII VIII IX Growth Growth Retrenchment

(43)

menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada.

b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadangkala perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, karena adanya kelemahan-kelemahan internal. c. Strategi ST (Strengths-Threats)

Dalam strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman.

Tabel 3. Matriks SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTH – S Daftar 5-10 faktor- faktor kekuatan internal WEAKNESSES – W Daftar 5-10 faktor- faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES – O Daftar 5-10 faktor peluang eksternal STRATEGI S - O Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang STRATEGI W - O Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS – T Daftar 5-10 faktor ancaman eksternal STRATEGI S – T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI W – T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006.

6. Analisis Khi Kuadrat

Analisis khi kuadrat adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif, bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih

(44)

[

]

=

=

k i h h

f

f

f

1 2 0 2

χ

kelas, dimana data berbentuk nominal dan contohnya besar (Sugiyono, 2004). Analisis khi kuadrat dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak yang diamati dari obyek atau jawaban yang masuk dalam masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan menurut pengujian hipotesis nol. Analisis khi kuadrat ini dipilih karena yang diuji berkaitan dengan suatu perbandingan mengenai frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan. Rumus khi kuadrat adalah :

Keterangan : χ2 = khi kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan

Data kajian ini mengikuti distribusi khi kuadrat dengan derajat bebas db=k-1. Frekuensi yang diharapkan (fh) untuk masing-masing kelas ditetapkan berbeda berdasarkan kategori ”banyak yang diharapkan.” Analisis khi kuadrat ini digunakan untuk membandingkan antara mitra binaan yang melalui LP dan mitra binaan yang tidak melalui LP. Dalam kajian ini, analisis khi kuadrat didasarkan pada perhitungan secara manual.

(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukkan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero),

(46)

sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan mutu kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.

a. Visi BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang sudah berdiri sejak tahun 1946 mempunyai Visi, yaitu menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja, menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer (PT BNI, 2007a).

b. Misi BNI

Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer, sedangkan value BNI memberikan kenyamanan dan kepuasan.

c. Budaya Perusahaan

1. BNI adalah bank umum berstatus perusahaan publik. 2. BNI berorientasi kepada pasar dan pembangunan nasional.

(47)

3. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha.

4. BNI mengakui peranan dan menghargai kepentingan pegawai.

5. BNI mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional.

2. LPPM IPB

Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) dibentuk sejak 6 Nopember 2003 melalui SK Rektor IPB Nomor 180/K13/0T/2003. Lembaga ini merupakan gabungan dari lembaga Penelitian (LP) dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) IPB.

IPB yang saat ini berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sedang menata diri, baik dalam bidang akademik, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. IPB di masa mendatang diarahkan sebagai Universitas Berbasis Riset, dimana kegiatan pendidikan dan pengabdiannya selalu didasarkan atau didukung oleh hasil riset yang dilakukan. Selain itu, komitmen institut untuk senantiasa meningkatkan mutu penyelenggaraan perguruan tinggi (academic excellent). Uraian tentang LPPM IPB (2007) adalah sebagai berikut :

a. Visi

LPPM sebagai lembaga terkemuka dan bermutu internasional dalam penelitian dan pemberdayaan masyarakat berbasis IPTEKS di bidang pertanian tropika.

b. Misi

1) Meningkatkan budaya penelitian dan pemberdayaan masyarakat (PPM) yang menjunjung tinggi nilai etika dan moral, dalam rangka mewujudkan academic excellent.

2) Mengembangkan program-program penelitian di bidang pertanian tropis berkelanjutan yang dapat diterapkan dan didayagunakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

(48)

3) Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada hasil penelitian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kompetensi IPB.

4) Mendorong, memfasilitasi, meningkatkan dan mengembangkan kerjasama kemitraan dan jaringan kerjasama PPM, baik internal maupun eksternal (Nasional-Internasional) secara efektif, efisien dan terbuka.

c. Tujuan

1) Terciptanya kelembagaan PPM sebagai organisasi yang efektif, efisien dan sehat.

2) Mengembangkan, memutakhirkan dan memanfaatkan IPTEKS secara arif dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan mendukung peningkatan mutu pendidikan.

3) Terbentuk dan berkembangnya kemitraan dalam rangka alih IPTEKS ke masyarakat dan terciptanya program PPM berkelanjutan.

4) Mendukung perkembangan institut menjadi Universitas Berbasis Riset.

d. Tugas dan Fungsi

1) Menetapkan arah dan kebijakan PPM bagi terwujudnya Visi, Misi dan Tujuan IPB.

2) Melaksanakan jaminan mutu (quality assurance) penyelenggara PPM oleh pusat-pusat di lingkungan IPB.

3) Menyusun tata cara kelembagaan pusat dan antar pusat. 4) Mengkoordinasikan pelaksanaan program PPM antar pusat.

5) Melakukan koordinasi dengan Dekan berkenaan dengan kegiatan PPM yang dilakukan di departemen.

6) Memfasilitasi administrasi dan kontrak kegiatan PPM yang dilakukan di departemen.

7) Mengevaluasi kinerja tahunan pusat-pusat berkenaan dengan output dan outcome PPM.

(49)

8) Menyarankan pendirian, penghapusan dan penggabungan pusat-pusat kepada pimpinan IPB.

Dalam mewujudkan kemudahan akses UKM untuk berhubungan dengan pihak penyandang dana, IPB berperanserta dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan membentuk LP yang berada dalam koordinasi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM). Dasar pembentukan LP tercantum dalam Nota Kesepahaman tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui program kemitraan antara IPB dengan bank BNI yang ditanda-tangani pada tanggal 21 Februari 2006 di Jakarta.

Fungsi LP adalah (a) Memberikan rekomendasi calon mitra binaan untuk mendapatkan pinjaman, (b) Verifikasi kelayakan usaha calon mitra binaan, serta (c) Pembinaan/kunjungan, pelatihan dan pendampingan mitra binaan.

3. Pelaksanaan program kemitraan a. Latar belakang

Latar belakang dilaksanakannya program kemitraan yang dilakukan oleh Bank BNI dengan LPPM IPB sebagai LP berikut :

1) Membangun capacity building masyarakat mikro dan kecil melalui upaya meningkatkan kemampuan akses masyarakat mikro di perbankan dan memperkuat pengelolaan bisnis mikro, agar mampu mengakomodasikan karakter dan dinamika serta kebutuhan masyarakat mikro.

2) Mengupayakan percepatan realisasi technical assistance dalam bentuk mewujudkan lembaga konsultasi dan edukasi, mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pembentukan konsultan keuangan mitra bank yang diinisiasikan Bank Indonesia.

3) Menyalurkan pendanaan dalam bentuk pinjaman yang mengakomodasi kebutuhan usaha kecil dan mikro, yaitu (a) prosedur mudah dipahami, (b) akses ke nasabah mudah dan longgar, (c) maksimum kredit relatif kecil, (d) jangka waktu pendek, (e) agunan rendah/ada agunan alternatif dan (f) tingkat bunga kompetitif.

Gambar

Tabel 1. Matriks IFE
Tabel 2. Matriks EFE  Faktor Strategis Internal  Bobot
Gambar 2. Bentuk hubungan kerjasama (PT BNI, 2007 b )
Tabel 4. Tingkat bunga kredit
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang menyatakan bahwa relevansi laba akan menurun dan sebaliknya relevansi nilai buku ekuitas akan meningkat ketika perusahaan melakukan manajemen laba melalui short-term

Project Manager, pendidikan minimal S1 Arsitek/Sipil, mempunyai SKA Ahli Manajemen Konstruksi (601) dan Ahli Teknik Bangunan Gedung (201) minimal Ahli Muda, pengalaman minimal 5

Meningkatnya kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan olahraga kebugaran yang didukung dengan peningkatan kesejahteraan secara ekonomi menciptakan peluang untuk

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI.. JALAN JENDERAL GATOT

PENERAPAN PROBLEM-BASED LEARNING BERBASIS E-MOD UL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A MATA D IKLAT BASIC SKILL D I SMK NEGERI 12 BAND UNG

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.. berat sekaligus sebagai pelindung isi produk, dengan membentuk pola dan dipilih pemotong menggunakan pisau pond karena lebih efisien dan cepat

Pengaruh Iklim Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior ditinjau dari Jenis Kelamin guru di Yayasan Pendidikan Warga

[r]