• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kegiatan Operasional

Dalam dokumen 3. Prospektus IDR Bond 2016 Eng (Halaman 66-71)

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

5.5. Hasil Kegiatan Operasional

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014

Pendapatan. Pendapatan pada tahun 2015 meningkat sebesar 3,5% menjadi Rp3.421,2 miliar dibandingkan pada tahun 2014 sebesar Rp3.306,8 miliar terutama disebabkan oleh pertumbuhan organik melalui penambahan sites sebanyak 675. Sebagai akibatnya, jumlah penyewaan meningkat menjadi 19.796 per 31 Desember 2015 dari sebelumnya 19.076 per 31 Desember 2014, dengan 7 operator telekomunikasi dan 2 operator WiMAX.

Beban pokok pendapatan. Beban pokok pendapatan pada tahun 2015 turun sebesar 11,9% menjadi Rp448,9 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp509,8 miliar terutama dikarenakan penurunan beban listrik sebagai akibat dari kesepakatan ulang kontrak penyewaan dengan Telkomsel.

Amortisasi sewa lahan dan perizinan. Amortisasi sewa lahan dan perijinan pada tahun 2015 naik sebesar 28,7% menjadi Rp228,1 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp177,2 miliar terutama disebabkan oleh peningkatkan sites menara build-to-suit dan pembaharuan perizinan dan sewa yang telah berakhir.

Perbaikan dan pemeliharaan. Beban perbaikan dan pemeliharaan turun sebesar 1,4% menjadi Rp127,1 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp128,9 miliar pada tahun 2014.

Keamanan. Beban keamanan meningkat sebesar 11,1% menjadi Rp38,4 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp34,6 miliar pada tahun 2014 terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah sites menara telekomunikasi.

Asuransi. Beban asuransi meningkat sebesar 51,5% menjadi Rp27,0 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp17,8 miliar pada tahun 2014 terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah penyewaan yang harus diasuransikan oleh Perseroan.

Listrik. Beban listrik mengalami penurunan sebesar 90,2% menjadi Rp13,3 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp136,6 miliar pada tahun 2014. Penurunan tersebut merupakan hasil dari kesepakatan ulang kontrak penyewaan dengan Telkomsel dimana mulai 1 Januari 2015, Telkomsel akan membayar sendiri beban listrik atas site-site yang digunakan oleh Telkomsel.

Penyusutan menara bergerak. Beban penyusutan menara bergerak pada tahun 2015 adalah tetap sebesar Rp3,6 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2014.

Lainnya. Beban lainnya meningkat sebesar 1,3% menjadi Rp11,2 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp11,1 miliar pada tahun 2014.

Laba kotor. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba kotor Perseroan meningkat sebesar 6,3% menjadi Rp2.972,3 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp2.797,0 miliar. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan Perseroan yang disertai penurunan beban pokok pendapatan.

Beban usaha. Beban usaha meningkat sebesar 6,8% menjadi Rp311,4 miliar pada tahun 2015 dari Rp291,7 miliar pada tahun 2014, terutama disebabkan oleh peningkatan gaji dan tunjangan dan jasa profesional. Gaji, upah dan tunjangan meningkat 11,6% menjadi Rp172,8 miliar pada tahun 2015 dari Rp154,8 miliar pada tahun 2014 terutama disebabkan oleh tambahan karyawan yang dipekerjakan Perseroan sedangkan kenaikan jasa profesional terkait dengan penerbitan surat utang jangka panjang berdenominasi Dolar AS di bulan September 2015. Kenaikan tersebut sebagian di-offset dengan penurunan beban penyusutan dikarenakan rekflasifikasi aset tetap menjadi properti investasi.

Laba dari operasi. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba dari operasi Perseroan meningkat sebesar 6,2% atau setara dengan Rp155,5 miliar menjadi Rp2.660,8 miliar pada tahun 2015 dari Rp2.505,3 miliar pada tahun 2014.

Beban lain – Bersih. Beban lain – Bersih Perseroan adalah sebesar Rp1.571,6 miliar pada tahun 2015 dibandingkan Rp1.074,7 miliar pada tahun 2014.

Kenaikan nilai wajar atas properti investasi. Kenaikan nilai wajar atas properti investasi adalah sebesar Rp196,0 miliar pada tahun 2015 dibandingkan dengan Rp650,6 miliar pada tahun 2014. Peningkatan kenaikan nilai wajar ini sejalan dengan penambahan sites dan jumlah penyewaan yang dimiliki oleh Perseroan. Perhitungan kenaikan nilai wajar ini dilakukan oleh konsultan independen pada setiap periode audit.

Pendapatan bunga. Pendapatan bunga turun menjadi Rp7,3 miliar pada tahun 2015 dari Rp13,5 miliar pada tahun 2014 terutama sebagai akibat turunnya saldo kas dan bank.

Laba pelepasan aset tetap. Tidak terdapat laba pelepasan aset pada tahun 2015, sementara pada tahun 2014 Perseroan memperoleh laba pelepasan aset sebesar Rp0,02 miliar pada tahun 2014. Penyisihan atas penurunan nilai piutang usaha. Penyisihan atas penurunan nilai piutang usaha adalah sebesar Rp12,8 miliar pada tahun 2015 dibandingkan Rp37,2 miliar pada tahun 2014. Penyisihan ini timbul dari penilaian manajemen atas nilai piutang dari pelanggan tertentu yang mungkin tidak dapat membayar kewajiban mereka kepada Perseroan, khususnya untuk piutang usaha yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari.

Rugi selisih kurs - Bersih. Perseroan mencatatkan rugi selisih kurs - bersih sebesar Rp45,3 miliar pada tahun 2015 dibandingkan dengan rugi selisih kurs sebesar Rp192,2 miliar pada tahun 2014. Penurunan tersebut terutama karena Perseroan menerapkan akuntansi lindung nilai atas pinjaman yang telah dilindung nilai yang nilai notionalnya lebih besar dari tahun 2014.

Beban keuangan - Bunga. Beban keuangan - Bunga meningkat menjadi Rp1.472,5 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp985,5 miliar pada tahun 2014, terutama disebabkan oleh saldo rata-rata utang yang lebih tinggi selama tahun 2015.

Beban keuangan - Lainnya. Beban keuangan - lainnya turun menjadi Rp134,3 miliar pada tahun 2015 dari Rp431,9 miliar pada tahun 2014. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pembebanan sisa biaya pinjaman dari fasilitas yang telah dilunasi.

Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill. Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill adalah sebesar Rp54,5 miliar pada tahun 2015. Penurunan nilai tersebut didasarkan kepada hasil perhitungan nilai wajar yang dilakukan oleh kantor penilai independen.

Lainnya - Bersih. Beban lainnya - Bersih meningkat menjadi Rp55,5 miliar pada tahun 2015 dari Rp43,3 miliar pada tahun 2014.

Laba sebelum pajak penghasilan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum pajak penghasilan Perseroan turun sebesar 23,9% menjadi Rp1.089,2 miliar pada tahun 2015 dari Rp1.430,6 miliar pada tahun 2014.

Manfaat (beban) pajak penghasilan. Manfaat pajak penghasilan - bersih pada tahun 2015 adalah sebesar Rp355,8 miliar, dan beban pajak penghasilan – bersih pada tahun 2014 adalah sebesar Rp688,9 miliar.

Pajak kini. Pajak kini Perseroan turun sebesar 21,7% menjadi Rp70,1 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp89,6 miliar pada tahun 2014 sesuai dengan menurunnya laba sebelum pajak penghasilan.

Pajak tangguhan. Pada tahun 2015, Perseroan mencatat manfaat pajak tangguhan-bersih sebesar Rp426,0 miliar, sementara pada tahun 2014 Perseroan mencatat beban pajak tangguhan sebesar Rp599,4 miliar. Perolehan manfaat pajak tangguhan pada tahun 2015 tersebut terutama karena kewajiban pajak tangguhan pada tahun 2015 lebih rendah dari kewajiban pajak tangguhan tahun 2014.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan diatas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Perseroan meningkat sebesar 104,1% menjadi Rp1.429,9 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp700,7 miliar pada tahun 2014.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali turun menjadi Rp15,1 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp40,8 miliar pada tahun 2014, terutama disebabkan oleh kenaikan kepemilikan Perseroan pada SKP, sehingga mengakibatkan porsi laba bersih yang diatribusikan kepada non-pengendali menjadi berkurang.

Laba bersih tahun berjalan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih tahun berjalan Perseroan meningkat sebesar 94,8% menjadi Rp1.445,0 miliar pada tahun 2015 dari sebelumnya Rp741,6 miliar pada tahun 2014.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013

Pendapatan. Pendapatan pada tahun 2014 meningkat sebesar 22,91% atau setara dengan Rp616,3 miliar menjadi Rp3.306,8 miliar dibandingkan pada tahun 2013 sebesar Rp2.690,5 miliar terutama disebabkan oleh pertumbuhan organik yang pesat sebanyak 1.686 sites telekomunikasi. Sebagai akibatnya, jumlah penyewaan meningkat 19.076 per 31 Desember 2014 dari sebelumnya 16.577 per 31 Desember 2013, dengan 7 operator telekomunikasi dan 2 operator WiMAX. Peningkatan jumlah penyewaan yang dimiliki Perseroan tergantung pada pengeluaran modal pelanggan (operator telekomunikasi) dalam mengekspansi jaringannya untuk mengantisipasi pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia, kemampuan Perseroan untuk menyelesaikan pembangunan menara sesuai atau lebih cepat dari ekspektasi pelanggan dan adanya akuisisi aset menara atau perusahaan menara dari pihak ketiga. Pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia yang pesat ditunjukkan dengan peningkatan lalu lintas komunikasi suara dan data, pergeseran teknologi dari 3G ke 4G Long Term Evolution (“LTE”) dan seterusnya. Hal tersebutlah yang akan menciptakan permintaan sewa baru baik berupa permintaan menara di lokasi baru maupun kolokasi baru.

Beban pokok pendapatan. Beban pokok pendapatan pada tahun 2014 naik sebesar 28,8% atau setara dengan Rp114,0 miliar menjadi Rp509,8 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2013 sebesar Rp395,8 miliar sejalan dengan peningkatan pendapatan.

Amortisasi sewa lahan dan perizinan. Amortisasi sewa lahan dan perijinan pada tahun 2014 naik sebesar 39,2% atau setara dengan Rp49,9 miliar menjadi Rp177,2 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2013 sebesar Rp127,3 miliar terutama disebabkan oleh peningkatkan sites menara build-to-suit dan pembaharuan perizinan dan sewa yang telah berakhir.

Listrik. Beban listrik meningkat sebesar 28,3% menjadi Rp136,6 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp106,4 miliar pada tahun 2013. Peningkatan tersebut terutama dikarenakan peningkatan jumlah penyewaan Telkomsel.

Perbaikan dan pemeliharaan. Beban perbaikan dan pemeliharaan meningkat sebesar 23,1% menjadi Rp128,9 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp104,7 miliar pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah penyewaan. Perseroan menyediakan jasa perbaikan dan pemeliharaan secara regular untuk seluruh penyewaan.

Keamanan. Beban keamanan meningkat sebesar 14,9% menjadi Rp34,6 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp30,1 miliar pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah sites menara.

Asuransi. Beban asuransi meningkat sebesar 32,3% menjadi Rp17,8 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp13,5 miliar pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh penerapan peraturan baru yang ditetapkan oleh OJK di bulan Maret 2014 yang berimplikasi pada kenaikan biaya premi dan peningkatan jumlah penyewaan yang harus diasuransikan oleh Perseroan.

Penyusutan menara bergerak. Beban penyusutan menara bergerak pada tahun 2014 adalah tetap sebesar Rp3,6 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2013.

Lainnya. Beban lainnya meningkat sebesar 9,0% menjadi Rp11,1 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp10,2 miliar pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh kenaikan beban operasional lain-lain.

Laba kotor. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba kotor Perseroan meningkat sebesar 21,9% menjadi Rp2.797,0 miliar dibandingkan periode sebelumnya pada tahun 2013 sebesar Rp2.294,7 miliar. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan Perseroan.

Beban usaha. Beban usaha meningkat sebesar 20,3% menjadi Rp291,7 miliar pada tahun 2014 dari Rp242,4 miliar pada tahun 2013, terutama disebabkan oleh peningkatan gaji dan tunjangan seiring bertambahnya jumlah karyawan yang dipekerjakan Perseroan, beban sponsor dan representasi, dan sewa tambahan kantor, yang sebagian di-offset oleh beban tunjangan karyawan. Secara keseluruhan, peningkatan beban usaha masih lebih rendah dari peningkatan pendapatan di tahun 2014 yang disebabkan oleh nilai skala ekonomis Perseroan yang didapat dari pertumbuhan portofolio Perseroan.

Laba dari operasi. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba dari operasi Perseroan meningkat sebesar 22,0% menjadi Rp2.505,3 miliar pada tahun 2014 dari Rp2.052,3 miliar pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan Perseroan.

Beban lain – Bersih. Beban lain – Bersih Perseroan adalah sebesar Rp1.074,7 miliar pada tahun 2014 dibandingkan Rp874,9 miliar pada tahun 2013.

Kenaikan nilai wajar atas properti investasi. Kenaikan nilai wajar atas properti investasi adalah sebesar Rp650,6 miliar pada tahun 2014 dibandingkan dengan Rp781,2 miliar pada tahun 2013. Peningkatan kenaikan nilai wajar ini sejalan dengan penambahan jumlah penyewaan yang dimiliki oleh Perseroan. Perhitungan kenaikan nilai wajar ini dilakukan oleh konsultan independen pada setiap periode audit.

Pendapatan bunga. Pendapatan bunga turun menjadi Rp13,5 miliar pada tahun 2014 dari Rp23,4 miliar pada tahun 2013 terutama disebabkan saldo kas dan bank serta rekening yang dibatasi pengunaannya dalam denominasi Rupiah dan Dolar AS yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Laba pelepasan aset tetap. Laba pelepasan aset adalah sebesar Rp0,02 miliar pada tahun 2014 dibandingkan dengan laba sebesar Rp0,9 miliar pada tahun 2013.

Penyisihan atas penurunan nilai piutang usaha. Penyisihan atas penurunan nilai piutang usaha adalah Rp37,2 miliar pada tahun 2014. Penyisihan ini timbul dari penilaian manajemen atas nilai piutang dari pelanggan tertentu yang mungkin tidak dapat membayar kewajiban mereka kepada Perseroan, khususnya untuk piutang usaha yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari.

Rugi selisih kurs - Bersih. Rugi selisih kurs - Bersih adalah sebesar Rp192,2 miliar pada tahun 2014 menurun dibandingkan dengan rugi selisih kurs sebesar Rp799,1 miliar pada tahun 2013, terutama disebabkan oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di tahun 2014 yang tidak sedalam tahun 2013.

Beban keuangan - Bunga. Beban keuangan - Bunga meningkat menjadi Rp985,5 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp726,7 miliar pada tahun 2013, terutama disebabkan oleh saldo rata-rata utang yang lebih tinggi selama tahun 2014.

Beban keuangan - lainnya. Beban keuangan - lainnya meningkat menjadi Rp431,9 miliar pada tahun 2014 dari Rp135,4 miliar pada tahun 2013. Peningkatan tersebut terutama akibat peningkatan biaya fasilitas pinjaman tidak teramortisasi terkait pinjaman-pinjaman tertentu yang dibayar penuh dari hasil pinjaman bank baru.

Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill. Kerugian atas penurunan nilai wajar goodwill adalah sebesar Rp48,8 miliar pada tahun 2014, yang timbul dari hasil penilaian kantor penilai independen. Lainnya - Bersih. Beban lainnya – Bersih meningkat menjadi Rp43,3 miliar pada tahun 2014 dari Rp19,1 miliar pada tahun 2013.

Laba sebelum pajak penghasilan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba sebelum pajak penghasilan Perseroan meningkat sebesar 21,5% menjadi Rp1.430,6 miliar pada tahun 2014 dari Rp1.177,4 miliar pada tahun 2013.

Manfaat (beban) pajak penghasilan. Beban pajak penghasilan - bersih pada tahun 2014 adalah sebesar Rp689,0 miliar, dan beban pajak penghasilan – bersih pada tahun 2013 adalah sebesar Rp396,8 miliar.

Pajak kini. Pajak kini Perseroan berkurang sebesar 8,5% menjadi Rp89,6 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp98,0 miliar pada tahun 2013 terutama karena meningkatnya beban yang diakui secara fiskal.

Pajak tangguhan. Pada tahun 2014, Perseroan mencatat beban pajak tangguhan-bersih sebesar Rp599,4 miliar, sementara pada tahun 2013 Perseroan mencatat beban pajak tangguhan-bersih sebesar Rp298,9 miliar. Penurunan beban pajak tangguhan pada tahun 2014 tersebut terutama karena selisih antara nilai wajar properti investasi dengan nilai buku fiskal tidak sebesar pada tahun 2013. Laba (rugi) bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan diatas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Perseroan menurun sebesar 1,1% menjadi Rp700,7 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp708,7 miliar pada tahun 2013.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali naik menjadi Rp40,8 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp71,9 miliar pada tahun 2013, terutama disebabkan oleh kenaikan laba bersih SKP, entitas anak, sehingga mengakibatkan bagian non-pengendali atas laba bersih entitas anak tersebut menjadi meningkat.

Laba (rugi) bersih tahun berjalan. Sebagai akibat dari hal yang telah dijelaskan di atas, laba bersih tahun berjalan Perseroan menurun sebesar 5,0% menjadi Rp741,6 miliar pada tahun 2014 dari sebelumnya Rp780,6 miliar pada tahun 2013.

Grafik berikut menyajikan pertumbuhan pendapatan, laba kotor, laba dari operasi dan laba bersih tahun berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2013, 2014 dan 2015

5.6. ASET, LIABILITAS DAN EKUITAS

Dalam dokumen 3. Prospektus IDR Bond 2016 Eng (Halaman 66-71)